Buddhisme: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
→Pranala luar: +{{Buddha Gautama}} |
||
(166 revisi perantara oleh 53 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{
{{Tentang|Buddhisme secara umum|Buddhisme Theravāda|Theravāda|Buddhisme Mahāyāna|Mahāyāna|Buddhisme Vajrayāna|Vajrayāna}}
{{infobox religion|name=Buddhisme|native_name=''{{nobold|{{lang|pa|Buddhasāsana}}}}''|image=Bodhi_Tree_Distant_View_-_panoramio.jpg|imagewidth=250px|caption=[[Pohon Bodhi]] di [[Bodh Gaya]], [[India]], markah suci umat Buddha|type=[[Agama|Agama universal]]|main_classification=[[Agama darmik|Darmik]]|scripture=[[Tripitaka]]|theology=[[Nonteisme|Nonteistik]]{{br}}{{small|(lihat [[Ketuhanan dalam Buddhisme]])}}|language=[[Bahasa Pali|Pali]], [[bahasa Sanskerta|Sanskerta]], [[Bahasa_Prakerta_Magadhi|Prakerta Magadhi]], [[bahasa Tionghoa Klasik|Tionghoa Klasik]], dan [[bahasa Tibet|Tibet]]|territory=[[Buddhis]]|founder=[[Siddhattha Gotama]]|founded_date=588 SM|founded_place=[[Bodh Gaya|Buddhagayā]]–[[Sarnath|Isipatana]]|separations=[[Theravāda]], [[Mahāyāna]], [[Vajrayāna]]|members=[[Buddha menurut negara|488 juta (Pew, 2012),<br/>495 juta (Johnson & Grim, 2013),<br/>535 juta (Harvey, 2013)]]|primary_schools=}}{{Buddhisme|}}
'''Buddhisme''' ([[Pali]]: '''''Buddhadhamma''''', '''''Buddhasāsana'''''; [[Sanskerta]]: बुद्धधर्म, '''''Buddhadharma''''', atau बुद्धशासन, ''Buddhaśāsana''),{{sfn|Wells|2008|p=}}{{sfn|Roach|2011|p=}} juga dikenal sebagai '''Agama Buddha''' dan '''Dhammavinaya''', adalah suatu [[agama darmik]] dan sebuah tradisi [[filosofis]] yang berlandaskan kepada ajaran [[Siddhattha Gotama]].<ref>{{cite web|last1=Siderits|first1=Mark|date=2019|title=Buddha|url=https://plato.stanford.edu/entries/buddha/|website=The Stanford Encyclopedia of Philosophy|publisher=Metaphysics Research Lab, Stanford University|archive-url=https://web.archive.org/web/20220521121053/https://plato.stanford.edu/entries/buddha/|archive-date=21 May 2022|access-date=22 October 2021|url-status=live}}</ref> Buddhisme merupakan agama dengan pengikut terbanyak keempat di dunia,<ref>"Buddhism". (2009). In ''[[Encyclopædia Britannica]]''. Retrieved 26 November 2009, from Encyclopædia Britannica Online Library Edition.</ref>{{sfnp|Lopez|2001|p=239}} dengan lebih dari 520 juta pengikut, dikenal sebagai '''Buddhis''', yang mencakup tujuh persen dari populasi global.<ref name="Pew_2012a">{{cite web|date=18 December 2012|title=Buddhists|url=http://www.pewforum.org/2012/12/18/global-religious-landscape-buddhist/|work=Global Religious Landscape|publisher=Pew Research Center|archive-url=https://web.archive.org/web/20200408011020/https://www.pewforum.org/2012/12/18/global-religious-landscape-buddhist/|archive-date=8 April 2020|access-date=13 March 2015|url-status=live}}</ref><ref>{{citation|url=http://www.gordonconwell.edu/resources/documents/1IBMR2015.pdf|title=Christianity 2015: Religious Diversity and Personal|journal=International Bulletin of Missionary Research|volume=39|issue=1|pages=28–29|date=January 2015|doi=10.1177/239693931503900108|s2cid=148475861|access-date=2015-05-29|archive-url=https://web.archive.org/web/20170525141543/http://www.gordonconwell.edu/resources/documents/1IBMR2015.pdf|archive-date=25 May 2017|via=Gordon-Conwell Theological Seminary|issn = 0272-6122}}</ref> Buddhisme juga meliputi beragam [[ilmu]], nilai [[tradisi]], [[filosofi]], [[kepercayaan]], [[meditasi]], dan praktik [[spiritual]] yang sebagian besar berdasarkan pada [[Buddhisme prasektarian|ajaran-ajaran awal]] yang dikaitkan dengan Siddhattha Gotama dan menghasilkan [[filsafat Buddha|filsafat yang ditafsirkan]]. Buddhisme lahir di [[India kuno]] sebagai suatu tradisi [[Sramana]] sekitar antara abad ke-6 dan 4 SM, menyebar ke sebagian besar [[Asia]]. Penyebaran Buddhisme di [[Asia]] dimulai sejak abad ke-4 SM hingga abad ke-6 SM.
Sang Buddha dikenal oleh para Buddhis sebagai Sang Maha Guru Agung yang telah sadar atau tercerahkan yang membagikan [[Kebijaksanaan (Buddhisme)|kebijaksanaan]]-Nya untuk membantu [[makhluk hidup]] mengakhiri [[dukkha|penderitaan]] (''dukkha'') mereka dengan melenyapkan kebodohan batin/delusi (''[[tilakkhana|moha]]''), keserakahan (''[[tilakkhana|lobha]]''), dan kebencian (''[[tilakkhana|dosa]]''). Berakhirnya atau padamnya ''moha'', ''lobha'', dan ''dosa'' disebut dengan [[Nibbana|Nibbāna]]. Untuk mencapai Nibbāna, seseorang perlu mengikuti [[Jalan Mulia Berunsur Delapan]].
Dua aliran arus utama Buddhisme yang masih ada
Dalam Buddhisme
Setiap aliran Buddha berpegang kepada [[Tipitaka|Tripitaka]] sebagai referensi utama karena dalamnya tercatat sabda dan ajaran Buddha
Seluruh naskah aliran
| url =http://www.becsurabaya.org/artikel/kumpulan-dhamma/320-perbedaan-dan-persamaan-antara-theravada-dan-mahayana.html
| title = Perbedaan Dan Persamaan Antara Theravada Dan Mahayana
Baris 35 ⟶ 18:
| first = Dr. Sunanda Putuwar. WFB
| date = 1991
| website =
| publisher = Buddhist Education Surabaya
| access-date = 24-12-2015
| quote = }}</ref>
Seluruh naskah aliran
== Sejarah ==
{{Main|Sejarah
=== Akar filosofis ===
[[Berkas:
Secara historis, akar Buddhisme terletak pada pemikiran religius dari [[India Zaman Besi|India kuno]] selama paruh kedua dari milenium pertama
Pandangan ini didukung oleh penelitian di wilayah di mana gagasan ini berasal. Buddhisme tumbuh di [[Magadha]] Raya, yang terletak di sebelah barat laut dari [[Sravasti]], ibu kota [[Kosala]], ke [[
Pada saat yang sama, gerakan-gerakan ini dipengaruhi dan dalam beberapa hal melanjutkan pemikiran filosofis dalam tradisi Weda, sebagaimana terefleksi misalnya di dalam [[Upanishad]].{{sfn|Warder|2000|p=30–32}} Gerakan-gerakan ini termasuk, selain Buddhisme, berbagai [[skeptis]] (seperti [[Sanjaya Belatthiputta]]), [[Atomisme|atomis]] (seperti [[Pakudha Kaccayana]]), [[materialis]] (seperti [[Ajita Kesakambali]]), [[Antinomianisme|antinomian]] (seperti [[Purana Kassapa]]); aliran-aliran terpenting pada abad ke-5
Kritik terutama dari Buddha adalah pengorbanan hewan secara Weda.<ref group="web" name="auto2">{{cite web|title=Dharmacarini Manishini|publisher=Western Buddhist Review|url=http://www.westernbuddhistreview.com/vol4/kamma_in_context.html|access-date=2016-01-01|archive-date=2013-08-08|archive-url=https://web.archive.org/web/20130808043640/http://www.westernbuddhistreview.com/vol4/kamma_in_context.html|dead-url=yes}}</ref> Dia juga menyindir "[[Purusha Sukta|gita manusia kosmis]]" dari Weda.{{sfn|Gombrich|1988|p=85}} Namun, Sang Buddha tidaklah anti-Weda, dan menyatakan bahwa Weda dalam bentuk sejatinya dinyatakan oleh "Kashyapa" kepada [[resi]] tertentu, yang melalui pertapaan berat telah memperoleh kekuatan untuk melihat dengan mata ilahi.{{sfn|Hardy|1863|p=177}} Dia menamakan para resi Weda, dan menyatakan bahwa Weda orisinil dari para resi{{sfn|Rhys Davids|1921|p=494}}{{refn|group=note|name=Vedic rishis|"Atthako, Vâmako, Vâmadevo, [[Vishvamitra|Vessâmitto]], [[Jamadagni|Yamataggi]], [[Angiras (sage)|Angiraso]], [[Bharadvaja|Bhâradvâjo]], [[Vasistha|Vâsettho]], [[Kashyapa|Kassapo]], and [[Bhrigu|Bhagu]]" in P. 245 ''The Vinaya piṭakaṃ: one of the principle Buddhist holy scriptures ..., Volume 1'' edited by Hermann Oldenberg}} telah diubah oleh beberapa Brahmin yang memperkenalkan pengorbanan hewan.
Sang Buddha mengatakan bahwa hal tersebut termasuk dalam pengubahan dari Weda sejati sehingga dia menolak untuk menghormati Weda pada masanya.{{sfn|Hardy|1866|p=44}} Namun, dia tidak meninggalkan ikatan dengan Brahman,{{refn|group=note|name=ancient way|Hāṇḍā: "Even so have I, monks, seen an ancient way, an ancient road followed by the wholly awakened ones of olden time....Along that have I done, and the matters that I have come to know fully as I was going along it, I have told to the monks, nuns, men and women lay-followers, even monks, this Brahma-faring brahmacharya that is prosperous and flourishing, widespread and widely known become popular in short, well made manifest for gods and men."{{sfn|Hāṇḍā|1984|p=57}}}} atau gagasan diri menyatu dengan Tuhan.{{sfn|Rāhula|1974|p=59}} Pada saat yang sama, Hindu tradisional sendiri secara bertahap mengalami perubahan mendalam, bertransformasi menjadi apa yang dikenal sebagai [[Hindu]] awal.
==
=== Empat Kebenaran Mulia ===
{{utama|Empat Kebenaran Mulia}}
Ajaran dasar Buddhisme dikenal sebagai '''Empat Kebenaran Mulia''' atau '''Empat Kebenaran Ariya''' (''
|last1 = [[K. Sri Dhammananda]]|first1 =
|title = Keyakinan Umat Buddha
Baris 66 ⟶ 49:
|pages = 105
|date = 2004
|isbn = }}</ref>
Empat Kebenaran Ariya tersebut adalah:<ref name="catur">{{cite web
| url =http://bhagavant.com/home.php?link=dhamma_sari&n_id=50
| title =
| last =
| first =Bhagavant.com
| date =
| website =
| publisher =
| access-date =
| quote =
| archive-date =2015-12-25
| archive-url =https://web.archive.org/web/20151225034839/http://bhagavant.com/home.php?link=dhamma_sari&n_id=50
| dead-url =yes
}}</ref>
* '''Kebenaran Ariya tentang ''Dukkha''''' (''Dukkha Ariya Sacca'')
Pada umumnya dukkha dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai penderitaan, ketidakpuasan, beban. Dukkha menjelaskan bahwa ada lima kemelekatan kepada dunia yang merupakan penderitaan. Kelima hal itu adalah kelahiran, umur tua, sakit, mati, disatukan dengan yang tidak dikasihi, dan tidak mencapai yang diinginkan. Guru Buddha bersabda, "Sekarang, O, para bhikkhu, Kebenaran Ariya tentang Dukkha, yaitu
* '''Kebenaran Ariya tentang Asal Mula ''Dukkha''''' (''Dukkha Samudaya Ariya Sacca'')
Samudaya adalah sebab. Setiap penderitaan pasti memiliki sebab, contohnya
Pada bagian ini Guru Buddha menjelaskan bahwa sumber dari dukkha atau penderitaan adalah [[
* '''Kebenaran Ariya tentang Terhentinya ''Dukkha''''' (''Dukkha Nirodha Ariya Sacca'')
Nirodha adalah pemadaman. Pemadaman kesengsaraan dapat dilakukan dengan menghapus keinginan secara sempurna sehingga tidak ada lagi tempat untuk keinginan tersebut.
Pada bagian ini Guru Buddha menjelaskan bahwa dukkha bisa dihentikan yaitu dengan cara menyingkirkan
* '''Kebenaran Ariya tentang Jalan yang Menuju Terhentinya Dukkha''' (''Dukkha Nirodha Ariya Sacca'')
Marga adalah jalan pelepasan. Jalan pelepasan merupakan cara-cara yang harus ditempuh kalau kita ingin lepas dari kesengsaraan.
Pada bagian ini Guru Buddha menjelaskan bahwa ada jalan atau cara untuk menghentikan dukkha, yakni melalui [[Jalan Mulia Berunsur Delapan]]. Jalan Menuju Terhentinya Dukkha dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu:<ref name="catur"/>
** Kebijaksanaan (''
** Kemoralan (''
** Konsentrasi (''
Empat Kebenaran Mulia tidak dapat dipisahkan antara Kebenaran yang satu dengan Kebenaran yang lainnya. Empat Kebenaran Mulia bukanlah ajaran yang bersifat pesimis yang mengajarkan hal-hal yang serba suram dan serba menderita. Dan juga bukan bersifat optimis yang hanya mengajarkan hal-hal yang penuh harapan, tetapi merupakan ajaran yang realitis, ajaran yang berdasarkan
=== Jalan Mulia Berunsur Delapan ===
{{utama|Jalan Mulia Berunsur Delapan}}
[[Berkas:Dharma Wheel.svg|jmpl|''[[Dharmacakra]]'' melambangkan [[Jalan Mulia Berunsur Delapan]]]]
Dalam '''''Dhammacakkappavattana Sutta;
| url = http://bhagavant.com/home.php?link=dhamma_sari&n_id=51
| title = Jalan Mulia Berunsur Delapan (Ariya Atthangiko Magga)
| last = Tim
| first = Bhagavant.com
| date =
| website =
| publisher = Bhagavant.com
| access-date = 20 Desember 2015
| quote =
| archive-date = 2016-02-07
| archive-url = https://web.archive.org/web/20160207082601/http://bhagavant.com/home.php?link=dhamma_sari&n_id=51
| dead-url = yes
}}</ref>
Berikut pengelompokan unsur yang terkandung di dalamnya
{|class="wikitable"
|-
! Divisi
! Faktor Berunsur Delapan
! ''
|- style="background:#cff;"
|rowspan="2"|Kebijaksanaan<br />(
|1. Pengertian (Pandangan) Benar
|''samyag dṛṣṭi,<br />sammā ditthi''
|- style="background:#cff;"
|2. Pikiran Benar
|''samyag saṃkalpa,<br />sammā
|- style="background:#cfc;"
|rowspan="3"|Perilaku Etis<br />(
|3. Ucapan Benar
|''samyag vāc,<br />sammā vāca''
Baris 140 ⟶ 131:
|''samyag ājīvana,<br />sammā ājīva''
|- style="background:#fc9;"
|rowspan="3"|Konsentrasi<br />(
|6. Daya upaya Benar
|''samyag vyāyāma,<br />sammā vāyāma''
Baris 151 ⟶ 142:
|}
Jalan Mulia Berunsur Delapan dibabarkan sebagai berikut
1. Pengertian Benar (''
Pemahaman Benar adalah pengetahuan yang disertai dengan penembusan terhadap
:a. Empat Kebenaran Mulia
:b. Hukum
:c. Hukum
:d. Hukum Kamma
2. Pikiran Benar (''
Pikiran Benar adalah pikiran yang bebas dari:
:a. Pikiran yang bebas dari nafsu-nafsu keduniawian (''nekkhamma-
:b. Pikiran yang bebas dari kebencian (''
:c. Pikiran yang bebas dari kekejaman (''
3. Ucapan Benar (''
Ucapan Benar adalah berusaha menahan diri dari berbohong (
:a. Ucapan itu benar
:b. Ucapan itu beralasan
Baris 172 ⟶ 163:
:d. Ucapan itu tepat pada waktunya
4. Perbuatan Benar (''
Perbuatan Benar adalah berusaha menahan diri dari pembunuhan, pencurian, perbuatan melakukan perbuatan seksualitas yang tidak dibenarkan (asusila), perkataan tidak benar, dan penggunaan cairan atau obat-obatan yang menimbulkan ketagihan dan melemahkan kesadaran.
5. Penghidupan Benar (''
Penghidupan Benar berarti menghindarkan diri dari bermata pencaharian yang menyebabkan kerugian atau penderitaan makhluk lain. "Terdapat lima objek perdagangan yang seharusnya dihindari (
:a. makhluk hidup
:b. senjata
Baris 183 ⟶ 174:
:e. racun
:a. Penipuan
:b. Ketidaksetiaan
Baris 190 ⟶ 181:
:e. Memungut bunga yang tinggi (praktik lintah darat)
6. Usaha Benar (''
Usaha Benar dapat diwujudkan dalam empat bentuk tindakan, yaitu: berusaha mencegah munculnya kejahatan baru, berusaha menghancurkan kejahatan yang sudah ada, berusaha mengembangkan kebaikan yang belum muncul, berusaha memajukan kebaikan yang telah ada.
7. Perhatian Benar (''
Perhatian Benar dapat diwujudkan dalam empat bentuk tindakan, yaitu:
:- perhatian penuh terhadap badan jasmani (kãyãnupassanã)
Baris 202 ⟶ 193:
Keempat bentuk tindakan tersebut bisa disebut sebagai ''Vipassanã Bhãvanã''.
8. Konsentrasi Benar (''
Konsentrasi Benar berarti pemusatan pikiran pada objek yang tepat sehingga batin mencapai suatu keadaan yang lebih tinggi dan lebih dalam.
=== Kamma '''atau Karma''' ===
Selain nilai-nilai moral di atas,
Umat Buddha memandang hukum karma sebagai hukum universal tentang sebab dan akibat yang juga merupakan hukum moral yang impersonal. Menurut hukum ini sesuatu (yang hidup, yang tidak hidup, maupun yang abstrak atau yang ada karena kita buat dalam pikiran sebagai ide) yang muncul pasti ada sebabnya. Tidak ada sesuatu yang muncul dari ketidakadaan. Dengan kata lain, tidak ada sesuatu atau makhluk yang muncul tanpa ada sebab lebih dahulu.<ref>{{cite book
|last1 = Cornelis|first1 = Wowor MA.
|title = Hukum Kamma Buddhis
Baris 215 ⟶ 206:
|pages = 2
|date = 2004
|isbn = }}</ref>
Buddha dalam '''Nibbedhika Sutta;
| url = http://bhagavant.com/home.php?link=dhamma_sari&n_id=55
| title = Kamma (Perbuatan)
| last =
| first = Bhagavant.com
| date =
| website =
| publisher = Bhagavant.com
| access-date = 24-12-2015
| quote =
| archive-date = 2015-12-25
| archive-url = https://web.archive.org/web/20151225065759/http://bhagavant.com/home.php?link=dhamma_sari&n_id=55
| dead-url = yes
}}</ref>
"Para bhikkhu, cetana (kehendak)lah yang kunyatakan sebagai kamma. Setelah berkehendak, orang melakukan suatu tindakan lewat tubuh, ucapan atau pikiran."
Baris 234 ⟶ 229:
Kamma atau sering disebut sebagai Hukum Kamma merupakan salah satu hukum alam yang bekerja berdasarkan prinsip sebab akibat. Selama suatu makhluk berkehendak, melakukan kamma (perbuatan) sebagai sebab maka akan menimbulkan akibat atau hasil. Akibat atau hasil yang ditimbulkan dari kamma disebut sebagai ''Kamma Vipaka''.
Dalam '''Samuddaka Sutta;
"Sesuai dengan benih yang di tabur, begitulah buah yang akan dipetiknya. Pembuat kebajikan akan mendapatkan kebaikan, pembuat kejahatan akan memetik kejahatan pula. Taburlah biji-biji benih dan engkau pulalah yang akan merasakan buah daripadanya".
=== Kelahiran Kembali ===
{{Main|Tumimbal lahir}}
[[Berkas:Kushinara1.jpg|jmpl|alt=Sebuah bukit yang sangat besar di belakang dua pohon palem dan sebuah bjalan raya, pejalan kaki hanya 1/5 dari tinggi bukit |Situs kremasi
Kelahiran kembali (Pali
| url = http://bhagavant.com/home.php?link=dhamma_sari&n_id=75
| title = Punabhava (Kelahiran Kembali)
| last =
| first = Bhagavant.com
| date =
| website =
| publisher = Bhagavant.com
| access-date = 25-12-2015
| quote =
| archive-date = 2015-12-26
| archive-url = https://web.archive.org/web/20151226022637/http://bhagavant.com/home.php?link=dhamma_sari&n_id=75
| dead-url = yes
}}</ref> Proses menjadi ada/eksis atau kelahiran kembali atau punabbhava terjadi pada semua makhluk hidup yang belum pencapai Penerangan Sempurna, ketika mereka telah meninggal/mati.
Dalam [[Paticcasamuppada|Hukum Paticcasamuppada]] (Sebab-Musabab yang Saling Bergantungan), proses menjadi ada/eksis atau ''punabbhava'' atau kelahiran kembali disebabkan oleh Kamma (perbuatan) yang kemudian menghasilkan kemelekatan kepada segala sesuatu termasuk kemelekatan pada hidup dan kehidupan. Jadi makhluk hidup apa pun yang mengalami proses menjadi ada/eksis atau kelahiran kembali (punabbhava), merupakan makhluk yang masih memiliki kemelekatan pada sesuatu dalam kehidupan sebelumnya. Dan seperti yang diuraikan dalam Hukum Paticcasamuppada kemelekatan timbul karena adanya ''Tanha'' (keinginan/kehausan) dan juga ''Avijja'' (ketidaktahuan/kebodohan).
== Konsep Ketuhanan ==
{{main|Ketuhanan dalam Buddhisme Ketuhanan dalam Buddhisme tidak berdasarkan kepada suatu sosok Yang Maha Kuasa sebagai pencipta dan pengatur [[alam semesta]].<ref name=":0">Nasiman, Nurwito. 2017 (III). Pendidikan Agama Budha dan Budi Pekerti untuk SMA Kelas X. pp. 175-176. ISBN 978-602-427-074-2. "Dengan memahami bahwa semua hal yang terjadi di dunia ini semata-mata hasil dari proses hukum kosmis, kita diharapkan dapat meninggalkan konsep yang salah tentang penciptaan bahwa dunia ini diciptakan oleh sosok pencipta yang disebut brahma, Tuhan, atau apa pun sebutannya."</ref> Buddhisme menyatakan bahwa [[alam semesta]] diatur oleh [[Hukum Alam (Niyāma)]], yakni Utu Niyāma, Bija Niyāma, Kamma Niyāma, Citta Niyāma, dan [[Dhamma]] Niyāma yang berjalan tanpa sosok pengatur tertinggi. [[Siddhartha Gautama|Sang Buddha]] sendiri tidak pernah menyebut diri-Nya sebagai [[Tuhan]] Yang Maha Kuasa. [[Buddha]] merupakan [[guru]] agung umat Buddha sebagai penemu [[Dhamma]], bukan pencipta [[Dhamma]].<ref name=":6">{{Cite web|title=Sutta reference for that Buddha discovered the Dhamma, not invented it|url=https://discourse.suttacentral.net/t/sutta-reference-for-that-buddha-discovered-the-dhamma-not-invented-it/26152|website=SuttaCentral Discuss & Discover|access-date=2024-02-08}}</ref>
Umat Buddha menerima keberadaan makhluk hidup di alam yang lebih tinggi, yang dikenal sebagai [[Dewa (Buddhisme)|dewa]] dan [[Brahmā (Buddhisme)|brahma]]. Akan tetapi, tidak seperti [[Hinduisme]], mereka tidak dianggap sebagai Tuhan Yang Maha Kuasa dan tidak Maha Sempurna. Sebagai akibatnya, konsep-konsep Buddhisme yang berkaitan dengannya juga berbeda dengan konsep-konsep dari [[agama]] lain. Buddhisme tidak menekankan pada keterlibatan sosok pencipta dunia dalam pemahamannya mengenai iman, berdoa, terbentuknya alam semesta, munculnya manusia, kiamat, hingga keselamatan atau kebebasan.<!--Perbedaan konsep tentang Ketuhanan ini perlu ditekankan di sini, sebab masih banyak umat Buddha yang mencampur-adukkan konsep Ketuhanan menurut agama Buddha dengan konsep Ketuhanan menurut agama-agama lain. Sehingga banyak umat Buddha yang menganggap bahwa konsep Ketuhanan dalam [[agama Buddha]] adalah sama dengan konsep Ketuhanan dalam agama-agama lain.
Bila kita mempelajari ajaran [[Agama_Buddha|agama Buddha]] seperti yang terdapat dalam kitab suci [[Tripitaka|Tripitaka]], maka bukan hanya konsep Ketuhanan yang berbeda dengan konsep Ketuhanan dalam agama lain, tetapi banyak konsep lain yang tidak sama pula.--><ref name=":1">{{Cite book|last=Wowor|first=Cornelis|date=1984|url=https://samaggi-phala.or.id/download/lain/ketuhanan.pdf|title=Ketuhanan Yang Mahaesa Dalam Agama Buddha|location=Jakarta|publisher=Akademi Buddhis Nalanda|url-status=live}}</ref>
Untuk memenuhi sila pertama [[Pancasila|Pancasila Indonesia]], maka [[Nirwana|Nibbāna]] sebagai keadaan dan tujuan tertinggi dapat diinterpretasikan sebagai Ketuhanan Yang Maha Esa. Nibbāna sebagai Ketuhanan Yang Maha Esa dalam [[bahasa Pali]], sebagaimana dijelaskan dalam Tatiyanibbāna Sutta, Udāna 8.3, adalah "''ajātaṁ abhūtaṁ akataṁ asaṅkhataṁ''" dengan makna:
# Yang Tidak Dilahirkan (''ajāta'')
# Yang Tidak Menjelma (''abhūta'')
# Yang Tidak Tercipta (''akata'')
# Yang Tidak Terkondisi (''asaṅkhata'')
== Moralitas ==
Sebagaimana agama [[Kristen]], [[Islam]], dan [[Hindu]], ajaran Buddha juga menjunjung tinggi nilai-nilai kemoralan.
Moralitas dalam ajaran Buddha bertujuan praktis menuntun orang menjuju tujuan akhir kebahagiaan tertinggi. Dalam jalan umat Buddha menuju pembebasan, setiap individu dianggap bertanggung jawab untuk keberuntungan dan kemalangannya sendiri. Setiap individu diharapkan mengupayakan pembebasannya sendiri melalui pemahaman dan usaha. Keselamatan umat Buddha adalah hasil pemgembangan moral orang itu sendiri dan tidak dapat diadakan atau diberikan kepada seseorang oleh suatu perantara eksternal. Misi Sang Budda adalah untuk mencerahkan manusia akan sifat keberadaan dan untuk menasihatkan bagaimana cara terbaik untuk kebahagiaan mereka dan keuntungan orang lain. Secara konsekuen, etika umat Buddha bukan merupakan perintah apa pun yang memaksa manusia untuk mengikutinya.<ref>{{cite book
|last1 = [[K. Sri Dhammananda]]|first1 =
|title = Keyakinan Umat Buddha
Baris 288 ⟶ 279:
|pages = 211-212
|date = 2004
|isbn = }}</ref>
Moralitas bagi umat Buddha dapat dirangkum dalam tiga prinsip sederhana
|last1 = [[K. Sri Dhammananda]]|first1 =
|title = Keyakinan Umat Buddha
Baris 299 ⟶ 290:
|isbn = }}</ref>
=== Lima Sila (
{{utama|Pancasila (Buddha)}}
Nilai-nilai kemoralan yang diharuskan untuk umat awam umat Buddha biasanya dikenal dengan Pañcasīla. Kelima nilai-nilai kemoralan untuk umat awam adalah:<ref>{{cite web
| url = http://parittabuddhist.com/paritta-pancasila-lima-latihan-sila/
| title = PANCASILA (Lima Latihan Sila)
| last = Paritta
| first = Pali
| date =
| website =
| publisher = Paritta dan Lagu Buddhis
| access-date = 20 Desember 2015
| quote =
| archive-date = 2015-12-22
| archive-url = https://web.archive.org/web/20151222075300/http://parittabuddhist.com/paritta-pancasila-lima-latihan-sila/
| dead-url = yes
}}</ref>
* ''Pāṇātipātā veramaṇī sikkhāpadaṁ samādiyāmi''
* ''Adinnādānā veramaṇī sikkhāpadaṁ samādiyāmi''
* ''Kāmesu micchācārā veramaṇī sikkhāpadaṁ samādiyāmi''
* ''Musāvāda veramaṇī sikkhāpadaṁ samādiyāmi''
* ''Surā-meraya-majja-pamādaṭṭhānā veramaṇī sikkhāpadaṁ samādiyāmi''
Yang artinya:
* Aku bertekad akan melatih diri menghindari pembunuhan makhluk hidup.
* Aku bertekad akan melatih diri menghindari pencurian/mengambil barang yang tidak diberikan.
* Aku bertekad akan melatih diri menghindari melakukan perbuatan asusila.
* Aku bertekad akan melatih diri menghindari melakukan perkataan dusta.
* Aku bertekad akan melatih diri menghindari makanan atau minuman yang dapat menyebabkan lemahnya kesadaran.
== Aliran dan tradisi
Umat Buddha secara umum mengklasifikasikan diri mereka sebagai [[Theravada|Theravāda]] atau [[Mahayana|Mahāyāna]].{{sfn|Keown|1996|p=12}} Klasifikasi ini juga digunakan oleh beberapa ahli{{sfn|Smith|2006|pp=}} dan merupakan salah satu penggunaan yang lazim dalam bahasa Inggris.
=== Buddha
{{main|Buddha Mahayana}}
{{Buddhisme Mahayana}}
[[Berkas:Hong Kong Budha.jpg|jmpl|250px|Patung Buddha Tian Tan. Vihara Po Lin, pulau Lantau, Hong Kong]]
[[Sutra Teratai]] merupakan Referensi sampingan penganut Buddha aliran [[Buddha Mahayana|
Pemujaan kepada Buddha [[Amitabha]] (Amitayus) merupakan salah satu aliran utama Buddha [[Mahayana|Mahāyāna]]. Surga Barat merupakan tempat tujuan umat Buddha aliran Sukhavati selepas mereka meninggal dunia dengan berkat kebaktian mereka terhadap Buddha Amitabha di mana mereka tidak perlu lagi mengalami proses tumimbal lahir dan dari sana menolong semua makhluk hidup yang masih menderita di bumi.
Mereka mempercayai mereka akan lahir semula di Sorga Barat untuk menunggu saat Buddha Amitabha memberikan khotbah [[Dhamma]] dan Buddha Amitabha akan memimpin mereka ke tahap mencapai 'Buddhi' (tahap kesempurnaan di mana kejahilan, kebencian dan ketamakan tidak ada lagi). Ia merupakan pemahaman Buddha yang paling disukai oleh orang [[Tionghoa]].
Baris 337 ⟶ 334:
Seorang Buddha bukannya dewa atau makhluk suci yang memberikan kesejahteraan. Semua Buddha adalah pemimpin segala kehidupan ke arah mencapai kebebasan daripada kesengsaraan. Hasil amalan ajaran Buddha inilah yang akan membawa kesejahteraan kepada pengamalnya.
Menurut [[Buddha Gautama|Buddha Gotama]]
===
{{utama|
{{Buddhisme Theravada}}
Aliran Theravāda adalah aliran yang memiliki sekolah Buddha tertua yang bertahan sampai saat ini, dan untuk berapa abad mendominasi [[Sri Lanka]] dan wilayah [[Asia Tenggara]] (sebagian dari [[Tiongkok]] bagian barat daya, [[Kamboja]], [[Laos]], [[Myanmar]], [[Malaysia]], [[Indonesia]] dan [[Thailand]]) dan juga sebagian [[Vietnam]]. Selain itu populer pula di [[Singapura]] dan [[Australia]].
==== Gramatika ====
Istilah
==== Sejarah ====
Sejarah
Diadakan pada tahun 543 SM (3 bulan setelah bulan Mei), berlangsung selama 2 bulan dipimpin oleh [[Mahakassapa|Y.A.
Sidang Agung Sangha ke-2, pada tahun 443 SM
Sidang Agung Sangha ke-3 (313 SM), Sidang ini hanya diikuti oleh kelompok [[Sthaviravada]]. Sidang ini memutuskan untuk tidak mengubah Vinaya, dan [[Moggaliputta
==== Kitab suci
Kitab suci yang dipergunakan dalam
== Hari raya ==
Terdapat empat hari raya utama dalam
=== [[Hari Waisak|Vesākha Pūjā (Waisak)]] ===
Penganut Buddha merayakan [[Hari Waisak]] yang merupakan peringatan 3 peristiwa.
=== [[Kathina]] ===
Hari raya [[Kathina]] merupakan upacara persembahan jubah kepada Sangha setelah menjalani Vassa. Jadi setelah masa Vassa berakhir, umat Buddha memasuki masa Kathina atau bulan Kathina. Dalam kesempatan tersebut, selain memberikan persembahan jubah Kathina, umat Buddha juga berdana kebutuhan pokok para Bhikkhu, perlengkapan vihara, dan berdana untuk perkembangan dan kemajuan
=== [[Asadha Puja|Āsādha Pūjā]] ===
Kebaktian untuk memperingati Hari besar
Tiratana atau Triratna berarti Tiga Mustika, terdiri atas Buddha, Dhamma dan Sangha. Tiratana merupakan pelindung umat Buddha. Setiap umat Buddha berlindung kepada Tiratana dengan memanjatkan paritta Tisarana (Sanskerta: Trisarana
Khotbah pertama yang disampaikan oleh Buddha pada hari suci Asadha ini dikenal dengan nama Dhamma Cakka Pavattana Sutta, yang berarti Khotbah Pemutaran Roda Dhamma. Dalam Khotbah tersebut, Buddha mengajarkan mengenai [[Empat Kebenaran Mulia]] (
=== [[Magha Puja|Māgha Pūjā]] ===
Hari Besar
Tempat ibadah
== Penyebaran di Asia dan Indonesia ==
[[Berkas:Penyebaran Agama Buddha.svg|jmpl|ka|628x|Peta penyebaran ajaran Buddha]]
Agama Buddha mulai berkembang di [[India]], yaitu tempat di mana Buddha
=== Penyebaran di India dan Asia Tengah ===
{{utama|Agama Buddha di India dan Asia Tengah}}
Dimulai dari India, tempat di mana Buddha
Selain melalui kaum biarawan,
=== Penyebaran di Asia Timur ===
{{utama|Agama Buddha di Asia Timur}}
Selama abad [[3 SM]], Raja Asoka mengirimkan misionaris ke barat laut India yaitu [[Pakistan]] dan [[Afganistan]]. Misi ini mencapai sukses besar karena kawasan ini segera menjadi pusat pembelajaran
Bentuk awal penyebaran
Ada pula biarawan Tiongkok yang pergi ke [[Semenanjung Korea]] untuk memperkenalkan
=== Penyebaran di Asia Tenggara ===
{{utama|Agama Buddha di Asia Tenggara}}
[[Berkas:Shah Alam Buddhist Society (2).jpg|jmpl|Persatuan Agama Buddha di [[Selangor]], [[Malaysia]].]]
Pada awal era [[masehi]], orang-orang di berbagai belahan [[Asia Tenggara]] datang untuk mengetahui ajaran Buddha sebagai hasil dari meningkatnya hubungan dengan para pedagang India yang datang ke wilayah tersebut untuk berdagang. Pedagang ini tidak hanya berdagang di Asia Tenggara, tetapi juga membawa agama mereka dan budaya dengan mereka. Di bawah pengaruh mereka, orang-orang setempat mulai mengenal Buddhisme, tetapi tetap mempertahankan keyakinan lama dan adat istiadat mereka.
Sejak masuk di [[semenanjung Indocina]] (sekarang bagian Asia Tenggara), Buddhisme mulai masuk di [[Birma]], [[Siam]] (sekarang [[Thailand]]), [[Vietnam]], [[semenanjung Malaya]] (sekarang [[Malaysia Barat]]) dan kepulauan [[nusantara]] (sekarang [[Indonesia]]).
Baris 407 ⟶ 406:
{{utama|Agama Buddha di Indonesia}}
[[Berkas:Borobudur-Nothwest-view.jpg|jmpl|400px|[[Candi Borobudur]], monumen [[Dinasti Syailendra]] yang dibangun di [[Magelang]], [[Jawa Tengah]].]]
Pada akhir [[abad ke-5]], seorang biksu Buddha dari India mendarat di sebuah kerajaan di [[Pulau Jawa]], tepatnya di [[Jawa Tengah]] sekarang. Pada akhir [[abad ke-7]], [[I Tsing]], seorang peziarah Buddha dari Tiongkok, berkunjung ke [[Pulau
Pada pertengahan [[abad ke-8]], Jawa Tengah berada di bawah kekuasaan raja-raja [[Dinasti Syailendra]] yang merupakan penganut Buddhisme. Mereka membangun berbagai monumen Buddha di Jawa, yang paling terkenal yaitu [[Candi Borobudur]]. Monumen ini selesai di bagian awal [[abad ke-9]].
Di pertengahan abad ke-9, Sriwijaya berada di puncak kejayaan dalam kekayaan dan kekuasaan. Pada saat itu, kerajaan Sriwijaya telah menguasai Pulau
==== Akhir zaman kerajaan Hindu-Buddha ====
Pada akhir [[abad ke-13]] seiring berkembang pesatnya pengaruh Islam dari [[Timur Tengah]], kerajaan-kerajaan Islam mulai berdiri di
==== Candi-Candi Peninggalan Kerajaan Buddha di Nusantara ====
{{lihat|Candi}}
Candi-candi peninggalan
* [[Situs Batujaya|Candi Batujaya]], stupa bata di [[Kabupaten Karawang]], Jawa Barat. Diduga mulai dibangun pada abad ke-4 M, salah satu bangunan Buddha tertua di Nusantara.
* [[Candi Kalasan]] atau Tarabhavanam, candi ini didirikan oleh Rakai Panangkaran pada tahun 778 M untuk memuja [[Tara (Bodhisatwa)|Dewi Tara]]. Candi ini terletak di Yogyakarta.
Baris 439 ⟶ 438:
[[Berkas:Buddhism percent population in each nation World Map Buddhist data by Pew Research.svg|jmpl|300px|Persentase umat Buddha berdasarkan negara, menurut [[Pew Research Center]], per tahun 2010.]]
Buddhisme diperkirakan dipraktikkan oleh sekitar 488 juta,<ref group="web" name="auto"/>
[[Tiongkok]] merupakan negara dengan populasi Buddhis terbesar, sekitar 244 juta jiwa atau 18,2% dari total populasinya.<ref group="web" name="auto"/> Mereka kebanyakan adalah pengikut [[Agama Buddha di Tiongkok|aliran Buddhisme]] [[Mahayana|Mahāyāna]], menjadikan Mahāyāna sebagai aliran Buddhis yang terbesar dibandingkan tradisi lainnya. Mahāyāna, juga dipraktikkan secara luas di [[Asia Timur]], diikuti oleh lebih dari setengah populasi Buddhis dunia.<ref group="web" name="auto"/>
Berdasarkan analisis demografi yang dilaporkan oleh Peter Harvey (2013){{sfn|Harvey|2013|p=5}}:
''Mahāyāna'' memiliki 360 juta pemeluk; [[Theravada|''Theravāda'']] memiliki 150 juta pemeluk; dan ''[[Vajrayana|Vajrāyāna]]'' memiliki 18,2 juta pemeluk. Di luar Asia, jumlah umat Buddha sebanyak tujuh juta jiwa.
Menurut ''Johnson and Grim'' (2013), Buddhisme telah tumbuh dari total 138 juta penganut pada tahun 1910, dengan 137 juta berada di [[Asia]], menjadi 495 juta pada tahun 2010, dengan 487 juta berada di Asia.{{sfn|Johnson |2013|pp=34–37}}
[[File:Buddha123.jpg|thumb|Buddha]]
Sepuluh negara di dunia dengan populasi mayoritas Buddhis terbesar:
{| class="wikitable sortable"
|+ Buddhisme menurut persentase per tahun 2010{{sfn|Pew Research Center|2012|p=}}
Baris 486 ⟶ 485:
| {{flag|Jepang}}
| 45.807.480 atau 84.653.000
| 36,20% atau 67%<ref>
|- style="text-align:center;"
| {{flag|Singapura}}
Baris 501 ⟶ 500:
* [[Agama]]
* [[Buddha]]
* [[Filsafat Buddha]]
* [[Vajrayana|Ajaran Buddha Vajrayana]]
* [[Gautama Buddha|Gotama Buddha]] / [[Siddhartha Gautama|Siddhattha Gotama]]
* [[Agama Hindu dan Buddha dari A - Z]]
* [[Amitabha]]
Baris 524:
* [http://www.walubi.or.id/ Perwalian Umat Buddha Indonesia (Walubi)]
* [http://www.dhammatalks.net/index2.htm#Indonesia Buddha dan Dhamma-Nya]
* [http://www.bhagavant.com/ Bhagavant.com (Ajaran Buddha
* [http://www.samaggi-phala.or.id/ Samaggi Phala (Buddhist Information Network)]
* {{en}} [http://www.buddhanet.net Buddhanet.net]
{{Buddhisme-topik}}
{{Buddha Gautama}}
{{Agama di Indonesia}}
[[Kategori:Buddhisme| API]]
[[Kategori:Kepercayaan]]
__INDEKS__
|