Taṇhā: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Faredoka (bicara | kontrib)
k →‎Lobha: "penanung-jawab" -> "penanggung jawab"; kata majemuk(?) pokoknya disesuaikan dengan KBBI
 
(36 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Seealso|Dosa (Buddhisme)|Moha (Buddhisme)}}{{Buddhist term
| fontsize=100%
| title=taṇhā
| pi= taṇhā,<br/>lobha tanha([[sinonim]]),<br/>rāga ([[Devanagari|Devsinonim]]:),<br/>abhijjhā तण्हा([[sinonim]])
| sa= tṛṣṇā, trishna ([[Devanagari|Dev]]: तृष्णा)
| en= thirst, craving, desire, dll.
| en= nafsu keinginan
| si= තණ්හාව,තෘෂ්ණාව
| bo= སྲེད་པ་
Baris 16:
| my= တဏှာ
| my-Latn=tən̥à
|id=nafsu, nafsu keinginan, keserakahan, ketamakan}}{{Buddhisme|dhamma}}
}}
'''{{IAST|Taṇhā}}''' adalah kata dalam ([[bahasa Pali]] yang terkait dengan kata dalam [[bahasa Weda]]), '''{{IAST|tṛṣṇātarśa}}''', danatau '''{{IAST|tarśatṛṣṇā}}''', ([[Bahasa Sanskerta|Sanskerta]]) adalah suatu konsep dalam [[Buddhisme]] yang berarti "nafsu keinginan".<ref>{{cite book|author1=Richard Gombrich|author2=Gananath Obeyesekere |title=Buddhism Transformed: Religious Change in Sri Lanka|url=https://books.google.com/books?id=rpN9atSFua0C |year=1988|publisher=Motilal Banarsidass |isbn=978-81-208-0702-0 |pages=246 }}</ref> Dalam tradisi [[Abhidhamma Piṭaka|Abhidhamma]] [[Theravāda]], ''taṇhā'' sinonim dengan '''lobha''' yang berarti "keserakahan".<ref name=":02">{{Cite book|last=Kheminda|first=Ashin|date=2019-09-01|url=https://books.google.co.id/books?id=2ZQXEAAAQBAJ&printsec=copyright&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false|title=Manual Abhidhamma: Bab 2 Faktor-Faktor-Mental|publisher=Yayasan Dhammavihari|isbn=978-623-94342-7-4|language=id}}</ref> Sinonim lainnya adalah '''rāga''' yang berati "nafsu" dan '''abhijjhā''' yang berarti "ketamakan".<ref>{{Cite web|last=Walubi.or.id|date=2015-11-12|title=DHAMMA SAKACCA (Kehendak)|url=https://www.walubi.or.id/artikel-dharma/12/11/4266/2015/|website=WALUBI|language=id|access-date=2024-08-10}}</ref> Konsep ini merupakan konsep yang penting dalam kepercayaan [[Buddhisme|Buddha]].<ref name=peterharvey53>{{cite book|author=Peter Harvey|title=An Introduction to Buddhism: Teachings, History and Practices|url=https://books.google.com/books?id=bj-ds_jd8QYC|year=1990|publisher=Cambridge University Press|isbn=978-0-521-31333-9|page=53}}</ref> Terdapat tiga jenis taṇhā, yaitu:
* ''Kama-taṇhā'' (nafsu kesenangan sensual):{{Sfn|Harvey|2013|p=63}} bernafsu terhadap rasa senang atau kenikmatan inderawi.<ref name="sucitto1">Ajahn Sucitto (2010), Kindle Location 943-946</ref> Walpola Rahula menyatakan bahwa taṇhā tidak hanya terbatas pada nafsu inderawi, kekayaan atau kekuasaan, tetapi juga nafsu terhadap gagasan atau idealisme, cara pandang, pendapat, teori dan kepercayaan (dhamma-taṇhā)."<ref name="walpola1">Walpola Sri Rahula (2007). Kindel Locations 791-809.</ref>
* ''Bhava-taṇhā'' (nafsu untuk ada):{{Sfn|Harvey|2013|p=63}} bernafsu untuk menjadi sesuatu dan bersatu dengan suatu pengalaman.<ref name="sucitto1"/> Nafsu ini terkait dengan ego, yaitu pencarian identitas tertentu dan nafsu untuk terlahir kembali untuk selamanya.{{Sfn|Harvey|2013|p=63}} Ahli lain berusaha menjelaskan jenis nafsu ini sebagai dampak dari pandangan yang salah mengenai kehidupan abadi dan keabadian.<ref name="WilliamsTribe2002p43">{{cite book|author1=Paul Williams |author2=Anthony Tribe |author3=Alexander Wynne |title=Buddhist Thought: A Complete Introduction to the Indian Tradition |url=https://books.google.com/books?id=e9SFAgAAQBAJ&pg=PA43 |year=2002|publisher=Routledge |isbn=978-1-134-62324-2 |pages=43–44 }}</ref><ref name="Thepyanmongkol2012p314">{{cite book|author=Phra Thepyanmongkol|title=A Study Guide for Right Practice of the Three Trainings|url=https://books.google.com/books?id=6XFW45RDK6wC|year=2012|publisher=Wat Luang Phor Sodh|isbn=978-974-401-378-1|page=314}}</ref>
* ''Vibhava-taṇhā'' (nafsu untuk tidak ada):<ref name="WilliamsTribe2002p43"/> nafsu untuk tidak mengalami hal yang tidak menyenangkan dalam kehidupan saat ini atau masa depan, seperti orang-orang atau situasi yang tidak menyenangkan.{{Sfn|Harvey|2013|p=63}} Akibatnya muncul keinginan untuk bunuh diri atau memusnahkan diri sendiri, dan dalam kepercayaan Buddha tindakan ini hanya akan membuat mereka terlahir kembali dalam kehidupan yang lebih buruk.{{Sfn|Harvey|2013|p=63}} Menurut Phra Thepyanmongkol, nafsu ini dipicu oleh pandangan yang salah mengenai bunuh diri karena pelakunya mengira bahwa mereka tidak akan terlahir kembali.<ref name="Thepyanmongkol2012p314"/>
 
'''Lobha''', sinonim dari ''taṇhā'', merupakan suatu [[Cetasika|faktor mental]] berupa [[Kilesa|kotoran batin]] yang menjadi salah satu dari tiga akar kejahatan (''ti akusalamūla'')—lobha, [[Dosa (Buddhisme)|dosa]], dan [[Moha (Buddhisme)|moha]].<ref>{{Cite web|title=The Noble Eightfold Path: The Way to the End of Suffering|url=https://www.accesstoinsight.org/lib/authors/bodhi/waytoend.html|website=www.accesstoinsight.org|access-date=2024-08-10}}</ref><ref>{{Cite web|title=AN 6.39: Nidānasutta|url=https://suttacentral.net/an6.39/|website=SuttaCentral|language=|access-date=2024-08-10}}</ref>
''Taṇhā'' dianggap sebagai penyebab ''[[dukkha]]'' (penderitaan) dan siklus kelahiran kembali ([[Saṃsāra (Buddhisme)|Saṃsāra]]).<ref name="DavidsStede1921p294">{{cite book|author1=Thomas William Rhys Davids |author2=William Stede |title=Pali-English Dictionary |url=https://books.google.com/books?id=0Guw2CnxiucC |year=1921|publisher=Motilal Banarsidass |isbn=978-81-208-1144-7 |pages=294 }}</ref><ref name=peterharvey53/><ref name="WilliamsTribe2002p43"/> Ajaran Buddha berusaha menghilangkan ''{{IAST|taṇhā}}'' dengan mengajak penganutnya untuk mengikuti [[Jalan Utama Berunsur Delapan]] untuk melenyapkan [[dukkha]].
 
== Theravāda ==
 
=== Tiga jenis taṇhā ===
Terdapat tiga jenis taṇhā yang dijelaskan dalam berbagai diskursus [[Sutta Piṭaka]], yaitu:
* ''Kama'Kāma-taṇhā''' (nafsu atas kesenangan sensual):{{Sfn|Harvey|2013|p=63}} bernafsu terhadap rasa senang atau kenikmatan inderawiindrawi.<ref name="sucitto1">Ajahn Sucitto (2010), Kindle Location 943-946</ref> Walpola Rahula menyatakan bahwa taṇhā tidak hanya terbatas pada nafsu inderawiindrawi, kekayaan atau kekuasaan, tetapi juga nafsu terhadap gagasan atau idealisme, cara pandang, pendapat, teori, dan kepercayaan (''dhamma-taṇhā'')."<ref name="walpola1">Walpola Sri Rahula (2007). Kindel Locations 791-809.</ref>
* '''Bhava-taṇhā''' (nafsu untukatas [[Keberadaan|keberadaan adaatau eksistensi]]):{{Sfn|Harvey|2013|p=63}} bernafsu untuk menjadi sesuatu dan bersatu dengan suatu pengalaman.<ref name="sucitto1"/> Nafsu ini terkait dengan ego, yaitu pencarian identitas tertentu dan nafsu untuk terlahir kembali untuk selamanya.{{Sfn|Harvey|2013|p=63}} AhliMenurut lainpenjelasan berusahayang menjelaskan jenislain, nafsu ini sebagaidipicu dampak darioleh [[Diṭṭhi|pandangan yang salah]] mengenaitentang kehidupan abadi dan keabadian.<ref name="WilliamsTribe2002p43">{{cite book|author1=Paul Williams |author2=Anthony Tribe |author3=Alexander Wynne |title=Buddhist Thought: A Complete Introduction to the Indian Tradition |url=https://books.google.com/books?id=e9SFAgAAQBAJ&pg=PA43 |year=2002|publisher=Routledge |isbn=978-1-134-62324-2 |pages=43–44 }}</ref><ref name="Thepyanmongkol2012p314">{{cite book|author=Phra Thepyanmongkol|title=A Study Guide for Right Practice of the Three Trainings|url=https://books.google.com/books?id=6XFW45RDK6wC|year=2012|publisher=Wat Luang Phor Sodh|isbn=978-974-401-378-1|page=314}}</ref>
* '''Vibhava-taṇhā''' (nafsu untukatas tidak[[Keberadaan|ketidakberadaan atau adanoneksistensi]]):<ref name="WilliamsTribe2002p43" /> nafsu untuk tidak mengalami hal yang tidak menyenangkan dalam kehidupan saat ini atau masa depan, seperti orang-orang atau situasi yang tidak menyenangkan.{{Sfn|Harvey|2013|p=63}} Akibatnya, muncul keinginan untuk bunuh diri atau memusnahkan diri sendiri,. dan dalamDalam kepercayaan BuddhaBuddhis, tindakan initersebut hanya akan membuat mereka terlahir kembali dalamke [[Loka (Buddhisme)|alam kehidupan]] yang lebih buruk.{{Sfn|Harvey|2013|p=63}} Menurut Phra Thepyanmongkol, nafsu ini dipicu oleh [[Diṭṭhi|pandangan yang salah]] mengenai bunuh diri karena pelakunya mengira bahwa mereka tidak akan terlahir kembali.<ref name="Thepyanmongkol2012p314" />
 
''Taṇhā'' dianggap sebagai penyebab ''utama penderitaan ([[dukkha]]'' (penderitaan) dan siklus kelahiran kembali ([[Saṃsāra (Buddhisme)|Saṃsārasaṃsāra]]).<ref name="peterharvey53" /><ref name="WilliamsTribe2002p43" /><ref name="DavidsStede1921p294">{{cite book|author1=Thomas William Rhys Davids |author2=William Stede |title=Pali-English Dictionary |url=https://books.google.com/books?id=0Guw2CnxiucC |year=1921|publisher=Motilal Banarsidass |isbn=978-81-208-1144-7 |pages=294 }}</ref><ref name=peterharvey53/><refBuddha name="WilliamsTribe2002p43"/>mengajarkan Ajaranpengikut-Nya Buddhauntuk berusahamelenyapkan menghilangkan ''{{IAST|taṇhā}}'' dengan mengajak penganutnya untuk mengikuti [[Jalan UtamaMulia Berunsur Delapan]] untuk melenyapkan [[dukkha]].
 
=== Lobha ===
Dalam tradisi [[Abhidhamma Piṭaka|Abhidhamma]] [[Theravāda]], '''taṇhā''' adalah sinonim dari [[Cetasika|faktor mental]] '''lobha''' yang berarti "keserakahan". Faktor mental ''lobha'' didefinisikan dalam empat batasan sebagai berikut:
 
* Karakteristik: mencengkeram atau menggenggam objek (''ārammaṇaggahaṇalakkhaṇa'').
* Fungsi: menempel atau melekatkan (''abhisaṅgarasa'').
* Manifestasi: tidak rela, tidak ikhlas, atau tidak melepaskan (''apariccāgapaccupaṭṭhāna'').
* Sebab-terdekat: melihat adanya kenikmatan di dalam dhamma-dhamma yang terkait dengan belenggu (''saṃyojaniyadhammesu assādadassanapadaṭṭhāna'').
 
Lobha adalah [[Cetasika|faktor mental]] yang menginginkan, mendambakan, atau merindukan objek. Lobha adalah [[Cetasika|faktor mental]] yang membuat seseorang tergila-gila (''sārāga'') pada [[Saṁsāra|saṃsāra]]. Keserakahan adalah penanggung jawab utama atas terjadinya pelekatan batin pada objeknya.<ref name=":02" />
 
==== Trio keserakahan ====
Trio keserakahan atau ''lobha tri'' adalah suatu kelompok [[faktor mental]] yang terdiri dari tiga faktor mental, yaitu keserakahan (''lobha''), [[Diṭṭhi|pandangan-salah]] (''diṭṭhi''), dan kesombongan (''māna''). Dengan keserakahan sebagai akar dan pemimpinnya, maka dua faktor mental yang lain hanya bisa muncul jika keserakahan muncul. Tiga faktor mental ini disebut sebagai ''dhamma'' yang memperpanjang [[Saṁsāra|saṃsāra]] (Pāli: ''papañca dhamma'').
 
== Catatan kaki ==
{{reflist}}
 
== Daftar pustaka ==
* {{Cite book| last =Dalai Lama| year =1998| title =The Four Noble Truths| publisher =Thorsons}}
* {{Citation| last =Gethin | first = Rupert | year =1998 | title =Foundations of Buddhism | publisher =Oxford University Press}}
* {{Citation| last =Harvey | first =Peter | year =1990 |title =An Introduction to Buddhism | publisher =Cambridge University Press| isbn= 0-521313333}}
* {{cite book|ref=harv|first= Peter|last= Harvey |title=An Introduction to Buddhism: Teachings, History and Practices |url=https://books.google.com/books?id=u0sg9LV_rEgC |year=2013|publisher=Cambridge University Press |isbn=978-0-521-85942-4 }}
{{buddhisme-stub}}
 
[[Kategori:Buddhisme]]