Tradisi Wor: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Muhammad Afif (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Kakei Yukata (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(21 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
[[Berkas:Tradisi Wor.jpg|jmpl|Tarian Wor]]
{{Aliran kepercayaan di Indonesia}}
[[Berkas:Wor Fasfesmandwampur.jpg|jmpl|seorang ibu hamil sedang diberkati dalam upacara ''Wor Fasfesmandwampur.'' ]]
'''Tradisi Wor''' merupakan tradisi dalam budaya Biak yang berhubungan dengan kehidupan religi orang Biak. Segala aspek kehidupan sosial Suku Biak seringkali diwarnai dengan upacara adat. Hal ini tercermin dari falsafah orang-orang Biak yang mengatakan “''Nggo Wor Baindo Na Nggo Mar''” yang artinya tanpa upacara atau pesta adat kami akan mati. Karena itu, upacara adat sangat penting bagi Suku Biak. Salah satu upacara tersebut adalah upacara yang dilaksanakan untuk melindungi seseorang agar aman dari setiap peralihan peran sosial dalam hidupnya.[http://kebudayaan.6te.net/?p=70]
[[Berkas:Barapen.png|jmpl|Upacara atraksi barapen dalam Wor Kabor]]
'''Tradisi Wor''' merupakanadalah tradisi dalam budaya Biak yang berhubungan dengan kehidupan religi orang[[suku Biak]]. Segala aspek kehidupan sosial Sukuorang Biak seringkalisering kali diwarnai dengan upacara adat. Hal ini tercermin dari falsafah orang-orang Biak yang mengatakan “''Nggo Wor Baindo Na Nggo Mar''” yang artinya tanpa upacara atau pesta adat kami akan mati. Karena itu, upacara adat sangat penting bagi Suku Biak. Salah satu upacara tersebut adalah upacara yang dilaksanakan untuk melindungi seseorang agar aman dari setiap peralihan peran sosial dalam hidupnya.[http://kebudayaan.6te.net/?p=70]
 
== Definisi ==
Menurut para ahli, Tradisi Wor dapat juga disebut sebagai agama. Wor memiliki dua definisi. Pertama, sebagai upacara adat. kedua, sebagai nyanyian adat. Secara simbolis, Wor mengandung makna yang di dalamnya terkandung nilai-nilai budaya dan berfungsi mengatur hubungan mereka dengan Sang Pencipta, antar sesama dan lingkungan alam tempat di mana mereka berada. Tradisi Wor merupakan bagian dari pemujaan terhadap penguasa tertinggi. Suku Biak percaya adanya penguasa tertinggi di dunia ini yakni:
# Nanggi, penguasa langit atau sorga.
# Mansren Manggundi, penguasa tunggal.
# Karwar, roh orang mati atau roh leluhur.
# Dabyor, roh halus yang menguasai gunung, batu besar, sungai, tanjung dan lainnya.
# Arbur, roh halus yang mendiami pepohonan.
# Faknik, roh halus yang mendiami lautan.
Tradisi Wor sering diaplikasikan dalam bentuk upacara, nyanyian adat atau folklor dalam budaya orang Biak.<ref>{{Cite news|url=http://1001indonesia.net/wor-kesenian-tradisional-masyarakat-adat-napa-swandiwe-biak-papua/|title=Wor, Kesenian Tradisional Masyarakat Adat Napa Swandiwe, Biak, Papua|last=Editor|date=2017-03-21|newspaper=1001 Indonesia|language=en-US|access-date=2017-11-01}}</ref> Dalam bentuk upacara, tradisi ini merupakan upacara sakral karena dianggap berfungsi melindungi seseorang dalam siklus hidupnya (''life cicle rites''). Karena menyangkut siklus hidup, maka rangkaian upacaranya mengikuti tahap perkembangan atau pertumbuhan manusia sejak lahir, mengalami masa kanak-kanak, kemudian menjadi dewasa dan menikah, lalu menjadi orang tua hingga akhirnya meninggal.<ref name="bpnbjayapura">{{Cite news|url=http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbpapua/2015/10/22/tradisi-wor-di-kabupaten-biak-numfor-provinsi-papua/|title=TRADISI WOR DI KABUPATEN BIAK NUMFOR PROVINSI PAPUA - Balai Pelestarian Nilai Budaya Papua|last=bpnbjayapura|date=2015-10-22|newspaper=Balai Pelestarian Nilai Budaya Papua|language=en-US|access-date=2017-11-01}}</ref><ref>{{Cite news|archive-date=2017-11-07|archive-url=https://web.archive.org/web/20171107024656/http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbpapua/2015/10/22/tradisi-wor-di-kabupaten-biak-numfor-provinsi-papua/|title=TRADISI WOR DI KABUPATEN BIAK NUMFOR PROVINSI PAPUA dead- Balai Pelestarian Nilai Budaya Papua|lasturl=bpnbjayapura|date=2015-10-22|newspaper=Balai Pelestarian Nilai Budaya Papua|language=en-US|access-date=2017-11-01yes}}</ref><ref name="bpnbjayapura"/>
 
==  Jenis-jenis Wor ==
Tradisi Wor merupakan tradisi siklus kehidupan.<ref>{{Cite news|url=http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbpapua/2017/09/19/tradisi-wor-dalam-budaya-orang-biak/|title=TRADISI WOR DALAM BUDAYA ORANG BIAK - Balai Pelestarian Nilai Budaya Papua|last=abdulrazak|date=2017-09-19|newspaper=Balai Pelestarian Nilai Budaya Papua|language=en-US|access-date=2017-11-01|archive-date=2017-11-07|archive-url=https://web.archive.org/web/20171107020015/http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbpapua/2017/09/19/tradisi-wor-dalam-budaya-orang-biak/|dead-url=yes}}</ref><ref>Kapisa, Sam. 1994. “Eksistensi Wor Biak dan Upaya Pelestariannya (makalah). Jayapura: Seminar Jurusan Antropologi FISIP Universitas Cendrawasih</ref><ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/927620567|title=Tradisi wor di Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua|last=H.,|first=Rumansara, Enos|isbn=6029710230|edition=Cetakan pertama|location=Jayapura, Papua|oclc=927620567}}</ref> Ada beberapa upacara yang dilakukan terkait hal tersebut, yaitu:
# '''''Wor Fasfesmandwampur'''''. Berasal dari dua kata yaitu ''fasfes'' dan ''mandwam''. Fasfes berarti ikatan. ''Mandwam'' adalah nama kulit kayu yang ditumbuk hingga halus. Wor ini disebut juga ''fasfesepen'' atau ikatan untuk menahan. Dapat juga disebut sebagai ''babyos'' (membalaut). ''Wor Fasfesmandwampur'' adalah suatu ikatan untuk menahan bagian bawah perut seorang ibu yang sedang hamil. Tujuannya adalah untuk melindungi anak yang masih dalam kandungan agar terhindar dari segala gangguan roh halus.
# '''''Wor Fasasnai.''''' Fasasnai berarti memperlihatkan. Disebut juga ''anunbesop'' (membawa atau mengantar anak turun ke bawah) atau ''anun berurido'' (mengantar anak keluar dari kamar). Wor Fasasnai artinya memperlihatkan bayi kepada alam agar penguasa alam dan segala isinya mengenal bayi yang baru lahir. Pada prinsipnya, Wor Fasasnai adalah memperkenalkan bayi kepada kerabat, alam dan pemiliknya baik yang nyata maupun tidak nyata.
Baris 21 ⟶ 23:
# '''''Wor Papaf'''''. Papaf artinya penyapihan. Maksudnya adalah upacara melepaskan ASI seorang ibu dengan bayinya karena anak sudah dapat makan sendiri. Anak mulai belajar mengambil hidangan atau makanan sendiri yang disuguhkan ibunya.
# '''''Wor Kapanaknik'''''. Kapanaknik artinya mencukur rambut anak. Upacara ini dilaksanakan ketika anak berusia 6-8 tahun. Usia tersebut dianggap bahwa seorang anak sudah dapat berpikir. Di usia ini seorang anak mulai mendapatkan pendidikan. Mereka memasuki lembaga pendidikan yang disebut ''Rumsram.''
# '''''Wor Kabor'''''. Kabor berasal dari dua suku kata yaitu ''kuk'' atau ''kak'' yang berarti menusuk dan ''bori'' yang berarti di atas sesuatu. Maksudnya adalah mengiris atau menusuk bagian atas penis alat kelamin laki-laki. Wor Kabor merupakan wor terakhir di masa kanak-kanak sebelum menginjak masa remaja. Dalam upacara ini terdapat Upacara Barapen, yiatu upacara berjalan di atas batu panas. Upacara ini dilaksanakan oleh para pemuda (''Kabor Insos'') sebagai peringatan ketika mereka mulai memasuki usia remaja.<ref>{{Cite web|url=http://biakkab.go.id/page/budaya|title=Website Resmi Kabupaten Biak Numfor|website=biakkab.go.id|access-date=2017-11-15|archive-date=2017-11-15|archive-url=https://web.archive.org/web/20171115201742/http://biakkab.go.id/page/budaya|dead-url=yes}}</ref> Prosesi ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar dosa yang telah dilakukan oleh seorang pemuda. Jika kaki pemuda terluka akibat menginjak batu tajam yang sudah menjadi bara, maka dia sudah terlalu banyak melakukan dosa.
# '''''Wor Beba'''''. Nama lainnya adalah ''Munara Beba'' (upacara besar), atau ''Fararur Beba'' (pekerjaan besar). Dilaksanakan ketika seorang anak telah selesai mengikuti pendidikan tradisional di ''Rumsram''. ''Wor Beba'' dilaksanakan untuk menentukan status sosial seseorang dalam klan maupun komunitasnya.
# '''''Wor Farbakbuk,''''' adalah wor yang berkaitan dengan upacara perkawinan. Ada beberapa tahapan dalam prosesnya seperti '''''Wor Ramrem''''', '''''Woryakyer''''' dan '''''Wafwofer''''','''''Wor Anenfasus'''''.
# '''''Wor Farbabei'''''. ''Wor Farbabei''  adalah upacara berkabung. Upacara ini bertujuan untuk menggantungkan sesuatu barang atau benda milik saudara yang meninggal pada tubuh saudara yang hidup sebagai tanda masa berkabung. Wor ini merupakan prosesi pemakaman secara tradisional. Ada beberapa tahapan dalam upacara ini yang dimulai ketika meninggal hingga penyimpanan tulang pada tempat penyimpanan khusus. Wor ini merupakan simbol rasa duka yang mendalam bagi anggota keluarga.
# '''Wor Rasrus''' adalah upacara untuk memindahkan tulang-tulang orang yang meninggal dengan cara mencuci tulang dan memasukkannya ke dalam peti yang dibuat dari pohon. Upacara ini dilakukan oleh anggota keluarga yang meninggal. Pada upacara ini akan dibuat ''amfianir'' (patung) dan pada bagian kepala diberikan tengkorak dari saudara mereka yang meninggal. Beberapa patung dibuat tanpa tengkorak. Wor ini bermakna bahwa seseorang telah memasuki kehidupan yang baru di dunia lain. 
 
== Nyanyian Wor ==
Musik tradisional Biak Numfor disebut juga nyanyian Wor atau puisi Biak. Terdapat 18 jenis lagu wor, namun hanya 12 jenis yang dinyanyikan dengan tangga nada pentatonik 1 (do), 2 (re), 3 (mi), 5 (sol) dan 6 (la). Wor tidak mengenal tangga nada 4 (fa) dan 7 (si). Dalam nyanyian wor terdapat struktur puisi wor yang terdiri dari 2 bait yaitu Kadwor (puncak) dan Fuar (pangkal). Tercatat sekitar 18 jenis lagu Wor Biak antara lain Kankarem, Moringkin, Kansyaru, Wonggei, Disner, Nambojaren, Erisam, Dow Arbur, Dow Mamun, Armis, Aurak, Dow Beyor Warn, Dow Bemun Warn, Kawop, Urere, Randan dan Beyuser. Nyanian Wor biasanya diiringi alat musik ''Sireb'' atau Sandip yakni alat musik Tifa.<ref>{{Cite news|url=http://www.tempolagu.tk/2016/08/nyanyian-dan-tarian-wor-adat-suku-biak.html|title=Deskripsi lagu : Nyanyian Dan Tarian Wor Adat Suku Biak Papua|last=Channel|first=Media|newspaper=Deskripsi lagu|language=id-ID|access-date=2017-11-15|archive-date=2017-11-15|archive-url=https://web.archive.org/web/20171115201120/http://www.tempolagu.tk/2016/08/nyanyian-dan-tarian-wor-adat-suku-biak.html|dead-url=yes}}</ref><ref>{{Cite news|url=http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbpapua/2015/10/22/tradisi-wor-di-kabupaten-biak-numfor-provinsi-papua/|title=TRADISI WOR DI KABUPATEN BIAK NUMFOR PROVINSI PAPUA - Balai Pelestarian Nilai Budaya Papua|last=bpnbjayapura|date=2015-10-22|newspaper=Balai Pelestarian Nilai Budaya Papua|language=en-US|access-date=2017-11-15|archive-date=2017-11-21|archive-url=https://web.archive.org/web/20171121002214/http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbpapua/2015/10/22/tradisi-wor-di-kabupaten-biak-numfor-provinsi-papua/|dead-url=yes}}</ref>
 
== Referensi ==
 
{{reflist}}
 
{{Agama di Indonesia}}
 
[[Kategori:Budaya Papua]]
[[Kategori:Tradisi]]
[[Kategori:Biak Numfor]]