Sunan Kalijaga: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Joko Muhammad S (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Raden Salman (bicara | kontrib)
Perbaikan Data dan Tabel berdasarkan Naskah Pustaka Darah Agung
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan pranala ke halaman disambiguasi
 
(273 revisi antara oleh lebih dari 100 100 pengguna tak ditampilkan)
Baris 1:
{{vlindungi}}
{{bukan|Kereta api Kalijaga|Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga|Purwosari|Semarang}}
{{Infobox Ulama Muslim|honorific_prefix=As-Syekh Raden Sahid|image=Sunan Kalijaga BW.png|caption=Ilustrasi Sunan Kalijaga|title=Sunan Kalijaga|kunya=|name=|nasab=bin Raden Ahmad Sahur|nisbah=Al - Abdurrahman|parents=[[Raden Ahmad Sahur]] (ayah)<br> Dewi Nawang Arum (ibu)|relatives=|spouse={{unbulleted list
| Dewi Sarah Binti [[Maulana Ishaq]]
| Dewi Sarokah Binti [[Sunan Gunung Jati]]
}}|children={{collapsible list|title=Pernikahan dengan Dewi Sarah :
|1. [[Sunan Muria|Umar Said]]
|2. Dewi Ruqayyah
|3. Dewi Sofiah
}}
{{collapsible list|title=Pernikahan dengan Dewi Sarokah :
|1. Ratu Pembayun <br> (Istri dari [[Sultan Trenggana]])
|2. Nyai Ageng Panenggak <br> (Ibu dari [[Panembahan Pangulu]])
|3. [[Sunan Hadi]] <br> (Kakek dari [[Sunan Kadilangu]])
|4. Raden Abdurrahman
|5. Raden Ayu Panengah <br> (Ibu dari [[Ki Panjawi]])
}}|birth_name=|birth_date=<!-- {{birth date and age|YYYY|MM|DD|df=y}} or, if deceased, {{birth date|YYYY|MM|DD|df=y}} -->|birth_place=1450 [[Tuban]], [[Majapahit]]|death_date=1592|death_place=[[Kadilangu]], [[Demak]], [[Kesultanan Mataram]]|death_cause=|resting_place=[[Kadilangu, Demak, Demak]]|other_names=|nationality=- [[Kerajaan Majapahit]] <br>
- [[Kesultanan Demak]] <br>
- [[Kesultanan Pajang]] <br>
- [[Kesultanan Mataram]]|era=|region=|occupation=~ Penasihat [[Majapahit]], [[Demak]], [[Pajang]], [[Mataram]] <br>
~ Dewan [[Walisongo]]|denomination=[[Sunni]]|jurisprudence=|creed=|movemet=|main_interests=|notable_ideas=|notable_works=|alma_mater=|disciple_of=[[Sunan Bonang]], [[Syekh Siti Jenar]], [[Syekh Sutabaris]], [[Sunan Ampel]], [[Sunan Giri]], [[Sunan Gunung Jati]].
[[Sunan Kalijaga#Guru-gurunya|Guru-gurunya]]|awards=|influences=|influenced=[[Sunan Bayat]], [[Sunan Geseng]], [[Sultan Hadiwijaya]], [[Sunan Muria]], [[Syech Jangkung]], [[Ki Ageng Selo]], [[Ki Ageng Giring III]], [[Ki Ageng Pemanahan]], [[Sunan Kalijaga#Murid-muridnya|Dan Murid-murid Lainnya]]|module=|signature=}}
 
'''Sunan Kalijaga''' merupakan Ulama' sekaligus penasehat pemerintahan di era Majapahit pada masa prabu [[Kertabhumi]] hingga [[Kesultanan Demak|Demak]], [[Kesultanan Pajang|Pajang]], dan [[Kesultanan Mataram|Mataram]] Awal. Beliau juga termasuk dalam anggota dewan [[Wali Sanga|Walisongo]].
[[Berkas:Sunan Kalijaga.jpg|thumb|Lukisan Sunan Kalijaga]]
'''[[Sunan]] Kalijaga''' atau '''Sunan Kalijogo''' adalah seorang [[tokoh]] [[Wali Songo]] yang sangat lekat dengan [[Muslim]] di Pulau [[Jawa]], karena kemampuannya memasukkan pengaruh [[Islam]] ke dalam tradisi [[Jawa]]. Makamnya berada di [[Kadilangu]], [[Demak]].
 
Selain menjadi [[Ulama]]' ia juga menjadi [[penasihat]] [[keraton]], [[seniman]], dan [[arsitek]] yang ulung.
== Riwayat ==
Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Dengan demikian ia mengalami masa akhir kekuasaan [[Majapahit]] (berakhir [[1478]]), [[Kesultanan Demak]], [[Kesultanan Cirebon]] dan [[Kesultanan Banten|Banten]], bahkan juga [[Kerajaan Pajang]] yang lahir pada [[1546]] serta awal kehadiran [[Kerajaan Mataram]] dibawah pimpinan [[Panembahan Senopati]]. Ia ikut pula merancang pembangunan [[Masjid Agung Cirebon]] dan [[Masjid Agung Demak]]. Tiang "tatal" (pecahan kayu) yang merupakan salah satu dari tiang utama masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga.
 
Sunan Kalijaga adalah salah satu wali songo yang penuh dengan ide-ide kreatif dalam berdakwah, salah satunya dengan media wayang kulit. Kesenian wayang kulit yang awalnya berisi kisah-kisah Hindu, diganti oleh Sunan Kalijaga menjadi kisah-kisah yang berisikan ajaran Islam. Salah satu contohnya yaitu Jamus Kalimasada, sebagaimana dijelaskan Siti Wahidoh dalam ''Buku Intisari Sejarah Kebudayaan Islam''.
=== Kelahiran ===
'''Sunan Kalijaga''' diperkirakan lahir pada tahun [[1450]] dengan nama '''Raden Said'''. Dia adalah putra adipati [[Tuban]] yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur. Nama lain Sunan Kalijaga antara lain '''Lokajaya''', '''Syekh Malaya''', '''Pangeran Tuban''', dan '''Raden Abdurrahman'''. Berdasarkan satu versi masyarakat Cirebon, nama Kalijaga berasal dari [[Kalijaga, Harjamukti, Cirebon|Desa Kalijaga]] di [[Kota Cirebon|Cirebon]]. Pada saat Sunan Kalijaga berdiam di sana, dia sering berendam di sungai (kali), atau ''jaga kali''.
 
Pada masa itu, ketika hendak mengadakan pentas atau pagelaran wayang, Sunan Kalijaga memberi wejangan atau nasihat keislaman kepada para penonton. Berikutnya, mereka diajak mengucap dua kalimat syahadat. Dengan demikian, mereka telah menyatakan diri masuk Islam sembari lambat laun belajar mengenai ibadah-ibadah Islam.
=== Silsilah ===
 
Terkait asal usulnya, ada dua pendapat yang berkembang. Pendapat pertama, adalah yang menyatakan Sunan Kalijaga orang [[Jawa]] asli. Pendapat ini didasarkan pada catatan historis Babad Tuban. Di dalam babad tersebut diceritakan, [[Aria Teja]] alias 'Abdul Rahman berhasil mengislamkan Adipati Tuban, Aria Dikara, dan mengawini putrinya. Dari perkawinan tersebut Aria Teja kemduian memiliki putra bernama Aria Wilatikta. Catatan Babad Tuban ini diperkuat juga dengan catatan mahsyur [[penulis]] dan bendahara [[Portugis]] Tome Pires (1468 - 1540). Menurut catatan Tome Pires, penguasa Tuban pada tahun 1500 M adalah cucu dari peguasa Islam pertama di Tuban yakni Aria Wilakita, dan Sunan Kalijaga atau Raden Mas Said adalah putra Aria Wilatikta. Adapun pendapat yang kedua adalah menyatakan Sunan Kalijaga adalah keturunan arab. Pendapat kedua ini disebut-sebut berdasarkan keterangan penasehat khusus Pemerintah Kolonial Belanda, Van Den Berg (1845 – 1927), yang menyatakan bahwa '''Sunan Kalijaga''' adalah keturunan Arab yang silsilahnya sampai ke [[Muhammad|Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam]]. Sejarawan lain seperti De Graaf juga menilai bahwa Aria Teja I ('Abdul Rahman) memiliki silsilah dengan [[Ibnu Abbas]], paman [[Rasulullah|Muhammad]].
Sunan Kalijaga pun dapat memikat hati masyarakat Jawa khususnya Jawa Tengah hingga Islam cepat menyebar. Sunan Kalijaga berhasil melakukan dakwah tanpa tekanan dan paksaan.
 
[[Metode dakwah]] tersebut sangat efektif. Sebagian besar [[adipati]] di Jawa memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga; di antaranya adalah adipati [[Pandanaran]], [[Kartasura]], [[Kebumen]], [[Banyumas]], serta [[Pajang]]. Makamnya berada di [[Kadilangu]], [[Demak]].
 
Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Dengan demikian ia mengalami masa akhir kekuasaan [[Majapahit]] (berakhir [[1478]]), [[Kesultanan Demak]], [[Kesultanan Cirebon]] dan [[Kesultanan Banten|Banten]], bahkan juga [[KerajaanKesultanan Pajang]] yang lahir pada [[1546]], serta awalyang kehadiranterakhir [[Kerajaan Mataram]] dibawah pimpinan [[Panembahan Senopati]]. Ia ikut pula merancang pembangunan [[Masjid Agung Cirebon]] dan [[Masjid Agung Demak]]. Tiang "tatal" (pecahan kayu) yang merupakan salah satu dari tiang utama masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga.
 
== AsalRekam usulJejak ==
=== Menjadi Murid Sunan Bonang ===
Menurut cerita, Sebelum menjadi [[Walisongo]], Raden Said adalah seorang perampok yang selalu mengambil hasil bumi di gudang penyimpanan Hasil Bumi di kerajaannya, merampok orang-orang yang kaya. Hasil curiannya, dan rampokanya itu akan ia bagikan kepada orang-orang yang miskin.
 
Suatu hari, saat Raden Said berada di hutan, ia melihat seseorang kakek tua yang bertongkat. Orang itu adalah [[Sunan Bonang]]. Karena tongkat itu jika dilihat seperti tongkat emas, ia merampas tongkat itu. Katanya, hasil rampokan itu akan ia bagikan kepada orang yang miskin. Tetapi, Sang [[Sunan Bonang]] tidak membenarkan cara itu. Ia menasihati Raden Said bahwa [[Allah S.W.T]] tidak akan menerima amal yang buruk. Lalu, Sunan Bonang menunjukan pohon aren emas dan mengatakan bila Raden Said ingin mendapatkan harta tanpa berusaha, maka ambillah buah aren emas yang ditunjukkan oleh [[Sunan Bonang]].
 
Karena itu, Raden Said ingin menjadi murid Sunan Bonang. Raden Said lalu menyusul Sunan Bonang ke sungai. Raden Said berkata bahwa ingin menjadi muridnya. Sunan Bonang lalu menyuruh Raden Said untuk bersemedi sambil menjaga tongkatnya yang ditancapkan ke tepi sungai. Raden Said tidak boleh beranjak dari tempat tersebut sebelum Sunan Bonang datang. Raden Said lalu melaksanakan perintah tersebut. Karena itu, ia menjadi tertidur dalam waktu lama. Karena lamanya ia tertidur, tanpa disadari akar dan rerumputan telah menutupi dirinya.
 
Tiga tahun kemudian, Sunan Bonang datang dan membangunkan Raden Said. Karena ia telah menjaga tongkatnya yang ditanjapkan ke sungai, maka Raden Said diganti namanya menjadi Kalijaga. Kalijaga lalu diberi pakaian baru dan diberi pelajaran agama oleh [[Sunan Bonang]]. Kalijaga lalu melanjutkan dakwahnya dan dikenal sebagai Sunan Kalijaga.
 
=== Pernikahan ===
DalamBerdasarkan satunaskah riwayatPustaka Darah Agung, Sunan Kalijaga disebutkandiketahui menikah dengan '''Dewi SarohSarah binti [[Maulana Ishak'''Ishaq]], dan mempunyai 3 putra : '''R. Umar Said''' ([[Sunan Muria]]), '''Dewi Rakayuh''' dan '''Dewi Sofiah'''. Maulana Ishak memiliki anak bernama [[Sunan Giri]] dan Dewi Saroh. Mereka adalah kakak beradik.
# [[Sunan Muria]],
# Dewi Ruqayyah,
# Dewi Sofiah
 
Sunan Kalijaga juga memiliki istri bernama Dewi Sarokah, yang merupakan puteri [[Sunan Gunung Jati]] dan memperoleh 5 orang anak, yaitu :
 
# Kanjeng Ratu Pembayun yang menjadi isteri Sultan [[Trenggono]]
# Nyai Ageng Panenggak yang kemudian kawin dengan Kyai Ageng Pakar.
# Sunan Hadi, kelak menggantikan Sunan Kalijaga sebagai Kepala Perdikan Kadilangu.
# Raden Abdurrahman.
# Raden Ayu Penengah (Ibu dari [[Ki Panjawi]].
 
=== Penerus Dakwah ===
Setelah Sunan Kalijaga Wafat, Perjuangan dakwah dilanjutkan oleh putranya sendiri yakni Sunan Hadi sebagai pemimpin kadilangu, pada tahun 1601 masehi gelar berubah menjadi Panembahan Hadi, (karena gelar Sunan digunakan Sunan Hanyokrowati sebagai Raja Mataram) sampai dengan keturunan sekarang trah Panembahan widjil di kadilangu Demak.
 
Yang ingin mengoreksi di persilshkan
=== Berda'wah ===
 
== Pemakaman ==
Menurut cerita, Sebelum menjadi [[Walisongo]], Raden Said adalah seorang perampok yang selalu mengambil hasil bumi di gudang penyimpanan Hasil Bumi di kerajaannya, merampok orang-orang yang kaya. Hasil curiannya, dan rampokanya itu akan ia bagikan kepada orang-orang yang miskin. Suatu hari, Saat Raden Said berada di hutan, ia melihat seseorang kakek tua yang bertongkat. Orang itu adalah [[Sunan Bonang]]. Karena tongkat itu dilihat seperti tongkat emas, ia merampas tongkat itu. Katanya, hasil rampokan itu akan ia bagikan kepada orang yang miskin. Tetapi, Sang [[Sunan Bonang]] tidak membenarkan cara itu. Ia menasihati Raden Said bahwa [[Allah S.W.T]] tidak akan menerima amal yang buruk. Lalu, Sunan Bonang menunjukan pohon aren emas dan mengatakan bila Raden Said ingin mendapatkan harta tanpa berusaha, maka ambillah buah aren emas yang ditunjukkan oleh [[Sunan Bonang]]. Karena itu, Raden Said ingin menjadi murid Sunan Bonang. RadeN Said lalu menyusul Sunan Bonang ke Sungai. Raden Said berkata bahwa ingin menjadi muridnya. Sunan Bonang lalu menyuruh Raden Said untuk bersemedi sambil menjaga tongkatnya yang ditancapkan ke tepi sungai. Raden Said tidak boleh beranjak dari tempat tersebut sebelum Sunan Bonang datang. Raden Said lalu melaksanakan perintah tersebut. Karena itu,ia menjadi tertidur dalam waktu lama. Karena lamanya ia tertidur, tanpa disadari akar dan rerumputan telah menutupi dirinya. Tiga tahun kemudian, Sunan Bonang datang dan membangunkan Raden Said. Karena ia telah menjaga tongkatnya yang ditanjapkan ke sungai, maka Raden Said diganti namanya menjadi Kalijaga. Kalijaga lalu diberi pakaian baru dan diberi pelajaran agama oleh [[Sunan Bonang]]. Kalijaga lalu melanjutkan dakwahnya dan dikenal sebagai Sunan Kalijaga. Namun, cerita ini banyak diragukan oleh para [[sejarawan]] dan [[ulama]] berpaham [[salaf]] karena tidak masuk akal dan bertentangan dengan ilmu [[syariat]]
Sunan Kalijaga wafat pada tanggal 12 Muharram 1513 saka (sekitar 17 Oktober 1592 M).
 
Ketika wafat, iaBeliau dimakamkan di DesaDaerah [[Kadilangu]], dekat kotaKabupaten [[Demak]] (Bintara). Makam ini hingga sekarang masih, ramai diziarahi orang - orang dari seluruh indonesia.
Dalam dakwah, ia punya pola yang sama dengan mentor sekaligus sahabat dekatnya, [[Sunan Bonang]]. Paham keagamaannya cenderung "[[sufisme|sufistik]] berbasis salaf" -bukan sufi panteistik (pemujaan semata). Ia juga memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah.
 
Haul Sunan Kalijaga diperingati setiap tanggal 10 Muharram oleh masyarakat di Kadilangu, Demak.
Ia sangat toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka mereka harus didekati secara bertahap: mengikuti sambil memengaruhi. Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama hilang. Tidak mengherankan, ajaran Sunan Kalijaga terkesan sinkretis dalam mengenalkan Islam. Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Beberapa lagu [[suluk]] ciptaannya yang populer adalah ''Ilir-ilir'' dan ''Gundul-gundul Pacul''. Dialah menggagas baju takwa, perayaan [[sekaten]]an, garebeg maulud, serta lakon [[carangan]] ''Layang Kalimasada'' dan ''Petruk Dadi Ratu'' ("Petruk Jadi Raja"). Lanskap pusat kota berupa kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini pula dikonsep oleh Sunan Kalijaga.
 
== Warisan Budaya ==
Metode dakwah tersebut sangat efektif. Sebagian besar adipati di Jawa memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga; di antaranya adalah adipati [[Pandanaran]], [[Kartasura]], [[Kebumen]], [[Banyumas]], serta [[Pajang]].
Berikut adalah daftar warisan budaya dari Sunan Kalijaga, yaitu :
* Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Beberapa lagu [[suluk]] ciptaannya yang populer adalah ''[[Ilir-ilir]]'' dan ''[[Gundul-gundul Pacul]]''.
* Dialah Penggagas [[baju takwa]], perayaan [[sekaten]]an, [[garebeg maulud]], serta lakon [[carangan]] ''Layang Kalimasada'' dan ''Petruk Dadi Ratu'' ("Petruk Jadi Ratu").
* Lanskap pusat kota berupa kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini pula dikonsep oleh Sunan Kalijaga.
* Ia ikut pula merancang pembangunan [[Masjid Agung Cirebon]] dan [[Masjid Agung Demak]]. Tiang "tatal" (pecahan kayu) yang merupakan salah satu dari tiang utama masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga.
 
== WafatPusat Inspirasi ==
Kisah perjalanan hidup Sunan Kalijaga juga sudah dibuatkan Film, diantaranya :
Ketika wafat, ia dimakamkan di Desa [[Kadilangu]], dekat kota [[Demak]] (Bintara). Makam ini hingga sekarang masih ramai diziarahi orang - orang dari seluruh indonesia
 
* Dalam film ''[[Sunan Kalijaga (film)|Sunan Kalijaga]]'' (1983), Sunan Kalijaga diperankan oleh [[Deddy Mizwar]].
== Asal usul ==
* Dalam film ''Sunan Kalijaga dan Syech Siti Jenar'' (1985), Sunan Kalijaga diperankan oleh [[Deddy Mizwar]].
Selain Nama dari Sunan Kalijaga yang diambil nama transportasi darat yaitu [[Kereta api Kalijaga]] Relasi [[Stasiun Purwosari|Solo]]-[[Stasiun Semarang Poncol|Semarang]] dengan Kelas Ekonomi AC. Serta [[Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta|UIN Sunan Kalijaga]] yang merupakan perguruan tinggi negeri di [[Yogyakarta]]
 
== Referensi ==
===Situs web===
{{reflist}}
===Buku===
*Soekirno, Ade (1994). Sunan Kalijaga: asal-usul mesjid agung demak: cerita rakyat Jawa Tengah. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. ISBN 9795534629.
*Nasuhi, Hamid (2017). "Shakhṣīyat Sunan Kalijaga fī taqālīd Mataram al-Islāmīyah". Studia Islamika. Vol. 24 no. 1. Republic of Indonesia: Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta. ISSN 2355-6145.
*Chodjim, Achmad (2013). Sunan Kalijaga: Mistik dan Makrifat. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. ISBN 9789790242920.
*Ricklefs, M.C. (1991). A History of Modern Indonesia since c.1300, 2nd Edition. London: MacMillan. p.&nbsp;10. ISBN 0-333-57689-6.
*Sunyoto, Agus (2014). Atlas Wali Songo: Buku Pertama yang Mengungkap Wali Songo Sebagai Fakta Sejarah. 6th edition. Depok: Pustaka IIMaN. ISBN 978-602-8648-09-7
*[https://lathifahs52892.blogspot.com/2018/12/resensi-buku-judul-buku-sufisme-sunan.html?m=1 Sufisme Sunan Kalijaga]
{{reflist}}
{{Walisongo}}
 
[[Kategori:Walisongo|KalijagaWali Sanga]]
[[Kategori:Kelahiran 1450|Kalijaga]]
[[Kategori:Tokoh penyebar Islam di Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh dari Tuban]]
[[Kategori:Tokoh Jawa Tengah]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Sunan|Kalijaga]]