Pemberontakan Jambi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
←Membuat halaman berisi '{{Ekspedisi kolonial Belanda}} thumb|right|300px|Peta Belanda lama Jambi '''Pemberontakan Jambi''' (1885) adalah sebuah...' |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(5 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Ekspedisi kolonial Belanda}}
[[Berkas:Schets van de hoofdplaats Djambi.jpg|
'''Pemberontakan Jambi''' (1885) adalah sebuah pemberontakan di [[Jambi]] ([[
== Latar belakang ==
[[Berkas:Djambi van de rivier af gezien,tekening luitenant ter zee W.J. Cohan Stuart.jpg|
Pada tahun [[1835]] [[Kesultanan Jambi|Sultan Jambi]] mencari perlindungan dari pemerintah Belanda, melawan pengikut-pengikutnya, yang tidak lagi dapat dikendalikannya. Sebagai imbalan atas perlindungannya, Sultan menandatangani sebuah kontrak yang mengakui keunggulan [[Belanda]]. Kedamaian yang dibawa oleh perjanjian ini berlangsung sampai tahun [[1855]], ketika Sultan Ratoe Taha Tsafioe 'd-din (dikenal sebagai Taha), mulai berkuasa. Dia tegas menolak menerima superioritas Belanda, yang mengakibatkan pemecatannya pada tahun [[1858]]. Sisa pemerintah terpaksa ikut serta dalam sebuah ekspedisi ke Jambi. Ekspedisi ini melibatkan merebut Kraton, dengan kerugian besar, sementara Taha sendiri melarikan diri ke pedalaman, di mana dia tinggal sampai tahun [[1885]]. Pemerintah menunjuk seorang sultan baru, Ratoe Ahmad Natsaroe 'd-din, seorang paman Taha. Sebagai perantara antara pemerintah dan sultan, seorang agen politik ditambahkan, yang tinggal di pemukiman Belanda di Jambi. Meski tidak lagi menjadi sultan, Taha mempertahankan tingkat otoritas yang tinggi atas orang Jambu di dataran tinggi. Permukiman Belanda di Jambi hanya menguasai sebagian
Pada bulan November [[1880]], sebanyak 20 senjata bermuatan dicuri dari tempat tinggal pengendali di Jambi; pencurian itu dikaitkan dengan Taha. Pada tahun [[1881]], Sultan Ahmad meninggal dan digantikan oleh penguasa saat itu Pangeran Ratoe, selaku sultan Mahidin, bernama Mahomed; ia adalah menantu Taha yang diusir. Saudara Taha Pangeran Soerio, Ahmed, diangkat sebagai penata urusan negara bagian dengan gelar Tjitra Mangrat. Sultan yang baru gagal mengendalikan Taha, melihat dia mempertahankan kewibawaannya di pedalaman dan menentang usulan pemerintah [[Belanda]], selama periode ini.
== Awal mula ==
[[Berkas:Djambi van de rivier af gezien,tekening luitenant ter zee W.J. Cohan Stuart - kopie.jpg|
Pada tanggal 10 April 1885, Sultan Mahalin meninggal, menandai dimulainya serangkaian gangguan. Pada petang tanggal 23 Mei, sementara pejabat negara yang mulai terintegrasi diterima di masyarakat, dan sebuah partai politik dibentuk di sebuah masyarakat negara, dua orang bersenjata masuk dan melepaskan tembakan. Petugas Kesehatan, Dr. Heycop ten Ham terbunuh, sementara Letnan Dua Buenink dan petugas keamanan Jackson, mengalami luka parah. Buenink kemudian meninggal karena luka-lukanya. Kedua pelaku tersebut dikirim oleh Panglima Poetih, seorang pria yang sudah menduga pembunuhan Asisten Residen, Van Amstel te Benkoelen. Panglima Petih diduga menamai mereka yang ingin dibunuh terlebih dahulu, lalu memerintahkan para pembunuh untuk terus menembaki. Mereka berhasil melarikan diri sebelum pasukan keamanan bisa menangkap mereka.
Baris 16:
== Intensifikasi pemberontakan ==
[[Berkas:Gevecht van de Sampit en de gewapende sloep tot herovering van de kruisboot 12. Tekening WJ Cohen Stuart, luitenant ter zee.jpg|
Pada malam tanggal 1 dan 2 Oktober, Jambina membakar cadangan [[batubara]] Belanda. Masyarakat politik juga mendapat tekanan berat. Tentara membalas serangan ini dengan tembakan, sementara MS ''Soembing'' melempar [[granat]] di Soengi Assem. Partai yang dipimpin oleh Raden Anom melepaskan sejumlah tembakan meriam. Dari cadangan [[batubara]] yang ada, sebanyak 230,000 kg hilang. Pada tanggal 4 Oktober, partai yang sama mendapat kecaman dari desa Solok, sehingga memungkinkan MS ''Soembing'' untuk menembakkan 20 granat dari jarak hanya 16 dan 12 m. Pada tanggal 26 Oktober, muncul berita bahwa sebuah [[kapal]] penjelajah yang ditempatkan di sana telah dibawa oleh empat pembajak di [[Saba]]. Letnan kelas 1 A.P. Tadema, komandan MS ''Soembing'', segera mengirim kapal pemerintah, ''Sampit'', yang dikepalai oleh L.J.C. Cocheret de la Moriniere, dan sebuah sekoci bersenjata, di bawah komando Letnan kelas 2 C. Beels. Mereka ditugaskan untuk merebut kembali kapal yang hilang secepat mungkin. [[Kapal uap]] ''Pontaniak'', dipimpin oleh Letnan 1 kelas P.M.W.T. Krayenhoff van de Leur, meninggalkan [[Palembang]] dengan misi yang sama. Kapal-kapal itu memasuki sungai Dendang, dan dengan cepat ditembaki oleh penata yang tertangkap, namun berhasil menangkal api dengan [[meriam]] mereka. Hal ini menyebabkan penangkapan kembali kapal penjelajah. Dalam perjalanan pulang, kapal-kapal itu kembali mendapat serangan dan seorang pelaut, De Jong, terbunuh. Musuh terus melucuti kapal-kapal Belanda, yang berpuncak pada serangan pada tanggal 14 November saat kapal uap ''Ophir'', dari [[Perusahaan Hindia Timur]], mendapat tembakan berat di sebuah desa yang berjarak sekitar satu jam dari Jambi. Pada malam tanggal 21 dan 22 November, MS ''Soembing'' juga mendapat banyak tembakan. Serangan hanya berhenti saat MS ''Pontaniak'' datang untuk membantu ''Soembing''.
Baris 24:
* {{cite book|year=1886 |first=F. |last=Coenen |title= Iets over Djambi in 1885 |language=[[Bahasa Belanda]] | location= Eigen Haard |pages=306–311}}
[[Kategori:Sejarah
[[Kategori:Hindia Belanda]]
[[Kategori:Pemberontakan abad ke-19]]
[[Kategori:Penaklukan Belanda di Indonesia]]
[[Kategori:Jambi]]
[[Kategori:Sejarah Jambi]]
|