'''Khouw Tian Sek, Luitenant der Chinezen''' (meninggal pada November 17, 1843), kadang dipanggil '''Teng Seck''' atau '''Teng Sek''', adalah seorang tuan tanah [[Tionghoa-Indonesia|Cina Indonesia]] di [[Batavia]].<ref name="Knapp, R. G. (2015)">{{cite book|url=https://books.google.com/books/about/Chinese_Houses_of_Southeast_Asia.html?id=72m_oQEACAAJ&redir_esc=y|title=Chinese Houses of Southeast Asia: The Eclectic Architecture of Sojourners and Settlers|first1=Ronald G.|date=2015|publisher=Tuttle Publishing|location=Singapore|accessdate=29 November 2016|last1=Knapp}}</ref><ref name="Erkelens, M. (2013)">{{cite book|url=https://openaccess.leidenuniv.nl/bitstream/handle/1887/21954/FulltextDEZEGEBRUIKEN.pdf?sequence=19|title=The decline of the Chinese Council of Batavia: the loss of prestige and authority of the traditional elite amongst the Chinese community from the end of the nineteenth century until 1942|first1=Monique|date=15 October 2013|publisher=Leiden University|location=Leiden|accessdate=28 November 2016|last1=Erkelens}}</ref><ref name="Wright, A. (1909)">{{cite book|url=https://books.google.com/books/about/Twentieth_century_impressions_of_Netherl.html?id=ygcZAQAAMAAJ&redir_esc=y|title=Twentieth Century Impressions of Netherlands India. Its History, People, Commerce, Industries and Resources.|first1=Arnold|date=1909|publisher=Lloyd's Greater Britain Pub. Co.|location=London|accessdate=28 November 2016|last1=Wright}}</ref> Ia paling dikenang sekarang sebagai kepala [[keluarga Khouw van Tamboen]].
Ia lahir di Batavia pada akhir abad kedelapan belas. Ayahnya, [[Khouw Tjoen]], migrasi sekitar tahun 1769 dari propinsi [[Fujian|Hokkien]] di Tiongkok ke [[Kota Tegal|Tegal]], dan kemudian ke Batavia. Khouw Tjoen sukses berdagang, dan setelah meninggal usahanya diteruskan oleh putra sulungnya, Khouw Tian Sek. Ia mengalihkan aset keluarga dari usaha ke kepemilikan tanah, yang dianggap lebih terhormat di kalangan para opsir Tionghoa (''baba bangsawan'').
Antara lain, Khouw Tian Sek menguasai banyak lahan di sepanjang [[Molenvliet|kanal Molenvliet]], suatu daerah pedesaan yang kelak menjadi kawasan bisnis bergengsi mulai dari pertengahan abad kesembilan belas. Menurut Arnold Wright, seorang penulis Inggris, harga tanah di daerah tersebut meningkat sangat pesat sehingga Khouw naik daun dari hanya relatif kaya menjadi salah satu orang terkaya di tanah Betawi. Khouw dan keluarganya membangun tiga kediaman megah di sepanjang kanal Molenvliet (sekarang Jalan Gajah Mada dan Jalan Hayam Wuruk). Sayangnya yang masih bertahan sampai sekarang dari ketiga kediaman tersebut hanya satu, yaitu [[Candra Naya]].<ref name="Widayati, N. (2003)">{{cite journal|last1=Widayati|first1=Naniek|date=2003|title="Candra Naya Antara Kejayaan Masa Lalu dan Kenyataan Sekarang" [Candra Naya Between The Glory of the Past and The Present Reality]|url=http://dimensi.petra.ac.id/index.php/ars/article/view/16161/16153|journal=Dimensi Journal of Architecture and Built Environment (in Indonesian).|volume=31|issue=2|accessdate=28 November 2016}}</ref><ref name="Merrillees, S. (2000)">{{cite book|url=https://books.google.com/books/about/Batavia.html?id=xRySQgAACAAJ&redir_esc=y|title=Batavia in Nineteenth Century Photographs|first1=Scott|date=2000|publisher=Curzon|isbn=9780700714360|location=Singapore|accessdate=28 November 2016|last1=Merrillees}}</ref>
Di luar Batavia, Khouw juga memperoleh banyak tanah-tanah partikelir (''particuliere landerijen)'' – termasuk, pada tahun 1841, tanah partikelir Tamboen (sekarang melingkupi [[Tambun Utara, Bekasi|Tambun Utara]], [[Tambun Selatan, Bekasi|Tambun Selatan]] dan [[Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta Timur|Lubang Buaya]]).<ref name="Soerabaijasch Handelsblad (1943)">{{cite news|url=http://www.delpher.nl/nl/kranten/view?query=%22KHOUW+TIAN+SEK%22&coll=ddd&identifier=ddd%3A011122812%3Ampeg21%3Aa0196&resultsidentifier=ddd%3A011122812%3Ampeg21%3Aa0196|title=Het particuliere land Tamboen [The estate of Tamboen]|date=1 October 1943|publisher=Soerabaijasch Handelsblad|agency=Kolff & Co.|accessdate=28 November 2016}}</ref> Inilah pusat kejayaan ''familie Khouw van Tamboen'' di mana dibangun pusat pemerintahan mereka, yaitu ''landhuis Tamboen'' (sekarang [[Gedung Juang Tambun]]). Beras, nila, gula, kelapa, karet dan kacang tanah semua dibudidayakan di Tamboen.
DiPada hari tuanya, Khouw Tian Sek menjadi anggota pertama keluarganya yang akan diangkat oleh pemerintah Belanda sebagai opsir Tionghoa dengan gelar [[Kapitan Cina|''Luitenant-titulair der Chinezen'']].<ref name="Javasche Courant (1843)">{{cite news|url=http://www.delpher.nl/nl/kranten/view?query=%22KHOUW+TIANSEK%22&coll=ddd&identifier=ddd%3A010503366%3Ampeg21%3Aa0008&resultsidentifier=ddd%3A010503366%3Ampeg21%3Aa0008|title=Javasche Courant|date=22 November 1843|work=Familiebericht|issue=93|agency=Landsdrukkerij|accessdate=28 November 2016}}</ref> Pangkat tersebut bersifat kehormatan tanpa hak-hak atau kewajiban-kewajiban kepemerintahaan lazimnya.<ref name="Lohanda, M. (1996)">{{cite book|url=https://books.google.com/books?id=xKlwAAAAMAAJ&q=kapitan+china+of+batavia&dq=kapitan+china+of+batavia&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiniKDg8srQAhUUTI8KHTx9DhAQ6AEILjAB|title=The Kapitan Cina of Batavia, 1837-1942: A History of Chinese Establishment in Colonial Society|first1=Mona|date=1996|publisher=Djambatab|isbn=9789794282571|location=Jakarta|accessdate=28 November 2016|last1=Lohanda}}</ref> Khouw meninggal pada tahun 1843.
Luitenant Khouw Tian Sek mempunyai tiga putra, Khouw Tjeng Tjoan, Khouw Tjeng Kee dan Khouw Tjeng Po, yang semuanya di kemudian hari juga menjadi Luitenant-titulair der Chinezen. Sebaliknya, banyak cucu-cucunya yang nantinya menjabat resmi sebagai opsir Tionghoa di dalam pemerintahaan dan birokrasi kolonial Hindia Belanda.<ref name="Setyautama, S. (2008)">{{cite book|url=https://books.google.com/books?id=lEGrOWWEvswC&pg=PA128&dq=oen+giok+khouw&hl=en&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=oen%20giok%20khouw&f=false|title=Tokoh-tokoh etnis Tionghoa di Indonesia|first1=Sam|date=2008|publisher=Kepustakaan {{notatypoNot a typo|Populer}} Gramedia|isbn=9799101255|location=Jakarta|accessdate=28 November 2016|last1=Setyautama}}</ref> [[Khouw Yauw Kie]] (putra Luitenant Khouw Tjeng Po) menjadi anggota pertama dari keluarga untuk diangkat menjadi Kapitein der Chinezen dengan kursi di Dewan ''Kong Koan'' di Batavia. Cucu lainnya, [[Khouw Kim An]] (putra Luitenant Khouw Tjeng Tjoan), diangkat menjadi Majoor der Chinezen dan Ketua Dewan Kong Koan di Batavia. Satu lagi cucunya adalah filantropis berwarga negara Belanda, [[Oen Giok Khouw|O. G. Khouw]] (putra Luitenant Khouw Tjeng Kee).
Nama Luitenant Khouw Tian Sek dikenang sampai hari ini sebagai nama daerah ''Kebon Tengsek'',Asemka di [[Taman Sari, Jakarta Barat|PianangsiaPinangsia]], Jakarta.
== Referensi ==
{{reflist}}
[[Kategori:Kematian 1843]]
[[Kategori:Tionghoa-Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Hindia- Belanda]]
[[Kategori:Keluarga Khouw van Tamboen]]
|