Masjid Tua Wapauwe: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
k Membatalkan 1 suntingan oleh TheLucksMan (bicara) ke revisi terakhir oleh Elijah Mahoebessy()
Tag: Pembatalan
 
(13 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 2:
|image = Masjid Tua Wapauwe.jpg
|caption = Masjid Tua Wapauwe
|building_name = مسجد واڤاووي<br />Masjid Wapauwe
|location = [[Kaitetu, Leihitu, Maluku Tengah|Kaitetu]], [[Kabupaten Maluku Tengah|Maluku Tengah]], [[Indonesia]]
|religious_affiliation = [[Islam]]
|website =
Baris 20:
}}
 
'''Masjid Tua Wapauwe''' adalah [[masjid]] yang sangattua bersejarah dan juga merupakan masjid tertua di [[Maluku]]. Umurnya mencapai tujuh abad. Masjid ini dibangun pada tahun [[1414]] [[Masehi]]M. Masjid yangTua Wapauwe saat ini masih berdiri dengan kokohnya,dam menjadi bukti sejarah penyebaran [[Islam]] di [[Maluku]] pada masa lampau.
 
== Warisan sejarahSejarah ==
Masjid Wapauwe berada di daerah yang mengandung banyak peninggalan purbakalabersejarah. Sekitar 150 meter dari masjid ke arah utara, di tepi jalan raya terdapat sebuah [[gereja]] tua peninggalan [[Portugis]] dan [[Belanda]] yang telah hancur akibat [[konflik sektarian Maluku|konflik [[agama]] yang meletus di [[Ambon]] pada tahun [[1999]] lalu. Selain itu, 50 meter dari gereja ke utara, berdiri dengan kokoh sebuah [[benteng]] tua "NewNieuw Amsterdam". Benteng peninggalan Belanda yang mulanya adalah loji Portugis ini, terletak di bibir pantai ini dan menjadi saksi sejarah perlawanan para pejuang [[Kerajaan Tanah Hitu|Tanah melaluiHitu]] Perangdalam perang Wawane ([[1634]]-[[1643]]1634–1643) serta Perangperang Kapahaha ([[1643]]-[[1646]]1643–1646).
 
Mulanya Masjidmasjid ini bernama '''Masjid Wawane''' karena dibangun di Lereng Gunung[[gunung Wawane]] oleh PernadaPerdana Jamilu, keturunanseorang Kesultananketurunan [[Islam]]Kesultanan [[Jailolo]] dari ''Moloku Kie Raha'' ([[Maluku Utara]]). Kedatangan Perdana Jamilu ke tanahTanah Hitu sekitar tahun [[1400]] M, yakni untuk menyebarkan ajaran [[Islam]] pada lima negeri di sekitar pegunungan Wawane yakni Assen, Wawane, Atetu, Tehala, dan Nukuhaly, yang sebelumnya sudah dibawa oleh mubaligh dari [[Jazirah Arab|negeri Arab]].
 
Masjid ini sempat mengalami perpindahan tempat akibat gangguan dari [[Kolonial Belanda|Belanda]] yang menginjakkan kakinya di Tanah Hitu pada tahun [[1580]] setelah [[Portugis]] pada tahun [[1512]]. Sebelum pecahnya Perangperang Wawane pada tahun [[1634]], Belanda sudah mengganggu kedamaian penduduk lima kampung yang telah menganut ajaran [[Islam]] dalam kehidupan mereka sehari-hari. Merasa tidak aman dengan ulah Belanda, Masjid Wawane dipindahkan pada tahun [[1614]] ke Kampung Tehala yang berjarak 6 &nbsp;km sebelah timur Wawane.
 
Dan jika ada daun dari pepohonan di sekitar tempat itu gugur, secara ajaib tak satupun daun yang jatuh diatasnya. Tempat kedua masjid ini berada di suatu daratan di mana banyak tumbuh pepohonan mangga hutan atau mangga berabu yang dalam [[bahasa Kaitetu]] disebut ''Wapa''. Itulah sebabnya masjid ini diganti namanya dengan sebutan Masjid Wapauwe, artinya masjid yang didirikan di bawah pohon mangga berabu.
 
Pada tahun [[1646]], Belanda akhirnya dapat menguasai seluruh Tanah Hitu. Dalam rangka kebijakan politik ekonominya, Belanda kemudian melakukan proses penurunan penduduk dari daerah pegunungan tidak terkecuali penduduk kelima negeri tadi. Proses pemindahan lima negeri ini terjadi pada tahun [[1664]], dan tahun itulah ditetapkan kemudian sebagai tahun berdirinya Negerinegeri Kaitetu.
 
== Peninggalan ==
Baris 44:
== Berpindah secara gaib ==
 
Menurut cerita rakyat setempat, dikisahkan ketika masyarakat Tehala, Atetu, dan Nukuhaly turun ke pesisir [[pantai]] dan bergabung menjadi negeri Kaitetu, Masjid Wapauwe masih berada di dataran Tehala. Namun pada suatu pagi, ketika masyarakat bangun dari tidurnya [[masjid]] secara gaib telah berada di tengah-tengah pemukiman penduduk di tanah Teon Samaiha, lengkap dengan segala kelengkapannya. "Menurut kepercayaan kami (masyarakat Kaitetu) masjid ini berpindah secara gaib. Karena menurut cerita orang tua-tua kami, saat masyarakat bangun pagi ternyata masjid sudah ada," kata Ain Nukuhaly, warga Kaitetu. Sementara itu, kondisi Mushaf Nur Cahya beserta manuskrip tua lainnya tampak terawat meskipun sudah mengalami sedikit kerusakan seperti berlobang kecil, sebagian seratnya terbuka dan tinta yang pecah akibat udara lembap.
 
Menurut Rahman Hatuwe, ahli waris Mushaf Nur Cahya, kerusakan tersebut akibat faktor kertasnya yang sudah tua, debu, kelembapan udara serta insek (hewan) kertas. Dia menambahkan, pihaknya pernah mendapat obat serbuk (tidak disebutkan namanya) untuk menjaga keawetan manuskrip-manuskrip tua ini, hanya saja obat tersebut sudah habis.
Baris 62:
Masjid berkali-kali mengalami renovasi sekunder setelah masa kemerdekaan Indonesia. Pada tahun [[1959]], atap [[masjid]] mulai menggunakan semen PC yang sebelumnya masih berkerikil. Setelah itu terjadi dua kali renovasi besar-besaran, yaitu pada Desember 1990-Januari 1991 dengan pergantian 12 buah tiang sebagai kolom penunjang dan balok penopang atap. Pada tahun 1993 dilakukan pergantian balok penadah kasau dan bumbungan, dengan tidak mengganti empat buah tiang sebagai kolom utama.
 
Pada tahun 1997, atap masjid yang semulaterbuat menggunakandari sengdaun rumbia/sagu yang lama diganti dengan bahanatap (semula)rumbia dariyang baru nipah. Atap nipahdaun rumbia diganti setiap lima tahun sekali. Meski pernah direnovasi berkali-kali, masjid ini tetap asli karena tidak mengubah bentuk inti masjid sama sekali. Sehingga, dapat dikatakan bahwa masjid ini sebagai masjid tertua di tanah air yang masih terpelihara keasliannya hingga kini. [[Maret 2008]] lalu, Masjid ini direnovasi kembali. Struktur atap yang terbuat dari pelepah sagu diganti yang baru.
 
== Aksesibilitas ==
 
Untuk mencapai Negeri Kaitetu di mana Masjid Tua Wapauwe berada, dari pusat [[Kota Ambon]] bisa menggunakan transportasi darat dengan menempuh waktu satu jam perjalanan. Bertolak dari Kota Ambon ke arah timur menuju Negeri Passo. Di simpang tiga Passo membelok ke arah kiri melintasi jembatan, menuju arah utara dan melewati pegunungan hijau dengan jalan berbelok serta menanjak. Sepanjang perjalanan, orang yang hendak menuju Masjid Wapauwe bisa menikmati pemandangan alam pegunungan, dengan sisi jalan yang kadang-kadang memperlihatkan jurang, tebing, atau hamparan tanaman [[cengkehcengkih]] dan [[Pala|pala hijau]] menyejukkan mata.
 
Sebelum mencapai Kaitetu, terlebih dahulu bertemu Negeri Hitu, yang terletak sekitar 22 kilometer dari Ambon. Sebuah ruas jalan yang menurun, mengantarkan kita memasuki Hitu. Pada ruas jalan tersebut kita disuguhi panorama pesisir pantai Utara Pulau Ambon yang indah dengan hamparan pohon kelapa dan bakau. Dari situ juga dapat melihat dengan jelas Selat Seram dengan lautnya yang tenang.
Baris 74:
== Referensi ==
{{reflist}}
* {{id}} {{citeCite webnews|url=http://travel.detik.com/readfoto/2010/12/10/104234/1521047/1026/1/masjid-wapauwe-masjid-tertua-di-indonesia|title=Masjid Wapauwe, Masjid Tertua di Indonesia|format=HTML|accessdate=2012-07-31|work=[[Detik.com|detikcom]]}}
* {{id}} {{cite web|url=http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/04/14/m2gcub-masjid-wapauwe-rumah-allah-tertua-di-indonesia-timur|title=Masjid Wapauwe: Rumah Allah Tertua di Indonesia Timur-republika.com|format=HTML|accessdate=2012-07-31}}
 
{{DEFAULTSORT:Wapauwe}}
{{Masjid di Indonesia}}
 
{{DEFAULTSORT:Wapauwe}}
[[Kategori:Masjid di Maluku]]
[[Kategori:Kota Ambon]]