Sarwo Edhie Wibowo: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(123 revisi perantara oleh 69 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox Officeholder
|honorific-prefix =
|name = Sarwo Edhie Wibowo
|honorific-suffix =
|image =
|
|office = [[Komando Daerah Militer XVII/Cenderawasih|Panglima Komando Daerah Militer XVII/Cenderawasih]]▼
|
|president = [[Soeharto]]
|predecessor = [[
|successor = [[
▲|
▲|order2 = 5
|term_start2 = 2 Juli 1968
|office2 = Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus|Danjen Kopassus▼
|
|
|predecessor2 = [[
|successor2 = [[
|office4 = Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus{{!}}Komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat
|order4 = ke-5
|term_start4 = 1964
|term_end4 = 1967
|predecessor4 = [[Mung Parhadimulyo]]
|successor4 = [[Widjoyo Suyono]]
|office3 = [[Komando Daerah Militer I/Bukit Barisan|Panglima Komando Daerah Militer II/Bukit Barisan]]
|term_start3 = 25 Juni 1967
|term_end3 = 2 Juli 1968
|predecessor3 = [[Sobiran]]
|successor3 = [[Leo Lopulisa]]
|birth_date = {{Birth date|1925|7|25}}
|birth_place = {{negara|Hindia Belanda}} [[
|death_date = {{death date and age|1989|11|9|1925|7|25}}
|death_place = {{negara|Indonesia}} [[
|nationality =
|spouse = Ny. Sunarti Sri Hadiyah
|relations =
|children = {{unbulleted list|1. Wijiasih Cahyasasi
|relations = {{unbulleted list|1. [[Susilo Bambang Yudhoyono|Jenderal TNI Susilo Bambang Yudhoyono]] (menantu)|2. [[Erwin Sujono|Letjen TNI Erwin Sujono]] (menantu)|3. [[Hadi Utomo|Kolonel Inf Hadi Utomo]] (menantu)}}
|occupation = Tentara
|branch = [[Berkas:Lambang TNI AD.png|25px]] [[TNI Angkatan Darat]]▼
|allegiance = {{unbulleted list|{{flag|Kekaisaran Jepang}} (1942—1945)|{{flag|Indonesia}} (1945—1975)}}
|serviceyears = 1942 - 1975▼
|
|unit = [[Infanteri]] ([[Kopassus]])▼
|servicenumber = 11001<ref>{{Cite web|url=https://cdn.setneg.go.id/_multimedia/document/20180910/41462-Bintang_Mahaputera_tahun_1959-2003.pdf|title=Daftar WNI yang Mendapat Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera tahun 1959 s.d. 2003|website=www.setneg.go.id|access-date=17 Oktober 2024}}</ref>
▲|
▲|unit = [[Infanteri]] ([[Kopassus|RPKAD]])
}}
'''[[Letnan Jenderal]] [[TNI]] ([[Purnawirawan|Purn.]]) Sarwo Edhie Wibowo''' ({{lahirmati|[[Kabupaten Purworejo|Purworejo]], [[Jawa Tengah]]|25|7|1925|[[Jakarta]]|9|11|1989}}) adalah seorang tokoh militer Indonesia. Ia adalah ayah dari [[Kristiani Herrawati]], [[Ibu Negara Indonesia|ibu negara Republik Indonesia]] dan istri dari Presiden Republik Indonesia ke-6, [[Susilo Bambang Yudhoyono]]. Ia juga ayah dari mantan [[Kepala Staf TNI Angkatan Darat|KSAD]], [[Pramono Edhie Wibowo]]. Ia memiliki peran yang sangat besar dalam penumpasan Pemberontakan [[Gerakan 30 September]] dalam posisinya sebagai panglima [[RPKAD]] (atau disebut [[Kopassus]] pada saat ini). Selain itu ia pernah menjabat juga sebagai Ketua [[Badan Pembina Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila|BP-7]] Pusat, Duta besar Indonesia untuk [[Korea Selatan]] serta menjadi Gubernur [[AKABRI]].▼
▲
== Awal kehidupan ==▼
▲== Awal kehidupan ==
Ia lahir pada tanggal 25 Juli 1927 di [[Pangenjuru Tengah, Purworejo, Purworejo|Desa Pangenjuru]], [[Purworejo, Purworejo|Purworejo]] dari Pasangan Raden Kartowilogo dan Raden Ayu Sutini berasal dari keluarga [[PNS]] bekerja untuk [[Imperium Belanda|Pemerintah Kolonial Belanda]]. dan kemudian diberi nama Edhie. Namun karena sering sakit sakitan sesuai dengan adat Jawa, nama Edhie pundi ditambah Dengan Sarwo. Dan akhirnya namanya menjadi Sarwo Edhie, bahkan setelah menikah namanya menjadi Sarwo Edhie Wibowo. Sesuai pesan ayahnya, dengan harapan kelak ia memiliki kewibawaan. Meski berdarah bangsawan. Edhie tak segan-segan mengikuti permainan anak desa. Orangtuanya tidak pernah mengajarkan perbedaan kedudukan dengan orang lain. Sebagai seorang anak, ia belajar [[silat]] sebagai bentuk pertahanan diri. Saat ia tumbuh, Sarwo Edhie membentuk kekaguman terhadap [[Angkatan Darat Kekaisaran Jepang|Tentara Jepang]] dan kemenangan mereka melawan Pasukan [[Sekutu]] yang ditempatkan di Pasifik dan Asia.
Pada tahun 1942, ketika Jepang menguasai Indonesia, Sarwo Edhie pergi ke [[Surabaya]] untuk mendaftarkan diri sebagai prajurit [[Pembela Tanah Air]] ([[PETA]]), yang merupakan kekuatan tambahan Jepang yang terdiri dari tentara Indonesia.
Baris 47 ⟶ 59:
=== Karier hingga 1965 ===
Karier Sarwo Edhie di ABRI, dia pernah menjadi Komandan Batalion di [[Kodam IV/Diponegoro|Divisi Diponegoro]] (
RPKAD adalah usaha Indonesia untuk menciptakan sebuah unit pasukan khusus (yang kemudian akan menjadi [[Kopassus]]) dan pengangkatan Sarwo Edhie sebagai komandan unit elit ini berkat Ahmad Yani. Pada tahun 1964, Yani telah menjadi [[Kepala Staf Angkatan Darat]] dan menginginkan seseorang yang bisa dia percaya sebagai Komandan RPKAD.<ref>{{cite book|last= Djarot|first= Eros|authorlink=Eros Djarot|
=== Menumpas Gerakan G30S ===
Baris 66 ⟶ 78:
=== Transisi dari Orde Lama ke Orde Baru ===
Setelah mengambil alih Pangkalan Udara Halim, Sarwo Edhie bergabung dengan
Pada tanggal 4 Oktober 1965, pasukan Sarwo Edhie memimpin penggalian dari mayat para jenderal dari sumur [[Lubang Buaya]].
Pada tanggal 16 Oktober 1965,
Ada banyak perkiraan mengenai jumlah orang yang tewas selama berbulan-bulan. Jumlah perkiraan awal sedikitnya setengah juta orang dan satu juta orang paling banyak menjadi korban.<ref>{{cite book|last = Hughes|first = John|title = The End of Sukarno: A Coup That Misfired A Purge That Ran Wild|publisher = Archipelago Press|year = 2002|location = Singapore|isbn = 981-4068-65-9|page = 194 }}</ref> Pada bulan Desember 1965, angka yang diberikan kepada Soekarno adalah 78.000 meskipun setelah ia jatuh, hal itu direvisi menjadi 780.000. Angka 78.000 itu adalah sebuah cara untuk menyembunyikan jumlah korban tewas dari Soekarno.<ref name="Hughes 2002 195">{{cite book|last = Hughes|first = John|title = The End of Sukarno: A Coup That Misfired A Purge That Ran Wild|publisher = Archipelago Press|year = 2002|location = Singapore|isbn = 981-4068-65-9|page = 195 }}</ref> Spekulasi terus berlanjut sepanjang tahun, mulai dari 60.000 sampai 1.000.000. Meskipun konsensus tampaknya telah menetapkan sekitar 400.000 jiwa.<ref name="Hughes 2002 195"/> Akhirnya, pada tahun 1989, sebelum kematiannya, Sarwo Edhie memberi pengakuan kepada anggota [[Dewan Perwakilan Rakyat]] (DPR) bahwa 3 juta orang<ref>[http://www.progind.net/modules/wfsection/article.php?articleid=17
Pada awal tahun 1966, sentimen anti-Komunis dikombinasikan dengan tingkat inflasi yang tinggi menyebabkan Soekarno mulai kehilangan popularitasnya di mata Rakyat. Saat itu terjadi protes anti-Soekarno, yang dipimpin oleh gerakan pemuda seperti dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia ([[KAMI]]). Pada 10 Januari 1966, KAMI mengeluarkan [[Tritura|tiga tuntutan]] kepada Soekarno. Mereka ingin PKI harus dilarang, simpatisan PKI dalam Kabinet ditangkap, dan harga-harga harus diturunkan.
Meskipun ia tumbuh menjadi lawan politik terbesar Soekarno,
Pada pagi hari 11 Maret 1966, pada saat rapat kabinet di mana Soeharto tidak hadir, Sarwo Edhie dan pasukannya mengepung [[Istana Presiden]] tanpa identifikasi. Soekarno, takut dirinya dievakuasi ke Bogor. Kemudian
Pada tahun 1967, Sarwo Edhie dipindahkan ke
<!--
===Orde Baru===
Sarwo Edhie dukungan tegas dengan Soeharto sebagai yang terakhir mulai membuat bergerak untuk naik ke Kepresidenan. Factionally berbicara Namun, Sarwo Edhie milik faksi dijuluki oleh para ahli sebagai "Orde Baru Radikal". Bersama dengan [[Kemal Idris]] dan [[Kodam VI / Siliwangi]] Komandan [[Hartono Rekso Dharsono]], Sarwo Edhie ingin partai-partai politik harus dibongkar dan diganti dengan kelompok-kelompok non-ideologis yang menekankan pembangunan dan modernisasi.
-->
=== Penentuan Pendapat Rakyat ===
Baris 99 ⟶ 112:
Ketika Soeharto didirikan [[Pancasila Indonesia |pancasila]] sebagai Ideologi Nasional pada tahun 1984, Sarwo Edhie ditugaskan dari proses indoktrinasi setelah ditunjuk Ketua Badan Pengawas Pelaksanaan Pedoman Pemahaman dan Praktik Pancasila (BP-7 ) Dia terpilih untuk [[Dewan Perwakilan Rakyat]] (DPR) pada tahun 1987 dan mengundurkan diri dari posisinya pada tahun 1988 sebagai protes [[Sudharmono]] nominasi 's kepada Wakil Kepresidenan.
-->
== Kehidupan pribadi ==
Sarwo Edhie menikah dengan Sunarti Sri Hadiyah binti Danu Sunarto, mereka mempunyai 7 anak: Wijiasih Cahyasasi, Wrahasti Cendrawasih, [[Kristiani Herrawati]], Mastuti Rahayu, [[Pramono Edhie Wibowo]], Retno Cahyaningtyas dan [[Hartanto Edhie Wibowo]]. [[Susilo Bambang Yudhoyono]],
==Meninggal Dunia==
Sarwo Edhie meninggal pada 9 November 1989 pada usia 64 tahun karena penyebab alami. Ia dimakamkan di daerah asalnya di tempat pemakaman keluarga Purworejo tepatnya di Kampung Ngupasan, Kelurahan [[Pangenjurutengah, Purworejo, Purworejo|Pangenjurutengah]], [[Purworejo]], [[Jawa Tengah]].<ref>
==Riwayat
* Komandan Batalion Divisi Diponegoro (1945-1951)
* Komandan Resimen Divisi Diponegoro (1951-1953)
* Wakil Komandan Resimen AMN (1959-1961)
* Wadan RPKAD (1962-1964)
* Komandan RPKAD (1964-1967)
* Pangdam II/Bukit Barisan (1967-1968)
* Pangdam XVII/Tjenderawasih (1968-1970)
* Gubernur AKABRI (1970-1974)
== Referensi ==
{{reflist|2}}
== Pranala luar ==
{{portal|Indonesia}}
* {{id}} [http://www.tokohindonesia.com/tokoh/article/282-ensiklopedi/2287-sarwo-edhie-wibowo Sarwo Edhie Wibowo (1925-1989) Jenderal Brilian dan Jujur] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20131004074837/http://www.tokohindonesia.com/tokoh/article/282-ensiklopedi/2287-sarwo-edhie-wibowo |date=2013-10-04 }}
{{kotak mulai}}
{{kotak suksesi
| jabatan = [[Komando Daerah Militer XVII/Trikora#Pejabat Pangdam|Pangdam Trikora]]
| tahun = 1968—1970
| pendahulu = [[R. Bintoro]]
| pengganti = [[Acub Zaenal]]
}}
{{kotak suksesi
| tahun = 1964—1967
| pendahulu = [[Mung Parhadimulyo]]
| pengganti = [[Widjoyo Suyono]]
}}
{{kotak suksesi
| jabatan = [[Daftar Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan|Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan]]
| tahun = 1974—1978
| pendahulu = [[Leonardus Benyamin Moerdani]]<br/>''Pejabat Duta Besar''
| pengganti = [[Kaharuddin Nasution]]
}}
{{kotak selesai}}
▲{{S-mil}}
▲{{S-end}}
{{Susilo Bambang Yudhoyono |state=collapsed}}
{{Authority control}}
{{DEFAULTSORT:Wibowo, Sarwo, Edhie}}▼
▲{{DEFAULTSORT:Wibowo, Sarwo, Edhie}}
[[Kategori:Panglima Komando Daerah Militer XVII/Cenderawasih]]▼
[[Kategori:Anggota Pembela Tanah Air]]
[[Kategori:Duta Besar Indonesia]]
[[Kategori:Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan]]
[[Kategori:Komandan Jenderal Kopassus]]
▲[[Kategori:Panglima Komando Daerah Militer XVII/Cenderawasih]]
[[Kategori:Susilo Bambang Yudhoyono]]
[[Kategori:Tokoh dari Purworejo]]
▲[[Kategori:Tokoh Jawa Tengah]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:
[[Kategori:Tokoh Orde Baru]]
|