Reformasi Katolik: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ign christian (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Add 1 book for Wikipedia:Pemastian (20231209)) #IABot (v2.0.9.5) (GreenC bot
 
(24 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{terjemah|Inggris}}
{{Gereja Katolik}}
[[FileBerkas:Vulgata Sixtina.jpg|thumbjmpl|Sebuah salinan [[Vulgata]] ([[Kitab Suci Katolik]] edisi Latin) yang dicetak pada 1590, setelah banyak hasil reformasi [[Konsili Trento]] telah mulai mengambil tempat dalam ibadah Katolik.]]
'''Kontra-Reformasi''' ({{Lang-la|Contrareformatio}}), juga disebut '''Reformasi Katolik''' ({{Lang-la|Reformatio Catholica|links=no}}) atau '''Kebangunan Katolik''',<ref>{{en}} {{cite web|url=http://www.britannica.com/eb/article-9026564/Counter-Reformation|title=Counter Reformation|publisher=[[Encyclopædia Britannica Online]]|ref=harv}}</ref> adalah periode kebangkitan [[Gereja Katolik|Katolik]] yang diawali sebagai tanggapan terhadap [[Reformasi Protestan]], bermula dari [[Konsili Trento]] (1545–1563) dan berakhir pada penutupan [[Perang Tiga Puluh Tahun]] (1648). Kontra-Reformasi merupakan suatu upaya komprehensif yang mencakupi lima elemen utama:
# Pembelaan reaksioner atas praktik sakramental Katolik
Baris 9 ⟶ 8:
# Dimensi-dimensi politik
 
Reformasi-reformasi yang terjadi misalnya pendirian [[seminari|seminari-seminari]] untuk pelatihan [[imam|para imam]] secara tepat dalam kehidupan rohani dan [[Teologi Katolik|tradisi-tradisi teologis]] Gereja, pembaruan [[hidup bakti|kehidupan membiara]] dengan mengembalikan [[tarekat religius|tarekat-tarekat]] kepada landasan-landasan kerohanian mereka, serta gerakan-gerakan kerohanian baru yang berfokus pada kehidupan devosional dan relasi pribadi dengan [[Kristus]], termasuk para [[mistikus Spanyol]] dan [[aliran spiritualitas PerancisPrancis]].<ref name="britannica.com">{{en}} {{cite web |url=http://www.britannica.com/EBchecked/topic/140219/Counter-Reformation |title=Counter-Reformation |publisher=Encyclopædia Britannica, Inc.}}</ref>
 
Periode ini juga menyangkut aktivitas-aktivitas politik yang mencakup [[Inkuisisi Roma]]. Salah satu penekanan utama Kontra-Reformasi adalah misi untuk menjangkau bagian-bagian dunia yang pernah menjadi [[Gelombang pertama kolonisasi Eropa|koloni]] yang dominan Katolik dan juga adanya upaya untuk mengubah kembali wilayah-wilayah seperti Swedia dan Inggris yang pernah menjadi wilayah-wilayah dominan Katolik, namuntetapi telah didominasi Protestan pada masa Reformasi Protestan.<ref name="britannica.com"/>
 
Fokus dari berbagai teolog Kontra-Reformasi sebatas pembelaan posisi-posisi doktrinal seperti sakramen-sakramen dan praktik-praktik kesalehan yang ditentang oleh para reformis Protestan,<ref>{{en}} {{Cite news|url=https://www.britannica.com/event/Counter-Reformation|title=Counter-Reformation {{!}} religious history|work=Encyclopedia Britannica|access-date=2017-05-11|language=en}}</ref> hingga berlangsungnya [[Konsili Vatikan II]] pada 1962–1965. Salah satu dari antara "momen-momen paling dramatis" dalam konsili tersebut adalah intervensi dari Uskup Belgia [[:fr:Émile-Joseph De Smedt|Emil de Smedt]]. Saat berlangsungnya diskusi tentang hakikat Gereja, sang uskup menyerukan untuk diakhirinya "klerikalisme, legalisme, dan triumfalisme" yang pernah menjadi karakteristik Gereja pada abad-abad sebelumnya.<ref>{{en}} [http://www.americamagazine.org/issue/404/article/anniversary-thoughts "Anniversary Thoughts" in ''America'', 7 October 2002.] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20170419004349/http://www.americamagazine.org/issue/404/article/anniversary-thoughts |date=2017-04-19 }}</ref>
 
== Para pendahulu ==
Abad ke-14, ke-15, dan ke-16 merupakan suatu periode kebangunan rohani di Eropa, yang menempatkan pertanyaan seputar [[keselamatan (agama)|keselamatan]] sebagai titik sentral. Gerakan pembaruan ini menjadi dikenal dengan sebutan Reformasi Katolik. Beberapa teolog{{who}} menelusuri kembali ke masa-masa awal Kekristenan dan mempertanyakan spiritualitas mereka. Pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan meluas ke sebagian besar Eropa Barat pada abad ke-15 dan ke-16, sementara para kritikus sekuler{{who}} turut menelaah praktik keagamaan, perilaku klerikal, dan posisi-posisi doktrinal Gereja. Terdapat sejumlah gerakan pemikiran yang bervariasi, namuntetapi gagasan-gagasan reformasi dan pembaruan dipimpin oleh kalangan klerus.{{citation needed|date=April 2015}}
 
Reformasi-reformasi yang diputuskan pada [[Konsili Lateran V]] (1512–1517) hanya menimbulkan sedikit pengaruh.{{citation needed|date=April 2015}} Beberapa posisi doktrinal bergerak semakin menjauh dari posisi resmi Gereja,{{citation needed|date=April 2015}} sehingga mengarah pada perpecahan dengan [[Takhta Suci|Roma]] dan pembentukan denominasi-denominasi Protestan. Kendati demikian, kalangan-kalangan konservatif maupun reformis masih tetap bertahan di dalam [[Gereja Katolik]], bahkan ketika Reformasi Protestan menyebar. Kalangan [[Protestan]] secara definitif keluar dari Gereja Katolik pada tahun 1520-an. Kedua posisi dogmatis yang berbeda di dalam Gereja Katolik diperkukuh pada tahun 1560-an. Reformasi Katolik menjadi dikenal dengan istilah Kontra-Reformasi, yang didefinisikan sebagai reaksi terhadap Protestanisme alih-alih sebagai gerakan reformasi. Sejarawan [[Daniel-Rops|Henri Daniel-Rops]] mengatakan:
{{quote|Bagaimanapun, kendati lazim, istilah {{interp|Kontra-Reformasi|orig=itu}} menyesatkan: tidak dapat diterapkan dengan benar secara logis maupun kronologis pada gairah yang mendadak tersebut, seakan-akan dari sesosok raksasa yang terkejut, untuk upaya peremajaan dan reorganisasi seperti demikian, yang dalam waktu tiga puluh tahun memberikan Gereja suatu penampilan yang sama sekali baru. ... Yang disebut 'kontra-reformasi' itu tidak dimulai dengan Konsili Trento, lama setelah Luther; asal mula dan pencapaian-pencapaian awalnya jauh lebih dahulu daripada ketenaran Wittenberg. Reformasi itu dilakukan bukan dengan cara menanggapi 'para reformis', namun dalam ketaatan pada tuntutan-tuntutan dan prinsip-prinsip yang merupakan bagian dari tradisi Gereja yang tidak dapat diubah serta bersumber dari loyalitas-loyalitas paling mendasar yang dimiliki Gereja.<ref>{{en}} {{cite web |url=http://www.ewtn.com/library/HOMELIBR/ROPSCARE.TXT |title=The Catholic Reformation |author=[[Daniel-Rops|Henri Daniel-Rops]] |publisher=[[EWTN]] |others=Taken from the Fall 1993 issue of ''The Dawson Newsletter''}}</ref>}}
 
Tarekat-tarekat regular melakukan upaya-upaya pertama mereka untuk reformasi pada abad ke-14. 'Bulla Benediktin' tahun 1336 membarui tarekat [[Benediktin]] dan [[Sistersien]]. Pada tahun 1523, [[Kamaldolesi|Pertapa-Pertapa Kamaldolesi dari Monte Corona]] (Er. Cam.) diakui sebagai suatu kongregasi tersendiri para rahib. Pada tahun 1435, Santo [[Fransiskus dari Paola]] mendirikan Para Pertapa Miskin dari Santo Fransiskus dari Assisi, yang kemudian menjadi Frater-Frater [[Minimi (tarekat religius)|Minimi]] (O.M.). Pada tahun 1526, [[Matteo da Bascio]] mengusulkan pembaruan aturan hidup [[Fransiskan]] kepada kemurnian asalinya sehingga melahirkan tarekat [[Ordo Saudara Dina Kapusin|Kapusin]] (O.F.M.Cap.), yang memperoleh pengakuan dari paus pada tahun 1619.<ref name="Péronnet213">{{fr}} Michel Péronnet, ''Le XVe siècle'', Hachette U, 1981, p 213</ref> [[Ordo keagamaan Katolik|Tarekat atau ordo]] ini dikenal baik oleh kaum awam dan memainkan peranan penting dalam pewartaan publik. Untuk menanggapi kebutuhan-kebutuhan baru akan evangelisasi, kaum klerus membentuk [[kongregasi (Katolik)|kongregasi-kongregasi]] religius, mengikrarkan [[kaul religius|kaul-kaul]] khusus tetapi tanpa kewajiban untuk membantu dalam suatu pelayanan religius di [[biara (tempat tinggal)|biara]]. [[Klerus Regular|Klerus regular]] ini mengajar, melakukan pewartaan, dan menerima [[Sakramen Tobat (Gereja Katolik)|pengakuan]], namuntetapi berada di bawah wewenang seorang uskup secara langsung serta tidak terkait dengan wilayah atau paroki tertentu layaknya seorang [[vikaris]] ataupun [[kanonik (imam)|kanonik]].<ref name="Péronnet213"/>
 
Di Italia, kongregasi pertama klerus regular adalah [[Teatin]] (C.R.), yang dibentuk pada tahun 1524 oleh [[Cajetan|Kayetanus]] dan [[Paus Paulus IV|Kardinal Carafa]]. Pendirian itu diikuti dengan pendirian [[Imam-Imam Somaski]] (C.R.S.) pada tahun 1528, [[Barnabit]] pada tahun 1530, [[Ursulin]] (O.S.U.) pada tahun 1535, [[Yesuit]] (S.J.) yang diakui secara kanonis pada tahun 1540, [[Klerus Regular dari Bunda Allah dari Lucca]] (O.M.D.) pada tahun 1583, [[Kamilian]] (M.I.) pada tahun 1584, [[Pastor-pastor Adorno|Imam-Imam Adorno]] (C.R.M.) pada tahun 1588, dan [[Piaris]] (S. P.) pada tahun 1621. Pada tahun 1524,{{clarification needed|reason=It is hard to believe since he was born on 1515.}} sejumlah imam di kota [[Roma]] mulai menjalani kehidupan dalam suatu komunitas yang berpusat pada [[Filipus Neri]]. Mereka melembagakan diri sebagai [[Serikat Oratorian Neri|Oratorian]] (C.O.) dan mendapat pengakuan kepausan sebagai suatu kongregasi pada tahun 1575. Mereka memanfaatkan musik dan nyanyian untuk menarik perhatian umat.<ref name="Péronnet214">Michel Péronnet, p 214</ref>
 
== Konsili Trento ==
{{Main|Konsili Trento}}
[[FileBerkas:Council Trent.jpg|framebingkai|Penggambaran salah satu sesi [[Konsili Trento]].]]
 
[[Paus Paulus III]] (1534–1549) dianggap sebagai paus Kontra-Reformasi yang pertama,<ref name="britannica.com"/> dan ia juga memprakarsai [[Konsili Trento]] (Konsili Trente/Tridentina, 1545–1563), suatu komisi para kardinal yang ditugaskan untuk melakukan reformasi institusional, membahas isu-isu kontroversial seperti para uskup dan imam yang korup, penjualan [[indulgensi]], serta penyalahgunaan finansial lainnya.
 
Konsili menegakkan struktur dasar dari [[Sejarah Kekristenan selama Abad Pertengahan|Gereja Abad Pertengahan]], sistem sakramental, tarekat-tarekat religius, dan doktrinnya. Konsili menolak segala kompromi dengan pihak Protestan, menegaskan kembali prinsip-prinsip dasar dari iman Katolik. Konsili menegakkan dogma [[keselamatan (agama)|keselamatan]] yang dianugerahkan oleh [[rahmat ilahi|rahmat]] melalui [[iman dalam Kekristenan|iman]] ''dan'' [[perbuatan baik|perbuatan-perbuatan dari iman tersebut]] (bukan [[sola fide|iman semata]], sebagaimana yang ditekankan oleh pihak Protestan) karena "iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati", seperti yang termaktub dalam Yakobus 2:22-26.
Baris 35 ⟶ 34:
[[Transubstansiasi]], ajaran bahwa roti dan anggur yang di[[konsekrasi]] [[kehadiran nyata Kristus dalam Ekaristi|benar-benar diubah secara substansial]] menjadi ''[[Tubuh Kristus|tubuh]], [[Darah Kristus|darah]], jiwa, dan [[Kristologi|keilahian]]'' Kristus, juga ditegaskan kembali bersama dengan [[Sakramen (Katolik)|ketujuh sakramen]] Gereja Katolik berdasarkan [[Tradisi Suci]]. Praktik-praktik lain yang menimbulkan kemarahan para reformis Protestan, seperti [[peziarahan Kristen|ziarah]], [[venerasi|penghormatan orang kudus]] dan [[relikui]], penggunaan [[Gambar religius dalam teologi Kristen|gambar dan rupa yang diberkati]], serta [[penghormatan Maria dalam Gereja Katolik|penghormatan Perawan Maria]], mendapat penegasan kembali sebagai praktik-praktik yang terpuji secara rohani.
 
Dalam [[Kanon Trento]], Konsili secara resmi menerima daftar kitab [[Perjanjian Lama]] dalam [[Vulgata]], yang mencakup kitab-kitab [[deuterokanonika]] (juga disebut [[Apokrifa Alkitab|Apokrifa]] oleh pihak Protestan) dalam kesetaraan dengan 39 kitab yang pada umumnya didapati dalam [[Teks Masoret]]. Hal ini menegaskan kembali hasil-hasil dari [[Konsili Roma]] dan [[Konsili Kartago]] (keduanya diadakan pada abad ke-4 M), yang telah menegaskan [[Deuterokanonika|Deuterokanon]] sebagai bagian dari [[Kitab Suci Katolik|Kitab Suci]].<ref>Mengikuti [[Septuaginta]], pihak [[Ortodoks Timur]] umumnya memasukkan kitab-kitab deuterokanonika dengan beberapa kitab tambahan yang tidak ditemukan dalam [[Alkitab Katolik]], namuntetapi kitab-kitab tersebut dipandang sebagai otoritas sekunder. [[Gereja Inggris]] dapat menggunakan Alkitab yang menempatkan kitab-kitab deuterokanonika di antara [[Protokanonika]] Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, tidak dipadukan di antara kitab-kitab Perjanjian Lama yang lain sebagaimana adanya dalam Alkitab Katolik.</ref> Konsili juga menugaskan penyusunan [[Katekismus Roma]], yang berfungsi sebagai pengajaran Gereja yang berwibawa hingga dikeluarkannya ''[[Katekismus Gereja Katolik]]'' pada tahun 1992.
 
Sementara landasan-landasan tradisional Gereja ditegaskan kembali, terdapat perubahan-perubahan nyata untuk menanggapi keluhan-keluhan yang secara tidak langsung bersedia diakui oleh para Kontra-Reformis adalah sahih. Di antara kondisi-kondisi yang perlu diperbaiki oleh para reformis Katolik misalnya melebarnya jurang pemisah antara kaum klerus dengan kaum awam: banyak klerikus di paroki-paroki pedesaan yang berpendidikan rendah. Seringkali para imam pedesaan tersebut tidak menguasai [[bahasa Latin]] dan tidak memiliki kesempatan untuk menerima pendidikan teologi. Bagaimana mengatasi pendidikan para imam telah menjadi salah satu fokus mendasar dari para reformis [[humanisme|humanis]] di masa lalu.
Baris 41 ⟶ 40:
Para imam paroki dipandang perlu untuk menerima pendidikan yang lebih baik dalam hal teologi dan [[apologetika]], sementara otoritas kepausan berupaya untuk mendidik umat mengenai makna, hakikat serta nilai dari seni dan liturgi, khususnya dalam komunitas-komunitas [[monastisisme Kristen|monastik]] (pihak Protestan mencela kalau mereka "mengganggu"). Buku-buku catatan dan buku-buku pegangan menjadi lebih lazim digunakan, mendeskripsikan bagaimana seharusnya menjadi imam dan bapa [[Sakramen Tobat (Gereja Katolik)|pengakuan]] yang baik.
 
Dengan demikian, Konsili Trento berupaya untuk memperbaiki disiplin dan administrasi Gereja. Ekses-ekses duniawi dari Gereja [[Renaisans]] yang sekuler, dicontohkanutamanya olehterlihat dalam era [[Paus Aleksander VI]] (1492–1503), semakin meningkat selama era reformasi di bawah kepemimpinan [[Paus Leo X]] (1513–1522), yang kampanye pengumpulan dananya untuk pembangunan [[Basilika Santo Petrus]] dengan mendukung penggunaan [[indulgensi]] menjadi suatu pemicu utama ditulisnya ''[[95 Tesis]]'' oleh [[Martin Luther]]. Gereja Katolik menanggapi persoalan tersebut dengan suatu kampanye yang penuh semangat untuk melakukan reformasi, yang diilhami oleh gerakan-gerakan reformasi Katolik sebelumnya yang mendahului [[Konsili Konstanz]] (1414–1417): humanisme, tradisi-tradisi [[Devosi Katolik|devosional]], [[legalisme (teologi)|legalis]], dan [[Ordo Fratrum Minorum|observantin]].
 
Melalui tindakan-tindakannya, Konsili menolak pluralisme dari Renaisans sekuler yang sebelumnya telah menodai Gereja: tata kelola tarekat-tarekat religius diperketat, disiplin ditingkatkan, dan paroki diberikan perhatian. Penunjukan uskup karena alasan-alasan politik tidak lagi dibiarkan. Di masa lalu, pemilikan tanah yang besar menyebabkan banyak uskup menjadi "uskup-uskup yang absen", yang terkadang menjadi manajer-manajer properti yang terlatih dalam administrasi. Dengan demikian, Konsili Trento memerangi "absenteisme", yang adalah praktik para uskup tinggal di kota [[Roma]] ataupun di tanah-tanah kemilikan daripada di keuskupan-keuskupan mereka. Konsili Trento juga memberikan para uskup kuasa yang lebih besar untuk mengawasi semua aspek kehidupan religius. Para [[prelat]] yang penuh semangat, seperti [[Keuskupan Agung Milan|Uskup Agung Milan]] [[Karolus Boromeus]] (1538–1584), yang kelak di[[kanonisasi]] sebagai santo, memberikan teladan dengan mengunjungi paroki-paroki terpencil dan menanamkan standar yang tinggi.
<!--
==Reform==
The reign of [[Pope Paul IV]] ([[1555]]-[[1559]]), who is sometimes deemed the first of the Counter-Reformation popes for his resolute determination to eliminate Protestantism - and the ineffectual institutional practices of the Church that contributed to its appeal - marks these efforts of Catholic renewal. Two of his key strategies were the [[Inquisition]] and censorship of [[Index Librorum Prohibitorum|prohibited books]]. In this sense, his aggressive and autocratic efforts of renewal greatly reflected the strategies of earlier reform movements, especially the legalist and observantine sides: burning heretics and strict emphasis on [[Canon law (Catholic Church)|Canon law]]. It also reflected the rapid pace toward absolutism that characterized the sixteenth century.
 
== Tarekat-tarekat religius ==
While the aggressive authoritarian approach was arguably destructive of personal religious experience, a new wave of reforms and orders conveyed a strong devotional side. Devotionalism, not subversive [[mysticism]] would provide a strong individual outlet for religious experience, especially through meditation such as the reciting of the [[Rosary]]. The devotional side of the Counter-Reformation combined two strategies of Catholic Renewal. For one, the emphasis of God as an unknowable absolute ruler - a God to be feared - coincided well with the aggressive absolutism of the Church of Paul IV. But it also opened up new paths toward popular piety and individual religious experience to its strong emotional and psychological side.
Tarekat-tarekat religius yang baru merupakan salah satu bagian fundamental dari reformasi-reformasi yang dilakukan. Tarekat-tarekat seperti [[Ordo Saudara Dina Kapusin|Kapusin]], [[Karmelit Tak Berkasut]], [[Agustinian Tak Berkasut]], [[Kongregasi Feuilan|Feuilan]] Sistersien, [[Ursulin]], [[Teatin]], [[Barnabit]], [[Serikat Oratorian Neri|Oratorian]], dan khususnya [[Yesuit]], berkarya di paroki-paroki pedesaan dan menjadi contoh-contoh pembaruan Katolik.
 
Tarekat Teatin melakukan pengamatan seputar penyebaran bidah dan memberikan kontribusi dalam regenerasi kaum klerus. Tarekat Kapusin, salah satu cabang tarekat [[Fransiskan]] yang dikenal karena pewartaan dan perawatan yang mereka lakukan bagi kaum miskin dan sakit, berkembang dengan pesat. Kelompok-kelompok persaudaraan Kapusin memberi perhatian khusus pada kaum miskin dan menjalani hidup dengan cara yang sangat sederhana. Adanya para anggota tarekat-tarekat yang terlibat aktif dalam perluasan misioner di luar negeri mengekspresikan pandangan bahwa paroki-paroki pedesaan sering kali membutuhkan pemahaman akan iman Kristen sebagaimana halnya pada kaum pagan di Asia dan Amerika.
The Papacy of [[Pope Pius V|St. Pius V]] ([[1566]]-[[1572]]), in this sense, represented a strong effort not only to crack down against heretics and world abuses within the Church, but also improve popular piety in effort to firmly stem the appeal of Protestantism. A man of impoverished upbringing taken in by the [[Dominican Order|Dominicans]], he was trained in a solid and austere piety. It is thus no surprise that he began his pontificate by giving large alms to the poor, charity, and hospitals rather than focusing on patronage. As pontiff he practiced the virtues of a monk, known for daily meditations on bent knees in presence of the [[Blessed Sacrament]]. Known for consoling the poor and sick, St. Pius V sought to improve the public morality of the Church, promote the [[Jesuit]]s, support the Inquisition. He enforced the observance of the discipline of the Council of Trent, and supported the missions of the New World. The [[Spanish Inquisition]], brought under the direction of the absolutist Spanish state since [[Ferdinand II of Aragon|Ferdinand]] and [[Isabella of Castile|Isabella]], stemmed the growth of heresy before it could spread.
 
Tarekat Ursulin berfokus pada tugas khusus [[pendidikan perempuan|mendidik anak-anak perempuan]],<ref>{{en}} {{cite web|title=The Ursulines|url=http://www.newadvent.org/cathen/15228b.htm|publisher=Catholic Encyclopedia|accessdate=8 March 2015|quote=A religious order founded by St. Angela de Merici for the sole purpose of educating young girls}}</ref> menjadi tarekat wanita pertama yang mengabdikan diri untuk tujuan tersebut.<ref>{{en}} [[Philip Hughes (sejarawan Katolik)|Philip Hughes]] (1957), ''A Popular History of the Reformation'', 1960 reprint, Garden City, New York: Image Books, Ch. 3, "Revival and Reformation, 1495–1530", Sec. iii, "The Italian Saints", p. 86.</ref> Pembaktian diri pada karya-karya tradisional belas kasih memperlihatkan contoh penegasan kembali Reformasi Katolik akan makna penting [[iman dalam Kekristenan|iman]] dan [[perbuatan baik|perbuatan]], maupun [[keselamatan (Kristen)|keselamatan]] melalui rahmat Allah, serta penolakan terhadap prinsip ''[[sola scriptura]]'' yang ditekankan oleh mazhab-mazhab Protestan. Mereka dipandang tidak sekadar menjadikan Gereja lebih efektif, tetapi juga menegaskan kembali premis-premis fundamental dari Gereja Abad Pertengahan.
The pontificate of [[Pope Sixtus V]] ([[1585]]-[[1590]]) opened up the final stage of the Catholic Reformation characteristic of the [[Baroque]] age of the early seventeenth century, shifting away from compelling to attracting. His reign focused on rebuilding Rome as a great European capital and Baroque city, a visual symbol for the Catholic Church.
 
Tarekat Yesuit dianggap sebagai tarekat Katolik baru yang paling efektif pada periode ini. Sebagai pewaris tradisi-tradisi [[devosi Katolik|devosional]], [[Ordo Fratrum Minorum|observantin]], dan [[legalisme (teologi)|legalis]], tarekat tersebut mengorganisasi diri seturut karakteristik 'kemiliteran'. Dikatakan bahwa keduniawian Gereja Renaisans tidak mendapat tempat dalam tarekat baru mereka. ''[[Latihan Rohani]]'', karya besar dari [[Ignatius dari Loyola|St. Ignatius]] pendirinya, menunjukkan penekanan pada karakteristik buku-buku pegangan para reformis Katolik sebelum era [[Reformasi Protestan]], mengingatkan pada praktik-praktik devosional. Para anggota tarekat Yesuit menjadi pewarta, bapa [[Sakramen Tobat (Gereja Katolik)|pengakuan]] dari pangeran dan pemimpin monarki, serta pendidik humanisme.<ref name="Froom">{{en}} {{cite book|last=Froom|first=LeRoy|authorlink=Le Roy Froom|title=The Prophetic Faith of our Fathers|volume=1|year=1950|url=http://docs.adventistarchives.org//doc_info.asp?DocID=42770|format={{DjVulink}} and PDF|page=24|access-date=2017-10-26|archive-date=2014-11-06|archive-url=https://web.archive.org/web/20141106181119/http://docs.adventistarchives.org//doc_info.asp?DocID=42770|dead-url=yes}}</ref>
==The orders==
New religious orders were a fundamental part of this trend. Orders such as the [[Order of Friars Minor Capuchin|Capuchin]]s, [[Ursulines]], [[Theatines]], the [[Barnabites]], and especially the [[Society of Jesus|Jesuits]] strengthened rural parishes, improved popular piety, helped to curb corruption within the church, and set examples that would be a strong impetus for Catholic renewal. The Theatines were an order of devoted priests who undertook to check the spread of heresy and contribute to a regeneration of the clergy. The Capuchins, an offshoot of the [[Franciscan]] order notable for their preaching and for their care for the poor and the sick, grew rapidly in both size and popularity. The Capuchin fathers were an order based on the imitation of Jesus' life as described by the [[Gospel]]s. Capuchin-founded confraternities thus took special interest in the poor and lived austere lifestyles. These differing approaches were often complementary, as with the missions to rural areas poorly served by the existing parish structure. Members of orders active in overseas missionary expansionism expressed the view that the rural parishes, whose poor state of affairs contributed to the growth of Protestantism, often needed Christianizing as much as heathens of Asia and the Americas. The Ursulines focused on the special task of educating girls. Their devotion to the traditional works of mercy exemplifies the Catholic Reformations reaffirmation of salvation through faith and works, and firmly repudiated the [[sola scriptura]] of the Protestants emphasized by [[Lutheran Church|Lutherans]] and other Protestant sects. Not only did they make the Church more effective, they reaffirmed fundamental premises of the Medieval Church.
 
Tarekat Yesuit berperan serta dalam perluasan Gereja di benua Amerika dan Asia, melalui aktivitas misioner mereka. Biografi St. [[Ignatius dari Loyola]] berkontribusi dalam penekanan pada tindakan-tindakan kesalehan populer yang mengalami penurunan pada masa kepemimpinan Paus Aleksander VI dan Paus Leo X. Setelah pulih dari cedera serius yang dialaminya, ia mengikrarkan [[kaul religius|kaul]] untuk "hanya melayani Allah dan paus Roma, wakil-Nya di Bumi". Penekanan pada kepemimpinan paus merupakan suatu penegasan kembali akan kepausan abad pertengahan, selagi Konsili Trento menundukkan [[konsiliarisme]], keyakinan bahwa konsili umum Gereja adalah representasi Allah di dunia ini dan bukan paus. Mengakui paus sebagai seorang pemimpin sepenuhnya, tarekat Yesuit memainkan peranannya dalam Gereja Kontra-Reformasi yang selaras dengan [[Takhta Suci|Takhta Roma]].
However, the Jesuits, founded by the Spanish nobleman and ex-soldier [[Ignatius of Loyola]] ([[1491]]-[[1556]]), were the most effective of the new Catholic orders. His ''Societas de Jesus'' was founded in [[1534]] and received papal authorization in 1534 under Paul III. An heir to the devotional, observantine, and legalist traditions, the Jesuits organized their order along military lines, they strongly reflected the autocratic zeal of the period. Characterized by careful selection, rigorous training, and iron discipline, the worldliness of the Renaissance Church had no part in the new order. Loyola's masterwork ''Spiritual Exercises'' reflected the emphasis of handbooks characteristic of the earlier generation of Catholic reformers before the [[Reformation]]. The great psychological penetration that it conveyed was strongly reminiscent of devotionalism. However, the Jesuits are really the heirs to the observantine reform tradition, taking strong monastic vows of chastity, obedience, and poverty and setting an example that improved the effectiveness of the entire Church. They became preachers, confessors to monarchs and princes, and educators reminiscent of the humanist reformers, and their efforts are largely credited with stemming Protestantism in [[Poland]], [[Bohemia]], [[Hungary]], southern [[Germany]], [[France]], and the Spanish [[Netherlands]]. They also strongly participated in the expansion of the Church in the Americas and Asia, conducting efforts in missionary activity that far outpaced even the aggressive Protestantism of the Calvinists. Even Loyola's biography contributed to the new emphasis on popular piety that had been waning under the eras of politically oriented popes such as [[Pope Alexander VI|Alexander VI]] and [[Pope Leo X|Leo X]]. After recovering from a severe battle wound, he took a vow to "serve only God and the Roman pontiff, His vicar on earth." Once again, the emphasis on the Pope is a key reaffirmation of the Medieval Church as the [[Council of Trent]] firmly defeated all attempts of [[Conciliarism]], the belief that general councils of the church collectively were God's representative on earth, rather than the Pope. Firmly legitimizing the new role of the Pope as an absolute ruler strongly characteristic of the new age of absolutism ushered in by the sixteenth century, the Jesuits strongly contributed to the reinvigoration of the Counter-Reformation Church.
 
== SpiritualPolitik: MovementsBelanda ==
{{see|Pemberontakan Belanda|Perang Delapan Puluh Tahun}}
In addition, between 1512 and the 1560s a movement of evangelical Catholics of high-ranking member of the [[curia]], called [[Spirituali]], actively tried to reform the Church through reform of the individual. This movement was strong and significant era in the Church.
[[Berkas:Peter Paul Rubens - The Adoration of the Magi - WGA20244.jpg|300px|jmpl|Lukisan ''Sembah Sujud Ketiga Orang Majus'' (1624) karya [[Peter Paul Rubens]], seniman besar Flandria dari era Kontra-Reformasi.]]
 
Ketika pihak [[Calvinisme|Kalvinis]] menguasai berbagai wilayah [[Sejarah Belanda|Belanda]] dalam [[Pemberontakan Belanda]], pihak Katolik yang dipimpin oleh [[Felipe II dari Spanyol]] mengadakan perlawanan. Sang raja mengutus [[Alessandro Farnese, Adipati Parma|Alessandro Farnese]] sebagai Gubernur Jenderal [[Belanda Spanyol]] dari tahun 1578 sampai 1592.
==Church music==
The demand by the Council of Trent for simplicity in music in order that the words might be heard clearly placed a serious stumbling block in the path of the development of [[polyphony]] in the mid 16th Century.
 
Farnese memperoleh keberhasilan dalam kampanye militer tahun 1578–1592 yang dipimpinnya untuk mengatasi [[Pemberontakan Belanda]], merebut kota-kota utama di selatan Spanyol – Belgia dan mengembalikan kendali atas kota-kota itu kepada Spanyol Katolik.<ref>{{en}} Bart de Groof, "Alexander Farnese and the Origins of Modern Belgium", ''Bulletin de l'Institut Historique Belge de Rome'' (1993) Vol. 63, pp 195–219.</ref> Ia memanfaatkan perpecahan yang terjadi dalam jajaran lawan-lawannya antara kaum Flandria yang berbahasa Belanda dengan kaum Walonia yang berbahasa Prancis, menggunakan persuasi untuk mengambil keuntungan dari perpecahan tersebut dan menimbulkan perselisihan yang semakin meningkat. Dengan demikian ia dapat mengembalikan loyalitas provinsi-provinsi Walonia kepada sang raja. Melalui [[Uni Arras|perjanjian Arras]] tahun 1579, ia mengamankan dukungan dari <nowiki>'</nowiki>''Malcontents''<nowiki>'</nowiki>, sebutan bagi para bangsawan Katolik di wilayah selatan.
The Council, in their '''''Canon on Music to be used for the Mass''''', stated:
''All things should indeed be so ordered that the masses, whether they be celebrated with or without singing, may reach tranquilly into the ears and hearts of those who hear them, when everything is executed clearly and at the correct speed. In the case of those masses which are celebrated with singing and with organ, let nothing profane be intermingled, but only hymns and divine praises. The whole plan of singing should be constituted not to give empty pleasure to the ear, but in such a way that the words be clearly understood by all. And thus the hearts of listeners be drawn to desire of heavenly harmonies in the contemplation of the joys of the Blessed. They shall also banish from church all music that contains whether in the singing or in the organ playing things that are lascivious or impure.''
 
Tujuh provinsi utara beserta Flandria dan Brabant, yang dikuasai oleh pihak Kalvinis, menanggapi dengan [[Uni Utrecht]] dan memutuskan untuk tetap bersatu guna melawan Spanyol. Farnese mengamankan basisnya di [[:en:County of Hainaut|Hainaut]] dan [[Artois]], kemudian bergerak melawan [[Kadipaten Brabant|Brabant]] dan [[Flandria]]. Kota demi kota dapat dikuasainya: [[Tournai]], [[Maastricht]], [[Breda]], [[Brugge]] dan [[Gent]] membuka gerbang baginya.
While this was worded fairly vaguely, the intent was clear. Complex [[Polyphony]] was no longer deemed acceptable by the Council.
 
Farnese akhirnya melakukan pengepungan atas pelabuhan besar [[Antwerpen]]. Kota itu terbuka menuju ke laut, dikelilingi dengan benteng yang kuat, dan dipertahankan dengan baik di bawah kepemimpinan [[:en:Philips of Marnix, Lord of Saint-Aldegonde|Marnix van St. Aldegonde]]. Farnese memotong semua akses ke laut dengan membangun sebuah [[jembatan ponton|jembatan kapal]] yang melintasi [[Sungai Schelde]]. [[Kejatuhan Antwerpen|Kota tersebut menyerah pada 1585]], dan dikatakan bahwa sekitar 60.000 warga Antwerpen (60% dari populasi sebelum pengepungan) bermigrasi ke wilayah utara. Semua wilayah Belanda bagian selatan kembali berada di bawah kendali Spanyol.
[[Giovanni Pierluigi da Palestrina|Palestrina]]'s musical mastery and his skill at word setting greatly affected the outcome of this difficult situation, by composing a six part polyphonic mass, called the [[Pope Marcellus Mass]], of 1555, to prove that [[Counterpoint]], that polyphony is indeed compatible with the doctrines of the Counter-Reformation. The Counter-Reformation, in looking at Palestrina's mass, says: 'Yes, all the words are clear, Polyphony is Okay after all' and Palestrina is hailed as the savior of Church Music.
While this may or may not be entirely accurate, Palestrina's music will become the model for the next generations of Catholic composers, and is still held as an ideal for polyphonic clarity.
 
Dalam perang yang utamanya meliputi pengepungan-pengepungan dan bukan pertempuran-pertempuran, Farnese memperlihatkan ketabahan hatinya. Strateginya adalah menawarkan syarat-syarat yang dipandang murah hati agar lawannya menyerah: tidak ada pembunuhan massal ataupun penjarahan; hak istimewa perkotaan yang bersejarah tetap dipertahankan; terdapat amnesti dan pengampunan penuh; persekutuan kembali dengan Gereja Katolik dilakukan secara bertahap.<ref>{{en}} Violet Soen, "Reconquista and Reconciliation in the Dutch Revolt: The Campaign of Governor-General Alexander Farnese (1578–1592)", ''[[Journal of Early Modern History]]'' (2012) 16#1 pp 1–22.</ref>
The Netherlandish composer Jacob de Kerle (1531/32-1591) demonstrated to Council delegates that polyphony was capable of projecting the words in a coherent manner. It is quite possible that Kerle, not Palestrina, can be credited as the first "savior" of polyphony. Another composer, Vincenzo Ruffo (c.1508-1587) complied with the reforms of the Council of Trent. Ruffo devoted himself entirely to sacred music in the spirit of the Tridentine reforms. He may be considered the second "savior" of polyphony, composing sacred music that can almost entirely be labelled syllabic homophony.
After all of the debate during the third meeting of the Council of Trent, the council's solutions gave composers very little room for artistic expression. Composers, such as Palestrina and Lasso, would find other ways of expressing their sacred themes during the Counter-Reformation.
 
Sementara itu, para pengungsi Katolik dari Utara berkumpul kembali di Cologne ([[Köln]]) dan [[Douai]] serta mengembangkan suatu identitas Tridentina yang lebih bersemangat juang. Mereka menjadi kekuatan-kekuatan yang memobilisasi Kontra-Reformasi umum di Selatan, dengan demikian memfasilitasi kemunculan negara [[Sejarah Belgia|Belgia]] pada akhirnya.<ref>{{en}} Geert H. Janssen, "The Counter-Reformation of the Refugee: Exile and the Shaping of Catholic Militancy in the Dutch Revolt", ''[[Journal of Ecclesiastical History]]'' (2012) 63#4 pp 671–692</ref>
The Council of Trent brought about other changes in music: most notably developing the Missa Brevis, Lauda and "Spiritual Madrigal" (Madrigali Spirituali).
 
== Gerakan-gerakan kerohanian ==
==The inadvertent start of the [[scientific revolution]]==
{{Main|Ignatius dari Loyola|Teresa dari Ávila|Yohanes dari Salib|Fransiskus dari Sales}}
Some historians such as [[James Burke (science historian)|James Burke]] have noted some of the directives initiated in the Counter-Reformation had consequences that would ironically create even more formidable challenges to the Catholic Church's authority and very world-view.
{{Infobox Artwork
| image_file=(Venice) Allegoria della battaglia di Lepanto - Gallerie Accademia.jpg
| backcolor=#FBF5DF
| painting_alignment=right
| image_size=300px
| title=Pertempuran Lepanto
| artist=[[Paolo Veronese]]
| year=1571
| material=[[Lukisan minyak|Minyak di atas kanvas]]
| height_metric=169
| width_metric=137
| metric_unit=cm
| imperial_unit=in
| city=[[Venesia]], Italia
| museum=[[Gallerie dell'Accademia]]
| italic title=no
}}
 
Reformasi Katolik tidak dilihat sebagai suatu gerakan yang sekadar berorientasi pada politik dan kebijakan Gereja, tetapi juga sebagai gerakan yang melibatkan tokoh-tokoh besar seperti St. [[Ignatius dari Loyola]], St. [[Teresa dari Ávila]], St. [[Yohanes dari Salib]], St. [[Fransiskus dari Sales]], dan St. [[Filipus Neri]], yang kesemuanya memperkaya [[spiritualitas Katolik|spiritualitas]] dari Gereja Katolik. Santa Teresa dari Avila dan Santo Yohanes dari Salib adalah para pembaru dan [[mistisisme Kristen|mistikus]] Spanyol dari [[Karmelit|Ordo Karmel]], yang karya pelayanannya berfokus pada [[kehidupan batin (teologi Katolik)|konversi batin]] menuju Kristus, pendalaman doa, dan penyerahan diri kepada kehendak Allah. Teresa menerima tugas dari bapa pengakuannya untuk menulis tentang [[Jalan Kesempurnaan|jalan menuju kesempurnaan]] dalam cinta dan persatuan dengan Kristus. Karya-karya tulisnya yang dipublikasikan, terutama autobiografinya yang terbit dengan judul ''Riwayat Hidup St. Teresa'' (judul buku dalam terjemahan Indonesia), dikatakan menghasilkan banyak pengaruh. [[Thomas Merton]] menyebut St. Yohanes dari Salib sebagai yang terbesar di antara semua teolog mistik.<ref>{{en}} {{cite book|title=John of the Cross|chapter=[[Mendaki Gunung Karmel|Ascent of Mount Carmel]]|publisher=Image Books|year=1958|ref=harv}}</ref>
This came about with the initiative to make the Catholic Church more attractive to the common person. In addition to better training for the clergy, there was also the idea of making the Church's facilities and activities more attractive to the laypeople. Part of this including extensive decorations that would eventually encourage the [[baroque]] art style and more celebrations of holidays and similar events.
 
Klarifikasi seputar kata "mistik" atau "mistis" dianggap perlu. Ketika seseorang memikirkan definisinya ataupun hakikat dari "mistisisme", kesalahpahaman yang lazim terjadi yaitu apabila seseorang ingin menjadi seorang mistikus maka ia harus mengasingkan diri secara fisik dari dunia luar untuk mendapatkan pengalaman demikian. Kendati pengasingan semacam itu dapat menjadi satu-satunya karya kerasulan yang di dalamnya sejumlah orang dipanggil untuk menjalani suatu kehidupan doa, terdapat orang-orang lain yang terpanggil untuk melakukan karya kerasulan ganda. Yohanes dari Salib melayani sebagai pembimbing rohani sekaligus bapa pengakuan di dalam batas-batas [[tarekat religius tertutup|komunitas tertutup]], yang giat dibentuknya bersama dengan Teresa dari Ávila, tetapi ia juga secara harfiah membantu membangun sejumlah [[biara (tempat tinggal)|biara]] itu. Ignatius dari Loyola dan Fransiskus dari Sales terpanggil untuk melakukan karya kerasulan atau spiritualitas yang lebih aktif, tetapi panggilan mereka tidak dipandang sebagai "lawan" dari Teresa dan Yohanes sebagaimana dipaparkan sebelumnya. "Melihat Allah dalam segala hal" adalah satu ungkapan khas Ignatius dan salah satu tema utama dalam ''[[Latihan Rohani]]'' karyanya.<ref>Ignatius dari Loyola: ''Latihan Rohani''</ref>
The need to have these events followed closely throughout the dioceses raised the problem with the accuracy of the [[calendar]]. By the sixteenth century the [[Julian calendar]] was almost ten days out of step with the seasons and the heavenly bodies. Among the astronomers who was asked to work on the problem of how the calendar could be reformed was [[Nicolaus Copernicus]], a canon at [[Frombork]] (Frauenburg). In the dedication to ''[[De revolutionibus orbium coelestium]]'' (1543), Copernicus mentioned the reform of the calendar proposed by the [[Fifth Council of the Lateran]] (1512-1517). As he explains, a proper measurement of the length of the year was a necessary foundation to calendar reform. By implication, his work replacing the [[Ptolemaic system]] with a [[heliocentric model]] was prompted in part by the need for calendar reform. An actual new calendar had to wait until the [[Gregorian calendar]] in 1582.
 
Spiritualitas Filipus Neri, yang tinggal di [[Roma]] pada saat bersamaan dengan Ignatius, juga berorientasi pada praktik aktif, tetapi sama sekali berbeda dengan pendekatan tarekat [[Yesuit]] yang didirikan Ignatius. Kata Filipus, "Jika saya mengalami suatu persoalan yang sebenarnya, saya merenungkan apa yang akan dilakukan Ignatius ... dan kemudian saya melakukan apa yang benar-benar kebalikannya." Sebagai pengakuan atas kontribusi bersama mereka pada pembaruan spiritual dalam reformasi Katolik, [[Ignatius dari Loyola]], [[Filipus Neri]], dan [[Teresa dari Ávila]] di[[kanonisasi]] pada hari yang sama, 12 Maret 1622.
At the time of its publication, ''De revolutionibus'' passed with relatively little comment in the Catholic Church itself who treated the conception as little more than a mathematical convenience. However, the fact that the Earth's motion directly contradicted literal readings of the Bible and [[Aristotle]]'s philosophy eventually became an unavoidable issue. This occurred when scholars like [[Galileo Galilei]] began to amass physical evidence supporting heliocentrism, or at least undermining [[Ptolemy]]. This examination of the Copernican theory was a factor in starting the [[scientific revolution]] outside the Catholic Church who banned the study of these works until the mid nineteenth century.{{fact}}-->
 
[[Maria|Perawan Maria]] memainkan satu peranan yang semakin penting dalam [[devosi Katolik]]. Kemenangan di [[Pertempuran Lepanto]] pada 1571 dipandang berkat [[perantaraan para kudus|perantaraan]] Perawan Maria, dan mengindikasikan awal mula dari suatu pembaruan yang intens atas devosi-devosi Marian.<ref>{{de}} Otto Stegmüller: "Barock", Dalam: ''Lexikon der Marienkunde'', Regensburg 1967, 566</ref> Selama dan setelah Reformasi Katolik, praktik kesalehan Marian mengalami pertumbuhan yang tak terduga dengan dihasilkannya lebih dari 500 halaman tulisan mariologis sepanjang abad ke-17 saja.<ref>{{la}} A Roskovany, conceptu immacolata ex monumentis omnium seculorum demonstrate III, Budapest 1873</ref> [[Francisco Suárez]], seorang imam Yesuit, menjadi teolog pertama yang menggunakan metode [[Thomisme|Thomis]] dalam [[Mariologi]]. Kontributor terkenal lainnya bagi spiritualitas Marian misalnya St. [[Laurensius dari Brindisi]], St. [[Robertus Bellarminus]], dan St. [[Fransiskus dari Sales]].
 
[[Sakramen Tobat (Gereja Katolik)|Sakramen Tobat]] ditransformasikan dari pengalaman sosial menjadi pengalaman personal, yakni dari suatu tindakan di hadapan masyarakat umum menjadi suatu pengakuan privat. Penerimaan sakramen tersebut hingga saat ini dilaksanakan secara pribadi, umumnya dalam suatu ruang atau bilik pengakuan. Praktik pelaksanaannya merupakan suatu perubahan dalam penekanannya dari rekonsiliasi dengan Gereja menjadi rekonsiliasi secara langsung dengan Allah, dan dari penekanan pada [[dosa (Kristen)|dosa-dosa]] sosial permusuhan menjadi dosa-dosa pribadi (yang disebut "dosa-dosa rahasia dalam hati").<ref>{{en}} John Bossy, "The Social History of Confession in the Age of the Reformation", ''Transactions of the Royal Historical Society'' (1975) Vol. 25, pp 21-38. [https://www.jstor.org/stable/3679084 in JSTOR]</ref>
 
== Seni Barok ==
Gereja Katolik berperan sebagai patron seni yang terkemuka di sebagian besar wilayah Eropa. Tujuan dari banyak hasil seni dalam era Kontra-Reformasi, khususnya di Roma dari buah karya [[Gian Lorenzo Bernini|Bernini]] dan di Flandria dari buah karya [[Peter Paul Rubens]], adalah memulihkan sentralitas dan dominansi Katolik. Hal ini merupakan salah satu penggerak dari keberadaan gaya [[Barok]] yang timbul di seluruh Eropa pada akhir abad ke-16. Di daerah mayoritas Katolik, arsitektur,<ref>{{en}} {{cite book|author=Hanno-Walter Kruft|title=History of Architectural Theory|url=https://books.google.com/books?id=OPTfVyHyVW4C&pg=PA93|date=996|publisher=Princeton Architectural Press|pages=93–107}}</ref> seni lukis,<ref>{{en}} {{cite book|author1=Helen Gardner|author2=Fred S. Kleiner|title=Gardner's Art Through the Ages: The Western Perspective|url=https://books.google.com/books?id=UK_jTggtYl8C&pg=PT192|year=2010|publisher=Cengage Learning|page=192}}</ref> dan, pada tingkat yang lebih rendah, musik, merefleksikan tujuan-tujuan dari Kontra-Reformasi.<ref>{{en}} {{cite book|author=Arnold Hauser|title=Social History of Art, Volume 2: Renaissance, Mannerism, Baroque|url=https://books.google.com/books?id=YYy0WgUXlKEC&pg=PT192%7Cyear%3D2010%7Cpublisher%3DCengage+Learning%7Cpage%3D192%7D%7D%3C%2Fref%3E%3DPA44|year=1999|publisher=Psychology Press|page=192}}</ref>
 
Konsili Trento menyatakan bahwa arsitektur, seni lukis dan pahat memiliki suatu peranan dalam menyampaikan [[teologi Katolik]]. Hasil karya apa saja yang dapat membangkitkan "keinginan daging" tidak dapat diterima di dalam gereja-gereja, sedangkan penggambaran apa saja mengenai pergumulan dan penderitaan Kristus secara eksplisit sangat diharapkan dan pantas. Dalam era ketika beberapa reformis Protestan menghancurkan gambar dan rupa orang-orang kudus serta melabur dinding-dinding, para reformis Katolik menegaskan kembali arti penting dari seni, dengan perhatian secara khusus pada gambar dan rupa Perawan Maria.<ref>{{en}} Irene Earls, ''Baroque Art: A Topical Dictionary'' (1996) pp 76-77</ref>
 
=== Dekret-dekret terkait seni rupa ===
{{Infobox Artwork
| image_file=Michelangelo, Giudizio Universale 02.jpg
| backcolor=#FBF5DF
| painting_alignment=right
| image_size=300px
| title=Penghakiman Terakhir
| artist=[[Michelangelo]]
| year=1537–1541
| type=[[Fresko]]
| height_metric=1370
| width_metric=1200
| height_imperial=539.3
| width_imperial=472.4
| metric_unit=cm
| imperial_unit=in
| city=[[Kota Vatikan]]
| museum=[[Kapel Sistina]]
| italic title=no
}}
 
Fresko [[Pengadilan Terakhir (Michelangelo)|''Penghakiman Terakhir'']] karya [[Michelangelo]] (1534–41) di [[Kapel Sistina]] terus-menerus dikecam selama era Kontra-Reformasi, antara lain karena ketelanjangan (yang kemudian menjadi salah satu subjek pelukisan selama beberapa abad setelahnya), tidak memperlihatkan Kristus yang duduk ataupun berjanggut, dan menyertakan figur pagan bernama [[Kharon]]. Karya-karya lukis Italia setelah tahun 1520, dengan pengecualian utama karya seni dari [[Venesia]], berkembang menjadi [[Mannerisme]], suatu gaya seni rupa yang sangat pelik demi upaya menghasilkan efek sehingga mengkhawatirkan banyak klerikus karena dipandang tidak berdaya tarik bagi sejumlah besar penduduk. Desakan Gereja agar mengekang penggambaran religius memengaruhi seni rupa dari tahun 1530-an dan menghasilkan dekret-dekret terkait pada sesi akhir Konsili Trento tahun 1563, termasuk sejumlah bagian yang singkat dan tampak samar-samar dalam hal gambar dan rupa religius, yang berdampak besar pada perkembangan seni rupa Katolik. Konsili-konsili Katolik terdahulu jarang menyinggung hal-hal tersebut, berbeda dengan konsili-konsili [[Ortodoks Timur]] yang banyak mengatur jenis-jenis penggambaran tertentu.
 
Dekret tersebut mengonfirmasikan ajaran menurut tradisi bahwa gambar dan rupa semata-mata merepresentasikan pribadi yang digambarkan, dan [[venerasi|penghormatan]] atasnya ditujukan kepada pribadi yang tergambarkan, bukan pada gambar ataupun rupanya, dan selanjutnya menginstruksikan bahwa:
{{quote|... setiap takhayul semestinya disingkirkan ... segala [[hawa nafsu]] mesti dihindari; sehingga tokoh-tokoh tidak seharusnya dilukis ataupun diperelok dengan suatu keindahan yang menstimulasi nafsu ... semestinya tidak ada yang terlihat yang tidak teratur, atau yang disusun secara tidak pantas ataupun membingungkan, tidak ada yang profan, tidak ada ketidakpatutan, mengingat kenyataan bahwa kekudusan berpatutan dengan bait Allah.
 
Dan agar hal-hal ini dapat dipatuhi dengan lebih berbakti, sebagaimana ditetapkan Sinode suci, bahwa tak seorangpun diperbolehkan untuk menempatkan, atau juga membuatnya ditempatkan, segala gambar dan rupa yang tidak lazim, di gereja atau di mana saja, tanpa pengecualian apapun, kecuali gambar ataupun rupa itu telah disetujui oleh uskup. ...<ref>{{en}} [http://history.hanover.edu/texts/trent/ct25.html Text of the 25th decree of the Council of Trent]</ref>}}
 
Sepuluh tahun setelah dekret tersebut, [[Paolo Veronese]] dipanggil oleh [[Kongregasi Ajaran Iman|Inkuisisi Roma]] untuk menjelaskan mengapa lukisan ''Perjamuan Terakhir'' karyanya, lukisan besar yang menggambarkan [[refter]] suatu biara yang menurut pihak Inkuisisi berisikan "para badut, orang-orang Jerman yang mabuk, kurcaci-kurcaci, dan absurditas lainnya" serta latar dan kostum-kostum yang berlebihan, dalam suatu adegan yang sebenarnya merupakan versi fantasi dari suatu pesta aristokratis Venesia.<ref>{{en}} [http://www.efn.org/~acd/Veronese.html Transcript of Veronese's testimony] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20090929022528/http://www.efn.org/~acd/Veronese.html |date=2009-09-29 }}</ref> Veronese diberi tahu bahwa ia harus mengubah lukisannya dalam waktu tiga bulan – pada kenyataannya ia sekadar mengganti judulnya menjadi ''[[Perjamuan di Rumah Lewi]]'', masih merupakan salah satu adegan dalam Injil, kendati lebih sedikit muatan doktrinalnya, dan tidak ada lagi yang dikatakan setelah itu.<ref>{{en}} David Rostand, ''Painting in Sixteenth-Century Venice: Titian, Veronese, Tintoretto'', 2nd ed 1997, Cambridge UP {{ISBN|0-521-56568-5}}</ref>
 
Jumlah pengerjaan dekoratif semacam itu atas subjek-subjek religius menurun tajam, seperti pada karya-karya seni Manneris "yang disusun secara tidak pantas ataupun membingungkan", karena sejumlah buku, terutama karya teolog Vlaams bernama [[Joannes Molanus]], Santo [[Karolus Boromeus]], dan Kardinal [[Gabriele Paleotti]], serta instruksi-instruksi dari para uskup setempat, mengukuhkan dekret-dekret tersebut dan sering kali membahas secara mendetail mengenai apa saja yang diperbolehkan. Banyak [[ikonografi]] tradisional yang dipandang tidak memiliki landasan biblis yang memadai dikenakan pelarangan, seperti misalnya pemasukan unsur-unsur pagan klasik dalam karya seni religius, dan hampir semuanya berupa ketelanjangan, termasuk dalam penggambaran kanak-kanak Yesus.<ref>{{en}} [[Anthony Blunt|Blunt Anthony]], ''Artistic Theory in Italy, 1450–1660'', chapter VIII, especially pp. 107–128, 1940 (refs to 1985 edn), [[OUP]], {{ISBN|0-19-881050-4}}</ref>
 
Menurut seorang sejarawan seni rupa abad pertengahan bernama [[Émile Mâle]], hal itu merupakan "kematian seni rupa abad pertengahan",<ref>{{en}} [http://danielmitsui.tripod.com/aaaaa/deathart.html The death of Medieval Art]{{dead link|date=December 2016 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }} Extract from book by [[Émile Mâle]]</ref> namun hal itu dipandang tidak begitu berarti jika dikontraskan dengan adanya [[ikonoklasme]] di dalam beberapa kelompok Protestan dan tidak berlaku untuk lukisan-lukisan sekuler. Para pelukis dan pematung dari era Kontra Reformasi misalnya [[Tiziano Vecelli]] (Titian), [[Tintoretto]], [[Federico Barocci]], [[Scipione Pulzone]], [[El Greco]], [[Peter Paul Rubens]], [[Guido Reni]], [[Anthonie van Dyck]], [[Bernini]], [[Francisco de Zurbarán|Zurbarán]], [[Rembrandt]], dan [[Bartolomé Esteban Murillo]].
 
== Musik gereja ==
 
=== Reformasi sebelum Konsili Trento ===
[[Konsili Trento]] diyakini sebagai puncak dari pengaruh Kontra-Reformasi pada musik gereja pada abad ke-16. Bagaimanapun, pemakluman-pemakluman konsili tersebut dalam hal musik bukan merupakan upaya pertama reformasi. Gereja Katolik telah berbicara menentang yang dirasanya sebagai penyalahgunaan musik dalam [[misa]] sebelum Konsili Trento berhimpun untuk membahas musik pada tahun 1562. Pemanipulasian [[Kredo]] ("Aku percaya"; penggunaan syahadat dalam misa) dan penggunaan lagu-lagu non liturgis dibahas pada tahun 1503, nyanyian sekular dan kejelasan verbal dalam bermazmur dibahas pada tahun 1492.<ref>{{en}} [[Karl Gustav Fellerer|K. G. Fellerer]] and [[Moses Hadas]]. "Church Music and the Council of Trent". ''[[The Musical Quarterly]]'', Vol. 39, No. 4 (1953) [https://www.jstor.org/stable/739857 in JSTOR]. p. 576.</ref> Para delegasi di konsili tersebut merupakan penghubung semata dalam rangkaian panjang klerus gereja yang telah mendorong dilakukannya reformasi liturgi musik sejak tahun 1322.<ref>{{en}} Leo P. Manzetti. "Palestrina". ''The Musical Quarterly'', Vol. 14, No. 3 (1928), [https://www.jstor.org/stable/738432 in JSTOR]. p. 330.</ref>
 
Langkah paling ekstrem dalam melakukan reformasi mungkin terjadi pada tahun 1562, ketika Egidio Foscarari (uskup Modena) dan [[Gabriele Paleotti]] (uskup agung Bologna), atas instruksi para [[legatus kepausan]], mulai mengupayakan reformasi tarekat-tarekat religius dan praktik-praktik mereka terkait liturgi.<ref>{{en}} Craig A. Monson. "The Council of Trent Revisited." Journal of the American Musicological Society, Vol. 55, No. 1 (2002), [https://www.jstor.org/stable/831778 in JSTOR] p 20.</ref> Pembaruan-pembaruan yang ditetapkan pada [[klausura|klausura-klausura]] para biarawati, yang meliputi diharamkannya penggunaan organ,{{clarification needed|reason=In Monson's other book (https://books.google.com/books?id=w0hIaY9TiQoC p. 32-33), it seems that Paleotti forbade any instrument other than the organ.}} larangan keterlibatan musikus profesional, dan tidak diperbolehkannya [[polifoni|bernyanyi polifonik]], dianggap jauh lebih ketat daripada semua keputusan yang dihasilkan Konsili Trento dan bahkan daripada yang dapat ditemukan dalam kisah legendaris [[Giovanni Pierluigi da Palestrina]].<ref>Monson, p. 21.</ref>
 
Stimulasi seruan untuk melakukan pembaruan dari banyak tokoh gerejani merupakan teknik penggubahan yang populer pada abad ke-15 dan ke-16 dengan menggunakan materi musik dan bahkan teks-teks yang menyertainya dari gubahan-gubahan lain seperti [[motet]], [[madrigal]], dan ''[[chanson]]''. Sejumlah suara yang menyanyikan teks-teks berbeda dalam berbagai bahasa meyebabkan teks sulit untuk dibedakan di antara campuran kata-kata dan catatan-catatan. [[Misa parodi]] kelak mengandung kumpulan melodi (umumnya baris tenor) serta kata dari lagu-lagu yang mungkin mengenai subjek-subjek sensual, dan sering kali demikian.<ref>Manzetti. 330.</ref> Liturgi musik gereja menjadi semakin terpengaruh oleh nada dan gaya sekuler. Konsili Paris, yang berhimpun pada 1528, dan juga Konsili Trento, berupaya memulihkan perasaan akan kesakralan dalam komposisi gerejani dan apa yang sesuai untuk misa. Konsili-konsili tersebut semata-mata menanggapi isu-isu pada zaman itu.<ref>Fellerer and Hadas. 580–581.</ref>
 
=== Reformasi yang dihasilkan sesi ke-22 ===
Konsili Trento berhimpun secara sporadis sejak tanggal 13 Desember 1545 sampai dengan 4 Desember 1563 untuk melakukan pembaruan banyak aspek dalam Gereja Katolik. Sesi ke-22 dari konsili tersebut, yang bertemu pada tahun 1562, membahas musik gereja pada Kanon 8 dalam bagian "Penyalahgunaan-Penyalahgunaan dalam Kurban Misa", hasil dari pertemuan konsili pada tanggal 10 September 1562.<ref>Fellerer and Hadas, 576.</ref>
 
Kanon 8 menyatakan bahwa, "Karena misteri-misteri suci semestinya dirayakan dengan rasa hormat sepenuhnya, dengan perasaan terdalam yang terarah kepada Allah semata maupun dengan penyembahan lahiriah yang benar-benar sesuai dan pantas, sehingga orang-orang lain dapat dipenuhi dengan hormat bakti dan merasa terpanggil untuk beribadah: ... Semuanya seharusnya diatur sehingga Misa, entah dirayakan tanpa ataupun dengan nyanyian, dengan segala sesuatunya dilakukan secara jelas dan lekas, dapat sampai ke telinga para pendengar dan menembus hati mereka dalam kesenyapan. Dalam Misa yang lazim menggunakan organ dan musik berbirama, tidaklah seharusnya hal-hal profan bercampur baur di dalamnya, selain himne-himne dan pujian-pujian ilahi. Jika sesuatu dari ibadah ilahi dinyanyikan dengan organ selagi ibadah berlangsung, hendaknya itu dilantunkan dengan suara yang sederhana dan jernih, demi menghindari ketidakkentaraan pengucapan kata-kata suci. Tetapi keseluruhan cara bernyanyi dalam tangga-tangga nada musikal seharusnya diperhitungkan agar tidak memberikan kesenangan sia-sia pada telinga, sehingga kata-katanya dapat dipahami oleh semua orang. Dengan demikian, hati para pendengar dapat diangkat ke gairah akan harmoni-harmoni surgawi dan kontemplasi sukacita orang-orang yang terberkati."<ref>Monson. 9.</ref>
 
Kanon 8 kerap disitir sebagai dekret Konsili Trento mengenai musik gereja, tetapi terdapat suatu kesalahpahaman yang mencolok: kanon 8 hanya merupakan sebuah dekret yang diusulkan. Pada kenyataannya, delegasi-delegasi di Konsili Trento tidak pernah secara resmi menerima kanon 8 dalam wujudnya yang populer itu, tetapi uskup-uskup dari Granada, Coimbra, dan Segovia mendesak agar pernyataan panjang tentang musik tersebut dikurangi dan banyak [[prelat]] lainnya dalam Konsili yang mendukung dengan antusias.<ref>Monson. 10–11.</ref> Batasan-batasan yang ditetapkan pada sesi ke-22 sebatas menjauhkan unsur-unsur sekuler dari musik gereja, menyebabkan polifoni secara implisit diperbolehkan.<ref>Monson. 12.</ref> Isu kejelasan tekstual tampak dalam pembahasan-pembahasan awal dan baru tercantum dalam keputusan-keputusan final sesi ke-22.<ref>Monson. 22.</ref> Sesi ke-22 hanya melarang hal-hal "yang membangkitkan nafsu" dan "profan" bercampur baur dengan musik, tetapi Paleotti, dalam keputusan-keputusan yang dibuatnya, mengangkat isu-isu kejelasan tekstual dengan tingkat kepentingan yang setara.<ref>Monson. 24.</ref>
 
Gagasan bahwa Konsili Trento berhimpun untuk menyingkirkan segala bentuk polifoni dari Gereja Katolik telah tersebar luas, tetapi tidak terdapat bukti dokumenter untuk mendukung klaim tersebut. Bagaimanapun, mungkin saja beberapa bapa konsili pernah mengusulkan tindakan demikian.<ref>Manzetti. 331.</ref> [[Ferdinand I, Kaisar Romawi Suci]], mendapat kredit sebagai "penyelamat musik gereja" karena ia mengatakan bahwa polifoni seharusnya tidak dihalau keluar dari Gereja. Dikatakan bahwa Ferdinand kemungkinan besar seorang alarmis dan ia melihat adanya kemungkinan polifoni dilarang sepenuhnya melalui Konsili Trento.<ref>Monson. 16.</ref> Konsili Trento tidak berfokus pada gaya musik, tetapi pada sikap-sikap dalam ibadah dan penghormatan selama misa.<ref>Fellerer and Hadas. 576.</ref>
 
==== Legenda penyelamat ====
Kemelut seputar [[polifoni]] dan kejelasan verbal serta ancaman bahwa polifoni perlu ditiadakan sepenuhnya, yang diduga bersumber dari Konsili Trento, menimbulkan suatu legenda penyelesaian yang dramatis. Legenda tersebut mengisahkan bahwa [[Giovanni Pierluigi da Palestrina]] ({{c.}} 1525/26–1594), seorang musikus gereja dan dirigen paduan suara di [[Roma]], menulis suatu gubahan misa bagi para delegasi Konsili untuk menunjukkan kalau komposisi polifolik dapat mengatur teks sedemikian rupa sehingga kata-katanya dapat dipahami dengan jelas dan tetap enak didengar. ''[[Missa Papae Marcelli]]'' (Misa untuk Paus Marsellus) karya Palestrina dibawakan di hadapan Konsili dan menerima sambutan hangat di antara para delegasi sehingga mereka benar-benar berubah pikiran dan memperbolehkan polifoni untuk tetap digunakan dalam liturgi musikal. Karenanya Palestrina dijuluki "penyelamat polifoni gereja". Legenda tersebut, meski tidak berdasar, telah lama menjadi suatu tumpuan dalam sejarah musik.<ref>{{en}} Henry Davey, "Giovanni Pierluigi, da Palestrina", ''Proceedings of the Musical Association'', 25th Sess. (1898–1899) [https://www.jstor.org/stable/765152 in JSTOR] p 53.</ref> Mitos penyelamat itu pertama kali tersebar melalui sebuah laporan yang dibuat Aggazzari dan Banchieri, yang menyebutkan bahwa [[Paus Marsellus II]] berupaya untuk mengganti semua polifoni dengan ''cantus planus'' yang monofonik.<ref>Davey, p 52.</ref> Pada tahun 1564, setelah berakhirnya sesi ke-22, ''Missa Papae Marcelli'' karya Palestrina dibawakan bagi Sri Paus selagi sedang dipertimbangkan untuk melakukan pembaruan pada [[Paduan Suara Kapel Sistina]].
 
Singkatnya, ''Misa Paus Marsellus'' tidak dipandang penting pada zamannya sendiri dan tidak memiliki peran dalam menyelamatkan polifoni gereja.<ref>{{en}} Carleton Sprague Smith and William Dinneen. "Recent Work on Music in the Renaissance", ''Modern Philology'', Vol. 42, No. 1 (1944), [https://www.jstor.org/stable/434466 in JSTOR] p 45.</ref> Terlepas dari ketiadaan bukti kuat mengenai pengaruhnya selama atau setelah Konsili Trento, tidak dapat dimungkiri bahwa tidak ada figur yang lebih memenuhi syarat daripada Palestrina untuk merepresentasikan kasus polifoni dalam Misa.<ref name="Manzetti. 332">Manzetti. 332.</ref> Setelah mendengarkan musik Palestrina, [[Paus Pius IV]] melalui sebuah dokumen kepausan menjadikan Palestrina model bagi generasi masa depan komponis-komponis musik sakral Katolik.<ref>Davey. 52.</ref>
 
=== Reformasi setelah Konsili Trento ===
Sebagaimana Palestrina yang semasa dengannya, seorang komponis Flandria bernama [[Jacobus de Kerle]] (1531/32–1591) juga mendapat kredit dengan memberikan suatu model komposisi untuk Konsili Trento. Komposisi karyanya dalam empat bagian, ''[[Preces]] Speciales'', menandai "titik balik resmi dari kesempurnaan akapela Kontra Reformasi".<ref>Smith and Dinneen. 45.</ref> Kerle adalah satu-satunya komponis terkemuka Belanda yang bertindak sejalan dengan Konsili Trento.<ref>{{en}} Hugo Leichtentritt. "The Reform of Trent and Its Effect on Music". ''The Musical Quarterly'', Vol. 30, No. 3 (1944). [https://www.jstor.org/stable/739479 in JSTOR]. p. 326.</ref> [[Orlando de Lassus]] (1530/32–1594), raksasa musik lainnya yang dapat disetarakan dengan Palestrina, merupakan tokoh penting dalam sejarah musik kendati bukan seorang puris layaknya Palestrina.<ref>Davey. 56.</ref> Ia mengungkapkan rasa simpati atas apa yang menjadi perhatian Konsili, tetapi tetap memperlihatkan kesukaan akan "Misa-Misa Parodi ''chanson''".<ref>Leichtentritt. 326.</ref>
 
Terlepas dari langkanya keputusan-keputusan dari Konsili Trento seputar polifoni dan kejelasan tekstual, reformasi yang merupakan tindak lanjut dari sesi ke-22 mengisi kekosongan yang ditinggalkan Konsili dalam aspek-aspek gaya. Pada sesi ke-24, Konsili memberi wewenang pada "Sinode-Sinode Provinsial" untuk menghasilkan ketentuan-ketentuan seputar musik gereja.<ref>Fellerer and Hadas. 576–577.</ref> Keputusan untuk menyerahkan aplikasi praktis dan persoalan gaya kepada para pemimpin gerejawi setempat dipandang penting dalam membentuk masa depan musik gereja Katolik.<ref>Monson. 27.</ref> Para musikus dan pemimpin gereja setempat dipercayakan untuk menemukan aplikasi yang tepat untuk dekret-dekret Konsili.<ref>{{en}} [[Lewis Lockwood|Lewis H. Lockwood]]. "Vincenzo Ruffo and Musical Reform after the Council of Trent". ''The Musical Quarterly'', Vol. 43, No. 3 (1957), [https://www.jstor.org/stable/740297 in JSTOR]. p. 346.</ref>
 
Walaupun awalnya bersifat teologis dan diarahkan pada sikap para musikus, dekret-dekret Konsili mulai dipikirkan oleh para musikus gereja sebagai suatu pemakluman seputar gaya-gaya musikal yang tepat.<ref>Fellerer and Hadas. 592–593.</ref> Pemahaman ini kemungkin besar tersebar melalui para musikus yang berusaha untuk menerapkan deklarasi-deklarasi Konsili tetapi tidak membaca pemakluman-pemakluman resmi Tridentina. Para musikus gereja mungkin terpengaruh oleh perintah dari para pelindung gerejawi mereka.<ref>Monson. 26.</ref> Para komponis yang menyebut reformasi-reformasi Konsili dalam pengantar untuk komposisi-komposisi mereka tidak secara memadai menegaskan landasan musikal dari Konsili selain landasan rohani dan religius dari karya seni mereka.<ref>Fellerer and Hadas. 576–594.</ref>
 
Uskup Agung Milan, Kardinal [[Karolus Boromeus]], disebut sebagai tokoh yang sangat penting dalam melakukan pembaruan musik gereja setelah Konsili Trento. Kendati sang kardinal merupakan salah seorang penasihat paus di Roma dan tidak dapat berada di Milan, ia dengan penuh semangat mendorong agar keputusan-keputusan Konsili segera diterapkan di Milan.<ref>Lockwood. 346.</ref> Ia tetap berhubungan dengan gerejanya di Milan melalui surat-surat dan dengan bersemangat mendesak para pemimpin di sana untuk mengimplementasikan pembaruan-pembaruan yang diputuskan Konsili Trento. Dalam salah satu surat kepada vikarisnya di keuskupan Milan, Nicolo Ormaneto of Verona, ia menugaskan ''maestro di cappella'' [[Vincenzo Ruffo]] (1508–1587) untuk menyusun suatu komposisi misa yang memungkinkan kata-kata dapat semudah mungkin dipahami. Kardinal Boromeus juga mengungkapkan bahwa apabila Don Nicola, seorang komponis dengan gaya yang lebih [[skala kromatik|kromatis]], berada di Milan maka ia juga dapat menyusun suatu komposisi misa dan keduanya dapat disebandingkan dalam hal kejelasan tekstual.<ref>Lockwood, 348.</ref> Sang kardinal kemungkinan besar terlibat ataupun mendengar pertanyaan-pertanyaan seputar kejelasan tekstual karena permintaannya kepada Ruffo.
 
Ruffo menerima penugasan sang kardinal dengan serius dan mulai menyusun komposisi dengan suatu gaya yang menyajikan teks dimaksud supaya semua kata dapat mudah dimengerti serta makna tekstualnya menjadi bagian terpenting dari komposisi. Pendekatan yang dilakukannya adalah mengalihkan semua suara dengan suatu cara [[homoritme|homoritmis]] (salah satu tekstur [[homofoni]]k) tanpa ritme yang kompleks, dan menggunakan disonansi dengan sangat konservatif. Pendekatan Ruffo dipandang berhasil dalam hal kesederhanaan dan kejelasan tekstual. Bagaimanapun, kendati musiknya sangat murni secara teoretis, yang ia lakukan tidak dipandang sebagai kesuksesan artistik terlepas dari upaya-upaya Ruffo untuk memusatkan perhatian pada tekstur empat-bagian yang monoton.<ref>Lockwood, 362.</ref> Gaya komposisi Ruffo yang memberikan preferensi pada teks sejalan dengan atensi yang dirasakan Konsili terkait kejelasan tekstual. Dengan demikian, keyakinan pada keputusan-keputusan Konsili yang kukuh dalam hal kejelasan tekstual menjadi ciri perkembangan musik sakral gereja.
 
Pengaruh dari Konsili Trento dan kontra-reformasi juga membuka jalan bagi umat Kristen Ortodoks Rutenia untuk kembali ke dalam [[persekutuan penuh]] dengan [[Gereja Katolik Roma]], menjadi sekumpulan umat yang dikenal sebagai [[Gereja Katolik Yunani Ukraina]], sembari tetap mempertahankan tradisi [[Kekaisaran Romawi Timur|Bizantin]] mereka. [[Paus Klemens VIII]] menerima para uskup Rutenia ke dalam persekutuan penuh pada tanggal 7 Februari 1596.<ref>{{en}} ''[http://www.newadvent.org/cathen/15130a.htm Union of Brest]'' in the 1917 Catholic Encyclopedia</ref> Berdasarkan Perjanjian dari [[Persatuan Brest]], Roma mengakui praktik berkesinambungan umat Rutenia terkait [[Ritus Bisantin|tradisi liturgis Bizantin]], klerus menikah, dan penahbisan uskup dari dalam tradisi Kristen Rutenia. Selain itu, perjanjian tersebut secara khusus membebaskan umat Rutenia dari penerimaan atas [[klausa Filioque]] dan [[Purgatorium]] sebagai syarat rekonsiliasi.<ref>{{en}} [http://www.ewtn.com/library/COUNCILS/TREATBR.HTM Treaty of the Union of Brest] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160303232253/https://www.ewtn.com/library/COUNCILS/TREATBR.HTM |date=2016-03-03 }}</ref>
 
Konsili Trento menghasilkan perubahan-perubahan lain dalam musik: utamanya pengembangan [[Missa brevis]], [[Lauda (lagu)|Lauda]], dan "[[Madrigal (Trecento)|Madrigal]] Rohani" (Madrigali Spirituali).
 
== Studi penanggalan ==
Lebih banyaknya hari besar dan agenda serupa menimbulkan kebutuhan untuk merayakan agenda-agenda tersebut secara saksama di seluruh keuskupan. Namun, terdapat persoalan akurasi kalender: [[kalender Julian]] pada abad ke-16 nyaris 10 hari penyimpangannya dengan musim-musim dan benda-benda langit. Di antara para astronom yang diminta untuk berkutat dengan masalah bagaimana melakukan reformasi kalender terdapat seorang [[kanonik (imam)]] di [[Frombork]] (Frauenburg) yang bernama [[Nikolaus Kopernikus]]. Dalam ''[[De revolutionibus orbium coelestium]]'' (1543) karyanya, Kopernikus menyebutkan reformasi kalender yang diusulkan oleh [[Konsili Lateran V]] (1512–1517). Sebagaimana yang ia jelaskan, pengukuran yang tepat atas lama waktu dalam setahun merupakan suatu landasan penting untuk melakukan reformasi kalender. Sebagai implikasi, pengaryaannya menggantikan [[Geosentrisme#Sistem Ptolemaik|sistem Ptolemaik]] dengan suatu [[heliosentrisme|model heliosentris]] antara lain didorong oleh kebutuhan akan reformasi kalender.
 
Kalender baru yang sebenarnya harus menunggu sampai [[kalender Gregorian]] diperkenalkan pada tahun 1582. Pada waktu publikasinya, ''De revolutionibus'' berlalu dengan relatif sedikit tanggapan: sedikit lebih daripada suatu kenyamanan matematis yang menyederhanakan petunjuk-petunjuk astronomis untuk suatu kalender yang lebih akurat.<ref>{{en}} {{cite book|last=Burke|first=James|title=[[The Day the Universe Changed]]|publisher=London Writers Ltd.|year=1985|page=[https://archive.org/details/bwb_O6-BGI-672/page/136 136]|ref=harv}}</ref> Bukti fisik yang mengemukakan teori Kopernikus mengenai pergerakan Bumi benar-benar mempromosikan apa yang tampak seperti ajaran sesat menentang pemikiran religius pada zaman itu. Akibatnya, [[Galileo Galilei]] ditempatkan dalam tahanan rumah, di [[Roma]], [[Siena]], [[Arcetri]], dan [[Firenze]], karena memublikasikan tulisan-tulisan, dikatakan "dengan berapi-api dicurigai sebagai penganut bidah", dan para seterunya mengecam teori heliosentris serta untuk sementara waktu melarang ajaran tersebut pada tahun 1633.<ref>{{harvnb|Burke|1985|p=149}}.</ref>
 
== Area yang terkena dampak ==
Kontra-Reformasi dipandang berhasil mengurangi pengaruh [[Protestanisme]] di [[Polandia]], [[Prancis]], [[Italia]], [[Irlandia]], dan daratan yang dikuasai [[Wangsa Habsburg]], termasuk [[Austria]], [[Jerman]] selatan, [[Bohemia]] (sekarang [[Ceko]]), [[Belanda Spanyol]] (sekarang [[Belgia]]), [[Kroasia]], dan [[Slovenia]]. Namun dipandang mengalami kegagalan untuk meraih keberhasilan sepenuhnya di [[Hungaria]], tempat minoritas Protestan dengan jumlah yang signifikan berdiam sampai hari ini, kendati umat Katolik masih menjadi mayoritas.
 
{{multiple image
| align = center
| total_width = 1500
 
| image1 = The Protestant Reformation.svg
| caption1 = Puncak dari Reformasi Protestan & awal dari Kontra-Reformasi (1545-1620)
 
| image2 = The Counterreformation.svg
| caption2 = Akhir dari Reformasi Protestan & Kontra-Reformasi (1648)
 
| footer = Situasi keagamaan di Eropa, akhir abad ke-16 sampai pertengahan abad ke-17.}}
 
== Tokoh-tokoh utama ==
Baris 96 ⟶ 207:
* [[Paus Gregorius XIII]] (1572-85)
* [[Paus Siktus V]] (1585-90)
* [[Felipe II dari Spanyol]] (1527–1598)
* St. [[Filipus Neri]]
* {{ill|Péter Pázmány|en}} (1570–1637)
* St. {{ill|Filipus Neri|en|Philip Neri}}
* St. [[Ignatius Loyola|Ignatius dari Loyola]]
* St. [[Fransiskus Assisi]]
* St. [[Teresa dari Avila]]
* St. [[Yohanes dari Salib]]
* St. [[Fransiskus dari Sales]]
* St. [[Charles Borromeo|Karolus Borromeus]]
 
== Lihat pula ==
* [[Anti-Katolik]]
* [[Anti-Protestanisme]]
* [[Corpus Catholicorum]]
* [[Inkuisisi Spanyol]]
* [[Kontra-Reformasi di Polandia]]
* [[Perang agama Eropa]]
* [[Perang Köln]]
* [[Seni dalam Reformasi Protestan dan Kontra-Reformasi]]
* [[Sejarah Gereja Katolik]]
 
== Rujukan ==
{{reflist|2}}
* Philipp M. Soergel: ''Wondrous in His Saints: Counter Reformation Propaganda in Bavaria.'' Berkeley CA: University of California Press, 1993
 
== LihatBacaan pulalanjutan ==
* {{en}} Bireley, Robert. ''The Refashioning of Catholicism, 1450–1700: A Reassessment of the Counter Reformation'' (1999) [https://www.amazon.com/Refashioning-Catholicism-1450-1700-Reassessment-Reformation/dp/081320951X/ excerpt and text search]
* [[Reformasi Protestan]]
* {{en}} Dickens, A. G. ''The Counter Reformation'' (1979) expresses the older view that it was a movement of reactionary conservatism.
* [[Konsili Trente]]
* {{en}} Harline, Craig. "Official Religion: Popular Religion in Recent Historiography of the Catholic Reformation", ''Archiv für Reformationsgeschichte'' (1990), Vol. 81, pp 239–262.
* [[Felipe II dari Spanyol]] (untuk sisi politik dari Reformasi Katolik)
* {{en}} Jones, Martin D. W. '' The Counter Reformation: Religion and Society in Early Modern Europe'' (1995), emphasis on historiography
* [[Serikat Yesus]]
* {{en}} Jones, Pamela M. and Thomas Worcester, eds. ''From Rome to Eternity: Catholicism and the Arts in Italy, ca. 1550–1650'' (Brill 2002) [https://www.questia.com/read/119084394/from-rome-to-eternity-catholicism-and-the-arts-in online]
* [[Inkuisisi Spanyol]]
* {{en}} Mullett, Michael A. "The Catholic Reformation'' (Routledge 1999) [https://www.questia.com/read/102890994/the-catholic-reformation online]
* {{en}} O'Connell, Marvin. ''Counter-reformation, 1550–1610'' (1974)
* {{en}} Ó hAnnracháin, Tadhg. ''Catholic Europe, 1592–1648: Centre and Peripheries'' (2015) DOI:10.1093/acprof:oso/9780199272723.001.0001
* {{en}} Ogg, David. ''Europe in the Seventeenth Century'' (6th ed. 1965). pp 82-117.
* {{en}} Olin, John C ''The Catholic Reformation: Savonarola to Ignatius Loyola: Reform in the Church, 1495–1540'' (Fordham University Press, 1992) [https://www.questia.com/read/120555004/the-catholic-reformation-savonarola-to-ignatius-loyola online]
* {{en}} Pollen, John Hungerford. ''The Counter-Reformation'' (2011) [https://www.amazon.com/The-Counter-Reformation-ebook/dp/B0063LJUHE/ excerpt and text search]
* {{en}} Soergel, Philip M. ''Wondrous in His Saints: Counter Reformation Propaganda in Bavaria.'' Berkeley CA: University of California Press, 1993
* {{en}} Unger, Rudolph M. ''Counter-Reformation'' (2006)
* {{en}} Wright, A. D. ''The Counter-reformation: Catholic Europe and the Non-christian World'' (2nd ed. 2005), advanced
 
=== Sumber primer ===
* {{en}} Luebke, David, ed. ''The Counter-Reformation: The Essential Readings'' (1999) [https://www.amazon.com/Counter-Reformation-Essential-Readings-Blackwell-History/dp/0631211047/ excerpt and text search]
 
=== Historiografi ===
* {{en}} Bradshaw, Brendan. "The Reformation and the Counter-Reformation", ''History Today'' (1983) 33#11 pp 42–45.
* {{en}} Marnef, Guido. "Belgian and Dutch Post-war Historiography on the Protestant and Catholic Reformation in the Netherlands", ''Archiv für Reformationsgeschichte'' (2009) Vol. 100, pp 271–292.
* {{en}} Menchi, Silvana Seidel. "The Age of Reformation and Counter-Reformation in Italian Historiography, 1939–2009", ''Archiv für Reformationsgeschichte'' (2009) Vol. 100, pp 193–217.
 
{{Sejarah Gereja}}
{{Catholicism}}
{{Kristen footer|collapsed}}
 
{{authority control}}
 
[[Kategori:Reformasi Katolik| ]]
[[Kategori:Anti-Protestanisme]]
[[Kategori:Istilah Kristen]]
[[Kategori:Katolik]]