Partai Sosialis Indonesia: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika |
Novaelazmy (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
||
(130 revisi perantara oleh 30 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{tentang|partai sosialis yang dilarang Demokrasi Terpimpin tahun 1960|partai lain dengan singkatan yang sama|PSI (disambiguasi)}}
{{distinguish|Partai Solidaritas Indonesia|Partai Sosialis (Indonesia)}}
{{pp-semi-indef|small=yes}}
{{Infobox Political party
| colorcode = {{Partai Sosialis
| abbreviation = PSI
|
| logo = [[Berkas:Logo of the Socialist Party of Indonesia.svg|250px]]
| leader = [[Sutan Sjahrir]]
| president =
| chairperson =
| spokesperson =
| leader1_name =
| leader2_name =
| leader3_name =
| foundation = {{Start date|1948|02|13}}
| dissolution = {{Start date|1960|08|17|}}
| predecessor =
| headquarters = Jl. Cisadane No. 6, [[Jakarta]]<!-- Braunthal, Julius (ed). ''Yearbook of the International Socialist Labour Movement''. Vol. II. London: Lincolns-Prager International Yearbook Pub. Co, 1960. p. 38-->
| newspaper = ''[[Pedoman]]''
| youth_wing = [[Gerakan Pemuda Sosialis]]
| womens_wing = [[Gerakan Wanita Sosialis]]
| membership_year =
| membership =
| ideology = [[Pancasila]]<br>[[Sosialisme demokratis]]
| position = [[Politik sayap kiri|Sayap kiri]]
| national =
| international = [[Konferensi Sosialis Asia]]
| europarl =
| colors = Merah
| symbol = Bintang Merah
| website =
| footnotes =
| state = Indonesia
}}
'''Partai Sosialis Indonesia''' ('''PSI''') adalah sebuah partai politik di [[Indonesia]] dari tahun 1948 hingga 1960, ketika partai ini dilarang oleh Presiden [[Soekarno]].
== Sejarah ==
=== Pendirian partai ===
Cikal bakal PSI adalah Partai Sosialis Indonesia (PARSI) yang didirikan dan diketuai oleh [[Amir Sjarifoeddin]] di Yogyakarta pada 12 November 1945 dan [[Partai Rakjat Sosialis]] (PARAS) yang didirikan oleh [[Sutan Sjahrir]] pada 19 November 1945 yang kemudian bergabung (fusi) dengan nama [[Partai Sosialis]]. Pada tanggal 3 Desember 1945, kedua partai tersebut (PARSI dan PARAS) mengumumkan "Kongres Fusi" yang akan diadakan di Cirebon pada tanggal 16-17 Desember 1945.<ref>{{Cite book|title=Java in a Time of Revolution: Occupation and Resistance, 1944-1946|url=https://books.google.co.id/books?id=87totx4p3ZcC&printsec=frontcover&dq=benedict+anderson&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiQrJvw_q7iAhUMR6wKHZKaC6QQ6AEIQjAD#v=onepage&q=fusion&f=false|publisher=Equinox Publishing|date=|isbn=9789793780146|language=en|first=Benedict R. O'G.|last=Anderson|year=2006|location=Jakarta|page=203}}</ref><ref>{{Cite web|url=http://historia.id/modern/kongsi-kaum-soskasoski|title=Kongsi Kaum Soska-Soski|website=historia.id|language=id|access-date=2017-09-05}}</ref> Kongres fusi pada 17 Desember 1945, dihadiri sekitar 57 anggota pimpinan dari kedua partai menyepakati penggabungan partai. “''Berdasarkan front rakyat, antikapitalisme, dan antiimperialisme, sekali lagi di Cirebon, Parsi dan Paras bergabung menjadi satu, Partai Sosialis. Sjahrir kini menjadi ketua partai yang baru, sedangkan Amir Sjarifuddin menjadi wakil ketua'',” tulis Mrazek.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=vzwAExNhpRQC&printsec=frontcover&hl=id&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q&f=false|title=Sjahrir: Politics and Exile in Indonesia|last=Mrázek|first=Rudolf|date=1994|publisher=SEAP Publications, Cornell University|year=|isbn=0877277133|location=Itacha, New York|pages=286-287|language=en}}</ref> Partai Sosialis ini populer di kalangan intelektual muda, sebagian besar pelajar dan mahasiswa serta anggota gerakan bawah tanah yang dipimpin oleh kedua pria tersebut selama pendudukan Jepang di Indonesia.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=WDgBBzWQ2DAC&printsec=frontcover&hl=id&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q=partai%20sosialis%20indonesia&f=false|title=Nationalism and Revolution in Indonesia|last=Kahin|first=George McTurnan|date=|publisher=SEAP Publications, Cornell University|year=2003|isbn=9780877277347|location=Itacha, New York|pages=158|language=en}}</ref> Dalam struktur representasi kursi partai pada Komite Nasional Indonesia Pusat yang didirikan pada 16-17 Oktober 1945, Partai Sosialis memiliki 35 kursi (17,5%) dari 200 kursi yang ada.<ref name="Kahin 2003 201">{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=WDgBBzWQ2DAC&printsec=frontcover&hl=id&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q&f=false|title=Nationalism and Revolution in Indonesia|last=Kahin|first=George McTurnan|date=|publisher=SEAP Publications, Cornell University|year=2003|isbn=9780877277347|location=Itacha, New York|pages=201|language=en}}</ref>
=== Posisi dalam pemerintahan ===
Pada akhir tahun 1945 (dalam rapat pada 20 Desember 1945), Partai Sosialis memperoleh lima (menempatkan lima orang perwakilan) dari 25 kursi di Badan Pekerja [[Komite Nasional Indonesia Pusat]], lembaga legislatif ''de facto'' sebelum adanya DPR. Anggota Partai Sosialis, [[Soepeno]] terpilih sebagai ketua Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=WDgBBzWQ2DAC&printsec=frontcover&hl=id&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q=partai%20sosialis%20indonesia&f=false|title=Nationalism and Revolution in Indonesia|last=Kahin|first=George McTurnan|date=|publisher=SEAP Publications, Cornell University|year=2003|isbn=9780877277347|location=Itacha, New York|pages=171|language=en}}</ref>
==== Perjanjian Linggajati ====
Pada tahun 1946, terjadi krisis dalam pemerintahan Kabinet Sjahrir III, karena pemerintahan dianggap menjual negara dengan menyetujui [[perundingan Linggarjati]]. Perundingan Linggarjati menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat Indonesia, contohnya beberapa [[partai]] seperti [[Masyumi|Partai Masyumi]], [[PNI]], [[Partai Rakyat Indonesia]], dan Partai Rakyat Jelata. Partai-partai tersebut menyatakan bahwa perundingan itu adalah bukti lemahnya pemerintahan Indonesia untuk mempertahankan kedaulatan negara Indonesia. Untuk menyelesaikan permasalahan ini, pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden No. 6/1946 ditetapkan pada tanggal 28 Desember 1946, dimana bertujuan menambah anggota [[Komite Nasional Indonesia Pusat]] agar pemerintah mendapat suara untuk mendukung perundingan Linggarjati. Peraturan Presiden No. 6/1946 berisi tentang penyempurnaan susunan [[Komite Nasional Indonesia Pusat]], berbentuk penambahan jumlah anggotanya dari 200 menjadi 514 orang. Selain itu, hal ini bertujuan supaya lebih dapat mencakup semua lapisan dan golongan yang ada.
==== Sidang KNIP 2 Maret 1947 ====
Sidang Komite Nasional Indonesia Pusat pada 2 Maret 1947 menyetujui tindakan Presiden Soekarno menambah jumlah anggota [[Komite Nasional Indonesia Pusat]] tersebut. Berdasarkan struktur representasi jumlah kursi partai pada KNIP terhitung sejak 2 Maret 1947, Partai Sosialis memperoleh 35 kursi dari 514 kursi keseluruhan.<ref name="Kahin 2003 201"/> Mr. [[Assaat]] terpilih sebagai Ketua KNIP dan Ketua Badan Pekerja KNIP. Dalam persetujuan penambahan anggota KNIP, maka Badan Pekerja KNIP yang lama dibubarkan. Pada Sidang KNIP tanggal 3 Maret 1947 disusun dan dipilih Badan Pekerja KNIP yang baru. Jumlah anggota Badan Pekerja KNIP meningkat dari 25 orang menjadi 47 orang. Partai Sosialis memperoleh lima (menempatkan lima orang perwakilan) dari 47 kursi di Badan Pekerja [[Komite Nasional Indonesia Pusat]] tersebut. Kelima orang tersebut ialah Mr. [[Assaat]], [[Subadio Sastrosastomo|Soebadio Sastrosatomo]], [[Sugondo Djojopuspito]], [[Soepeno]], dan Tan Ling Djie.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=WDgBBzWQ2DAC&printsec=frontcover&hl=id&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q&f=false|title=Nationalism and Revolution in Indonesia|last=Kahin|first=George McTurnan|date=|publisher=SEAP Publications, Cornell University|year=2003|isbn=9780877277347|location=Itacha, New York|pages=204|language=en}}</ref><ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=z9C7NuTllisC&pg=PA501&dq=mahmud+latjuba&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwi11oGxzsjZAhUFOI8KHYe_DH4Q6AEIOzAD#v=onepage&q=mahmud%20latjuba&f=false|title=Kronik Revolusi Indonesia Jilid III (1947)|last=Toer|first=Pramoedya Ananta|last2=Toer|first2=Koesalah Soebagyo|last3=Kamil|first3=Ediati|publisher=Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)|year=2001|isbn=9789799023469|location=Jakarta|pages=53-55|language=id}}</ref> Periode Partai Sosialis inilah yang sejak bulan [[November]] [[1945]] sampai pertengahan tahun [[1947]] menguasai [[daftar kabinet Indonesia|kabinet]], yaitu [[Kabinet Sjahrir I|Kabinet Syahrir I]], [[Kabinet Sjahrir II|II]], dan [[Kabinet Sjahrir III|III]] serta [[Kabinet Amir Sjarifuddin I|Kabinet Amir Syarifuddin I]] dan [[Kabinet Amir Sjarifuddin II|II]]. Bahkan beberapa anggota Partai Sosialis ini banyak duduk di kabinet sebagai menteri kala itu. Pada Masa [[Revolusi Nasional Indonesia]] tersebut, dengan berkuasanya Syahrir dan Syarifuddin, Partai Sosialis tampak kuat. Bahkan punya laskar bernama Pesindo yang terkenal solid persenjataannya ketimbang yang lain.<ref>{{Cite news|url=https://tirto.id/nasib-suram-partai-gurem-dalam-sejarah-politik-tanah-air-chCb|title=Nasib Suram Partai Gurem dalam Sejarah Politik Tanah Air|newspaper=tirto.id|language=id-ID|access-date=2017-09-05}}</ref> Pesindo ini di kemudian hari pasca [[Pemberontakan PKI 1948]] menjadi [[Pemuda Rakyat]].
=== Pasca perpecahan dan Pemberontakan Madiun ===
Ketika terjadi keretakan antara kelompok Syahrir dengan kelompok Amir Syarifuddin akibat perbedaan paham dengan tokoh-tokoh yang cenderung pro komunisme dalam pimpinan Partai Sosialis; sesudah jatuhnya [[Kabinet Amir Sjarifuddin II|Kabinet Amir Syarifuddin II]], Syahrir memilih untuk membentuk partai baru, yaitu Partai Sosialis Indonesia (PSI) pada tanggal [[12 Februari]] [[1948]] di [[Kota Yogyakarta|Yogyakarta]] dan memberikan dukungan kepada [[Kabinet Hatta I]]. Sedangkan kelompok Amir Syarifuddin mempertahankan Partai Sosialis yang kemudian menjadi oposisi bersama Sayap Kiri dan kelak dalam [[Pemberontakan PKI 1948]], menggabungkan diri ke dalam [[Front Demokrasi Rakyat]]. Menurut dr. [[Abdoel Halim|A. Halim]] (simpatisan PSI, namun bukan anggota partai), pendirian PSI pada 12 Februari 1948 terjadi dalam pertemuan di rumah Ibu [[Subadio Sastrosastomo|Soebadio Sastrosatomo]] di [[Klitren, Gondokusuman, Yogyakarta|Kliteran]]. Hadir dalam rapat itu kira-kira sepuluh orang, [[Subadio Sastrosastomo|Soebadio Sastrosatomo]], [[Soepeno]], [[Djohan Sjahroezah]], [[Sugondo Djojopuspito]], [[Iskandar Tedjasukmana]], dan lain-lain (termasuk dr. A. Halim). Dalam rapat, dengan suara bulat diputuskan untuk mendirikan Partai Sosialis Indonesia (PSI) dengan Sutan Sjahrir sebagai ketua yang terlepas dari Partai Sosialis. Dalam pendirian PSI di Kliteran, Sutan Sjahrir justru sedang berada di [[Kota Bukittinggi|Bukittinggi]] pada waktu itu. Meskipun terjadi dilema oleh peserta rapat untuk menunggu kabar dari Sjahrir, atas pendapat dari dr. A. Halim yang mengatakan bahwa tidak perlu menunggu berita dari Sjahrir dan namanya dimasukkan saja dalam nomor urut 1 yang tertera di bagian bawah kertas pengumuman hasil rapat dan dr. A. Halim mempunyai keyakinan bahwa Sjahrir pasti akan setuju. Dengan begitu berdirilah PSI di Kliteran, Yogyakarta dengan ketuanya yang berada di Bukittinggi pada saat itu.<ref>dr. A. Halim. ''Sjahrir Yang Saya Kenal,'' dalam {{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=GcyazKx7wqIC&pg=PA139&lpg=PA139&dq=oetojo+ramelan&source=bl&ots=uG067jA3K1&sig=b1nKMH6ZedRmMk9MX55vacR5kEQ&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjYso_CzcrZAhXGq48KHZkrAbsQ6AEIPzAE#v=onepage&q=oetojo%20ramelan&f=false|title=Mengenang Sjahrir: Seorang Tokoh Pejuang Kemerdekaan yang Tersisihkan dan Terlupakan|last=Anwar|first=Rosihan (ed.)|date=2010|publisher=PT Gramedia Pustaka Utama atas kerja sama dengan Soedjatmoko|year=|isbn=9789792250091|location=Jakarta|pages=138-139|language=id}}</ref>
== Asas ==
Ideologi dan filosofi PSI didasarkan pada [[Fabianisme]] dengan unsur-unsur
Dalam pasal 1 (asas-tujuan) Peraturan Dasar PSI tertera: "PSI berdasarkan
== Tokoh ==
* [[Amir Sjarifoeddin]], pernah menjabat sebagai [[Daftar Perdana Menteri Indonesia|perdana menteri]].
* [[Achdiat K. Mihardja]], sastrawan dan penulis Indonesia.
* [[A.M. Thalib]], (anggota PSI 1955-1959) pengusaha pernah menjabat wakil ketua [[Kamar Dagang dan Industri Indonesia|KADIN]] pusat.<ref>{{Cite news|url=https://amthalib.wordpress.com/2014/12/15/biografi-a-m-thalib-sejarah-yang-tak-akan-terlupakan/|title=Biografi A.M Thalib, Sejarah yang Tak Akan Terlupakan|date=2014-12-15|newspaper=amthalib's Blog|language=en-US|access-date=2018-09-02}}</ref>
* [[Lintong Mulia Sitorus]], pernah menjabat sebagai Sekretaris Jenderal PSI dan sejarawan yang menulis tentang pergerakan politik di Indonesia.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=GcyazKx7wqIC&pg=PA461&lpg=PA461&dq=lm+sitorus&source=bl&ots=uG067ir-I_&sig=w6mwS14wfQs0n6En9bTL6tcR2ZY&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiK6NKUhcrZAhVEq48KHXrqB2MQ6AEISzAN#v=onepage&q=lm%20sitorus&f=false|title=Mengenang Sjahrir: Seorang Tokoh Pejuang Kemerdekaan yang Terisisihkan dan Terlupakan|last=Anwar|first=Rosihan (ed.)|date=|publisher=PT Gramedia Pustaka Utama atas kerja sama dengan Soedjatmoko|year=2010|isbn=9789792250091|location=Jakarta|pages=461|language=id}} Buku sejarah tersebut yakni buku Sedjarah Pergerakan Kebangsaan Indonesia, Jakarta: Pustaka Rakjat N.V., 1951, cet. II dan buku Sejarah Pergerakan dan Kemerdekaan Indonesia, Jakarta: Dian Rakyat, 1988</ref>
* [[Djohan Sjahroezah]], pernah menjabat sebagai Wakil Sekretaris Jenderal PSI.
* [[Hamid Algadri]], Wakil Ketua Fraksi PSI dalam DPR dan Konstituante hasil Pemilu 1955.<ref>{{Cite web|url=http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/10/151016_indonesia_arabindonesia_sikappolitik|title=Ideologi politik keturunan Arab: Islamis, sosialis hingga komunis|last=Indonesia|first=Heyder Affan Wartawan BBC|website=BBC Indonesia|access-date=2017-09-08}}</ref>
* Hamdani, pernah menjabat sebagai Residen RI di Cirebon, Wakil Gubernur Militer Sumatra Tengah<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=GcyazKx7wqIC&pg=PA380&dq=sjahrir&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiNzvrjkMrZAhVCN48KHVtoAfwQ6AEIQjAF#v=snippet&q=djohan&f=false|title=Mengenang Sjahrir: Seorang Tokoh Pejuang Kemerdekaan yang Tersisihkan dan Terlupakan|last=Anwar|first=Rosihan (ed.)|date=|publisher=PT Gramedia Pustaka Utama atas kerja sama dengan Soedjatmoko|year=2010|isbn=9789792250091|location=Jakarta|pages=464|language=id}}</ref> dan Menteri Sosial pada [[Kabinet Halim]].
* [[Makmun Sumadipradja]], Bupati Cirebon dan anggota Dewan PSI.
* [[Moch. Tauchid]], aktivis sayap tani PSI, GTI.
* [[Mochtar Lubis]], pemimpin surat kabar ''[[Indonesia Raya (surat kabar)|Indonesia Raya]]''.
* [[Goenawan Mohamad]], sastrawan & pendiri majalah Tempo.
* [[Lukman Wiriadinata]], advokat, Ketua Persatuan Advokat Indonesia, pendiri Lembaga Bantuan Hukum, [[Daftar Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia|Menteri Kehakiman]]
* [[Rosihan Anwar]], pemimpin surat kabar ''[[Pedoman]].''
* [[Sarbini Sumawinata]], seorang ekonom kenamaan, Guru Besar Fakultas Ekonomi [[Universitas Indonesia|UI]] dalam bidang ekonomi kerakyatan dan pernah menjabat sebagai [[Daftar Kepala Badan Pusat Statistik|Kepala Biro Pusat Statistik]] pertama (1955-1965).
* [[Saubari]], politikus.
* [[Siauw Giok Tjhan]], aktivis.
* [[Soe Hok Gie]], aktivis mahasiswa, aktivis Gerakan Mahasiswa Sosialis (GMS) cabang UI Jakarta.
* [[Soemitro Djojohadikoesoemo|Soemitro Djojohadikusumo]], ekonom kenamaan, pernah menjabat sebagai Menteri Perindustrian dan Perdagangan, lalu [[Daftar Menteri Keuangan Indonesia|Menteri Keuangan]].
* [[Soepeno]], pernah menjabat sebagai [[Menteri Pemuda dan Olah Raga Republik Indonesia|Menteri Pembangunan dan Pemuda Indonesia]] pada [[Kabinet Hatta I]].<ref>{{Cite web|url=https://pahlawancenter.com/?p=1851|title=Supeno – Pahlawan Center|website=pahlawancenter.com|language=en-US|access-date=2017-09-06|archive-date=2017-09-06|archive-url=https://web.archive.org/web/20170906134323/https://pahlawancenter.com/?p=1851|dead-url=yes}}</ref><ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=a_uaI-Au4I4C&pg=PA20&dq=partai+sosialis+indonesia&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiAwYayi5DWAhUIto8KHe1GBncQ6AEIRDAG#v=onepage&q=supeno&f=false|title=Kronik
* [[Subadio Sastrosastomo|Soebadio Sastrosatomo]], aktivis dan pendiri PSI yang menikah dengan [[Maria Ulfah Santoso|Maria Ulfah]].
* [[Soedarpo Sastrosatomo]], aktivis, tokoh [[Perundingan Linggarjati]], diplomat, dan pengusaha.
* [[Mien Soedarpo|Minarsih Wiranatakusumah]], tokoh sayap wanita PSI, [[Gerakan Wanita Sosialis]]<ref>{{Cite journal|date=2017-07-18|title=Gerakan Wanita Sosialis|url=https://en.wiki-indonesia.club/w/index.php?title=Gerakan_Wanita_Sosialis&oldid=791194875|journal=Wikipedia|language=en}}</ref> (GWS) dan istri dari Soedarpo Sastrosatomo.
* [[Soedjatmoko]], seorang diplomat dan pernah menjabat sebagai Rektor [[Universitas PBB]] di [[Tokyo]], [[Jepang]].
* [[Sugondo Djojopuspito]], pernah menjabat sebagai Wakil Ketua PSI.
* [[Sutan Mohammad Rasjid]], pernah menjabat sebagai [[Daftar Menteri Pertahanan Indonesia|Menteri Pertahanan]], merangkap Menteri Sosial, Perburuhan, Pembangunan Pemuda pada [[Kabinet Darurat]] PDRI dan [[Duta Besar Indonesia untuk Italia]].
* [[Sutan
* [[Sutan Takdir Alisyahbana]], sastrawan pelopor [[Pujangga Baru]].
* [[Tandiono Manu]], pernah menjabat sebagai [[Daftar Menteri Pertanian Indonesia|Menteri Pertanian]].<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=WDgBBzWQ2DAC&pg=PA468&lpg=PA468&dq=tandiono+manu&source=bl&ots=jdYNVGG2aR&sig=7BDKBtn58fpVLyntk_3chaFVRo4&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjr59-z15XWAhUeTY8KHUnCAc8Q6AEIWzAO#v=onepage&q=tandiono%20manu&f=false|title=Nationalism and Revolution in Indonesia|last=Kahin|first=George McTurnan|date=
* [[Y.B. Mangunwijaya]], rohaniwan, arsitek & penyair.
Pada masa Demokrasi Parlementer, para politikus sipil membentuk banyak partai politik, tetapi hanya beberapa partai yang benar-benar mempunyai arti penting di Jakarta. Sjahrir tetap memimpin Partai Sosialis Indonesia (PSI) yang didukung oleh kaum intelektual Jakarta, tetapi hanya mendapat sedikit dukungan umum di luar Jakarta. PSI juga memiliki pengaruh di kalangan pejabat tinggi pemerintahan dan mempunyai pendukung di kalangan tentara pusat.<ref>
Partai Sosialis Indonesia yang telah memisahkan diri dari Partai Sosialis-nya Amir Syarifuddin, kemudian menyusun kembali kekuatannya dengan mereka yang pro-Sjahrir. Pada
Pada paruh pertama 1950-an (terhitung sejak Maret 1951) susunan Fraksi PSI di [[Dewan Perwakilan Rakyat Sementara]] (DPRS) yang beranggotakan 15 orang (beberapa sumber menyebut ada 17 orang) adalah Soebadio Sastrosatomo, Hamid Algadri, Lukman Wiriadinata, Andi Zaenal Abidin, Basri, Nyonya Soenarjati Soekemi, Tan Boen An, Mohamad Nuh, Djoeir Moehamad, Soemartojo, Tan Po Goan, Nyonya Soewarni Pringgodigdo,<ref>Soewarni Pringgodigdo merupakan salah satu dari sepuluh perempuan (pemudi) yang hadir dalam Kongres Pemuda II, 27-28 Oktober 1928. lihat {{Cite web|url=http://historia.id/modern/perempuan-dalam-kongres-pemuda|title=Perempuan dalam Kongres Pemuda|website=historia.id|language=id|access-date=2018-03-22}}</ref> J. B. A. F. Mayor Polak, Nyonya Soesilowati Rikerk, dan Djohan Syahroezah.<ref name=":1" /><ref>Untuk melihat daftar 45 anggota Dewan PSI serta susunan Sekretariat Dewan Partai, lihat {{Cite web|url=http://enosocialist.blogspot.co.id/2012/03/partai-sosialis-indonesia.html|title=PARTAI SOSIALIS INDONESIA|website=enosocialist.blogspot.co.id|access-date=2017-09-08}}</ref> Sedangkan pada [[Pemilihan umum legislatif Indonesia 1955|Pemilihan umum legislatif tahun 1955]], PSI berada pada peringkat delapan dengan perolehan 753.191 suara dan mendapat lima kursi (1,9% kursi parlemen) di DPR. Susunan fraksi PSI dalam DPR hasil Pemilu legislatif tahun 1955 adalah Soebadio Sastrosatomo (sebagai ketua fraksi), Hamid Algadri (sebagai wakil ketua/sekretaris fraksi), Sastra (pengganti anggota terpilih Gandaatmadja Sapai dari daerah pemilihan Jawa Barat), I Made Sugitha, Nyonya Suzanna Hamdani.<ref>{{Cite book|title=Hasil Rakjat Memilih: Tokoh-Tokoh Parlemen (Hasil Pemilihan Umum Pertama-1955) di Republik Indonesia.|url=https://www.worldcat.org/title/hasil-rakjat-memilih-tokoh-tokoh-parlemen-hasil-pemilihan-umum-pertama-1955-di-republik-indonesia/oclc/8509535|publisher=C.V. Gita|date=|location=Jakarta|oclc=8509535|language=Indonesian|last=Parlaungan|first=|year=1956|isbn=|page=381-382}} Lihat http://repositori.dpr.go.id/100/3/HASIL%20RAKYAT%20MEMILIH%20TOKOH-TOKOH%20PARLEMEN_3.pdf</ref> Sama halnya dengan partai-partai lain yang memiliki berbagai organisasi sayap partai dalam berbagai golongan, PSI juga memiliki beberapa organisasi sayap/''onderbouw'' yang berafiliasi dengan partai berlambang bintang merah ini.
Dalam bidang surat kabar/pers, PSI memiliki tiga corong, yakni Koran ''Pedoman'' di bawah pimpinan Rosihan Anwar (Nomor perdana ''Pedoman'' terbit pada 29 November 1948), Majalah ''Suara Sosialis'', dan Majalah ''Sikap'' (terbit perdana sejak Agustus 1948<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=a_uaI-Au4I4C&pg=PA495&dq=majalah+sikap+partai+sosialis+indonesia&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiV66_f2v_ZAhVY0mMKHda-ARAQ6AEILDAB#v=onepage&q=majalah%20sikap%20partai%20sosialis%20indonesia&f=false|title=Kronik Revolusi Indonesia Jilid IV (1948)|last=Toer|first=Pramoedya Ananta|last2=Toer|first2=Koesalah Soebagyo|last3=Kamil|first3=Ediati|date=2003|publisher=Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)|year=|isbn=9789799023889|location=Jakarta|pages=495|language=id}}</ref>). Untuk dua majalah terakhir yang disebut merupakan majalah untuk internal partai sebagai suplemen khusus bagi anggota partai, berisi berbagai artikel, opini dan pemandangan politik yang disampaikan oleh tokoh-tokoh pemimpin partai. Sosialisme dan kedekatannya dengan kelompok Sjahrir memengaruhi sikap dan cara Rosihan mengambil kebijakan dalam mengelola ''Pedoman''. Beberapa kalangan pun beranggapan ''Pedoman'' adalah suratkabar PSI. Menurut Rosihan Anwar, hubungan ''Pedoman'' dengan PSI harus dilihat dalam konteks saat itu. Hampir semua partai politik mempunyai organ pers, kecuali PSI yang tak punya modal. Secara sukarela Rosihan menjadikan ''Pedoman'' sebagai pendukung sosialis. "''PSI harus berterima kasih kepada saya karena saya bersedia dan secara sukarela menyokong perjuangan PSI. Tanpa mengeluarkan biaya, PSI mendapatkan koran pendukungnya, suatu koran yang besar tirasnya zaman itu''," ujar Rosihan, bercanda. Sikap itu terlihat jelas pada pemilihan umum tahun 1955. Rosihan masuk PSI untuk memenuhi syarat pencalonannya sebagai anggota Konstituante. Lalu dia menjadikan korannya untuk kepentingan kampanye PSI lewat tajuk rencana “Pilihan Kita: PSI”.<ref>{{Cite web|url=https://historia.id/obituari/articles/jatuh-bangun-koran-kiblik-vX4dv|title=Jatuh-Bangun Koran Kiblik|website=Historia - Obrolan Perempuan Urban|language=id-ID|access-date=2018-05-03}}</ref>
Di kalangan mahasiswa ada Gerakan Mahasiswa Sosialis dipimpin oleh Hersubeno dan Sudjono Jali, dan kemudian diganti Maruli Silitonga dan Hakim Simamora. Salah satu tokoh Gerakan Mahasiswa Sosialis yang terkenal adalah alumni Sejarah Fakultas Sastra UI Jakarta, Soe Hok Gie. Ada [[Rahman Tolleng]] yang juga merupakan anggota Gerakan Mahasiswa Sosialis Bandung. Sayap pemuda PSI bernama Gerakan Pemuda Sosialis, dipimpin oleh Suwandi Citut dan [[Gatut Kusumo Hadi|Gatot Kusumo Hadi]]. Sedangkan sayap wanita PSI bernama Gerakan Wanita Sosialis (GWS), dipimpin oleh Siti Wahjunah, istri Sutan Syahrir. Beliau adalah kakak [[Soedjatmoko]] dan Prof. [[Miriam Budiardjo]].<ref>{{Cite web|url=http://www.prismajurnal.com/forum-thread.php?id=%7B8B5A5D3C-E973-D7A1-5576-967A10540C5D%7D|title=Prisma Jurnal|website=www.prismajurnal.com|access-date=2017-09-08|archive-date=2021-10-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20211020173114/https://www.prismajurnal.com/forum-thread.php?id=%7B8B5A5D3C-E973-D7A1-5576-967A10540C5D%7D|dead-url=yes}}</ref> [[Mien Soedarpo|Minarsih Wiranatakusumah]] dan Ny. K. Tauchid (Istri Moch. Tauchid) merupakan tokoh dari organisasi perempuan PSI tersebut.<ref>Historia No. 18 Tahun II 2014, hlm. 48-52</ref> Sebelum berdirinya GWS, PSI mengandalkan kontak politik yang erat dengan organisasi wanita lain, [[Isteri-Sedar]]. Isteri-Sedar merupakan organisasi pergerakan perempuan yang didirikan Nyonya [[Suwarni Pringgodigdo]]. Namun setelah pemilihan 1955, PSI merasa bahwa Isteri-Sedar telah gagal memobilisasi pemilih perempuan untuk partai ini dan oleh karena itu partai memutuskan untuk membentuk sayap perempuannya sendiri yakni GWS.<ref>Wijono. ''The General Elections in Indonesia and the Partai Sosialis Indonesia'', in ''Socialist Asia'', Vol IV, November 1955/February 1956, Nos. 3-4. hlm. 16-17</ref>
Sedangkan untuk sayap buruh, partai membentuk [[Kongres Buruh Seluruh Indonesia]] (KBSI) dan membentuk sayap tani bernama Gerakan Tani Indonesia (GTI). Kongres Buruh Seluruh Indonesia (KBSI) terbentuk karena keterlibatan federasi serikat buruh [[Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia]] (SOBSI) dalam [[Peristiwa Madiun 1948]], yang mendorong beberapa anggota nonkomunis memilih keluar. Mereka menilai perlu ada federasi buruh yang baru dan independen. KBSI merupakan fusi antara Persatuan Organisasi Buruh (POB), di mana kelompok Sjahrir berada, menjalin hubungan dengan organisasi serikat buruh nonkomunis lainnya seperti Gabungan Sarekat Buruh Indonesia (GSBI) yang nasionalis, Badan Pekerja Sarekat Sekerdja (BPSS), dan Gabungan Organisasi Buruh Sumatera Utara (GOBSU). Mereka menggelar kongres bersama pada 10-12 Mei 1953 dan memutuskan berfusi dalam kongres tersebut. Secara ringkas KBSI didirikan sebagai penggabungan dari berbagai federasi nasional dan regional kecil yang telah bekerja bekerja sama selama beberapa tahun di dalam Dewan Serikat-Serikat Buruh Indonesia (DSBI), yang terdiri dari serikat-serikat non-komunis.<ref>Tedjasukmana, Iskandar (1958). ''The Political Character of the Indonesian Trade Union Movement'', Monograph Series (dalam bahasa Inggris). Ithaca, New York: Southeast Asia Program, Department of Far Eastern Studies Cornell University. hlm. 45</ref> KBSI sendiri dipimpin oleh orang yang bukan berlatar PSI. Ketua KBSI adalah Mr. [[Rahendra Kusnan|Rahendra Koesnan]], mantan menteri<ref>Namanya biasa ditulis Rh. Koesnan. Pernah menjadi Ketua PGRI, lalu menjadi Menteri Perburuhan dan Urusan Sosial (Kini bernama Menteri Tenaga Kerja) pada Kabinet Hatta I, Kabinet Hatta II, dan Kabinet Susanto. Pada saat kepemimpinannya di KBSI, sempat timbul ketegangan antara kelompok nonsosialis dengan kelompok sosialis (pro-PSI). Kemudian pada Desember 1953; Koesnan mengundurkan diri, yang diikuti beberapa serikat buruh nonsosialis. Mr. Koesna Poeradiredja naik menjadi ketua umum menggantikan dirinya.</ref> yang condong ke PNI, dan Mr. Koesna Poeradiredja dari nonpartai. Rahendra Koesnan juga dikenal sebagai pendiri dari [[Persatuan Guru Republik Indonesia]] (PGRI). Salah satu petinggi KBSI lainnya adalah Rivai S Atmadja.<ref>{{Cite web|url=https://historia.id/modern/articles/kongres-buruh-seluruh-indonesia-serikat-buruhnya-kaum-sosialis-P3erw|title=Kongres Buruh Seluruh Indonesia, Serikat Buruhnya Kaum Sosialis|website=Historia - Obrolan Perempuan Urban|language=id-ID|access-date=2018-05-01}}</ref>
Sama halnya dengan pendirian KBSI yakni perpecahan kelompok sosialis kanan dan sosialis kiri (komunis), Gerakan Tani Indonesia (GTI) juga mengalami hal serupa. GTI didirikan oleh kelompok nonkomunis pasca fusi antara Barisan Tani Indonesia (BTI), Rukun Tani Indonesia (RTI, yang merupakan sayap tani kalangan komunis), bersama Sarekat Tani Indonesia (Sakti) pada tahun 1953. Nama BTI yang kemudian dipertahankan dalam fusi. Pada periode inilah BTI menjadi identik dengan PKI, sebab organisasi massa tani ini telah berafiliasi dengan PKI. Moch. Tauchid sebagai salah satu pendiri BTI pada tahun 1945 bersama kawan-kawan sosialisnya (pengikut Sjahrir) memutuskan keluar dari BTI. Pada tahun itu pula, tepatnya tanggal 17 September 1953, ia kemudian mendirikan dan mengetuai Gerakan Tani Indonesia (GTI).<ref>Mochammad Tauchid. (2009). ''Masalah Agraria; Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia.'' Yogyakarta: STPN Press-Persaudaraan Warga Tani (Pewarta). hlm. 648-649</ref> Semua organisasi sayap partai ini didirikan sepanjang bulan Mei 1953 hingga September 1955.<ref>{{Cite web|url=http://historia.id/historiografis/habitat-orang-kita-di-atas-panggung-politik|title=Habitat Orang Kita di Atas Panggung Politik|website=historia.id|language=id|access-date=2017-09-08}}</ref> Pada kongres kedua di Jakarta pada bulan Juni 1955, terpilih 50 orang anggota Dewan Pimpinan Partai PSI, salah satunya adalah Koeswari.
== PSI di parlemen ==
[[Berkas:Sjahrir speaking at 1955 PSI election rally in Bali.jpg|jmpl|[[Sutan Syahrir]] tengah berkampanye untuk Pemilu 1955 di Bali. Juga terlihat lambang partai yang digunakan untuk Pemilu 1955 di mimbar. Foto diambil oleh Howard Sochurek dari Majalah LIFE.<ref>{{Cite news|url=https://artsandculture.google.com/asset/indonesian-elections/BgHSM1Bpo5gBbw|title=Indonesian Elections - Howard Sochurek - Google Arts & Culture|newspaper=Google Cultural Institute|language=in|access-date=2018-11-26}}</ref>|al=]]
Setelah pembubaran [[Republik Indonesia Serikat]] (RIS) dan kembali ke bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia, pada tahun 1950 (terhitung sejak Maret 1951) partai ini memiliki 17 kursi (7,3% kursi parlemen) dari 232 kursi<ref>Ada beberapa sumber yang mengatakan 15 kursi dari 236 kursi.</ref> di [[Dewan Perwakilan Rakyat Sementara]] (DPRS).<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=uk-Edtb-m6kC&printsec=frontcover&dq=ricklefs&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjrvKv5ocrZAhVF7WMKHUMjADEQ6AEIMDAB#v=onepage&q=ricklefs&f=false|title=Sejarah Indonesia Modern 1200–2008|last=Ricklefs|first=M. C.|date=2008|publisher=PT. Serambi Ilmu Semesta|year=|isbn=9791600120|location=Jakarta|pages=503|language=id}}</ref><ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=VAH0W9uxoqoC&printsec=frontcover&hl=id&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q&f=false|title=The Decline of Constitutional Democracy in Indonesia|last=Feith|first=Herbert|date=|publisher=Equinox Publishing|year=2007|isbn=9793780452|location=Jakarta|pages=128|language=en}}</ref> Pada [[Pemilihan umum legislatif Indonesia 1955|Pemilihan Umum 1955]] PSI berada pada peringkat delapan dengan hanya memenangkan 2% suara dengan memperoleh lima kursi (1,9% kursi parlemen) di [[DPR]]<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=uk-Edtb-m6kC&printsec=frontcover&dq=ricklefs&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjrvKv5ocrZAhVF7WMKHUMjADEQ6AEIMDAB#v=onepage&q=ricklefs&f=false|title=Sejarah Indonesia Modern 1200–2008|last=Ricklefs|first=M. C.|date=2008|publisher=PT. Serambi Ilmu Semesta|year=|isbn=9791600120|location=Jakarta|pages=520|language=id}}</ref><ref name=":0">{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=SawyrExg75cC&pg=PA328&dq=sjahrir+prri+permesta&hl=de&sig=Xvy1bC5SNiHKfMUICFLRmJqF2Lw&redir_esc=y#v=onepage&q=sjahrir%20prri%20permesta&f=false|title=Historical Dictionary of Indonesia|last=Cribb|first=Robert|last2=Kahin|first2=Audrey|date=2004|publisher=Scarecrow Press, Inc|year=|isbn=9780810849358|location=Lanham, Maryland|pages=328|language=en}}</ref><ref>Alfian. 1975, ''Hasil Pemilihan Umum untuk Dewan Perwakilan Rakyat,'' Jakarta: LEKNAS LIPI, hlm. 9</ref> Sedangkan untuk pemilihan anggota Konstituante (lembaga yang dibentuk untuk menyusun konstitusi pengganti UUDS 1950) yang diikuti 35 peserta dari partai dan perorangan/independen pada 15 Desember 1955, PSI hanya memperoleh sepuluh kursi (1,84% kursi parlemen) dari 514 kursi Konstituante. Dalam kampanye [[Pemilihan umum legislatif Indonesia 1955|Pemilihan Umum 1955]], PSI menyandingkan lambang bintang-nya dengan gambar lain menyesuaikan dengan ciri khas masing-masing daerah, misalnya [[Ganesa|Ganesha]] untuk wilayah Bali (seperti dalam foto), lalu [[Mandau]] untuk wilayah Kalimantan.<ref>Almenak "Waspada" 1955: Gatining Pantjasila Mawahju Buwana. (1954). Yogyakarta-Jakarta: Jajasan Penerbitan "Pesat". untuk contoh gambar lihat; http://koleksibarangdjadoel.blogspot.com/2012/10/almenak-waspada-1955.html</ref><ref>{{Cite web |url=https://kpud-cilacapkab.go.id/assets/data_web/data_pemilu/pileg/1955/TANDA_GAMBAR_PARTAI_POLITIK_DAN_PERORANGAN_PESERTA_PEMILU_1955.pdf |title=Salinan arsip |access-date=2018-09-02 |archive-date=2018-07-14 |archive-url=https://web.archive.org/web/20180714044657/http://kpud-cilacapkab.go.id/assets/data_web/data_pemilu/pileg/1955/TANDA_GAMBAR_PARTAI_POLITIK_DAN_PERORANGAN_PESERTA_PEMILU_1955.pdf |dead-url=yes }}</ref> Penyumbang suara terbesar PSI adalah Bali, yakni 226.453 suara.<ref>{{Cite news|url=https://twitter.com/potretlawas/status/994218339525320704|title=Potret Lawas on Twitter|newspaper=Twitter|language=id|access-date=2018-09-02}}</ref><ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=0zx3DAAAQBAJ&pg=PT398&dq=partai+sosialis+indonesia+bali&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjZyfb_hZzdAhVMRY8KHVLrCTwQ6AEIMjAC#v=onepage&q=partai%20sosialis%20indonesia%20bali&f=false|title=Malam Bencana 1965 Dalam Belitan Krisis Nasional: Bagian II Konflik Lokal|last=Abdullah|first=Taufik|last2=Abdurrachman|first2=Sukri|last3=Gunawan|first3=Restu|date=2012|publisher=Yayasan Pustaka Obor Indonesia|year=2012|isbn=9789794618028|location=Jakarta|pages=368|language=id}}</ref><ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=DLvrCgAAQBAJ&pg=PA69&dq=psi+dibubarkan&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwi6i4eWhpzdAhXLso8KHSkLADAQ6AEIODAD#v=onepage&q=psi%20dibubarkan&f=false|title=Sejarah Kota Denpasar 1945-1979|last=Agung|first=A. A. Gde Putra|last2=Parimartha|first2=I. Gde|last3=Budharta|first3=Ida Bagus Gde|last4=Rama|first4=Ida Bagus|date=|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional|year=1986|isbn=|location=Jakarta|pages=69 dan 132 (pada lampiran 2)|language=id}}</ref> Pada tanggal 20 Maret 1956; saat hasil pembentukan [[kabinet Ali Sastroamidjojo II]] (berdasarkan hasil Pemilu 1955) diumumkan, PSI tidak mendapatkan satu kursi di kabinet baru tersebut.
PSI mengadakan kongres partai pertamanya di [[Kota Bandung|Bandung]] pada tanggal 12-17 Februari 1952. Hanya tiga bulan sebelum pemilihan umum, PSI menggelar kongres kedua di [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]], tepatnya pada bulan Juni 1955.<ref>Wijono. ''The General Elections in Indonesia and the Partai Sosialis Indonesia'', in ''Socialist Asia'', Vol IV, November 1955/February 1956, Nos. 3-4. hlm. 13</ref> Kongres yang di kemudian hari disebut Syahrir dalam sebuah artikel sebagai ajang tamasya dan pesta bagi para peserta.<ref>Tim Buku TEMPO. {{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=-kWD3BfruRMC&pg=PA110&dq=kongres+partai+sosialis+indonesia&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjWhJaj1pTWAhWJ6Y8KHUYnAdsQ6AEIOTAD#v=onepage&q=kongres%20partai%20sosialis%20indonesia&f=false|title=Sjahrir: Peran Besar Bung Kecil|last=|first=|date=|publisher=Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)|year=2010|isbn=9789799102683|location=Jakarta|pages=110|language=id}}</ref> Dalam kongres pertama pada tahun 1952 tersebut, PSI hanya memiliki 3.049 anggota tetap dan 14.480 calon anggota. Ketika kongres kedua pada Juni 1955, anggota PSI bertambah menjadi 50.000 orang.<ref>Tim Buku TEMPO. {{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=-kWD3BfruRMC&printsec=frontcover&dq=sjahrir&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjGhOqcm8bZAhXBs48KHT1HDkoQ6AEIKDAA#v=onepage&q=kongres%20kedua&f=false|title=Sjahrir: Peran Besar Bung Kecil|last=|first=|date=|publisher=Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)|year=2010|isbn=9789799102683|location=Jakarta|pages=53|language=id}}</ref> Dalam pamflet kecil yang diterbitkan Sekretariat Partai Sosialis Indonesia yang berjudul ''Sosialisme'' (1960), tercatat ada 250.000 orang anggota dengan jumlah cabang sebanyak 1.057 yang tersebar di 22 Daswati<ref>Singkatan dari Daerah Swatantra Tingkat I. Pada tahun 1960-an, Indonesia memiliki 23 Daswati I, atau sekarang disebut 23 Provinsi. Hanya satu wilayah Daswati I yang PSI tidak memiliki cabang yakni di Daswati I Irian Barat.</ref> I (provinsi) dan 185 Daswati II (kabupaten/kota) di Indonesia pada catatan akhir tahun 1959.<ref>Pamflet Sekretariat Partai Sosialis Indonesia. (1960). ''Sosialisme''. hlm. 6-10</ref>
== Pembubaran ==
[[File:Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 201 Tahun 1960 tentang Pembubaran Partai Sosialis Indonesia.jpg|200px|right|thumb|Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 201 Tahun 1960 tentang Pembubaran Partai Sosialis Indonesia]]
Pada tahun [[1950]]-an, PSI melalui salah seorang anggotanya, [[Soemitro Djojohadikusumo]], memberi penekanan pada program pembangunan daerah, industri kecil, dan koperasi. Akan tetapi, karena Soemitro mendukung [[PRRI]], PSI dianggap turut serta melawan pemerintah.<ref name=":0" /> Menurut Rosihan Anwar, awal mulanya saat itu muncul isu [[Soemitro Djojohadikoesoemo|Soemitro]] melakukan korupsi, ketika duduk sebagai menteri pada kabinet Burhanuddin Harahap; Soemitro memberikan dana kepada PSI dalam pemilihan umum. Lawan politik PSI, seperti PNI dan terutama PKI (melalui korannya; Harian Rakjat dan Bintang Timur) terus memberitakan kasus dugaan korupsi tersebut.<ref>Tim Buku TEMPO. {{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=-kWD3BfruRMC&printsec=frontcover&dq=Sutan+Sjahrir&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjY2NWGuPPeAhVCtY8KHWkJBLw4ChDoAQgzMAI#v=snippet&q=Sumitro&f=false|title=Sjahrir: Peran Besar Bung Kecil|last=|first=|date=|publisher=Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)|year=2010|isbn=9789799102683|location=Jakarta|pages=114|language=id}}</ref> Soemitro sempat diperiksa dua kali (pertama pada tanggal 26 Maret 1957; kedua tanggal 6-7 Mei 1957) oleh [[Corps Polisi Militer]] (CPM), dan hasilnya tidak ada dasar dan alasan untuk menahan dirinya. Selain itu, Soemitro sebenarnya akan dipanggil lagi untuk diperiksa ketiga kalinya pada 8 Mei 1957, namun ia tidak hadir memenuhi panggilan pemeriksaan karena menurut [[Abdul Haris Nasution|Nasution]], pemanggilan terakhir ini baginya berarti akan ditahan.<ref>A.H. Nasution (1984). ''Memenuhi Panggilan Tugas: Masa Pancaroba Kedua''. Jakarta: Gunung Agung. hlm. 96-97.</ref>
Berdasarkan undang-undang darurat perang, Nasution memerintahkan dilakukannya pembersihan. Akibatnya, beberapa orang politisi yang diduga telah melakukan korupsi ditangkap dan beberapa lainnya melarikan diri. Pada bulan Mei 1957, ahli ekonomi dan mantan menteri dari PSI, [[Soemitro Djojohadikoesoemo|Soemitro Djojohadikusumo]], merupakan salah seorang yang kabur dari [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]] ke [[Sumatra]].<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=uk-Edtb-m6kC&printsec=frontcover&dq=ricklefs&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjrvKv5ocrZAhVF7WMKHUMjADEQ6AEIMDAB#v=snippet&q=Sumitro&f=false|title=Sejarah Indonesia Modern 1200–2008|last=Ricklefs|first=M. C.|date=|publisher=PT. Serambi Ilmu Semesta|year=2008|isbn=9791600120|location=Jakarta|pages=539|language=id}}</ref><ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=v0y4-dp9uEEC&printsec=frontcover&dq=audrey+kahin&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwir8tT4rvTeAhWMvY8KHZgBBf8Q6AEIXTAI#v=onepage&q=Sumitro&f=false|title=Dari Pemberontakan ke Integrasi: Sumatera Barat dan Politik Indonesia, 1926-1998|last=Kahin|first=Audrey|date=|publisher=Yayasan Obor Indonesia|year=2005|isbn=9789794615195|location=Jakarta|pages=304|language=id}}</ref> Pada Januari 1958, tersiar kabar telah terjadi pertemuan penting di Sungai Dareh, [[Sumatera Barat]]. Para petinggi militer daerah yang memberontak terhadap Jakarta, berkumpul disana dan Soemitro Djojohadikusumo juga ikut bergabung. Pada tanggal 15 Februari 1958, PRRI dideklarasikan di [[Kota Padang|Padang]], dan Soemitro didaulat menjadi Menteri Perhubungan dan Pelayaran Kabinet PRRI.
Sebelum deklarasi PRRI, Sjahrir bersama sejumlah petinggi pengurus pusat PSI di Jakarta berusaha mengingatkan Soemitro. Beberapa kader PSI diutus menemui Soemitro untuk membujuk kembali ke Jakarta dan untuk berusaha mencegah terjadinya pemberontakan, tetapi sia-sia. PSI menjatuhkan skors padanya dan mengeluarkan pernyataan ketidaksepahamannya dengan PRRI.<ref>{{Cite web|url=https://tirto.id/sejarah-partai-sosialis-indonesia-galau-dalam-kenaifan-politik-dgq5|title=Sejarah Partai Sosialis Indonesia: Galau dalam Kenaifan Politik|website=tirto.id|language=id|access-date=2019-06-15}}</ref> Pada 21 Juli 1960, pimpinan Partai Sosialis Indonesia dipanggil menghadap Presiden [[Soekarno]] di Istana Merdeka, Jakarta. Sjahrir datang, didampingi pengurus pusat partai; [[Djohan Sjahroezah]], [[Subadio Sastrosastomo|Soebadio Sastrosatomo]], T.A. Murad dan Djoeir Moehamad. Mereka diminta menjelaskan posisi Partai Sosialis Indonesia terkait dengan pemberontakan PRRI/Permesta. Sepekan kemudian, Sjahrir mengirim surat jawaban ke Istana. "''Sekalipun kami paham dan membenarkan perjuangan daerah, pembentukan pemerintahan pusat yang baru di samping pemerintahan yang ada kami anggap sebagai malapetaka''," tulis Sjahrir.<ref>Tim Buku TEMPO. {{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=-kWD3BfruRMC&printsec=frontcover&dq=Sutan+Sjahrir&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjY2NWGuPPeAhVCtY8KHWkJBLw4ChDoAQgzMAI#v=snippet&q=Sumitro&f=false|title=Sjahrir: Peran Besar Bung Kecil|last=|first=|date=|publisher=Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)|year=2010|isbn=9789799102683|location=Jakarta|pages=115-118|language=id}}</ref>
Namun jawaban Sjahrir tidak bisa mengubah pendirian Soekarno. Pada tanggal [[17 Agustus]] [[1960]], PSI (beserta organisasi sayap partai) bersama [[Masyumi]] dibubarkan oleh [[Soekarno|Presiden Soekarno]] atas pertimbangan [[Mahkamah Agung]] melalui Keputusan Presiden (Keppres) No. 201 tahun 1960<ref>{{Cite web|url=http://sipuu.setkab.go.id/PUUdoc/11564/Keppres2011960.htm|title=PRESIDEN|website=sipuu.setkab.go.id|access-date=2018-09-02|archive-date=2018-09-02|archive-url=https://web.archive.org/web/20180902151817/http://sipuu.setkab.go.id/PUUdoc/11564/Keppres2011960.htm|dead-url=yes}}</ref> mengacu pada Penetapan Presiden No. 7/1959.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=9ilIDwAAQBAJ&pg=RA1-PA101&dq=penetapan+presiden+no+7&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjOwc36gpzdAhWDfn0KHQWsD1EQ6AEIQjAF#v=onepage&q=penetapan%20presiden%20no%207&f=false|title=Panca Azimat Revolusi: Tulisan, Risalah, Pembelaan, & Pidato Sukarno 1926-1966 Jilid I|last=Siswo|first=Iwan|date=2014-08-18|publisher=Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)|year=2014|isbn=9789799106193|location=Jakarta|pages=101|language=id}}</ref> Menurut Ricklefs, kedua partai tersebut dilarang sebagai akibat permusuhan para pemimpin mereka terhadap Soekarno selama bertahun-tahun, oposisi mereka terhadap demokrasi terpimpin, dan keterlibatan mereka dalam PRRI.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=uk-Edtb-m6kC&printsec=frontcover&dq=ricklefs&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjrvKv5ocrZAhVF7WMKHUMjADEQ6AEIMDAB#v=onepage&q=PSI%20dilarang&f=false|title=Sejarah Indonesia Modern 1200–2008|last=Ricklefs|first=M. C.|date=|publisher=PT. Serambi Ilmu Semesta|year=2008|isbn=9791600120|location=Jakarta|pages=556|language=id}}</ref> Pengurus partai diberi waktu satu bulan untuk membubarkan organ-organnya sampai tingkat bawah. Tak lama setelah pembubaran PSI, Sjahrir ditangkap dan dijadikan tahanan politik pada 16 Januari 1962.
== Referensi ==
{{reflist|30em}}
==
* Cribb, Robert & Audrey Kahin (2004) [https://books.google.co.id/books?id=SawyrExg75cC&pg=PA328&dq=sjahrir+prri+permesta&hl=de&sig=Xvy1bC5SNiHKfMUICFLRmJqF2Lw&redir_esc=y#v=onepage&q=sjahrir%20prri%20permesta&f=false ''Historical Dictionary of Indonesia(second edition)''] ''(dalam bahasa Inggris). Lanham, Maryland: Scarecrow Press, Inc.'' {{ISBN|978-0-8108-4935-8}}
* [[Herbert Feith|Feith, Herbert]] (2007). [https://books.google.co.id/books?id=VAH0W9uxoqoC&printsec=frontcover&hl=id&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q=socialist%20Party&f=false ''The Decline of Constitutional Democracy in Indonesia''] (dalam bahasa Inggris). Jakarta: Equinox Publishing (Asia) Pte Ltd. {{ISBN|979-3780-45-2}}
* [[George McTurnan Kahin|Kahin, George McTurnan]] (2003) [https://books.google.co.id/books?id=WDgBBzWQ2DAC&printsec=frontcover&hl=id&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q=partai%20sosialis%20indonesia&f=false ''Nationalism and Revolution in Indonesia''] (dalam bahasa Inggris). Itacha, New York: SEAP Publications, Cornell University. [[International Standard Book Number|ISBN]] [[Istimewa:Sumber buku/9780877277347|9780877277347]].
* {{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=vzwAExNhpRQC&pg=PA523&dq=partai+sosialis+indonesia&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiJlpi-8Y_WAhUkSI8KHaQgD0c4ChDoAQg5MAM#v=onepage&q=partai%20sosialis%20indonesia&f=false|title=Sjahrir: Politics and Exile in Indonesia|last=Mrázek|first=Rudolf|date=1994|publisher=SEAP Publications, Cornell University|year=|isbn=0877277133|location=Itacha, New York|pages=|language=en}}
* [[Merle Ricklefs|Ricklefs, M. C.]] (2008). [https://books.google.co.id/books?id=uk-Edtb-m6kC&printsec=frontcover&dq=ricklefs&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjrvKv5ocrZAhVF7WMKHUMjADEQ6AEIMDAB#v=onepage&q=ricklefs&f=false ''Sejarah Indonesia Modern 1200–2008'']. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta. [[International Standard Book Number|ISBN]] [[Istimewa:Sumber buku/9791600120|9791600120]].
* Simanjuntak, P.H.H (2003) ''Kabinet-Kabinet Republik Indonesia: Dari Awal Kemerdekaan Sampai Reformasi (Cabinets of the Republic of Indonesia: From the Start of Independence to the Reform Era)'', Jakarta: Penerbit Djambatan. {{ISBN|979-428-499-8}}
* {{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=DVhjDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=rosihan+anwar+mengenang+sjahrir&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjYv8y_hO3iAhVjw1kKHU6GA9oQ6AEIKTAA#v=onepage&q=rosihan%20anwar%20mengenang%20sjahrir&f=false|title=Mengenang Sjahrir: Seorang Tokoh Pejuang Kemerdekaan yang Terisisihkan dan Terlupakan|last=Anwar|first=Rosihan (ed.)|date=|publisher=PT Gramedia Pustaka Utama atas kerja sama dengan Soedjatmoko|year=2010|isbn=9789792250091|location=Jakarta|pages=|language=id|page=}}
* Tim Buku TEMPO. {{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=-kWD3BfruRMC&printsec=frontcover&dq=sjahrir+tempo&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjr2r-nh-3iAhVsvlkKHTf_C8MQ6AEIKTAA#v=onepage&q=sjahrir%20tempo&f=false|title=Sjahrir: Peran Besar Bung Kecil|last=|first=|date=|publisher=Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)|year=2010|isbn=9789799102683|location=Jakarta|pages=|language=id|page=}}
{{Parpol1955}}
{{Partai politik Indonesia terdahulu}}
[[Kategori:Partai
[[Kategori:Partai sosialis|Sosialis Indo]]
[[Kategori:Partai politik yang sudah bubar di Indonesia|Sosialis Indo]]
[[Kategori:Pendirian tahun 1948 di Indonesia]]
[[Kategori:Partai politik yang didirikan tahun 1948]]
[[Kategori:Partai politik peserta pemilihan umum legislatif Indonesia 1955]]
|