Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Doooo Pido1 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(98 revisi perantara oleh 57 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{artikel pilihan}}
{{otheruses4|film|peristiwa Gerakan 30 September|Gerakan 30 September}}
{{artikel pilihan}}
{{pp}}
{{status artikel|AP|4|9|2013}}
{{Infobox film
|name = Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI
|image = Pengkhianatan G 30 S-PKI.jpg
|image size = 300px
|border =
|alt = Poster rilis, menampilkan lima tokoh utama, montase adegan, dan judul "Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI"
|caption = Poster rilis oleh PPFN (1984)
|director = [[Arifin C. Noer]]
|producer = {{plain list|
*[[Gufran Dwipayana|G. Dwipayana]]
}}
|writer screenplay = {{plain list|
*Arifin C. Noer
*[[Nugroho Notosusanto]]
Baris 22 ⟶ 24:
*[[Amoroso Katamsi]]
*[[Umar Kayam]]
*[[Didi Sadikin]]
*[[Kies Slamet]]
*[[Sofia WD]]
*[[Rudy Sukma]]
*[[Wawan Wanisar]]
*[[Keke Tumbuan]]
}}
|music = Embie C. Noer
|cinematography = [[Hasan Basri Jafar|Hasan Basari]]
|editing = Supandi
|studio = [[Produksi Film Negara|Pusat Produksi Film Negara]] [[Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia|Departemen Penerangan]]
|studio = [[PPFN]]
|distributor = Pusat Produksi Film Negara Departemen Penerangan
|released = {{Film[[15 date|September]] [[1984|||Indonesia|df=yes}}]]
|runtime = 271 menit
|country = {{negara|Indonesia}} [[Indonesia]]
|language = [[Bahasa Indonesia]]
|budget = [[Indonesian rupiahRupiah|Rp]] 800  juta
|gross =
}}
{{Penghargaan film
Baris 44 ⟶ 48:
* '''Skenario Asli Terbaik''' : [[Arifin C. Noer]]
}}
'''''Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI''''' atau hanya '''''Pengkhianatan G 30 S PKI''''' {{efn|Juga ditulis ''Penumpasan Pengkhianatan G 30 S/PKI'' dan ''Penumpasan Pengkhianatan G-30-S/PKI''}} adalah judul [[film]] [[fiksi sejarahdokudrama]] [[film propaganda|propaganda]] [[Indonesia]] tahun [[1984]]. Film ini [[sutradara|disutradarai]] dan ditulis oleh [[Arifin C. Noer]], diproduseri oleh [[Gufran Dwipayana|G. Dwipayana]], dan dibintangi [[Amoroso Katamsi]], [[Umar Kayam]], dan [[Syubah Asa]]. Diproduksi selama dua tahun dengan anggaran sebesar 800 juta [[RpRupiah]]. 800 juta kala itu, film ini disponsori oleh pemerintahan [[Orde Baru]] [[Soeharto]]. Film ini dibuat berdasarkan pada versi resmi menurut pemerintah kala itu dari peristiwa "[[Gerakan 30 September]]" atau "G30S" (peristiwa percobaan [[kudeta]] pada tahun 1965) yang ditulis oleh [[Nugroho Notosusanto]] dan [[Ismail Saleh]], yang menggambarkan peristiwa kudeta ini didalangi oleh [[Partai Komunis Indonesia]] atau PKI.
 
Film ini menggambarkan masa menjelang kudeta dan beberapa hari setelah peristiwa tersebut. Dalam kala kekacauan ekonomi, enam jenderal diculik dan dibunuh oleh PKI dan [[TNI Angkatan Udara]], konon untuk memulai kudeta terhadap Presiden Soekarno. Jenderal Soeharto muncul sebagai tokoh yang menghancurkan gerakan kudeta tersebut, setelah itu mendesak rakyat Indonesia untuk memperingati mereka yang tewas dan melawan segala bentuk [[komunisme]]. Film ini juga menampilkan pergantian rezim pemerintahan Indonesia dari Presiden [[Soekarno]] ke [[Soeharto]] menurut versi pemerintahan Orde Baru. Film ini menggambarkan gerakan G30S sebagai gerakan kejam yang telah merencanakan "setiap langkah dengan terperinci", {{sfn|Roosa|2006|p=98}} menggambarkan sukacita dalam penggunaan kekerasan yang berlebihan dan penyiksaan terhadap para jenderal, penggambaran yang telah dianggap menggambarkan bahwa "musuh negara adalah bukanlah manusia".{{sfn|Vickers|2012|pp=63–64}}
 
Film ini adalah film dalam negeri pertama yang dirilis secara komersial dan menampilkan peristiwa 1965 tersebut.{{sfn|Sen|Hill|2006|p=147}} ''Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI'' meraih sukses secara komersial maupun kritis. Film ini dinominasikan untuk tujuh penghargaan di [[Festival Film Indonesia 1984]], memenangkan satu, dan mencapai angka rekor penonton - meskipun dalam banyak kasus penonton diminta untuk melihat film ini, alih-alih secara sukarela.
 
Film ini terus digunakan sebagai kendaraan propaganda oleh pemerintah Orde Baru selama tiga belas tahun, di mana pemerintahan Soeharto kala itu memerintahkan satu-satunya [[stasiun televisi]] di Indonesia saat itu, [[TVRI (saluran TV)|TVRI]], untuk menayangkan film ini setiap tahun pada tanggal 30 September malam. Film ini juga diperintahkan menjadi tontonan wajib bagi siswa sekolah di Indonesia, walaupun memperlihatkan adegan-adegan yang penuh kekerasan berlebihan. Pada saat stasiun-stasiun [[televisi swasta]] bermunculan, mereka juga dikenai kewajiban yang sama. Peraturan ini kemudian dihapuskan sejak [[jatuhnya Soeharto]] tahun 1998. Sejak itu film ini telah menjadi kurang diminati lagi dan belumbaru pernahdiputar lagi diputaroleh di[[tvOne]] stasiunpada televisitahun Indonesia2017. Meskipun aspek artistik film ini tetap diterima dengan baik, kekeliruan sejarahnya telah menuai banyak kritik.
 
== Latar belakang ==
{{utama|Gerakan 30 September}}
Film ''Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI'' dibuat berdasarkan pada versi peristiwa kudeta yang diakui oleh pemerintah [[Orde Baru]] [[Soeharto]], di mana kudeta [[Gerakan 30 September]] didalangi oleh [[Partai Komunis Indonesia]] atau PKI.{{efn|Beberapa teori alternatif telah dikemukakan. {{harvtxt|McGlynn|Sulistyo|2007|pp=6–8}}, contohnya, catatan tentang empat teori alternatif yang menggambarkan kkudetakudeta sebagai urusan intern Angkatan Darat, atau didalangi oleh Soekarno, Soeharto, atau [[Badan Intelijen Negara]].}}{{sfn|Filmindonesia.or.id, Pengkhianatan G-30-S PKI}} Pada awal 1960-an, PKI dan partai-partai [[sayap kiri]] lainnya mendapat dukungan dari Presiden [[Soekarno]], memberi mereka kekuatan politik yang besar. Pada tahun 1965 PKI telah mempunyai jutaan anggota, jumlah semakin besar ini dipengaruhi oleh adanya [[Hiperinflasi Indonesia 1963-1965|hiperinflasi]] dan kemiskinan yang meluas.{{sfn|Ricklefs|1993|pp=230–260}} [[TNI Angkatan Darat]], bagaimanapun, telah saling tidak sejalan dengan PKI, sebuah situasi yang berbalas dengan PKI.{{sfn|Dahm|1971|p=225}}
 
[[Berkas:"Sumur Maut" at Lubang Buaya.jpg|jmpl|"Sumur Maut", tempat pembuangan mayat para jenderal oleh Gerakan 30 September]]
Baris 64 ⟶ 68:
Indonesia berada dalam kekacauan. Rakyat hidup dalam kemiskinan, sementara yang kaya memamerkan kekayaan mereka. Presiden Soekarno ([[Umar Kayam]]) sedang sakit dan hampir mati. Sementara itu, konsep politiknya, [[Nasakom]] (nasionalisme, agama, dan komunisme) telah menyebabkan pertumbuhan besar anggota PKI. Partai yang mencoba melakukan [[Peristiwa Madiun|kudeta pada tahun 1948]] ini telah menyerang dan membunuh orang di seluruh negeri. Presiden yang telah melemah juga dimanipulasi oleh partai ini. PKI telah merekayasa cerita, berdasarkan [[Dokumen Gilchrist]] yang palsu, bahwa Dewan Jenderal sedang mempersiapkan kudeta bila Soekarno mati. Aidit ([[Syubah Asa]]), [[Sjam Kamaruzaman|Syam]], dan kepemimpinan Partai Komunis diam-diam berencana untuk menggunakan ini sebagai alasan untuk kudeta mereka sendiri. Pangkat dan barisan anggota Partai ini menerima penjelasan dari pimpinan, dan dengan bantuan para prajurit dan perwira yang "berpikiran-maju" (sebagian besar dari [[AURI|Angkatan Udara]]), bekerja untuk mengumpulkan kekuatan Partai. Mereka berencana untuk menculik tujuh jenderal (yang dikatakan sebagai anggota Dewan Jenderal), merebut kota, dan mengamankan Soekarno. G30S yang baru diberi nama kemudian memulai pelatihan. Para anggota [[sayap kanan]] dalam Angkatan Darat yang tidak menyadari kudeta yang akan terjadi ini, hidup bahagia dengan keluarga mereka. Pada saat mereka menyadari bahwa ada sesuatu yang salah, mereka sudah terlambat.
 
[[Berkas:Abdul HarrisHaris Nasution.jpg|jmpl|Alt=Foto AH Nasution|[[Abdul Haris Nasution]] digambarkan melarikan diri dari upaya kudeta tersebut dengan melompati tembok.]]
 
Pada malam 30 September-1 Oktober, tujuh unit dikirim untuk menculik para jenderal yang terkait dengan Dewan Jenderal tersebut. Jenderal Abdul Harris Nasution ([[Rudy Sukma]]) berhasil melarikan diri melompati tembok, namun putrinya [[Ade Irma Suryani Nasution]] ([[Keke Tumbuan]]) justru tertembak, sementara [[atase militer]] [[Pierre Tendean]] ([[Wawan Wanisar]]) datang berlari keluar, memegang pistol; Tendean dengan cepat ditangkap, dan ketika ditanya di mana Nasution, mengaku dirinya adalah jenderal tersebut. Yani, yang melawan, tewas di rumahnya; Mayor Jenderal [[MT Haryono]] mendapat nasib yang sama. Kepala Jaksa Militer [[Sutoyo Siswomiharjo]], Mayjen [[Siswondo Parman]], dan Letnan Jenderal [[Soeprapto]] ditangkap. Brigadir Jenderal [[DI Pandjaitan]] ikut dengan rela, tetapi ketika dia berdoa terlalu lama sebelum memasuki truk dia dibunuh. Mayat dan tahanan yang dibawa ke kamp G30S/PKI di Lubang Buaya, di mana para korban yang tersisa disiksa dan dibunuh. Tubuh mereka kemudian dilemparkan ke dalam sumur. Pagi berikutnya, anak buah Letnan Kolonel Untung mengambil alih kantor RRI dan memaksa staf di sana untuk membaca pidato Untung ([[Bram Adrianto]]) yang menyatakan bahwa G30S telah bergerak untuk mencegah kudeta oleh Dewan Jenderal dan mengumumkan pembentukan "[[Dewan Revolusi]]". Anak buah G30S/PKI lain pergi ke istana untuk mengamankan presiden tetapi menemukan bahwa ia telah pergi meninggalkan istana. Di pangkalan Halim, Presiden berbicara dengan para pemimpin G30S dan menyatakan bahwa ia akan mengambil kontrol penuh dari Angkatan Darat. Pidato radio lain kemudian segera dibacakan, menguraikan komposisi Dewan Revolusi yang baru dan mengumumkan perubahan hierarki Angkatan Darat. Para pemimpin G30S mulai merencanakan pelarian mereka dari Halim, yang harus dilakukan sebelum tengah malam.
 
Soeharto ([[Amoroso Katamsi]]), yang dibangunkan pagi buta, membantah pengumuman Untung, menyatakan dengan tegas bahwa tidak ada Dewan Jenderal dan membuat catatan-catatan tambahan tentang hakikat G30S. Karena ada [[kekosongan kekuasaan]] dengan meninggalnya Yani, Soeharto mengambil kendali sementara Angkatan Darat dan mulai merencanakan serangan-balik dengan anak buahnya; namun bagaimanapun dia tidak mau memaksakan pertempuran. Dia malah menyatakan bahwa ia akan memberikan pengumuman lewat radio, yang disampaikan setelah pasukan yang setia kepadanya merebut kantor RRI. Pengumuman ini menguraikan situasi kala itu, menggambarkan G30S sebagai [[kontra-revolusioner]], dan menyatakan bahwa Angkatan Darat akan berurusan dengan kudeta ini. Tak lama kemudian para pemimpin kudeta melarikan diri dari Halim, dan pasukan Soeharto merebut kembali pangkalan udara tersebut. Beberapa waktu kemudian, pasukan di bawah kepemimpinan Soeharto menyerang sebuah markas G30S/PKI. Sementara tentara yang berafiliasi dengan PKI melawan, pimpinan Partai lolos dan melarikan diri, berencana untuk melanjutkan perjuangan mereka di bawah tanah.
 
Soeharto kemudian segera dipanggil ke istana kedua di Bogor untuk berbicara dengan Soekarno. Di sana, presiden mengatakan bahwa ia telah menerima jaminan dari Marsekal Udara [[Omar Dani]] bahwa Angkatan Udara tidak terlibat dalam kudeta ini. Soeharto membantah pernyataan tersebut, mencatat bahwa persenjataan gerakan ini adalah seperti orang-orang dari Angkatan Udara. Pertemuan ini akhirnya menghasilkan konfirmasi pengangkatan Soeharto sebagai pemimpin Angkatan Darat, bekerja sama dengan [[Pranoto Reksosamodra]]. Dalam investigasi mereka terhadap peristiwa kudeta ini, Angkatan Darat menemukan kamp di Lubang Buaya - termasuk tubuh para jenderal, yang dikeluarkan sembari Soeharto menyampaikan pidato menggambarkan kudeta ini dan peran PKI di dalamnya. Jenazah para jenderal kemudian dimakamkan di tempat lain dan Soeharto memberikan pidato [[hagiografi]], di mana ia mengutuk G30S PKI dan dan mendesak masyarakat Indonesia untuk melanjutkan perjuangan jenderal-jenderal yang telah meninggal tersebut.
 
== Produksi ==
Baris 83 ⟶ 87:
 
== Tema ==
''Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI'' menggambarkan PKI dan komunisme sebagai jahat pada dasarnya, dengan pengikutnya "tidak bisa diselamatkan",{{sfn|Mulligan|2005|p=135}} di mana pimpinan G30S dipandang sebagai licik dan kejam, dan merencanakan "setiap langkah dengan terperinci".{{sfn|Roosa|2006|p=98}} Sejarawan Katherine McGregor menemukan hal ini ditekankan dalam film ini yang menggambarkan pimpinan G30S sebagai gangster, duduk dalam pertemuan rahasia di tengah-tengah kepulan asap rokok. Dia juga menganggap sebuah adegan pembuka film, di mana [[Peristiwa Kanigoro|PKI menyerang sebuah sekolah Islam]], juga dengan sengaja dimaksudkan untuk menunjukkan sifat "jahat" komunis.{{sfn|McGregor|2007|pp=96–97}}
 
PKI digambarkan menikmati kekerasan, dengan film ini sangat menampilkan adegan "perempuan yang mencungkil mata dan tubuh yang membusuk dan disiksa".{{sfn|Paramadhita 2011, Questions}} Para jenderal diculik, dan dalam beberapa kasus tewas dibunuh di depan keluarga mereka; kemudian jenderal yang ditangkap disiksa saat komunis menari di sekitar api unggun.{{sfn|McGregor|2007|pp=98–100}} Sosiolog Adrian Vickers berpendapat bahwa kekerasan film ini dimaksudkan untuk menggambarkan bahwa "musuh-musuh negara ada di luar alam manusia", mirip dengan monster dalam sebuah [[film horor]].{{efn|Hal ini, {{harvtxt|Vickers|2012|pp=63–64}} menunjukkan, menghubungkan "horor individu" dalam film-film horor terhadap masalah sosial yang lebih luas seperti komunisme.}}{{sfn|Vickers|2012|pp=63–64}} Yoseph Yapi Taum dari [[Universitas Sanata Dharma]] mencatat bahwa anggota gerakan perempuan sayap kiri [[Gerwani]] disajikan film ini sebagai bagian dari Partai Komunis yang "gila", menari telanjang dan memotong penis jenderal yang diculik.{{sfn|Taum|2008|p=29}} Namun, Vickers menganggap penggambaran ini sebagai ambigu, menunjukkan bahwa pemerintahan Orde Baru diizinkan memonopoli kekerasan.{{sfn|Vickers|2012|pp=63–64}} McGregor menunjukkan bahwa kekerasan yang terjadi di rumah yang sebelumnya tenang menunjukkan "'penghancuran' keluarga".{{sfn|McGregor|2007|pp=98–100}} Sen mencatat bahwa kekerasan dalam film ini memungkiri "representasi kekacauan sebelum keteraturan" yang umum dalam film-film era Orde Baru.{{sfn|McGregor|2007|pp=98–100}}
Baris 92 ⟶ 96:
Pengaruh produser Dwipayana memastikan bahwa ulasan dan tinjauan kontemporer kala itu, terutama sinopsis, mengulangi posisi pemerintah tentang kudeta G30S.{{sfn|Sen|Hill|2006|p=147}} Hal ini bukan untuk mengatakan bahwa semua ulasan kritis tentang film ini haruslah positif. Marselli dari harian ''[[KOMPAS]]'' misalnya, menemukan bahwa film ''Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI'' adalah sangat rinci, dengan pengerjaan yang luas dan kualitas akting akan mewakili peristiwa secara akurat. Namun dia merasa, bahwa film ini terasa terlalu panjang, dan karena pemirsa langsung tahu siapa karakter yang baik dan buruk, film ini menjadi "...''hanyalah lukisan hitam-putih tanpa persoalan kompleks''.", yang mengabaikan masalah mendasar yang telah memicu gerakan G30S.{{sfn|Marselli 1984, Film Pengkhianatan G30S/PKI}}
 
Soeharto, setelahSetelah melihat penayangan awal film ini, Soeharto menyatakan bahwa cerita film ini belum selesai dan menyarankan bahwa sebuah sekuel diperlukan.{{sfn|Tempo 2012, Komentar Soeharto}} Dua sekuel oleh [[PPFN]], ''[[Operasi Trisula (film)|Operasi Trisula]]'' (1987) dan ''[[Djakarta 1966]]'' (1988) kemudian mengikuti.{{sfn|Heryanto|2006|pp=198–199}} ''Operasi Trisula'' disutradarai oleh [[BZ Kadaryono]], menceritakan tentang pemberantasan G30S dan anggota PKI di [[Blitar]], [[Jawa Timur]].{{sfn|Filmindonesia.or.id, Penumpasan}} Sementara ''Djakarta 1966'' disutradarai kembali oleh Noer dan menunjukkan peristiwa menjelang penandatanganan [[Supersemar]] pada [[11 Maret]] [[1966]], di mana Soekarno memberikan wewenang pada Soeharto untuk mengambil tindakan apapun yang "dianggap perlu"; Kayam dan Katamsi kembali mengambil peran mereka dalam film sekuel ini, yang memenangkan tujuh penghargaan di [[Festival Film Bandung]] 1989.<ref>{{harvnb|Filmindonesia.or.id, Djakarta 1966}}; {{harvnb|Filmindonesia.or.id, Penghargaan Djakarta 1966}}</ref>
 
== Penggunaan sebagai propaganda ==
[[Berkas:Suharto looking down 1998.jpg|jmpl|180px|alt=Foto Soeharto, 1998|Pada September 1998, Menteri Penerangan [[Yunus Yosfiah]] menggambarkan film ini sebagai upaya untuk menciptakan pengkultusan Soeharto ''(gambar)''.]]
Dimulai pada tahun 1984 pemerintah Orde Baru menggunakan ''Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI'' sebagai kendaraan propaganda, menayangkan film ini setiap tanggal 30 September. Film ini disiarkan oleh jaringanTVRI (yang saat itu di bawah [[TVRIDepartemen Penerangan]] milik negara), dan kemudian juga stasiun televisi swasta setelah mereka didirikan.<ref>{{harvnb|Indrietta 2012, Film Pengkhianatan G30S/PKI 2}}; {{harvnb|Sen|Hill|2006|p=148}}</ref> Film ini juga ditayangkan di sekolah-sekolah dan lembaga pemerintah;{{sfn|Sen|Hill|2006|p=148}} para siswa akan dibawa ke lapangan terbuka untuk melihat film ini dalam kelompok.{{sfn|Prijosusilo 2007, G30S}} Karena penggunaan ini, Sen dan Hill berpendapat bahwa ''Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI'' adalah film Indonesia yang paling-disiarkan dan paling banyak ditonton sepanjang masa.{{sfn|Sen|Hill|2006|p=148}} Sebuah survei tahun 2000 yang dilakukan oleh majalah ''[[TEMPO]]'' Indonesia menemukan bahwa 97 persen dari 1.101 siswa yang disurvei telah menyaksikan film ini; bahkan 87 persen dari mereka telah menyaksikan lebih dari sekali.{{sfn|Heryanto|2006|pp=50–51}}
 
Selama sisa era 1980-an dan awal 1990-an, akurasi sejarah ''Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI'' hanya sedikit diperdebatkan,{{sfn|Sen|Hill|2006|p=149}} dan film ini menjadi wakil kanun sejarah;{{sfn|Heryanto|2006|p=8}} versi kejadian tahun 1965 dalam film ini adalah satu-satunya yang diperbolehkan dalam wacana terbuka kala itu.{{sfn|Heryanto|2006|p=13}} Namun pada pertengahan 1990-an, [[Internet di Indonesia|komunitas internet]] anonim dan publikasi-publikasi kecil mulai mempertanyakan isi film tersebut; satu pesan yang dikirim melalui [[milis]] bertanya "Jika hanya sebagian kecil dari kepemimpinan PKI dan agen militer mengetahui [kudeta, seperti di film ini], bagaimana bisa lebih dari satu juta orang tewas dan ribuan orang yang tidak tahu harus dipenjarakan, diasingkan, dan kehilangan hak-hak sipil mereka?"{{sfn|Sen|Hill|2006|p=149}} Heryanto berpendapat bahwa hal ini dihasilkan dari [[polifoni (sastra)|polifoni]] yang tidak disengaja dalam film ini,{{sfn|Heryanto|2006|p=14}} sementara Sen dan Hill berpendapat bahwa Noer mungkin telah menyadari maksud pemerintah untuk berpropaganda dan dengan demikian membuat pesan politik dalam film ini "jelas-jelas bertentangan".{{sfn|Sen|Hill|2006|p=162}}
Baris 108 ⟶ 112:
[[Hilmar Farid]], seorang sejarawan Indonesia, menyebut film ini sebagai sebuah propaganda yang dicampur dengan "sejumlah fantasi [dari Orde Baru]".{{sfn|Sari 2012, Film Pengkhianatan G30S/PKI}} Wartawan [[Hendro Subroto]], yang meliput pengambilan mayat para jenderal dari Lubang Buaya, mengkritik akurasi film ini pada tahun 2001; ia menyatakan bahwa mayat-mayat tersebut tidak menunjukkan bukti adanya penyiksaan.{{sfn|Indrietta 2012, Film Pengkhianatan G30S/PKI 2}} Sementara itu, mantan penulis [[Lekra]] [[Putu Oka Sukanta]] menggambarkan film ini sebagai sebuah pengecilan penderitaan para anggota PKI dan kaum kiri lainnya dalam peristiwa yang mengikuti peristiwa G30S, sehingga menjadi "pembohongan pada masyarakat".{{sfn|Revianur 2012, Korban 65}} Sejarawan John Roosa berpendapat bahwa penggambaran peristiwa G30S dalam film ini seperti telah mengalahkan diri film ini sendiri, karena menurut dokumen yang ditulis Brigadir Jenderal [[Soepardjo]] (salah satu tokoh kunci G30S), operasi kudeta ini dipimpin oleh orang-orang yang "keheranan, ragu-ragu, dan tidak terorganisir".{{sfn|Roosa|2006|p=98}}
 
Dalam sebuah wawancara 2012, Katamsi mengakui bahwa film ini sebagian dimainkan dengan berlebih-lebihan, dan bahwa film ini telah menjadi cara yang ampuh untuk menyebarkan dan mengindoktrinasi pemirsa ke dalam ideologi Orde Baru.<ref>{{harvnb|Fathiyah 2012, Film Pengkhianatan G30S/PKI}}; {{harvnb|Sari 2012, Film Pengkhianatan G30S/PKI}}.</ref> Survei ''[[TEMPO]]'' berpendapat bahwa film ini adalah propaganda yang efektif, mengarahkan pengulas untuk "menolak semua yang berbau PKI dan komunis."{{sfn|Sari 2012, Film Pengkhianatan G30S/PKI}} Meskipun tidak lagi disiarkan setiap 30 September, film ini tetap tersedia di pasaran. Sebuah edisi [[video CD]] dirilis oleh Virgo pada tahun 2001{{sfn|Heryanto|2006|p=198–199}} dan museum G30S/PKI di Lubang Buaya tetap menawarkan pemutaran rutin film di bioskop setempat.{{sfn|Dwiharti|Mulyani|2011|p=241}} Kedua kopisalinan [[35 mm]] dan [[VHS]] film ini disimpan di [[Sinematek Indonesia]] di Jakarta.{{sfn|Filmindonesia.or.id, Pengkhianatan G-30-S PKI}}
 
Dua puluh tahun sejak film tersebut terakhir menjadi siaran wajib di televisi nasional, pada tahun 2017, beberapa kelompok mulai mengadakan sesi ''nonton bareng'' film pada akhir September untuk mengingat peristiwa tersebut.<ref>{{Cite news |title=Menkopolhukam: Hentikan Polemik Pemutaran Film G30S/PKI |url=https://www.liputan6.com/news/read/3106179/menkopolhukam-hentikan-polemik-pemutaran-film-g30spki |work=[[Liputan6.com]] |access-date=2021-08-11 |date=2017-09-24 |last2=Kiansantang |first2=Jennar |editor-last2=Saputra |editor-first2=Reza Deni |editor-last3=Kiansantang |editor-first3=Jennar |first=Devira |last=Prastiwi |editor-last=Rinaldo |archive-date=2021-08-11 |archive-url=https://web.archive.org/web/20210811122818/https://www.liputan6.com/news/read/3106179/menkopolhukam-hentikan-polemik-pemutaran-film-g30spki |dead-url=no }}</ref> [[SCTV]] menyiarkan film tersebut pada tahun 2018, dan [[tvOne]] serta TVRI juga mulai menyiarkannya pada tahun berikutnya.<ref>{{Cite news |title=Jadi Perbincangan, PFN Jelaskan Hak Siar Film G30/SPKI |url=https://news.detik.com/berita/d-4232468/jadi-perbincangan-pfn-jelaskan-hak-siar-film-g30spki |work=[[Detik.com|detikcom]] |access-date=2021-08-11 |date=2018-09-28 |first=Niken |last=Purmasari |archive-date=2021-08-11 |archive-url=https://web.archive.org/web/20210811124320/https://news.detik.com/berita/d-4232468/jadi-perbincangan-pfn-jelaskan-hak-siar-film-g30spki |dead-url=no }}</ref><ref>{{cite web |last1=Irfani |first1=Faisal |title=Kok Bisa Film G30S/PKI Ditayangkan Lagi oleh SCTV dan TV One? |url=https://tirto.id/kok-bisa-film-g30s-pki-ditayangkan-lagi-oleh-sctv-dan-tv-one-ei3j |website=Tirto.id |access-date=2021-08-11 |date=2018-09-28 |archive-date=2021-08-11 |archive-url=https://web.archive.org/web/20210811122814/https://tirto.id/kok-bisa-film-g30s-pki-ditayangkan-lagi-oleh-sctv-dan-tv-one-ei3j |dead-url=no }}</ref> TVRI tidak menyiarkan film tersebut pada tahun 2021, merujuk kepada keputusan Menteri Penerangan tahun 1998 yang mencabut status tontonan wajib film tersebut.<ref>{{Cite news |author1=Suryanto |title=TVRI tidak akan tayangkan film "Pengkhianatan G 30 S PKI" |url=https://www.antaranews.com/berita/2426657/tvri-tidak-akan-tayangkan-film-pengkhianatan-g-30-s-pki |work=[[Lembaga Kantor Berita Nasional Antara|ANTARA News]] |date=2021-09-30 |last=Suryanto |editor-last=Nurcahyani |editor-first=Ida |access-date=2021-10-01 |archive-date=2021-10-01 |archive-url=https://web.archive.org/web/20211001213350/https://www.antaranews.com/berita/2426657/tvri-tidak-akan-tayangkan-film-pengkhianatan-g-30-s-pki |dead-url=no }}</ref>
 
== Penghargaan ==
Baris 171 ⟶ 177:
== Bacaan lanjutan ==
{{Col|2}}
* {{Cite news|url=http://www.tempo.co/read/news/2012/09/29/078432686/3-Pemeran-Sentral-di-Film-Pengkhianatan-G-30-SPKI
* {{cite news
|archiveurl=https://www.webcitation.org/6DAkNgHTy?url=http://www.tempo.co/read/news/2012/09/29/078432686/3-Pemeran-Sentral-di-Film-Pengkhianatan-G-30-SPKI
|archivedate=2012-12-25
|archiveurl=http://www.webcitation.org/6DAkNgHTy
|archivedate=25 Desember 2012
|accessdate=25 Desember 2012
|date=29 September 2012
|work=[[Tempo.co]]
|title=3 Pemeran Sentral di Film Pengkhianatan G30S/PKI
|language=Indonesia
|ref={{sfnRef|Tempo 2012, 3 Pemeran Sentral}}
|dead-url=no
}}
* {{cite book
Baris 201 ⟶ 206:
* {{cite book
|title=History of Indonesia in the Twentieth Century
|url=https://archive.org/details/historyofindones0000dahm
|last=Dahm
|first=Bernhard
Baris 216 ⟶ 222:
|location=Jakarta
|accessdate=25 Desember 2012
|archiveurl=httphttps://www.webcitation.org/6DCUw2n0U?url=http://filmindonesia.or.id/movie/title/lf-d012-82-076141_djakarta-1966
|archivedate=25 Desember 2012-12-26
|ref={{sfnRef|Filmindonesia.or.id, Djakarta 1966}}
|dead-url=no
}}
}}
* {{cite book
|url=http://books.google.ca/books?id=rPQXJzgFK68C
Baris 242 ⟶ 249:
|ref={{sfnRef|Kompas 1993, Film-film Sejarah Kontemporer}}
}}
* {{Cite news|url=http://www.tempo.co/read/news/2012/09/29/078432682/Film-Pengkhianatan-G30SPKI-di-Mata-Para-Pemeran
* {{cite news
|archiveurl=https://www.webcitation.org/6DACRs1cu?url=http://www.tempo.co/read/news/2012/09/29/078432682/Film-Pengkhianatan-G30SPKI-di-Mata-Para-Pemeran
|archivedate=2012-12-25
|archiveurl=http://www.webcitation.org/6DACRs1cu
|archivedate=25 Desember 2012
|accessdate=25 Desember 2012
|date=29 September 2012
|work=[[Tempo.co]]
|title=Film Pengkhianatan G30S/PKI di Mata Para Pemeran
|language=Indonesia
|last=Fathiyah
|first=Alia
|ref={{sfnRef|Fathiyah 2012, Film Pengkhianatan G30S/PKI}}
|dead-url=no
}}
* {{cite book
Baris 279 ⟶ 285:
* {{cite web
|url=http://intl.econ.cuhk.edu.hk/exchange_rate_regime/index.php?cid=6
|title= {{sic|His|torial|nolink=y}} Exchange Rate Regime of Asian Countries
|publisher=Chinese University of Hong Kong
|accessdate=29 Desember 2012
|archivedate=29 Desember 2012-12-28
|archiveurl=httphttps://www.webcitation.org/6DFj7cej1?url=http://intl.econ.cuhk.edu.hk/exchange_rate_regime/index.php?cid=6
|ref={{sfnRef|CUHK 2000, Historial Exchange Rate}}
|year=2000
|dead-url=yes
}}
}}
* {{cite news
* {{Cite news|url=http://www.tempo.co/read/news/2012/09/29/078432677/Film-Pengkhianatan-G-30-SPKI-di-Mata-Para-Sineas
|archiveurl=httphttps://www.webcitation.org/6DAa6NvJP?url=http://www.tempo.co/read/news/2012/09/29/078432677/Film-Pengkhianatan-G-30-SPKI-di-Mata-Para-Sineas
|archivedate=25 Desember 2012-12-25
|accessdate=25 Desember 2012
|date=29 September 2012
|work=[[Tempo.co]]
|title=Film Pengkhianatan G30S/PKI di Mata Para Sineas
|language=Indonesia
|last=Indrietta
|first=Nieke
|ref={{sfnRef|Indrietta 2012, Film Pengkhianatan G30S/PKI 1}}
|dead-url=no
}}
* {{Cite news|url=http://www.tempo.co/read/news/2012/09/29/078432673/Film-Pengkhianatan-G-30-SPKI-Dicerca-dan-Dipuji
* {{cite news
|archiveurl=https://www.webcitation.org/6DAarZWfZ?url=http://www.tempo.co/read/news/2012/09/29/078432673/Film-Pengkhianatan-G-30-SPKI-Dicerca-dan-Dipuji
|archivedate=2012-12-25
|archiveurl=http://www.webcitation.org/6DAarZWfZ
|archivedate=25 Desember 2012
|accessdate=25 Desember 2012
|date=29 September 2012
|work=[[Tempo.co]]
|title=Film Pengkhianatan G30S/PKI, Dicerca dan Dipuji
|language=Indonesia
|last=Indrietta
|first=Nieke
|ref={{sfnRef|Indrietta 2012, Film Pengkhianatan G30S/PKI 2}}
|dead-url=no
}}
* {{cite web
Baris 321 ⟶ 326:
|location=Jakarta
|accessdate=25 Desember 2012
|archiveurl=httphttps://www.webcitation.org/6DAEJqUqM?url=http://filmindonesia.or.id/movie/title/lf-j011-79-029264_janur-kuning
|archivedate=25 Desember 2012-12-25
|ref={{sfnRef|Filmindonesia.or.id, Janur Kuning}}
|dead-url=no
}}
}}
* {{cite news
* {{Cite news|url=http://www.tempo.co/read/news/2012/09/29/078432676/Komentar-Soeharto-Usai-Lihat-Film-G-30-S
|archiveurl=httphttps://www.webcitation.org/6DAdZurb9?url=http://www.tempo.co/read/news/2012/09/29/078432676/Komentar-Soeharto-Usai-Lihat-Film-G-30-S
|archivedate=25 Desember 2012-12-25
|accessdate=25 Desember 2012
|date=29 September 2012
|work=[[Tempo.co]]
|title=Komentar Soeharto Usai Lihat Film Pengkhianatan G30S/PKI
|language=Indonesia
|ref={{sfnRef|Tempo 2012, Komentar Soeharto}}
|dead-url=no
}}
* {{cite web
Baris 344 ⟶ 349:
|location=Jakarta
|accessdate=25 Desember 2012
|archiveurl=httphttps://www.webcitation.org/6DAYaCSWh?url=http://filmindonesia.or.id/movie/title/lf-p022-82-358646_pengkhianatan-g-30-s-pki/credit
|archivedate=25 Desember 2012-12-25
|ref={{sfnRef|Filmindonesia.or.id, Kredit}}
|dead-url=no
}}
}}
* {{cite news
|date=31 Desember 1984
Baris 407 ⟶ 413:
* {{cite news
|url=http://www.thejakartapost.com/news/2011/04/04/questions-witnessing-violence.html
|archiveurl=httphttps://www.webcitation.org/6DEmKUhB6?url=http://www.thejakartapost.com/news/2011/04/04/questions-witnessing-violence.html
|archivedate=28 Desember 2012-12-28
|accessdate=28 Desember 2012
|date=4 April 2011
Baris 416 ⟶ 422:
|title=Questions on witnessing violence
|ref={{sfnRef|Paramadhita 2011, Questions}}
|dead-url=no
}}
* {{cite web
Baris 425 ⟶ 432:
|location=Jakarta
|accessdate=14 November 2012
|archiveurl=httphttps://www.webcitation.org/6CAWflQae?url=http://filmindonesia.or.id/movie/title/lf-b016-83-877986_budak-nafsu-fatima/award
|archivedate=14 November 2012-11-14
|ref={{sfnRef|Filmindonesia.or.id, Penghargaan Budak Nafsu}}
|dead-url=no
}}
}}
* {{cite web
|title=Penghargaan Djakarta 1966
Baris 437 ⟶ 445:
|location=Jakarta
|accessdate=26 Desember 2012
|archiveurl=httphttps://www.webcitation.org/6DF4eUulG?url=http://filmindonesia.or.id/movie/title/lf-d012-82-076141_djakarta-1966/award
|archivedate=26 Desember 2012-12-28
|ref={{sfnRef|Filmindonesia.or.id, Penghargaan Djakarta 1966}}
|dead-url=no
}}
}}
* {{cite web
|title=Penghargaan Pengkhianatan G-30-S PKI
Baris 449 ⟶ 458:
|location=Jakarta
|accessdate=25 Desember 2012
|archiveurl=httphttps://www.webcitation.org/6DAEWDOnc?url=http://filmindonesia.or.id/movie/title/lf-p022-82-358646_pengkhianatan-g-30-s-pki/award
|archivedate=25 Desember 2012-12-25
|ref={{sfnRef|Filmindonesia.or.id, Penghargaan}}
|dead-url=no
}}
}}
* {{cite web
|title=Penghargaan Ponirah Terpidana
Baris 461 ⟶ 471:
|location=Jakarta
|accessdate=25 Desember 2012
|archiveurl=httphttps://www.webcitation.org/6DAbzGaS8?url=http://filmindonesia.or.id/movie/title/lf-p016-83-835103_ponirah-terpidana/award
|archivedate=25 Desember 2012-12-25
|ref={{sfnRef|Filmindonesia.or.id, Penghargaan Ponirah Terpidana}}
|dead-url=no
}}
}}
* {{cite web
|title=Pengkhianatan G-30-S PKI
Baris 473 ⟶ 484:
|location=Jakarta
|accessdate=25 Desember 2012
|archiveurl=httphttps://www.webcitation.org/6DADDwQUq?url=http://filmindonesia.or.id/movie/title/lf-p022-82-358646_pengkhianatan-g-30-s-pki
|archivedate=25 Desember 2012-12-25
|ref={{sfnRef|Filmindonesia.or.id, Pengkhianatan G-30-S PKI}}
|dead-url=no
}}
}}
* {{cite news
|date=31 Desember 1984
Baris 493 ⟶ 505:
|location=Jakarta
|accessdate=26 Desember 2012
|archiveurl=httphttps://www.webcitation.org/6DCUTbw9z?url=http://filmindonesia.or.id/movie/title/lf-p049-86-822151_penumpasan-sisa-sisa-pki-blitar-selatan-operasi-trisula
|archivedate=26 Desember 2012-12-26
|ref={{sfnRef|Filmindonesia.or.id, Penumpasan}}
|dead-url=no
}}
}}
* {{cite news
|url=http://www.thejakartapost.com/news/2007/09/29/g30s-nagging-wound-indonesia-eager-deny.html
|archiveurl=httphttps://www.webcitation.org/6DEmcII3d?url=http://www.thejakartapost.com/news/2007/09/29/g30s-nagging-wound-indonesia-eager-deny.html
|archivedate=28 Desember 2012-12-28
|accessdate=28 Desember 2012
|date=29 September 2007
Baris 508 ⟶ 521:
|title=G30S a nagging wound Indonesia eager to deny
|ref={{sfnRef|Prijosusilo 2007, G30S}}
|dead-url=no
}}
* {{Cite news|url=http://www.tempo.co/read/news/2012/09/29/078432688/Proses-Arifin-C-Noer-Bikin-Pengkhianatan-G30SPKI
* {{cite news
|archiveurl=https://www.webcitation.org/6DAeH8n3x?url=http://www.tempo.co/read/news/2012/09/29/078432688/Proses-Arifin-C-Noer-Bikin-Pengkhianatan-G30SPKI
|archivedate=2012-12-25
|archiveurl=http://www.webcitation.org/6DAeH8n3x
|archivedate=25 Desember 2012
|accessdate=25 Desember 2012
|date=29 September 2012
|work=[[Tempo.co]]
|title=Proses Arifin C. Noer Bikin Pengkhianatan G30S/PKI
|language=Indonesia
|ref={{sfnRef|Tempo 2012, Proses Arifin C. Noer}}
|dead-url=no
}}
* {{cite news
Baris 528 ⟶ 541:
|ref={{sfnRef|Kompas 1993, Rano Karno}}
}}
* {{Cite news|url=http://nasional.kompas.com/read/2012/07/25/2012106/Korban.65.Film.Pengkhianatan.G30S/PKI.Pembohongan.Publik
* {{cite news
|archiveurl=https://www.webcitation.org/6DAcQeb1p?url=http://nasional.kompas.com/read/2012/07/25/2012106/Korban.65.Film.Pengkhianatan.G30S/PKI.Pembohongan.Publik
|archivedate=2012-12-25
|archiveurl=http://www.webcitation.org/6DAcQeb1p
|archivedate=25 Desember 2012
|accessdate=25 Desember 2012
|date=25 Juli 2012
|work=[[Kompas.com]]
|title=Korban 65: Film Pengkhianatan G30S/PKI Pembohongan Publik
|language=Indonesia
|last=Revianur
|first= Aditya
|ref={{sfnRef|Revianur 2012, Korban 65}}
|dead-url=no
}}
* {{cite book
Baris 551 ⟶ 564:
|ref=harv
}}
* {{Cite news|url=http://www.tempo.co/read/news/2012/09/29/078432686/3-Pemeran-Sentral-di-Film-Pengkhianatan-G-30-SPKI
* {{cite news
|archiveurl=https://www.webcitation.org/6DAlJx5hE?url=http://www.tempo.co/read/news/2012/09/2930/078432686078432829/3-Pemeran-SentralTokoh-di-FilmBalik-PengkhianatanPenghentian-GPemutaran-30Film-SPKIG30S
|archivedate=2012-12-25
|archiveurl=http://www.webcitation.org/6DAlJx5hE
|archivedate=25 Desember 2012
|accessdate=25 Desember 2012
|date=30 September 2012
|work=[[Tempo.co]]
|author1=Rini K
|author2=Evan
|title=Tokoh di Balik Penghentian Pemutaran Film G30S
|language=Indonesian
|ref={{sfnRef|Rini and Evan 2012, Tokoh di Balik Penghentian}}
|dead-url=no
}}
* {{cite book
Baris 575 ⟶ 587:
|year=2006
}}
* {{Cite news|url=http://www.tempo.co/read/news/2012/09/29/078432667/Film-Pengkhianatan-G30SPKI-Propaganda-Berhasilkah
* {{cite news
|archiveurl=https://www.webcitation.org/6DAcnTgBF?url=http://www.tempo.co/read/news/2012/09/29/078432667/Film-Pengkhianatan-G30SPKI-Propaganda-Berhasilkah
|archivedate=2012-12-25
|archiveurl=http://www.webcitation.org/6DAcnTgBF
|archivedate=25 Desember 2012
|accessdate=25 Desember 2012
|date=29 September 2012
|work=[[Tempo.co]]
|title=Film Pengkhianatan G30S/PKI, Propaganda Berhasilkah?
|language=Indonesia
|last=Sari
|first=Dianing
|ref={{sfnRef|Sari 2012, Film Pengkhianatan G30S/PKI}}
|dead-url=no
}}
* {{cite news
Baris 599 ⟶ 610:
* {{cite book
|title=Indonesian Cinema: Framing the New Order
|url=https://archive.org/details/indonesiancinema0000senk
|last1=Sen
|first1=Krishna
Baris 629 ⟶ 641:
|location=Jakarta
|accessdate=25 Desember 2012
|archiveurl=httphttps://www.webcitation.org/6DAEPhebo?url=http://filmindonesia.or.id/movie/title/lf-s013-81-597985_serangan-fajar
|archivedate=25 Desember 2012-12-25
|ref={{sfnRef|Filmindonesia.or.id, Serangan Fajar}}
|dead-url=no
}}
}}
* {{cite news
|url=http://www.thejakartapost.com/news/2003/10/15/indonesia-yet-move-painful-past.html
|archiveurl=httphttps://www.webcitation.org/6DEluosw0?url=http://www.thejakartapost.com/news/2003/10/15/indonesia-yet-move-painful-past.html
|archivedate=28 Desember 2012-12-28
|accessdate=28 Desember 2012
|date=15 Oktober 2003
Baris 644 ⟶ 657:
|title=Indonesia yet to move on from painful past
|ref={{sfnRef|Sijabat 2003, Indonesia}}
|dead-url=no
}}
* {{Cite news|url=http://www.tempo.co/read/news/2012/09/29/078432671/Sosok-Dalang-G30S-PKI
* {{cite news
|archiveurl=https://www.webcitation.org/6DAdsnOEa?url=http://www.tempo.co/read/news/2012/09/29/078432671/Sosok-Dalang-G30S-PKI
|archivedate=2012-12-25
|archiveurl=http://www.webcitation.org/6DAdsnOEa
|archivedate=25 Desember 2012
|accessdate=25 Desember 2012
|date=29 September 2012
|work=[[Tempo.co]]
|title=Sosok 'Dalang' Film Pengkhianatan G30S/PKI
|language=Indonesia
|ref={{sfnRef|Tempo 2012, Sosok 'Dalang'}}
|dead-url=no
}}
* {{cite journal
Baris 702 ⟶ 715:
 
{{DEFAULTSORT:Pengkhianatan G 30 S PKI}}
[[Kategori:DokumenterFilm dramayang berdasarkan pada kisah nyata]]
[[Kategori:Dokumenter drama Indonesia]]
[[Kategori:Film berdasarkan kisah nyata]]
[[Kategori:Film Indonesia tahun 1984]]
[[Kategori:Film propagandadokumenter Indonesiadrama]]
[[Kategori:Film propaganda]]
[[Kategori:Film yang disutradarai Arifin C. Noer]]
[[Kategori:Produksi Film Negara]]
[[Kategori:Film dicekal Indonesia]]
[[Kategori:SenimanRepresi Ordepolitik Barudi Indonesia]]
[[Kategori:Underbouw Orde Baru]]
[[Kategori:Agitasi dan propaganda Orde Baru]]