Gunungan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Maula19 (bicara | kontrib)
Deskripsi ornamen gunung agung
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.5
 
(15 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
[[Berkas:Pertunjukan Wayang Kulit.jpg|jmpl|Dua gunungan dipertunjukkan oleh dalang]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Wajangfiguur van karbouwenhuid voorstellende een pauzeteken TMnr 4551-27.jpg|thumb|200px]]
'''Gunungan''' adalah struktur/karya berbentuk [[kerucut]] atau [[segitiga]] (bagian atas meruncing) yang terinspirasi dari bentuk [[gunung]] (api). Secara lebih khusus, pe[[wayang]]an dan tradisi [[grebeg]] menggunakan istilah ini untuk dua hal yang berbeda.
'''Gunungan''' adalah [[wayang]] berbentuk gambar [[gunung]] beserta isinya.<ref name="buku1">[Hardjowirogo. 1982. Sejarah Wayang Purwa. Jakarta: Balai Pustaka]</ref><ref name="internet1">[http://www.oneearthmedia.net/ind/?p=271 Makna Gunungan] (diakses tanggal 5 Maret 2011)</ref> Di bawahnya terdapat gambar pintu gerbang menuju ''sorgaloka'' yang dijaga oleh dua [[raksasa]] yang memegang [[pedang]] dan [[perisai]].<ref name="internet1"/> Itu melambangkan sang pencipta (Dewa Tertinggi), dan pada waktu dimainkan gunungan dipergunakan sebagai [[istana]]. Di sebelah atas gunung terdapat ''pohon hayat'' (Pohon Kehidupan) ''dan'' dibelit oleh seekor [[ular naga]] yang melambangkan nafsu manusia.
 
== Gunungan dalam pewayangan ==
Dalam gunungan tersebut terdapat juga gambar berbagai binatang hutan. Gambar secara keseluruhan menggambarkan keadaan di dalam hutan belantara.<ref name="internet1"/>
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Wajangfiguur van karbouwenhuid voorstellende een pauzeteken TMnr 4551-27.jpg|thumbjmpl|200px]]
Gunungan melambangkan keadaan dunia beserta isinya. Sebelum wayang dimainkan, Gunungan ditancapkan di tengah-tengah [[layar wayang|layar]], condong sedikit ke kanan yang berarti bahwa lakon wayang belum dimulai, bagaikan dunia yang belum beriwayat. Setelah dimainkan, Gunungan dicabut, dijajarkan di sebelah kanan.<ref name="internet1"/>
Dalam pewayangan, gunungan adalah figur khusus berbentuk gambar [[gunung]] beserta isinya.<ref name="buku1">[Hardjowirogo. 1982. Sejarah Wayang Purwa. Jakarta: Balai Pustaka]</ref><ref name="internet1">[http://www.oneearthmedia.net/ind/?p=271 Makna Gunungan] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20220628180002/http://www.oneearthmedia.net/ind/?p=271 |date=2022-06-28 }} (diakses tanggal 5 Maret 2011)</ref> Gunungan memiliki banyak fungsi dalam pertunjukan wayang, karena itu, terdapat banyak penggambaran yang berbeda-beda.
 
Pada fungsi standar, yaitu sebagai pembuka dan penutup suatu babak pertunjukan, tergambar dua hal pada dua sisi yang berbeda. Pada salah satu sisi, di bagian bawah terdapat gambar pintu gerbang yang dijaga oleh dua [[raksasa]] yang memegang [[pedang]] dan [[perisai]].<ref name="internet1"/> Itu melambangkan pintu gerbang istana, dan pada waktu dimainkan gunungan dipergunakan sebagai [[istana]]. Di sebelah atas gunung terdapat pohon kehidupan ([[kalpataru]]) yang dibelit oleh seekor [[ular naga]]. Pada cabang pohon digambarkan beberapa binatang hutan, seperti [[harimau]], [[banteng]], [[kera]], dan [[burung]]. Gambar secara keseluruhan menggambarkan keadaan di dalam hutan belantara.<ref name="internet1"/> Sisi ini melambangkan keadaan dunia beserta isinya. Pada sisi sebaliknya, digambarkan kobaran api menyala-nyala. Ini melambangkan kekacauan dan neraka.
Gunungan dipakai juga sebagai tanda akan bergantinya lakon/tahapan cerita. Untuk itu gunungan ditancapkan di tengah-tengah condong ke kiri. Selain itu Gunungan digunakan juga untuk melambangkan api atau angin. Dalam hal ini Gunungan dibalik, di sebaliknya hanya terdapat cat merah-merah, dan warna inilah yang melambangkan api.
 
Gunungan melambangkan keadaan dunia beserta isinya. Sebelum wayang dimainkan, Gunungangunungan ditancapkan di tengah-tengah [[layar wayang|layar]], condong sedikit ke kanan yang berarti bahwa lakon wayang belum dimulai, bagaikan dunia yang belum beriwayat. Setelah dimainkan, Gunungan dicabut, dijajarkan di sebelah kanan.<ref name="internet1"/>
 
Gunungan dipakai juga sebagai tanda akan bergantinya lakon/tahapan cerita. Untuk itu gunungan ditancapkan di tengah-tengah condong ke kiri. Selain itu Gunungangunungan digunakan juga untuk melambangkan api atau angin. Dalam hal ini Gunungansisi gunungan dibalik, di sebaliknya hanya terdapat cat merah-merah, dan warna inilah yang melambangkan api.
 
Gunungan juga dipergunakan untuk melambangkan hutan rimba, dan dimainkan pada waktu adegan ''rampogan'', tentara yang siap siaga dengan bermacam senjata. Dalam hal ini Gunungan bisa berperan sebagai tanah, hutan rimba, jalanan dan sebagainya, yakni mengikuti dialog dari [[dalang]]. Setelah lakon selesai, Gunungan ditancapkan lagi di tengah-tengah layar, melambangkan bahwa cerita sudah tamat.
Baris 11 ⟶ 16:
Gunungan ada dua macam, yaitu [[Gunungan Gapuran]] dan [[Gunungan Blumbangan]]. Gunungan Blumbangan digubah oleh [[Sunan Kalijaga]] dalam zaman [[Kerajaan Demak]]. Kemudian pada zaman [[Kartasura]] digubah lagi dengan adanya Gunungan Gapuran. Gunungan dalam istilah pewayangan disebut ''Kayon''. Kayon berasal dari kata Kayun. Gunungan mengandung ajaran filsafat yang tinggi, yaitu ajaran mengenai kebijaksanaan. Semua itu mengandung makna bahwa lakon dalam wayang berisikan pelajaran yang tinggi nilainya. Hal ini berarti bahwa pertunjukan wayang juga berisi pertunjukan wayang juga berisi ajaran [[filsafat]] yang tinggi.
 
== Gunungan dalam kulinerupacara grebeg ==
Pada acara [[grebeg]], gunungan merupakan susunan berbagai bahan pangan dan makanan yang ditata berbentuk kerucut menyerupai gunung. Gunungan ini nantinya akan ''dirayah'' atau diperebutkan oleh penonton acara, umumnya sebagai tanda syukur.<ref>{{Cite web |url=http://jogjatrip.com/id/144/Upacara-Adat-Grebeg-Keraton-Yogyakarta |title=Salinan arsip |access-date=2013-03-14 |archive-date=2013-04-14 |archive-url=https://web.archive.org/web/20130414002056/http://jogjatrip.com/id/144/Upacara-Adat-Grebeg-Keraton-Yogyakarta |dead-url=yes }}</ref>
 
Gunungan menjadi penanda paling menonjol dalam upacara grebeg yang dilakukan pihak kraton Jawa, yaitu pada upacara grebeg (atau garebeg) Mulud (sebagai bagian rangkaian perayaan [[Sekaten]]), grebeg Sawal, dan grebe Besar. Terdapat beberapa macam gunungan dan penyertanya yang diarak pada upacara grebeg. Dua macam gunungan yang selalu muncul dalam acara grebeg adalah gunungan lanang/jaler/kakung (laki-laki) dan gunungan wadon/estri (perempuan). Dua macam gunungan lain adalah gunungan darat dan gunungan pawuan. Keempat gunungan ini akan diperebutkan oleh massa setelah didoakan. Satu gunungan istimewa yang hanya diarak setiap delapan tahun (sewindu) sekali, pada tahun Dal [[penanggalan Jawa]], yaitu gunungan kutug atau bromo. Gunungan ini dilengkapi dengan dupa di bagian puncaknya dan tidak untuk diperebutkan massa. Penyerta gunungan yang juga diarak adalah ''picisan'', ''songgom'', ''tebok angkring'', dan keranjang berisi beras. Penyerta ini adalah persembahan yang akan diberikan kepada petugas upacara di masjid.
 
<gallery>
[[Berkas:Gunungan Grebeg Sudiro.jpg|thumb|]]
Berkas:Gunungan kakung (male) during Garebeg Mulud Dec 2015 Karaton Surakarta Pj DSC 1879s.jpg|Gunungan kakung/jaler (lelaki) pada Garebeg Mulud 24 Desember 2015 oleh Karaton Surakarta Hadiningrat.
Gunungan merupakan tumpukan makanan yang menyerupai gunung, yang menjadi ciri khas dalam setiap Upacara [[Grebeg]]. Gunungan terdiri dari berbagai hasil bumi yang nantinya akan dibagikan kepada rakyat.<ref>http://jogjatrip.com/id/144/Upacara-Adat-Grebeg-Keraton-Yogyakarta</ref>
Berkas:Gunungan estri (female) during Garebeg Mulud Dec 2015 Karaton Surakarta Pj DSC 1883.jpg|Gunungan estri (perempuan) pada Garebeg Mulud 24 Desember 2015 oleh Karaton Surakarta Hadiningrat.
</gallery>
 
== Gunungan dalam arsitektur ==
[[Berkas:Adi Sumarmo.jpg|thumbjmpl|[[Bandara Adisumarmo]] yang dibentuk Gunungan]]
[[Bandara Adi Sumarmo]] di [[Surakarta]] adalah sebuah bangunan yang lapangan parkirnya dibentuk seperti Gunungan.
 
Baris 24 ⟶ 34:
 
== Pranala luar ==
* [http://www.jogjatrip.com/id Panduan Pariwisata dan Budaya Yogyakarta dan sekitarnya]{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
 
== Catatan kaki ==
Baris 31 ⟶ 41:
 
[[Kategori:Wayang]]
[[Kategori:Wayang kulit]]
[[Kategori:Seni di Indonesia]]
[[Kategori:Genre teater]]