Prabu Kiansantang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Nama tokoh yang salah
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(51 revisi perantara oleh 29 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Unreliable sources|date=September 2021}}
'''Prabu KiansantangKian Santang''' atau '''''Raden Sanggara ( sering dieja Radja Sangara)''''' atau '''''Syeh Sunan Rohmat Suci,''''' adalah Putra [[Prabu Siliwangi]] atau [[Sri Baduga Maharaja]], Raja [[Pakwan Pajajaran|Pakuan PajajaranPadjajaran]] dengan [[Nyi Subang Larang]], Pernikahan [[Prabu Siliwangi]] dengan Nyi Subang Larang dinikahkan oleh [[Syekh Quro|Syekh Quro']] [[Karawang]]. Dari pernikahan [[Sri Baduga Maharaja]] dengan Nyi Subang Larang dikarunia 23 orang putra dan 1 orang putrianak yaitu [[Pangeran Walangsungsang|''Walangsungsang'' (Pangeran Cakrabuana)]], ''[[Rara Santang]]'' (''ibu [[Sunan Gunung Jati]]'') dan '''''Prabu'' ''KiansantangKian Santang'''''.
Beliau lahir pada 1427 M dengan nama Radja Sangara.
 
== Prabu KiansantangKian Santang menjadi dalem Bogor ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Beschreven steen in Batoetoelis de batu tulis TMnr 60016460.jpg|thumbjmpl|280x280px|Batu Tulis Bogor]]
Disebutkan oleh Ferry Taufiq El Jaquene dalam Hitam Putih Padjajaran bahwa Kian Santang yang bernama kecil Radja Sangara masuk Islam sejak kecil dan disebutkan dalam Api Sejarah 1 karya Ahmad Mansur Suryanegara bahwa Kian Santang turut serta meresmikan berdirinya Kadipaten Cirebon dibawah kekuasaan abangnya,Raden Walangsungsang dengan menyerahkan bendera kerajaan.
Pada usia 22 tahun Prabu KiansantangKian Santang diangkat menjadi ''[[Dalem Bogor]]'' ke 2 yang saat itu bertepatan dengan upacara penyerahan [[tongkat pusaka kerajaan]] dan [[penobatan]] [[Prabu Munding Kawati]], putra Sulung [[Prabu Susuk Tunggal]], menjadi panglima besar Pajajaran. Guna mengenang peristiwa sakral penobatan dan penyerahan tongkat pusaka Pajajaran tersebut, maka ditulislah oleh Prabu Susuk Tunggal pada sebuah batu, yang dikenal sampai sekarang dengan nama [[Batu Tulis]] [[Bogor.]]
 
Disebutkan dalam Ensiklopedi Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia yang ditulis kementrian agama NKRI beliau berdakwah mengajak raja raja Sunda pedalaman masuk Islam diantaranya Sunan Pancer,Raja Galuh Pakuan.
Peristiwa itu merupakan kejadian paling istimewa di lingkungan Keraton Pajajaran dan dapat diketahui oleh kita semua sebagai pewaris sejarah bangsa khususnya di Pasundan. Prabu Kiansantang merupakan ''sinatria'' yang gagah perkasa, tak ada yang bisa mengalahkan kegagahannya. Sejak kecil sampai dewasa yaitu usia 33 tahun, Prabu Kiansantang belum tahu darahnya sendiri dalam arti belum ada yang menandingi kegagahannya dan kesaktiannya di sejagat pulau Jawa.
 
Dennys Lombard dalam Nusa Jawa Silang Budaya jilid 2 menyebutkan bahwa Kian Santang pernah menuntut Ilmu ke Makkah.
Sering dia merenung seorang diri memikirkan, "Dimana ada orang gagah dan sakti yang dapat menandingi kesaktian dirinya." Akhirnya Prabu Kiansantang memohon kepada ayahnya yaitu Prabu Siliwangi supaya mencarikan seorang lawan yang dapat menandinginya. Sang ayah memanggil para ahli nujum untuk menunjukkan siapa dan dimana ada orang gagah dan sakti yang dapat menandingi Prabu Kiansantang. Namun tak seorangpun yang mampu menunjukkannya.
 
Beliau menikah dengan Nyai Kalimah Sapujagad demikian menurut Purwaka Caruban Nagari karya Pangeran Arya Cirebon dan tidak ada catatan resmi siapa keturunannya sehingga hal itu menimbulkan perdebatan.
== Mitos Prabu Kiansantang dan Sayyidina Ali bin Abi Thalib ==
 
Berikut cerita atau mitos yang berkembang di sebagian masyarakat Sunda :
Tiba-tiba seorang kakek yang memberitahu bahwa orang yang dapat menandingi kegagahan Prabu Kiansantang itu adalah Sayyidina Ali, yang tinggal jauh di Tanah Mekah. Sebetulnya pada waktu itu Sayyidina Ali telah wafat, namun kejadian ini dipertemukan secara goib dengan kekuasaan Allah Yang Maha Kuasa.
 
Lalu orang tua itu berkata kepada Prabu Kiansantang, "Kalau memang anda mau bertemu dengan Sayyidina Ali harus melaksanakan dua syarat: Pertama, harus ''mujasmedi'' dulu di ujung kulon. Kedua, nama harus diganti menjadi Galantrang Setra (Galantrang - Berani, Setra - Bersih-Suci). Setelah Prabu Kiansantang melaksanakan dua syarat tersebut, maka berangkatlah dia ke tanah Suci Mekah.
 
Setiba di tanah Mekah dia bertemu dengan seorang lelaki yang disebut Sayyidina Ali, namun Kiansantang tidak mengetahui bahwa laki-laki itu bernama Sayyidina Ali. Prabu Kiansantang yang namanya sudah berganti menjadi Galantrang Setra menanyakan kepada laki-laki itu, "Kenalkah dengan orang yang namanya Sayyidina Ali?" Laki-­laki itu menjawab bahwa ia kenal, malah bisa mengantarkannya ke tempat Sayyidina Ali.
 
Sebelum berangkat laki-laki itu menancapkan dulu tongkatnya ke tanah, yang tak diketahui oleh Galantrang Setra. Setelah berjalan beberapa puluh meter, Sayyidina Ali berkata, "Wahai Galantrang Setra tongkatku ketinggalan di tempat tadi, coba tolong ambilkan dulu." Semula Galantrang Setra tidak mau, namun Sayyidina Ali mengatakan, "Kalau tidak mau ya tentu tidak akan bertemu dengan Sayyidina Ali."
 
Terpaksalah Galantrang Setra kembali ke tempat bertemu, untuk mengambilkan tongkat. Setibanya di tempat tongkat tertancap, Galantrang Setra mencabut tongkat dengan sebelah tangan, dikira tongkat itu akan mudah lepas. Ternyata tongkat tidak bisa dicabut, malahan tidak sedikitpun berubah. Sekali lagi dia berusaha mencabutnya, tetapi tongkat itu tetap tidak berubah. Ketiga kalinya, Galantrang Setra mencabut tongkat dengan sekuat tenaga dengan disertai tenaga bathin. Tetapi daripada kecabut, malahan kedua kaki Galantrang Setra amblas masuk ke dalam tanah, dan keluar pulalah darah dari seluruh tubuh Galantrang Setra.
[[Berkas:Tongkat Ali di Garut.jpg|thumb|Tongkat [[Ali bin Abu Thalib]] yang dihadiahkan pada Rakeyan Sancang yang berada di Kaum Pusaka (Yayasan Pusaka Muslimin diketuai Ucep Jamhari) [[Cinunuk, Wanaraja, Garut|Cinunuk Garut]]]]
Ternyata laki-laki yang baru dikenalnya tadi namanya Sayyidina Ali. Setelah Prabu Kiansantang meninggalkan kota Mekah untuk pulang ke Tanah Jawa (Pajajaran) dia terlunta-lunta tidak tahu arah tujuan, maka dia berpikir untuk kembali ke tanah Mekah lagi. Maka kembalilah Prabu Kiansantang dengan niatan akan menemui Sayyidina Ali dan bermaksud masuk agama Islam. Prabu Kiansantang masuk agama Islam, dia bermukim selama dua puluh hari sambil mempelajari ajaran agama Islam. Kemudian dia pulang ke tanah Sunda (Pajajaran) untuk menengok ayahnya Prabu Siliwangi dan saudara-saudaranya.
 
== Kiansantang dan Rakeyan Sancang ==
Prabu Kiansantang inilah yang disebut-sebut tradisi masyarakat [[Garut]] sebagai putra Raja Padjadjaran ([[Prabu Siliwangi]]) yang berselisih paham tentang keyakinan agama, tetapitapi akhirnya mereka bersepakat Kian Santang diberi keleluasaan untuk menyebarkan agama Islam di seluruh wilayah Kerajaan Padjadjaran, petilasan yang bertalian dengan KeanKian Santang berada di Godog Garut berupa makam, gunung Nagara berupa bekas pertahanan dan di Cilauteureun.
 
Cerita rakyat turun menurun dari mulut ke mulut bahwa Prabu Kiansantang / Kian Santang abad ke 15 yang bertemu dengan Sayyidina [[Ali bin Abi Thalib]] tahun 5991599-6611661 dan mengejar bapaknya [[Prabu Siliwangi]] untuk di Islam-kan, haihal ini terkait dengan siapa pemeluk Islam pertama di tataran [[Sunda]], yakni dengan nama yang serupa dengan Pangeran dari [[Kerajaan Tarumanagara]], yang bernama [[Rakeyan Sancang]] (lahir 591 M) putra Raja [[Kertawarman]] (Raja [[Kerajaan Tarumanagara]] 561 –562– 618 M) saudara sebapak Raja Suraliman Sakti (568–597) Putra Manikmaya cucu Suryawarman Raja [[Kerajaan Kendan]].
 
Kerancuan antara Rakeyan Sancang dan Prabu Kian Santang bisa dipahami, dan antara keduanya adalah orang yang berbeda dan hidup di tahun dan jaman yang berbeda. Dan cerita keduanya bercampur dan berbaur menjadi satu cerita dan menjadi mitos yang menjadi pembicaraan dari mulut ke mulut dan turun temurun di sebagian masyarakat Sunda hingga kini. Menjadi versi yang berdasarkan mitos dan versi berdasarkan sejarah.
 
Disimpulkan Kian Santang sudah beragama Islam semenjak lahir (dari ibunya yang beragama Islam)
Dan dapat disimpulkan pula Rakeyan Sancang lah yang berangkat ke tanah Arab (pada umur 37 thn - 40 thn) dan belajar agama Islam dari Syaidina Ali bin Abi Thalib dan ketika pulang menyebarkannya di sebagian tanah sunda membawa agama baru yang dikenal oleh pihak kerajaan Tarumanagara pada waktu itu dengan nama agama 'selam atau agama 'sunda wiwitan.
 
Baca juga di referensi : 'Kian Santang Antara Mitos dan Sejarah'.
 
== Keturunan Ki Santang ==
Dalam wangsit uga siliwangi dikatakan bahwa keturunnyaketurunanya akan menjadi pengingat mengingatkan saudara kalian dan orang lain. Ke saudara sedaerah, ke saudara yang datang sependirian dan semua yang baik hatinya :<blockquote>''Dia nu di beulah kulon! Papay ku dia lacak Ki Santang! Sabab engkéna, turunan dia jadi panggeuing ka dulur jeung ka batur. Ka batur urut salembur, ka dulur anu nyorang saayunan ka sakabéh nu rancagé di haténa. Engké jaga, mun tengah peuting, ti gunung Halimun kadéngé sora tutunggulan, tah éta tandana; saturunan dia disambat ku nu dék kawin di Lebak Cawéné. Ulah sina talangké, sabab talaga bakal bedah! Jig geura narindak! Tapi ulah ngalieuk ka tukang!: ''</blockquote>artinya :<blockquote>''Kalian yang di sebelah barat! Carilah oleh kalian Ki Santang! Sebab nanti, keturunan kalian yang akan mengingatkan saudara kalian dan orang lain. Ke saudara sedaerah, ke saudara yang datang sependirian dan semua yang baik hatinya. Suatu saat nanti, apabila tengah malam, dari gunung Halimun terdengar suara minta tolong, nah itu adalah tandanya. Semua keturunan kalian dipanggil oleh yang mau menikah di Lebak Cawéné. Jangan sampai berlebihan, sebab nanti telaga akan banjir! Silahkan pergi! Ingat! Jangan menoleh kebelakang!''</blockquote>
nanti, keturunan kalian yang akan mengingatkan saudara kalian dan orang
lain. Ke saudara sedaerah, ke saudara yang datang sependirian dan semua
yang baik hatinya. Suatu saat nanti, apabila tengah malam, dari gunung
Halimun terdengar suara minta tolong, nah itu adalah tandanya. Semua
keturunan kalian dipanggil oleh yang mau menikah di Lebak Cawéné. Jangan
sampai berlebihan, sebab nanti telaga akan banjir! Silahkan pergi!
Ingat! Jangan menoleh kebelakang!''</blockquote>
 
== Adaptasi ==
* [[Raden Kian Santang]] ([[MD Entertainment]], [[MNCTV]], 2012-2014)
* [[Pangeran (sinetron)|Pangeran]] 1-[[Pangeran 2|2]] ([[Amanah Surga Productions]], [[SCTV]], 2015-2017)
 
== Lihat pula ==
* [[Kereta api Kiansantang]], nama kereta api yang didedikasikan untuk mengenang tokoh ini.
 
== Referensi ==
# [httpshttp://www.wattpad.com/5139450-kiansantang-antara-mitos-dan-sejarah.html KianKiansantang Santangantara Antara Mitosmitos dan Sejarahsejarah]
# [http://poetrahermanto.blogspot.com/2012/10/sejarah-jemaah-haji-indonesia-tempoe.html Sejarah Jemaah Haji Indonesia Tempoe Doloe]
# [http://indonesian-treasury.blogspot.com/2015/01/kelahiran-nabi-muhammad-saw-dan-gunung.html Kelahiran Nabi Muhammad SAW dan Krakatau]