Moke: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Rangerbiru II (bicara | kontrib)
Fitur saranan suntingan: 3 pranala ditambahkan.
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Tugas pengguna baru Disarankan: tambahkan pranala
 
(8 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Orphan|date=Oktober 2016}}
[[Berkas:Lokasi Flores.png|jmpl|ka|200px|Lokasi Pulau Flores tempat asal minuman moke]]
'''''Moke''''' adalah minuman khas dari pulau Flores yang terbuat dari tanaman [[siwalan]] (pohon lontar) dan [[enau]].<ref name = "ref1">{{citeweb |url= http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2014/01/14/moke-minuman-ternikmat-di-dunia-dari-pulau-flores-624495.html |title=Moke |accessdate=4 Mei 2014 |publisher=Kompasiana |archive-date=2014-05-04 |archive-url=https://web.archive.org/web/20140504205748/http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2014/01/14/moke-minuman-ternikmat-di-dunia-dari-pulau-flores-624495.html |dead-url=yes }}</ref> Minuman ini mempunyai banyak sebutan seperti ''sopi'', ''dewe'', dan moke.<ref name = "ref1"/> Tetapi nama yang paling familiar dan menjadi ciri khas dari Pulau Flores adalah Moke.<ref name = "ref1"/> Moke adalah simbol adat, persaudaraan dan pergaulan bagi masyarakat [[Flores]].<ref name = "ref2">{{citeweb|url= http://www.backpackerborneo.com/2011/11/desa-moni-bukan-sekadar-transit.html|title=Moke |accessdate=4 Mei 2014 |publisher=Backpackerborneo}}</ref><ref name = "ref3">{{citeweb|url=http://www.tempo.co/read/news/2014/01/19/058546214/Moke-Arak-Tradisional-Lambang-Persaudaraan-di-NTT|title=Moke |accessdate=4 Mei 2014 |publisher=Tempoo|archive-date=2014-05-04|archive-url=https://web.archive.org/web/20140504222810/http://www.tempo.co/read/news/2014/01/19/058546214/Moke-Arak-Tradisional-Lambang-Persaudaraan-di-NTT|dead-url=yes}}</ref>
 
== Moke di Pulau Flores ==
[[Berkas:Aren_pinna 070612 042 stgd.jpg|jmpl|kiri|200px|BuahMayang/Tangkai dari pohon Enau, salah satu bahan dari Moke]]
[[Berkas:Borassus flabellifer.jpg|jmpl|kiri|200px|Mayang atau Bakal Buah dari pohon Lontar, salah satu bahan dari Moke]]
Moke merupakan minuman tradisional yang dibuat dari hasil penyulingan buah dan bunga pohon lontar maupun enau, proses pembuatannya masih tradisional yang diwariskan secara turun temurun dan masih dilakukan sampai sekarang.<ref name = "ref3"/> Pembuatan moke dilakukan di kebun-kebun masyarakat dengan menggunakan wadah-wadah tradisional seperti periuk tanah untuk memasaknya.<ref name = "ref3"/> Pembuatan moke memerlukan keuletan, kesabaran dan keahlian khusus untuk menghasilkan minuman yang berkualitas.<ref name = "ref3"/> Satu botol Moke butuh 5 jam, karena menunggu tetesan demi tetesan dari alat penyulingan yang menggunakan bamboo.<ref name = "ref3"/> Moke dengan kualitas terbaik sering disebut masyarakat dengan BM atau bakar menyala.<ref name = "ref3"/> Moke tersebut memiliki khasiat menyehatkan dan tidak [[mabuk|memabukkan]].<ref name = "ref3"/> Moke dengan kwalitas terbaik biasanya hanya disajikan pada akhir pekan dan acara-acara adat seperti pesta pernikahan sebagai pendamping hidangan utama dan disajikan juga sirih dan pinang yang biasa dikonsumsi para wanita.<ref name = "ref7">{{citeweb|url=http://www.femina.co.id/waktu.senggang/jalanjalan/cinta.dari.tanah.maumere/006/003/62|title=Moke |accessdate=4 Mei 2014 |publisher=Femina}}</ref>
Walaupun moke merupakan minuman yang beralkohol, untuk mendapatkannya sangat mudah, diberbagai sudut kota maupun di pelosok desa moke selalu tersedia.<ref name = "ref3"/> Di luar [[Kupang]] moke dapat ditemukan di warung pinggir jalan.<ref name = "ref3"/> Harganya antara Rp 15-20 ribu per botol air kemasan sedang.<ref name = "ref3"/> Arak tradisional ini merupakan minuman masyarakat luas di Flores termasuk di kalangan para pejabat daerah.<ref name = "ref3"/> Masyarakat di Flores sering mengonsumsi Moke beramai-ramai atau dalam istilah daerah disebut dengan cara melingkar.<ref name = "ref3"/>
Konsumsi moke sering dilakukan bersama dengan aneka camilan atau ''lepeng'' dalam bahasa daerah.<ref name = "ref3"/> Moke juga dikonsumsi bersama dengan makanan khas flores seperti lepeng ikan kuah asam, [[ikan bakar]], sop kambing, pisang bakar/rebus dan sambal lemon atau sambal tomat balik.<ref name = "ref3"/> Perjamuan tersebut sering dilakukan di luar rungan seperti di pinggir pantai, di halaman rumah dan di bawah pepohonan.<ref name = "ref3"/>
 
== Pembuatan Moke ==
Baris 16:
Penampungan atau penderasan air mike dapat dilakukan dengan mengiris ujung tandan bunga.<ref name = "ref6"/>
Sebelumnya bambu diisi dengan kapur sirih atau [[Daun|daun-daun]] khusus untuk mencegah air agar tidak menjadi asam.<ref name = "ref6"/> Penampungan air dilakukan sebanyak dua kali dalam sehari yakni pagi dan sore hari. Dua kali sehari mesti memanjat pohon enau dengan tinggi sekitar 19 meter.<ref name = "ref6"/> Umur pohon kira-kira 15 tahun.<ref name = "ref6"/>
Setiap pohon mikedapat menghasilkan 8-10 liter.<ref name = "ref6"/> Air mike yang telah dikumpulkan selama kurang lebih satu hari, kemudian diberi [[bawang merah]] yang diiris, daun kemangi, dan daun.<ref name = "ref6"/> Sesudah itu, moke sudah siap suguh menjadi minuman.<ref name = "ref6"/> Minuman ini memiliki aroma yang khas, dan rasa asam sedikit bercampur agak pahit saat diminum.<ref name = "ref6"/>
Jika pohon tidak menghasilkan banyak buah, ada cara tradisi nenek moyang yang dapat memberikan hasil yang banyak.<ref name = "ref6"/> Persoalan ini diatasi dengan penyadap tidak hanya dengan keahlian teknis namun juga dengan cara upacara pemberian sesaji, seperti sembelih ayam.<ref name = "ref6"/> Sebab, penyadap menyakini bahwa pohon enau memiliki ‘roh’.<ref name = "ref6"/> Setiap peyadap mesti mengetahui akan sisi ‘gaib’ dari pohon ini.<ref name = "ref6"/> Oleh karena itu, pengiris memberikan sesajian.<ref name = "ref6"/>
Biasanya, menyuguhkan bahan saji sebelum pekerjaan iris bunga aren.<ref name = "ref6"/> Doa-doa mantra mengiringi sesaji itu.<ref name = "ref6"/> Nenek moyang telah berpesan bahwa pohon enau sebagai bagian dari kehidupan. Pohon ini memberikan berkah untuk saat ini dan masa depan.<ref name = "ref6"/>
Baris 23:
== Jenis-Jenis Moke ==
=== Moke Putih ===
Moke putih adalah nira hasil sadapan dari pohon lontar atau pohon enau.<ref name = "ref4">{{citeweb |url= http://www.orangflores.com/sekilas-budaya.html |title=Moke |accessdate=4 Mei 2014 |publisher=Orangflores |archive-date=2014-05-05 |archive-url=https://web.archive.org/web/20140505015444/http://www.orangflores.com/sekilas-budaya.html |dead-url=yes }}</ref>
Cara pembuatannya adalah dengan memakai bambu berukuran seruas yang kemudian dicuci bersih dan dikeringkan lalu digantungkan pada ujung mayang yang telah dijepit atau dipukul-pukul dan dipotong ujungnya.<ref name = "ref4"/> Dari proses itu, akan muncul cairan bening menetes dari ujung mayang, cairan itu adalah moke putih.<ref name = "ref4"/> Moke putih yang manis dapat dimasak dan dijadikan gula merah.<ref name = "ref4"/> Sedangkan moke putih yang diminum adalah moke yang ditampung dengan wadah bambu yang tidak bersih sehingga terjadi peragian dan rasa minuman ini pahit.<ref name = "ref4"/> Moke putih sejenis ini ada yang dapat langsung diminum, tetapi lebih banyak digunakan untuk dimasak atau disuling dan menghasilkan moke hitam atau arak.<ref name = "ref4"/>
 
Baris 32:
== Perlakuan Petani di Flores ==
 
Perlakuan petani akan pohon enau sedikit berbeda dengan pohon alami lain.<ref name = "ref6">{{citeweb|url=http://www.floresbangkit.com/2013/03/moke-putih-dari-enau-minuman-pelipur-lara/|title=Moke |accessdate=14 Mei 2014 |publisher=Flores Bangkit|archive-date=2013-05-26|archive-url=https://web.archive.org/web/20130526072831/http://www.floresbangkit.com/2013/03/moke-putih-dari-enau-minuman-pelipur-lara|dead-url=yes}}</ref> Pada umumnya, petani membiarkan pohon enau (mike) tumbuh dan berkembang secara alami di kebun lahan kering.<ref name = "ref6"/> Biasanya, mereka tidak memusnahkan saat pembersihan lahan siap tanam.<ref name = "ref6"/>
Tanaman yang satu ini tidak ditebang.<ref name = "ref6"/> Hanya membersihkan sekitar pohon sekali dalam musim tanam.<ref name = "ref6"/> Tumbuhan ini dibiarkan hidup.<ref name = "ref6"/> Tidak ada upaya menaburi pupuk.<ref name = "ref6"/> Tiada usaha membudidayakan.<ref name = "ref6"/> Juga tidak ada perlakuan khusus walaupun memberikan banyak manfaat bagi tuan kebun.<ref name = "ref6"/>
Binatang Musang menabur biji pohon enau, manusia menuai hasil setelah menjadi besar. Musang memakan buah pohon enau lantas bijinya dibiarkan jatuh ke tanah.<ref name = "ref6"/> Hewan inilah yang mengambil buahnya sebagai salah satu makanan.<ref name = "ref6"/> Buah dibawa pergi ke tempat-tempat yang aman buat makanan.<ref name = "ref6"/> Biji-biji enau dibiarkan jatuh ke tanah.<ref name = "ref6"/>
Baris 48:
=== Upacara ''Roko Molas Poco'' ===
''Roko Molas Poco'' merupakan suatu tradisi adat awal pembangunan ''Mbaru Tembong'', rumah adat masyarakat [[Manggarai]] Raya, baik yang berdiam di Kabupaten Manggarai, Manggarai Barat, maupun Manggarai Timur.<ref name = "ref6"/> ''Roko'' dalam bahasa setempat berarti pikul secara gotong royong.<ref name = "ref6"/> Sementara ''molas'' artinya cantik dan ''poco adalah'' hutan.<ref name = "ref6"/> Alhasil, kata ''roko molas poco'' mengandung arti mengambil atau memikul secara bersama kayu terbaik dari hutan.<ref name = "ref6"/>
Pada rangkaian ritus ''Roko Molas Poco'' kewajiban para tokoh adat seperti ''tu’a golo'' (kepala Kampung), ''tu’a teno'' (kepala adat) adalah mengundang semua warga kampung, untuk melakukan ''lonto leok'' ( musyawarah bersama warga se- kampung) di rumah adat lama atau punataupun di ''natas'' (halaman kampung).<ref name = "ref6"/>
Selanjutnya, anggota masyarakat maupun tokoh-tokoh adat dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok ''Roko Molas Poco'' (kelompok yang akan pergi ke hutan untuk mengambil kayu tersebut) dan kelompok ''curu molas poco'' (kelompok yang akan menjemput ''Molas Poco'' tersebut).<ref name = "ref6"/>
Upacara adat ''Roko Molas Poco'' ini diawali dengan acara teing hang atau pemberian sesajian di altar sesajian (compang) yang dipimpin oleh ''tu’a golo''.<ref name = "ref6"/>
Setelah upacara ''teing hang'' (Memberi sesajian kepada arwah nenek moyang) usai upacara, barulah kelompok ''Roko Molas Poco'' berangkat ke hutan (puar) dengan membawa manuk (ayam), moke , cola (kapak)), kope (parang), serta alat-alat lain yang dibutuhkan saat upacara tersebut berlangsung.<ref name = "ref6"/>
Setiba di hutan, kelompok ''Roko Molas Poco'' beserta ''tu’a golo'' duduk menghadap pohon yang akan dijadikan sebagai ''Molas Poco'' atau ''Siri Bongkok''.<ref name = "ref6"/> Kemudian ''tu’a golo'', menyampaikan permohonan atau ''kepok'' atau ''torok tae'' (bahasa kiasan Manggarai) kepada arwah-arwah nenek moyang.<ref name = "ref6"/>
Setelah ''torok tae'' tersebut selesai barulah kayu-kayu dipotong dan ''Molas Poco'' tersebut diusung ke kampung oleh kelompok ''Roko''.<ref name = "ref6"/> Sesampainya di dekat kampung (Pa’ang beo) kelompok ''Roko Molas Poco'' tersebut dijemput (''sundung''/''curu'') oleh kelompok penjemput dengan diiringi tarian-tarian dan dilanjutkan ''torok'' atau ''kepok sundung'' atau ''curu''.<ref name = "ref6"/>
Baris 57:
 
=== Merayakan [[Natal]] ===
Di Flores, Natal identik dengan ledakkan meriam bambu di nyaris semua sudut kota pada malam Natal.<ref name = "ref9">{{citeweb|url=http://kebudayaanindonesia.net/id/news/detail/34/tradisi-natal-di-indonesia#.U3TIq_mSw5N|title=Moke |accessdate=14 Mei 2014 |publisher=Kebudayaan Indonesia|archive-date=2014-02-09|archive-url=https://web.archive.org/web/20140209052026/http://kebudayaanindonesia.net/id/news/detail/34/tradisi-natal-di-indonesia#.U3TIq_mSw5N|dead-url=yes}}</ref> Anak muda di Flores biasanya begadang semalaman pada 24 Desember sambil bermain kembang api dan minum moke.<ref name = "ref9"/>
 
=== Upacara ''Teing Hang'' ===
Ritus ''Teing hang'' pada akhir tahun baru merupakan bentuk syukuran kepada arwah nenek moyang yang telah meninggal dunia pada tahun yang lama dan memohon berkah dipada tahun baru.<ref name = "ref9">{{citeweb|url=http://www.floresbangkit.com/2014/01/teing-hang-ritus-masyarakat-manggarai-tutup-tahun-lama/|title=Moke |accessdate=14 Mei 2014 |publisher=Flores Bangkit}}</ref>
Tahapan acara diawali dengan dilakukan ''Teing Hang'' ''Paneng Cepa''(memberikan kapur sirih, sirih, pinang),''teing tuak'' (memberikan Moke), ''Kebut Wulu Manuk Lalong Bakok'' (mencabut bulu ayam jantan putih ),''Mbele Manuk Bakok'' ( sembelih Ayam Jantan putih),''Toto Urat'' ( melihat urat usus Ayam jantan yang sudah disembelih dan dibakar).<ref name = "ref9"/> Puncak '' teing hang ise empo agu ame''(memberi makanan kepada nenek moyang dimana sesajian tersebut disimpan persis di tiang utama rumah),dan ''hang cama'' (makan bersama keluarga di dalam rumah)dimaksudkan sebagai bentuk penghargaan awal masyarakat setempat menyambut Nenek Moyang.<ref name = "ref9"/> Sebagaimana kebiasaan dan tradisi masyarakat, tenda kapur sirih, daun sirih dan pinang dihadirkan sebagai makanan penghibur dikala tamu pertama kali hadir di rumah.<ref name = "ref9"/>
Tahap pertama, ''paneng cepa'' dengan menggunakan bahasa ''torok tae'' dilakukan dengan maksud untuk menyapa para hadirin dengan sopan santun dalam mengundang arwah nenek moyang hadir dalam ritus ini.<ref name = "ref9"/>
Tahap ''inung tuak'' atau meberikan moke menambah rasa persatuan arwah nenek moyang dengan keluarga di dalam rumah.<ref name = "ref9"/> Sementara itu, ''Kebut Wulu Manuk Lalong'' mempunyai arti bahwa ayam jantan putih yang sudah disiapakan mempunyai makna warna putih bersih dan suci sebagai generasi penerus mempunyai hati ,pikiran, perkataan dan tindakan yang bersih pada tahun yang baru.<ref name = "ref9"/> Pada tahap ini, warga meminta supaya hati dan pikiran diterangi pada tahun baru melalui perkataan dan tindakan sesuai dengan putih bersih ayam jantan tersebut.<ref name = "ref9"/> Ayam jantan disembelih dan darahnya dibiarkan menetes diatas mangkuk putih agar pemandu bisa melihat darah tersebut.<ref name = "ref9"/> Hal itu mempunyai makna bahwa dengan darah ayam tersebut, semoga keluarga tidak tertimpa bencana pada tahun baru.<ref name = "ref9"/> Dalam tahap berikutnya, ayam dibakar setelah itu dilanjutkan dengan ''toto urat manuk'' yang berarti melihat bagian urat usus dua belas jari dari ayam jantan untuk melihat apakah keluarga akan memiliki banyak rejeki dipada tahun yang baru.<ref name = "ref9"/>
Tahapan upacara tersebut sangat tergantung dari kejelihan pemandu atau torok dalam melihat urat kecil warna hitam pada usus yang digunakan untuk menentukan nasib dari para keluarga.<ref name = "ref9"/> ''Toto urat'' dilakukan dengan maksud melihat nasib masa depan keluarga yang melakukan ritus ini.<ref name = "ref9"/>
Setelah melewati proses ''Toto Urat'', tahapan selanjutnya ayam jantan kembali dibakar hingga matang sehingga sebagian dagingya dapat disajikan bersama nasi dan air minum kepada nenek moyang.<ref name = "ref9"/> Sesajian ini yang diletakan persis di lantai tempat dibangunnya tiang utama dalam rumah.<ref name = "ref9"/> Pemberian sesajian ini kepada nenek moyang dilakukan sebagai rasa syukur dan mohon berkat dipada tahun yang baru.<ref name = "ref9"/>
Sebagai tahap terkahir, bersama keluarga dan undangan yaitu ''anak wina'' atau anak perempuan yang sudah nikah dari keluarga dapat memberikan uang ''wali urat dia''.<ref name = "ref9"/> Kegiatan menyumbangkan uang ini untuk mendapat rejeki.<ref name = "ref9"/> ''Anak wina'' wajib melakukan ritual ini kalau mau mendapakan rejeki dari nenek moyang melalui nasib hidup yang dapat diperlihatkan melalui urat usus ayam jantan.<ref name = "ref9"/>
Usai upacara, keluarga dan undangan yang hadir diundang makan danbersenang-senang dalam rumah untuk menyambut tahun baru.<ref name = "ref9"/> Ritus ini diadakan jelang akhir tahun dan sangat tergantung dari keluarga yang menentukan hari dan tanggalnya.<ref name = "ref9"/> Biasanya warga mengadakan upacara ini pada satu atau dua hari sebelum 1 Januari pada tahun yang baru.<ref name = "ref9"/>
Baris 71:
== Moke sebagai Penopang Ekonomi Masyarakat Flores ==
 
Hampir sebagian besar penduduk di Flores Timur menggantungkan ekonomi rumah tangga dari perkebunan dan produksi moke.<ref name = "ref10">{{citeweb|url=http://suarakomunitas.net/baca/78217/moke-sang-penopang-ekonomi-rumah-tangga/|title=Moke |accessdate=4 Mei 2014 |publisher=Suara Komunitas|archive-date=2014-05-17|archive-url=https://web.archive.org/web/20140517152734/http://suarakomunitas.net/baca/78217/moke-sang-penopang-ekonomi-rumah-tangga/|dead-url=yes}}</ref> Anak-anak warga dapat bersekolah hingga bangku perguruan tinggi karena ditopang oleh usaha moke, di lain pihak, pemerintahan Kabupaten Flores Timur mengeluarkan pernyataan yang kontroversial.<ref name = "ref10"/> Pemerintah ingin menutup segala aktifitasaktivitas produksi moke yang dilakukan warga dengan alasan tingginya konsumsi alkohol telah menciptakan situasi dan kondisi lingkungan yang tidak kondusif.<ref name = "ref10"/> Pernyataan tersebut ditentang oleh warga karena akan berdampak pada penurunan pendapatan ekonomi rumah tangga.<ref name = "ref10"/> Masyarakat menyatakan bahwa seharusnya pemerintah berterima kasih pada warga karena produksi moke telah membantu anak-anak Flores Timur dapat bersekolah hingga ke perguruan tinggi, lagipula moke juga menjadi salah satu syarat dalam proses ritual adat.<ref name = "ref10"/>
 
== Kontraversi ==