Sejarah astrologi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
 
(73 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{In use}}
{| class="infobox" style="width:240px; cellpadding:0; cellspacing:0; border:1px solid darkgray"
|-
!colspan="12" style="padding:5px 0; background:#E5DFD2; font-size:120%; text-align:center" |[[Astrologi]]
|-
|colspan="12"|[[Berkas:Venice ast sm.jpg|pus|270px|]]
|-
|colspan="12" style="background:#E5DFD2; font-size:80%; text-align:center"|[[Zodiak|Lambang astrologi]]
Baris 16 ⟶ 15:
* [[Virgo]]
* [[Libra]]
 
* [[Scorpio]]
* [[Sagittarius]]
Baris 26 ⟶ 24:
|-
|colspan="12" class="hlist" style="font-size:90%; text-align:center" |
* [[ChineseAstrologi astrologyTiongkok|ChineseTiongkok]]
* [[Astrologi Medis]]
* [[Medical astrology|Decumbiture]]
* [[Electional astrology|Electional]]
* [[Financial astrology|Financial]]
Baris 62 ⟶ 60:
|colspan="12" style="text-align:right"|{{navbar|Ast box|mini=1}}
|}
'''Sejarah astrologi''' mengkaji perkembangan [[astrologi]] dari masa ke masa dalam berbagai kebudayaan di berbagai belahan dunia. Astrologi merupakan suatu jenis kegiatan [[Ramalan|ramal-meramal]] terhadap bumi dan manusia berdasarkan berbagai pengamatan serta intrepertasi dari benda-benda langit seperti bintang dan konstelasinya, Matahari, Bulan, dan planet-planet.<ref name=":2">{{Cite news|url=https://www.britannica.com/topic/astrology|title=Astrology|newspaper=Encyclopedia Britannica|language=en|access-date=2017-12-15}}</ref> Penggiat astrologi mempercayai bahwa dengan memahami pengaruh planet-planet dan berbagai bintang terhadap peristiwa yang terjadi di Bumi mereka dapat memperkirakan dan mempengaruhi takdir atau jalan hidup dari suatu individu, kelompok, bahkan negara. Meskipun dalam kajian sejarah astrologi dulunya sempat dianggap sebagai bagian dari sains, saat ini praktik-praktik astrologi dinilai sama sekali bertentangan terhadap kaidah-kaidah ilmiah keilmuan modern.<ref name=":2" /><ref name=":3">{{Cite web|url=http://www.newworldencyclopedia.org/entry/Astrology|title=Astrology - New World Encyclopedia|website=www.newworldencyclopedia.org|language=en|access-date=2017-12-15}}</ref>
 
Praktik-praktik astrologi dapat terlacak di berbagai kelompok masyarakat atau kebudayaan dalam berbagai periode waktu. Astrologi memiliki asal-usul sejak [[zaman prasejarah]] dan terus berkembang hingga ke [[zaman modern]], yang mana bisa dimengerti melalui kajian etnoastronomi–astronomietnoastronomi–[[astronomi]] yang dipraktikan dalam masyarakat.<ref name=":2" /> Dalam kebudayaan Barat, yang mana astrologi disini berasal dari peradaban [[Mesopotamia]] dan kemudian berkembang pada peradaban [[Yunani Kuno]], telah mengalami berbagai pengkajian oleh peneliti-peneliti terkait. Namun, terdapat pula tradisi astrologi yang berkembang pada kebudayaan masyarakat [[India]] yang tetap bertahan selama 2.000 tahun. Selain itu, sistem astrologi yang cukup kompleks juga dikembangkan oleh kebudayaan Tiongkok dan [[Mesoamerika]], ketika saat itu seluruh masyarakat tengah mencari keterkaitan aspek sosial-religius terhadap makna dari benda-benda langit dan pergerakannya.<ref name=":2" /><ref name=":3" />
 
*
 
== Kemunculan awal ==
Astrologi dalam pengertian yang luas merupakan pencarian makna langit yang dilakukan oleh manusia—  pencarian ini bertujuan untuk memahami keterkaitan benda-benda dan fenomena di langit terhadap sifat manusia baik secara umum maupun mendetail.<ref>{{Cite book|url=https://www.amazon.com/History-Western-Astrology-II-Medieval/dp/1441181296|title=A History of Western Astrology Volume II: The Medieval and Modern Worlds|last=Campion|first=Nicholas|date=2009-06-16|publisher=Bloomsbury Academic|isbn=9781441181299|edition=1 edition|location=London|language=English}} Hlm 2 & 3.</ref> Terdapat gagasan yang menyatakan bahwa astrologi mulai dipelajari di saat kehidupan manusia telah menyadari kemudian menghitung dan mencatat bahwasannya peristiwa-peristiwa yang terjadi di bumi seperti contohnya perubahan musim dapat di prediksi dengan menggunakan siklus astronomis tertentu.<ref name=":2" /><ref name=":3" />
 
Bukti tertua praktik-praktik ini berupa berbagai jejak atau guratan yang tertera di tulang-tulang dan dinding-dinding gua, yang mana menunjukan bahwa perubahan fase bulan telah dikenal oleh manusia setidaknya pada 25.000 tahun yang lalu.<ref>{{Cite book|url=https://www.amazon.com/Roots-Civilization-Cognitive-Beginnings-Notation/dp/1559210419|title=The Roots of Civilization: The Cognitive Beginnings of Man's First Art, Symbol and Notation|last=Marshack|first=Alexander|date=1991-12-01|publisher=Moyer Bell Ltd|isbn=9781559210416|edition=Revised, Expanded, Subsequent edition|location=Mount Kisco, NY|language=English}}</ref> Ini merupakan langkah awal sebelum manusia dapt menghubungkan bulan dengan fenomena pasang-surut air laut atau menggunakannya sebagai patokan kalender dalam kebudayaan mereka. Dengan berkembangya [[teknologi pertanian]] pada [[zaman Neolitikum]], masyarakat pada masa ini juga telah menyadari pentingnya pengetahuan terhadap konstelasi-konstelasi bintang tertentu untuk memprediksi perubahan musim atau banjir yang dapat mempengaruhi produktivitas pertanian mereka.<ref name=":2" /><ref name=":3" /> Kemudian di akhir abad ke-30 SM, peradaban-peradaban manusia telah mengembangkan pemahaman yang cukup kompleks terkait benda-benda dan fenomena di langit, dan mereka juga telah melibatkan ini dalam kepercayaan mereka—  dapat terlihat dari [[Kuil|kuil-kuil]] atau pemakaman peninggalan mereka yang memiliki orientasi tertentu terhadap pergerakan matahari atau bintang-bintang tertentu.<ref name=":2" /><ref name=":3" /><ref name=":18">{{Cite book|url=http://www.springer.com/gp/book/9781461461401|title=Handbook of Archaeoastronomy and Ethnoastronomy {{!}} Clive L.N. Ruggles {{!}} Springer|language=en}} Hlm.1835</ref>
 
Terdapat berbagai bukti yang menunjukan bahwa refrensireferensi astrologi tertua dalam bentuk tertulis berasal dari periode ini, terutama yang berasal di Mesopotamia.<ref name=":18" /> Dari kuineform peninggalan Bangsa Mesopotamia yang diperkirakan di buatdibuat pada pemerintahan raja Sargon (2334-2279 SM) ditemukan catatan mendetail mengenai hasil observasi [[Venus]] di periode tersebut, dan juga terdapat kalimat-kalimat yang menghubungkan hasil ini sebagai suatu pertanda untuk kekuasaan [[Sargon II|Sargon]]. Selain itu terdapat juga catatan berupa pertanda astrologi yang dikaitkan dengan pemilihan raja, contohnya adalah saat raja [[Gudea]] dari [[Lagash]] naik tahta sebagai pemimpin [[Bangsa Sumeria]] (2144-2124 SM).<ref name=":3" /><ref name=":18" /> Catatan ini menggambarkan bagaimana dewa-dewa memberi petunjuk kepada Gudea dalam mimpinya, suatu konstelasi bintang yang paling baik untuk menjadi arah orientasi dari kuil-kuil peribadatan. Bukti-bukti di periode selanjutnya (1950-1651 SM) menunjukan bahwa penggunaan astrologi paling awal sebagai suatu sistem pengetahuan terintegrasi dan telah memiliki kajian yang sistematik diatributkan pada dinasti-dinasti di peradaban Mesopotamia kuno.<ref name=":2" /><ref name=":3" />
 
== Astrologi di peradaban lampau ==
 
=== Mesopotamia ===
Daerah Mesopotamia seringkalisering kali disebut sebagai tempat lahirnya peradaban manusia, dikarenakan banyak dari gagasan dan teknologi dari peradaban kuno di daerah ini yang kemudian diadopsi ke dalam peradaban modern. <ref>{{Cite news|url=https://www.ancient.eu/Mesopotamia/|title=Mesopotamia|newspaper=Ancient History Encyclopedia|access-date=2017-12-15}}</ref> Pada tulisan-tulisan di  [[kuneiform]]  (sejenis prasasti) yang ditemukan, diketahui bahwa sejak akhir abad ke-30 SM, peradaban di Mesopotamia telah mengidentifikasi dan membuat daftar yang berisi nama "[[Bintang|bintang"]] dan konstelasinya di langit. <ref>{{Cite book|url=https://www.amazon.com/History-Horoscopic-Astrology-Herschel-Holden/dp/0866904638|title=A History of Horoscopic Astrology|last=Holden|first=James Herschel|date=1996-10-01|publisher=American Federation of Astrologers, Inc.|isbn=9780866904636|edition=2nd edition|location=Tempe, Ariz|language=English}} Hlmn. 1</ref> Bintang dalam pengertian kebudayaan Mesopotamia adalah segala objek nampaktampak yang ada di langit termasuk planet[[Planet|plane]]<nowiki/>t, [[komet]], [[meteor]], ataupun bintang dan konstelasinya.  Dari berbagai kajian arkeoastronomi, benda-benda langit diketahui mempunyai peran yang sangat penting dalam tradisi Mesopotamia terutama untuk yang berkaitan dengan kepercayaan dan ritual peribadataan masyarakat.<ref name=":19">{{Cite book|url=http://www.springer.com/gp/book/9781461461401|title=Handbook of Archaeoastronomy and Ethnoastronomy {{!}} Clive L.N. Ruggles {{!}} Springer|language=en}} Hlm. 1836-1839</ref> Salah satu tradisi peninggalan peradaban Mesopotamia yang paling terkenal adalah tradisi ramal-meramal atau pembacaan pertanda dengan merujuk fenomena-fenomena yang terjadi di langit. Tradisi ini juga diperkirakan telah muncul bersamaan dengan saat catatan-catatan mengenai pengamatan bintang dibuat, yakni di awal abad ke-30 SM dan kemudian menjadi cikal-bakal [[astrologi]]  oleh masyarakat modern.  Saat ini, terdapat ratusan peninggalan kuneiform yang menjelaskan berbagai pertanda atau ramalan yang dapat disimpulkan dari pengamatan benda-benda langit.<ref name=":18" />
 
Bukti-bukti peninggalan lain yang berupa catatan sejarah mengenai pembacaan pertanda astrologi secara komprehensif dan sistematis diberi nama ''[[Enuma anu enlil|Enuma Anu Enlil.]]'' Catatan ini berasal dari kurun abad ke-16 dan terdiri dari 70 tablet kuneiform yang menjelaskan sekitar 7.000 pertanda yang dapat diamati di langit.<ref name=":3" /><ref name=":19" /> Pada masa ini penggunaan ilmu astrologi hanya untuk hal-hal yang bersifat aplikatif seperti untuk meramal musim, cuaca atau yang berkaitan dengan politik. Pada abad ke-7 SM aplikasi dari astrologi di peradaban Mesopotamia semakin meluas, terdapat simbol-simbol astrologi yang merepresentasikan aktivitas-aktivitas masyarakat yang dilakukan berdasarkan musim seperti bertani, berburu dan menangkap ikan, atau mempersiapkan cadangan air untuk musim kemarau.<ref name=":19" /> Hal ini kemudian berlanjut dan pada abad ke-4 SM, perkembangan metode matematis membuat peradaban Mesopotamia telah mampu memprediksi pergerakan planet dengan akurasi tertentu yang mana kemudian membuat bermunculannya catatan-catatan yang lebih mendetail mengenai pergerakan [[benda-benda langit]].<ref name=":3" /><ref name=":19" />
Bukti-bukti peninggalan catatan sejarah mengenai pembacaan pertanda astrologi yang dihasilkan oleh peradaban Mesopotamia
 
Astrologi yang berkembang pada peradaban Mesopotamia didasarkan pada keperluan ramal-meramal.<ref name=":2" /><ref name=":19" /> Terdapat kumpulan lebih dari 32 kuineform berbentuk hati yang berasal dari kurun tahun 1875 SM, dan berisi tentang kaidah yang sama tentang bagaimana suatu pertanda di langit dapat diinterpretasikan. Jejak dan berbagai tanda yang kemudian ditemukan pada hati hewan kurban diinterpretasikan sebagai simbol-simbol yang berkaitan dengan pesan para dewa kepada raja.<ref name=":19" />
By the 16th century BC the extensive employment of omen-based astrology can be evidenced in the compilation of a comprehensive reference work known as ''Enuma Anu Enlil''. Its contents consisted of 70 cuneiform tablets comprising 7,000 celestial omens. Texts from this time also refer to an oral tradition - the origin and content of which can only be speculated upon. At this time Babylonian astrology was solely mundane, concerned with the prediction of weather and political matters, and prior to the 7th century BC the practitioners' understanding of astronomy was fairly rudimentary. Astrological symbols likely represented seasonal tasks, and were used as a yearly almanac of listed activities to remind a community to do things appropriate to the season or weather (such as symbols representing times for harvesting, gathering shell-fish, fishing by net or line, sowing crops, collecting or managing water reserves, hunting, and seasonal tasks critical in ensuring the survival of children and young animals for the larger group). By the 4th century, their mathematical methods had progressed enough to calculate future planetary positions with reasonable accuracy, at which point extensive ephemerides began to appear.
 
Para dewa juga dipercaya mentransformasikan bentuk mereka ke dalam suatu benda-benda langit baik planet, bulan, ataupun bintang sesuai gambarannya masing-masing. Suatu pertanda buruk juga melekat pada planet-planet tertentu yang mana planet-planet tersebut dianggap sebagai indikasi ketidakpuasan atau kemarahan dewa-dewa yang digambarkan oleh planet tersebut<ref name=":2" /><ref name=":19" /> Indikasi yang diintepretasikan tersebut membuat kebudayaan Mesopotamia memiliki ritual atau cara tertentu untuk membuat senang para dewa. Ritual-ritual ini dilakukan agar kemarahan para dewa tersebut tidak berdampak banyak terhadap raja dan juga kerajaannya. Sebuah catatan astronomi menunjukan bahwa raja [[Esarhadon|Esarhaddon]] menganggap gerhana bulan yang terjadi pada bulan Januari 673 SM merupakan suatu petunjuk tentang bagaimana upacara penggantian raja dilakukan. digabungkan dengan kepercayaan penuh terhadap hal-hal magis dan pertanda lainnya<ref name=":19" />
Babylonian astrology developed within the context of divination. A collection of 32 tablets with inscribed liver models, dating from about 1875 BC, are the oldest known detailed texts of Babylonian divination, and these demonstrate the same interpretational format as that employed in celestial omen analysis. Blemishes and marks found on the liver of the sacrificial animal were interpreted as symbolic signs which presented messages from the gods to the king.
 
=== Mesir pada era Helenistik ===
The gods were also believed to present themselves in the celestial images of the planets or stars with whom they were associated. Evil celestial omens attached to any particular planet were therefore seen as indications of dissatisfaction or disturbance of the god that planet represented. Such indications were met with attempts to appease the god and find manageable ways by which the god’s expression could be realised without significant harm to the king and his nation. An astronomical report to the king Esarhaddon concerning a lunar eclipse of January 673 BC shows how the ritualistic use of substitute kings, or substitute events, combined an unquestioning belief in magic and omens with a purely mechanical view that the astrological event must have some kind of correlate within the natural world:
Pada tahun 525 SM, Mesir ditaklukan oleh Bangsa Persia dan diyakini setelah itu terdapat banyak pengaruh terhadap astrologi [[Bangsa Mesir]] yang diberikan oleh astrologi kebudayaan Mesopotamia. Pengaruh dari kebudayaan Mesopotamia dicontohkan pada dua simbolisasi dalam zodiak bangsa Mesir–zodiak Libra dan Scorpio pada zodiak [[Dendera]] bangsa Mesir.<ref name=":2" /><ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books/about/Ancient_Astrology.html?id=DFIOAAAAQAAJ&redir_esc=y|title=Ancient Astrology|last=Barton|first=Tamsyn|date=1994|publisher=Routledge|isbn=9780415080668|language=en}} Hlmn 24.</ref>
 
Setelah pendudukan oleh [[Iskandar Agung]] pada 332 SM, Mesir berada dibawah kekuasaan dan pengaruh Bangsa Yunano. Kota Alexandria merupakan kota yang dicetuskan oleh Iskandar Agung setelah penaklukan tersebut pada abad ke-3 hingga ke-2 SM.<ref name=":2" /><ref name=":17">{{Cite book|url=https://www.amazon.com/History-Horoscopic-Astrology-Herschel-Holden/dp/0866904638|title=A History of Horoscopic Astrology|last=Holden|first=James Herschel|date=1996-10-01|publisher=American Federation of Astrologers, Inc.|isbn=9780866904636|edition=2nd edition|location=Tempe, Ariz|language=English}} Hlmn. 11</ref> Kota Alexandria di Mesir ini yang kemudian menjadi tempat bercampurnya astrologi Mesir dengan astrologi yang berasal dari periode akhir kebudayaan Mesopotamia.<ref name=":17" /> Astrologi Mesir kemudian memasukan berbagai konsep yang terdapat pada kebudayaan Mesopotamia seperti pentingnya pengaruh planet, [[Triplisitas (astrologi)|konsep tripolisitas]], dan pengaruh gerhana. Bersama dengan ini, Bangsa Mesir menggabungkan konsep pembagian zodiak kedalam 36 segmen ''([[Deçan|decan]])'' pada suatu lingkaran langit, dan memberi penekanan terhadap konstelasi bintang yang dominan, sistem dewa-dewa Yunani yang berkaitan dengan planet, pertanda dari pemerintahan, dan empat elemen utama (air, udara, tanah, api).<ref name=":2" /><ref name=":17" />
Ulla Koch-Westenholz, in her 1995 book ''Mesopotamian Astrology'', argues that this ambivalence between a theistic and mechanic worldview defines the Babylonian concept of celestial divination as one which, despite its heavy reliance on magic, remains free of implications of targeted punishment with the purpose of revenge, and so “shares some of the defining traits of modern science: it is objective and value-free, it operates according to known rules, and its data are considered universally valid and can be looked up in written tabulations”. Koch-Westenholz also establishes the most important distinction between ancient Babylonian astrology and other divinatory disciplines as being that the former was originally exclusively concerned with mundane astrology, being geographically oriented and specifically applied to countries cities and nations, and almost wholly concerned with the welfare of the state and the king as the governing head of the nation. Mundane astrology is therefore known to be one of the oldest branches of astrology. It was only with the gradual emergence of horoscopic astrology, from the 6th century BC, that astrology developed the techniques and practice of natal astrology.
 
Dekan merupakan suatu sistem pengukuran waktu yang didari pengamatan konstelasi bintang. Sistem ini dimulai oleh terbitnya konstelasi [[Sirius]]. Terbitnya suatu dekan tertentu di langit digunakan untuk membagi waktu (jam) pada suatu malam. Terbitnya suatu konstelasi bintang sesaat sebelum terbitnya matahari dianggap sebagai jam terakhir dari suatu malam. Setiap tahunnya, konstelasi-konstelasi bintang ini terbit sesaat sebelum matahari terbit selama sepuluh hari. Saat konstelasi-konstelasi ini menjadi bagian dari zodiak [[peradaban Helenistik]] (323-30 SM; selatan Eropa-Timur Tengah), setiap dekan dihubungkand engan 10 zodiak-zodiak tersebut. Catatan sejarah dari abad ke-2 SM memprediksi posisi dari suatu planet berdasarkan pertanda zodiak disaat terbitnya dekan tertentu, terutama konstelasi Sirius.<ref name=":13">{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books/about/Ancient_Astrology.html?id=DFIOAAAAQAAJ&redir_esc=y|title=Ancient Astrology|last=Barton|first=Tamsyn|date=1994|publisher=Routledge|isbn=9780415080668|language=en}} Hlmn. 20</ref> Salah satu gagasan yang paling penting dan kemudian menjadi basis astrologi modern adalah pengembangan [[Horoskop|horoskop astrologi]] oleh Ptolemeus yang saat itu tinggal di Alexandria, Mesir.<ref name=":2" /><ref name=":13" />
=== Mesir ===
In 525 BCE, Egypt was conquered by the Persians. The 1st century BCE Egyptian Dendera Zodiac shares two signs – the Balance and the Scorpion – with Mesopotamian astrology.
 
With the occupation by Alexander the Great in 332 BCE, Egypt became Hellenistic. The city of Alexandria was founded by Alexander after the conquest, becoming the place where Babylonian astrology was mixed with Egyptian Decanic astrology to create Horoscopic astrology. This contained the Babylonian zodiac with its system of planetary exaltations, the triplicities of the signs and the importance of eclipses. It used the Egyptian concept of dividing the zodiac into thirty-six decans of ten degrees each, with an emphasis on the rising decan, and the Greek system of planetary Gods, sign rulership and four elements. 2nd century BCE texts predict positions of planets in zodiac signs at the time of the rising of certain decans, particularly Sothis. The astrologer and astronomer Ptolemy lived in Alexandria. Ptolemy's work the ''Tetrabiblos'' formed the basis of Western astrology, and, "...enjoyed almost the authority of a Bible among the astrological writers of a thousand years or more."
 
=== Romawi-Yunani ===
Penaklukan wilayah [[Asia]] oleh Iskandar Agung membuka jalan bagi peradaban Yunani untuk mengelaborasikan gagasan dan tradisi mereka terhadap gagasan lain yang berasal dari [[Suriah]], Mesopotamia, dan [[Asia Tengah]].<ref>{{Cite book|url=https://www.amazon.com/History-Western-Astrology-II-Medieval/dp/1441181296|title=A History of Western Astrology Volume II: The Medieval and Modern Worlds|last=Campion|first=Nicholas|date=2009-06-16|publisher=Bloomsbury Academic|isbn=9781441181299|edition=1 edition|location=London|language=English}} Hlmn. 173</ref> Peradaban Yunani kemudian mempelajari bahasa dan huruf yang terdapat pada kuineform sebagai bagian dari transmisi kebudayaan tersebut. Pada kurun tahun 280 SM, [[Barossus|Brossus]], seorang pendeta dari [[Babilonia|kota Babylon]], melakukan perjalanan ke [[Pulau Kos]] di Yunani untuk mengajarkan astrologi dan kebudayaan Babilonia kepada masyarakat Yunani.<ref>{{Cite book|url=https://www.amazon.com/History-Western-Astrology-II-Medieval/dp/1441181296|title=A History of Western Astrology Volume II: The Medieval and Modern Worlds|last=Campion|first=Nicholas|date=2009-06-16|publisher=Bloomsbury Academic|isbn=9781441181299|edition=1 edition|location=London|language=English}} Hlmn 173.</ref> Pada abad pertama sebelum Masehi, terdapat dua jenis astrologi yang berkembang di Yunani, salah satu jenis membutuhkan pemahaman terhadap horoskop untuk mengetahui detail akurat dari masa lalu, saat ini, dan masa depan, sementara yang satunya lagi bersifat sangat magis dan mengedepankan kuasa dewa-dewi yang ditunjukan dalam pertanda-pertanda yang muncul di langit.<ref>{{Cite book|url=https://www.amazon.com/History-Western-Astrology-II-Medieval/dp/1441181296|title=A History of Western Astrology Volume II: The Medieval and Modern Worlds|last=Campion|first=Nicholas|date=2009-06-16|publisher=Bloomsbury Academic|isbn=9781441181299|edition=1 edition|location=London|language=English}} Hlmn 173-174</ref> Namun, pembagian-pembagian ini tidak bersifat eksklusif dan bisa jadi saling beririsan, jenis astrologi pertama bertujuan untuk mencari informasi tentang suatu kehidupan, sementara jenis kedua lebih menaruh perhatian pada suatu transformasi yang bersifat pesonal di mana astrologi dianggap sebagai suatu jenis komunikasi terhadap dewa-dewa.<ref name=":2" />
The conquest of Asia by Alexander the Great exposed the Greeks to ideas from Syria, Babylon, Persia and central Asia. Around 280 BCE, Berossus, a priest of Bel from Babylon, moved to the Greek island of Kos, teaching astrology and Babylonian culture. By the 1st century BCE, there were two varieties of astrology, one using horoscopes to describe the past, present and future; the other, theurgic, emphasising the soul'sascent to the stars. Greek influence played a crucial role in the transmission of astrological theory to Rome.
 
The first definite reference to astrology in Rome comes from the orator Cato, who in 160 BCE warned farm overseers against consulting with Chaldeans, who were described as Babylonian 'star-gazers'. Among both Greeks and Romans, Babylonia (also known as Chaldea) became so identified with astrology that 'Chaldean wisdom' became synonymouswith divination using planets and stars. The 2nd-century Roman poet and satirist Juvenal complains about the pervasive influence of Chaldeans, saying, "Still more trusted are the Chaldaeans; every word uttered by the astrologer they will believe has come from Hammon's fountain."
 
Seperti wilayah lainnya di bagian selatan Eropa, astrologi pada [[Romawi Kuno|peradaban Romawi kuno]] sangat dipengaruhi oleh kebudayaan Yunani.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books/about/Ancient_Astrology.html?id=DFIOAAAAQAAJ&redir_esc=y|title=Ancient Astrology|last=Barton|first=Tamsyn|date=1994|publisher=Routledge|isbn=9780415080668|language=en}} Hlmn. 32</ref> Diantara kebudayaan Romawi dan Yunani, kebudayaan Babilonia mengidentifikasi astrologi merupakan suatu ilmu ramal meramal yang menggunakan planet-planet dan bintang sebagai pertanda. Ahli astrologi menjadi bagian penting dari kekaisaran Romawi pada masa itu. [[Tiberius|Kaisar Tiberuis]] misalnya, ia memiliki ramalan tentan takdir dan jalan hidupnya semenjak lahir, semasa hidupnya ia juga dikelilingi oleh ahli astrologi seperti [[Thrasyllos|Thrasyllus]] dari [[Mendes]]. Menurut Juvenal (pujangga pada masa ini), "terdapat orang-orang yang bahkan tidak dapat tampil di depan umum, makan, ataupun mandi, jika tanpa berkonsultasi terlebih dahulu terhadap ahli astrologi'. Namun sebaliknya, [[Claudius]] lebiih mempercayai ''[[Augur|augury]]'' yaitu peramalan yang didasarkan terhadap pertanda dari pergerakan dan kelakuan burung-burung, ataupun pergerakan hewan lainnya. Claudius secara bersamaan juga melarang ahli astrologi untuk beraktivitas di Roma pada saat itu.<ref name=":2" />
One of the first astrologers to bring Hermetic astrology to Rome was Thrasyllus, astrologer to the emperor Tiberius, the first emperor to have had a court astrologer, though his predecessor Augustus had used astrology to help legitimise his Imperial rights.
 
=== Peradaban Islam klasik ===
Astrologi mulai masuk dalam kajian para pemikir Islam ketika jatuhnya kota Alexandria kepada Bangsa Arab pada abad ke-7 Masehi, dan juga sejak berdirinya [[Kekhalifahan Abbasiyah|Kesultanan Abbasiyah]] pada abad ke-8 Masehi. Khalifah kedua dari kesultanan ini, Muhammad Al-Mansur mendirikan kota [[Bagdad|Baghdad]] sebagai pusat pembelajaran, termasuk di dalamnya terdapat perpustakaan sebagai pusat terjebahan yang dikenal juga sebagai ''Bayat al-Hikma'' "Rumah Kebijaksanaan", yang mana perpustakaan ini menerima banyak karya-karya astrologi dari periode Helenistik Eropa dan kemudian diterjemahkan dalam bahasa Arab.<ref name=":20">{{Cite web|url=https://www.metmuseum.org/toah/hd/astr/hd_astr.htm|title=Astronomy and Astrology in the Medieval Islamic World {{!}} Essay {{!}} Heilbrunn Timeline of Art History {{!}} The Metropolitan Museum of Art|last=Sardar|first=Author: Marika|website=The Met’s Heilbrunn Timeline of Art History|access-date=2017-12-15}}</ref> Salah satu penerjemah awal diantaranya [[Mashallah ibn Athari]], yang membantu memilih waktu pendirian kota Baghdad, dan Sahl ibn Bishr, yang karya-karyanya kemudian memberi pengaruh langsung terhadap ahli astrologi Eropa seperti Guido Bonatti pada abad ke-13 Masehi, dan William Lilly pada abad ke-17 Masehi. Literatur-literatur pengetahuan peradaban Islam klasik mulai dibawa masuk ke dalam kebudayaan Eropa pada abad ke-12 Masehi dan kemudian memberi pengaruh besar terhadap revolusi ilmiah yang terjadi di Eropa.<ref name=":20" />
Astrology was taken up by Islamic scholars following the collapse of Alexandria to the Arabs in the 7th century, and the founding of the Abbasid empire in the 8th. The second Abbasid caliph, Al Mansur (754–775) founded the city of Baghdad to act as a centre of learning, and included in its design a library-translation centre known as ''Bayt al-Hikma'' 'House of Wisdom', which continued to receive development from his heirs and was to provide a major impetus for Arabic-Persian translations of Hellenistic astrological texts. The early translators included Mashallah, who helped to elect the time for the foundation of Baghdad, and Sahl ibn Bishr, (''a.k.a.'' ''Zael''), whose texts were directly influential upon later European astrologers such as Guido Bonatti in the 13th century, and William Lilly in the 17th century. Knowledge of Arabic texts started to become imported into Europe during the Latin translations of the 12th century.
 
Diantara nama-nama ahli astrologi dalam kebudayaan Arab, salah satu yang paling terkenal adalah Abu Maʿshar, dengan karyanya yang berjudul ''Kitāb al‐mudkhal al‐kabīr'' yang kemudian menjadi salah satu risalah astronomi terkenal di Eropa. Selain itu, nama Al-Khwarizmi tidak hanya dikenal sebagai ahli matematika, ia juga dikenal sebagai ahli astronomi, astrologi, dan [[geografi]].<ref name=":20" />
Astrology was taken up enthusiastically by Islamic scholars following the collapse of Alexandria to the Arabs in the 7th century, and the founding of the Abbasid empire in the 8th century. The second Abbasid caliph, Al Mansur (754-775) founded the city of Baghdad to act as a centre of learning, and included in its design a library-translation centre known as ''Bayt al-Hikma'' ‘Storehouse of Wisdom’, which continued to receive development from his heirs and was to provide a major impetus for Arabic translations of Hellenistic astrological texts. The early translators included Mashallah, who helped to elect the time for the foundation of Baghdad, and Sahl ibn Bishr(a.k.a. ''Zael''), whose texts were directly influential upon later European astrologers such as Guido Bonatti in the 13th century, and William Lilly in the 17th century. Knowledge of Arabic texts started to become imported into Europe during the Latin translations of the 12th century.
 
Selama perkembangan sains dalam peradaban Islam klasik, beberapa praktik-praktik astrologi mendapat banyak pertentangan dari kalangan ilmuwan dan [[Cendekiawan|cendikiawan]] Islam, seperti oleh Al-Farabi, Ibn Haytham, dan Ibnu Sina. Kritik-kritik mereka berpendapat bahwa metode yang digunakan oleh ahli astrologi hanya melalui konjektur dan tidak berdasarkan fakta-fakta empiris, serta dari kalangan cendikiawan [[Islam Ortodok|Islam ortodoks]] yang mengkritik bahwasanya hanya Tuhan yang mengetahui dan dapat memprediksi masa depan secara pasti. Namun, kritik-kritik ini lebih cenderung diarahkan kepada cabang astrologi dengan metodenya yang berusaha untuk memprediksi nasib atau masa depan berdasarkan suatu horoskop. Cabang astrologi lainnya seperti astrolgi medis dan astrologi cuaca masih dipandang sebagai ilmu yang sah pada masa itu.<ref name=":20" />
Amongst the important names of Arabic astrologers, one of the most influential was Albumasur, whose work ''Introductorium in Astronomiam'' later became a popular treatise in medieval Europe. Another was the Persian mathematician, astronomer, astrologer and geographer Al Khwarizmi. The Arabs greatly increased the knowledge of astronomy, and many of the star names that are commonly known today, such as Aldebaran, Altair, Betelgeuse, Rigel and Vega retain the legacy of their language. They also developed the list of Hellenistic lots to the extent that they became historically known as Arabic parts, for which reason it is often wrongly claimed that the Arabic astrologers invented their use, whereas they are clearly known to have been an important feature of Hellenistic astrology.
 
Sebagai contoh pandangan [[Ibnu Sina]] dalam bukunya ''Resāla fī ebṭāl aḥkām al-nojūm "''Sanggahan terhadap astrologi''"'', Ibnu Sina menentang praktik-praktik astrologi yang mengklaim dapat memprediksi nasib atau masa depan manusia berdasarkan posisi planet dan bintang-bintang. Namun, Ibnu Sina tetap mempercayai bahwa posisi bintang-bintang dan planet dapat memberikan pengaruh ke bumi termasuk kepada manusia, tetapi hal ini terjadi secara deterministik atau dapat dijelaskan dengan ilmu alam ketimbang ramalan-ramalan yang bersifat magis.<ref name=":20" />
During the advance of Islamic science some of the practices of astrology were refuted on theological grounds by astronomers such as Al-Farabi (Alpharabius), Ibn al-Haytham (Alhazen) and Avicenna. Their criticisms argued that the methods of astrologers were conjectural rather than empirical, and conflicted with orthodox religious views of Islamic scholars through the suggestion that the Will of God can be precisely known and predicted in advance. Such refutations mainly concerned 'judicial branches' (such as horary astrology), rather than the more 'natural branches' such as medical and meteorological astrology, these being seen as part of the natural sciences of the time.
 
=== Eropa abad pertengahan-renaisans ===
For example, Avicenna’s 'Refutation against astrology' ''Resāla fī ebṭāl aḥkām al-nojūm'', argues against the practice of astrology while supporting the principle of planets acting as the agents of divine causation which express God's absolute power over creation. Avicenna considered that the movement of the planets influenced life on earth in a deterministic way, but argued against the capability of determining the exact influence of the stars. In essence, Avicenna did not refute the essential dogma of astrology, but denied our ability to understand it to the extent that precise and fatalistic predictions could be made from it.
Di saat astrologi dan ilmu-ilmu lainnya sedang berkembang pesat di wilayah Asia—seperti pada kebudayaan India, [[Persia|Persia,]] dan Islam klasik—pasca runtuhnya kekaisaran Romawi, astrologi dunia Barat di periode yang sama mengalami kemunduran dikarenakan hilangnya sumber-sumber ilmu astronomi yang berasal dari peradaban Yunani dan juga akbiat hukuman yang diberikan oleh Gereja pada praktik-praktik astronomi yang bertentangan. Hingga kemudian terjemahan dari karya-karya berbahasa Arab mulai memasuki peradaban Eropa melalui [[Spanyol]] pada abad ke-10 hingga abad ke-12 Masehi, di mana peristiwa transmisi ilmu pengetahuan ini menyebabkan keilmuan di peradaban Eropa "mengalami dorongan hebat".<ref name=":21">{{Cite web|url=https://www3.astronomicalheritage.net/index.php/show-theme?idtheme=16|title=UNESCO Astronomy and World Heritage Webportal - Show theme|website=www3.astronomicalheritage.net|language=en-gb|access-date=2017-12-15}}</ref>
 
Memasuki abad ke-13, astrologi telah menjadi bagian dari keseharian praktik-praktik medis di Eropa. Tabib-tabib menggabungkan metode pengobatan [[Galenus]] bersama dengan pengamatan bintang-bintang. Memasuki tahun 1500-an, ahli fisika di wilayah Eropa diharuskan untuk menghitung terlebih dahulu posisi bulan sebelum melakukan tindakan medis yang rumit seperti operasi atau yang menangani pendarahan.<ref name=":21" />
=== Eropa ===
Whilst astrology in the East flourished following the break up of the Roman world, with Indian, Persian and Islamic influences coming together and undergoing intellectual review through an active investment in translation projects, Western astrology in the same period had become “fragmented and unsophisticated ... partly due to the loss of Greek scientific astronomy and partly due to condemnations by the Church.” Translations of Arabic works into Latin started to make their way to Spain by the late 10th century, and in the 12th century the transmission of astrological works from Arabia to Europe “acquired great impetus”.
 
Karya-karya berpengaruh pada abad ke-13 Eropa termasuk diantaranya yang ditulis oleh pendeta Inggris, Johannes de Sacrobosco dan ahli astrologi Italia, [[Guido Bonatti]]. Bonatti menyediakan layanan astrologinya secara umum kepada pemerintahan kota [[Firenze]], [[Siena|Siena,]] dan [[Forlì|Forli]], sekaligus bertindak sebagai penasihat Federick II, Tahta Suci Roma. Buku astrologinya yang berjudul ''Liber Astronoiae'' (Buku astronomi) ditulis pada tahun 1277, dan mendapat reputasi sebagai "buku paling penting pada bidang astrologi yang terbit dalam bahasa Latin pada abad ke-13". Sementara itu salah satu penulis pada abad pertengahan di Eropa menggambarkan Guido Bonatti sebagai penghuni neraka yang selalu melihat kebelakang dalam bukunya sebagai hukuman akibat kegiatan ramal-meramalnya.<ref name=":21" />
By the 13th century astrology had become a part of everyday medical practice in Europe. Doctors combined Galenic medicine (inherited from the Greek physiologist Galen - AD 129-216) with studies of the stars. By the end of the 1500s, physicians across Europe were required by law to calculate the position of the Moon before carrying out complicated medical procedures, such as surgery or bleeding.
 
Pada [[Renaisans|era Renaisans]], ahli astrologi lapangan akan melengkapi penggunaan data-data horoskop mereka dengan pengamatan dan penemuan astronomis. Banyak dari praktisi-praktisi astrologi yang saat kemudian menjadi sosok dibalik penjungkirbalikan gagasan-gagasan astronomi kuno seperti [[Tycho Brahe]], [[Galileo Galilei]], dan Johaness Kepler. Di akhir era Renaisans, astrologi mulai kehilangan tempatnya di bidang ilmu pengetahuan. Dengan jatuhnya [[Aristotelianisme|fisika Aristotelian]] karena diganti oleh fisika Newtonian, dan juga terdapat penolakan terhadap gagasan pembagian alam bawah-alam atas pada [[Geosentrisme|teori geosentris]] sebelumnya yang mana menjadi dasar ilmu astrologi. Kemudian memasuki abad ke-18, ketertarikan kalangan intelektual terhadap astrologi hampir sepenuhnya tidak ditemukan.<ref name=":21" />
Influential works of the 13th century include those of the British monk Johannes de Sacrobosco (<abbr>c.</abbr> 1195–1256) and the Italian astrologer Guido Bonatti from Forlì (Italy). Bonatti served the communal governments of Florence, Siena and Forlì and acted as advisor to Frederick II, Holy Roman Emperor. His astrological text-book ''Liber Astronomiae'' ('Book of Astronomy'), written around 1277, was reputed to be "the most important astrological work produced in Latin in the 13th century". Dante Alighieri immortalised Bonatti in his ''Divine Comedy'' (early 14th century) by placing him in the eighth Circle of Hell, a place where those who would divine the future are forced to have their heads turned around (to look backwards instead of forwards).
 
In medieval Europe, a university education was divided into seven distinct areas, each represented by a particular planet and known as the seven liberal arts. Dante attributed these arts to the planets. As the arts were seen as operating in ascending order, so were the planets in decreasing order of planetary speed: grammar was assigned to the Moon, the quickest moving celestial body, dialectic was assigned to Mercury, rhetoric to Venus, musicto the Sun, arithmetic to Mars, geometry to Jupiter and astrology/astronomy to the slowest moving body, Saturn.
 
Medieval writers used astrological symbolism in their literary themes. For example, Dante's ''Divine Comedy'' builds varied references to planetary associations within his described architecture of Hell, Purgatory and Paradise, (such as the seven layers of Purgatory's mountain purging the seven cardinal sins that correspond to astrology's seven classical planets). Similar astrological allegories and planetary themes are pursued through the works of Geoffrey Chaucer.
 
Chaucer's astrological passages are particularly frequent and knowledge of astrological basics is often assumed through his work. He knew enough of his period's astrology and astronomy to write a ''Treatise on the Astrolabe'' for his son. He pinpoints the early spring season of the Canterbury Tales in the opening verses of the prologue by noting that the Sun "hath in the Ram his halfe cours yronne". He makes the Wife of Bath refer to "sturdy hardiness" as an attribute of Mars, and associates Mercury with "clerkes". In the early modern period, astrological references are also to be found in the works of William Shakespeare and John Milton.
 
One of the earliest English astrologers to leave details of his practice was Richard Trewythian (b. 1393). His notebook demonstrates that he had a wide range of clients, from all walks of life, and indicates that engagement with astrology in 15th-century England was not confined to those within learned, theological or political circles.
 
During the Renaissance, court astrologers would complement their use of horoscopes with astronomical observations and discoveries. Many individuals now credited with having overturned the old astrological order, such as Tycho Brahe, Galileo Galilei and Johannes Kepler, were themselves practicing astrologers.
 
At the end of the Renaissance the confidence placed in astrology diminished, with the breakdown of Aristotelian Physics and rejection of the distinction between the celestial and sublunar realms, which had historically acted as the foundation of astrological theory. Keith Thomas writes that although heliocentrism is consistent with astrology theory, 16th and 17th century astronomical advances meant that "the world could no longer be envisaged as a compact inter-locking organism; it was now a mechanism of infinite dimensions, from which the hierarchical subordination of earth to heaven had irrefutably disappeared". Initially, amongst the astronomers of the time, "scarcely anyone attempted a serious refutation in the light of the new principles" and in fact astronomers "were reluctant to give up the emotional satisfaction provided by a coherent and interrelated universe". By the 18th century the intellectual investment which had previously maintained astrology's standing was largely abandoned.
 
=== India ===
Dalam kebudayaan masyarakat India, astrologi atau jyotisha, adalah bagian dari [[Vedanga Jyotisha|"vedanga"]], salah satu cabang "pengetahuan" yang dibutuhkan untuk memaham literatur-literatur Weda yang dianggap sakral. Tradisi astrologi telah mengakar dalam kebudayaan India dan terus bertahan sejak literatur-literatur astrologi horoskopis peradaban Yunani kuno digabungkan dengan pandangan astrologi Hindu pada milena pertama tahun Masehi.<ref name=":14">{{Cite book|url=http://www.springer.com/gp/book/9781461461401|title=Handbook of Archaeoastronomy and Ethnoastronomy {{!}} Clive L.N. Ruggles {{!}} Springer|language=en}} Hlmn 112-113.</ref> Literatur utama yang dikaitkan dengan astrologi kebudayaan masyarakat India yang paling terkenal diantaranya ''Bṛhat Parāśara Horāśāstra'' dan ''Sārāvalī'' yang ditulis oleh Kalyāṇavarma. ''Horāśāstra'' adalah kumpulan karya-karya yang membentuk 71 bab, yang mana volume pertama dari buku ini (bab 1-51) memiliki penanggalan pada kurun abad ke-7 hingga awal abad ke-8 Masehi, dan volume ke-2 memiliki penanggalan pada akhir abad ke-8 Masehi.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books/about/A_history_of_Indian_literature_Vol_6_Sci.html?id=m_AVMQAACAAJ&redir_esc=y|title=A history of Indian literature. Vol. 6, Scientific and technical literature : Part 3 : Fasc. 4. Jyotiḥśāstra : astral and mathematical literature|last=Pingree|first=David|date=1981|publisher=Harrassowitz|isbn=9783447021654|language=en}} Hlm 81</ref> Sementara ''Sārāvalī'' memiliki penanggalan sekitar kurun tahun 800-an Masehi. Terjemahan bahasa Inggris dari literatur-literatur ini diterbitkan oleh N.N. Krishna Rau dan V.B. Choudhari pada tahun 1961 dan 1963.<ref name=":14" /><ref name=":15">{{Cite web|url=https://shyamasundaradasa.com/jyotish/what_is_jyotish/jyotish_history.html|title=History Vedic Indian Astrology Hindu Astrology Branches of Astrology|website=shyamasundaradasa.com|access-date=2017-12-15}}</ref>
The main texts upon which classical Indian astrology is based are early medieval compilations, notably the ''Bṛhat Parāśara Horāśāstra'', and ''Sārāvalī'' by Kalyāṇavarma. The ''Horāshastra'' is a composite work of 71 chapters, of which the first part (chapters 1–51) dates to the 7th to early 8th centuries and the second part (chapters 52–71) to the later 8th century. The ''Sārāvalī'' likewise dates to around 800 CE. English translations of these texts were published by N.N. Krishna Rau and V.B. Choudhari in 1963 and 1961, respectively.
 
Penggambaran dari astrologi kebudayaan masyarakat India tidak hanya berguna sebagai deskripsi penciptaan alam semesta, tetapi terpisah dari hal tersebut, astrologi juga menjadi bagian dari kebudayaan masyarakatnya.Terdapat pula proses lanjut dari interpretasi astrologi dalam kebudayaan India, yang mana masyarakat kebudayaan ini harus menerima apapun informasi atau prediksi yang diberikan oleh astrologi.<ref name=":14" /><ref name=":15" /> Pertanda-pertanda yang berkaitan dengan kejadian di masa depan yang diberikan oleh konfigurasi-konfigurasi astrologis tertentu dari konstelasi bintang atau planet-planet dapat memberikan petunjuk tentang ritual tertentu, meditasi, peribadatan, atau azimat yang harus dilakukan dan dikenakan untuk menghindari masalah di masa depan. Dengan petunjuk ahli astrologi, masyarakat India akan mendatangi suatu kuil tertentu, kemudian melakukan meditasi di depannya,membawa persembahan berupa bunga-bunga, menyiram air atau susu diatasnya, dan membakar [[dupa]] dengan harapan agar asap dupa membawa doa-doa mereka ke surga.<ref name=":14" />
In India, astrology, or jyotish, is a “vedanga”, one of the “sciences” necessary for
 
=== Tiongkok ===
understanding the vedas the sacred texts. A vibrant tradition of astrology has
Astrologi kebudayaan Tiongkok memiliki kaitan erat dengan konsep filsafat yang berkembang di daerah tersebut (konsep tiga keharmonisan: langit, bumi, dan manusia) seperti penggunaan konsep [[yin dan yang]], lima elemen atau fase (air, api, tanah, logam, dan kayu), 10 Batang langit, 12 Cabang Bumi, dan [[Shichinohe, Aomori|shichen]] (時辰 pembagian jam kebudayaan Tiongkok; 1 hari = 12 sichen). Penggunaan awal dari sistem astrologi Tiongkok lebih diutamakan untuk kepentingan politis, menghubungkan fenomena langit dengan fenomena tak biasa di masyarakat, mengidentifikasi pertanda-pertanda buruk, dan penentuan hari-hari suci atau penting.<ref>{{Cite book|url=https://www.amazon.com/Chinese-Sky-During-Han-Constellating/dp/9004107371|title=The Chinese Sky During the Han: Constellating Stars and Society|last=Kistemaker|first=Jacob|last2=Xiaochun|first2=Sun|date=1997-06-01|publisher=Brill Academic Pub|isbn=9789004107373|location=Leiden New York Köln|language=English}} Hlmn 22, 85, & 176</ref>
 
Kebudayaan Tiongkok menggunakan pembagian sistem konstelasi yang berbeda dari zodiak di [[Asia Barat]] ataupun di Eropa, kebudayaan Tiongkok membagi langit menjadi [[Tiga Batasan]] (三垣 sān yuán), dan [[Rasi bintang Tiongkok#Duapuluh Delapan Rumah Besar|28 Rumah Besar]] (二十八宿 èrshíbā xiù) yang kemudian masuk ke dalam 12 zodiak atau shio.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=aCucnrYeCsIC&pg=PA369&lpg=PA369&dq=F.+Richard+Stephenson,+%22Chinese+Roots+of+Modern+Astronomy&source=bl&ots=le_JBsTXFL&sig=BkIwOJBdsfxfQnKj9A9pMYfW1xg&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwifzYfGnYzYAhUEr48KHSOQDMUQ6AEIMDAB#v=onepage&q=F.%20Richard%20Stephenson,%20%22Chinese%20Roots%20of%20Modern%20Astronomy&f=false|title=New Scientist|last=Information|first=Reed Business|date=1980-06-26|publisher=Reed Business Information|language=en}} Hlmn. 380-383</ref> Zodiak kebudayaan Tiongkok disimbolkan oleh 12 jenis hewan dan diyakini setiap [[shio]] merepresentasikan 12 kepribadian yang berbeda pula. Perhitungan shio ini didasarkan oleh siklus tahun, perubahan fase bulan, dan ''sichen''. Zodiak Tiongkok secara tradisional umumnya dimulai dari zodiak/shio Tikus dan kemudian secara siklik diikuti oleh 11 shio hewan lainnya yaitu: Kerbau, Harimau, Kelinci, Naga, Ular, Kuda, Kambing, Monyet, Ayam Jago, Anjing, dan Babi.<ref>{{Cite book|url=https://www.amazon.com/Handbook-Chinese-Horoscopes-Theodora-Lau/dp/0285640461|title=The Handbook of Chinese Horoscopes|last=Lau|first=Theodora|date=2011-10-01|publisher=Souvenir Press|isbn=9780285640467|edition=7th edition edition|location=London, UK|language=English}} Hlmn. 2–8, 30–5, 60–4, 88–94, 118–24, 148–53, 178–84, 208–13, 238–44, 270–78, 306–12, 338–44.</ref><ref name=":11">{{Cite news|url=http://content.time.com/time/world/article/0,8599,1873900,00.html|title=The Chinese Zodiac|last=Romero|first=Frances|date=2009-01-25|newspaper=Time|language=en-US|issn=0040-781X|access-date=2017-12-15}}</ref> Suatu sistem peramalan terkait masa depan dan nasib dari seseorang dibangun oleh masyarakat kebudayaan Tiongkok berdasarkan, tanggal lahir, musim pada tanggal lahir tersebut, dan waktu kelahiran (dalam ''sichen'') masih sering dipakai di dalam kebudayaan Tiongkok modern. Peramalan ini pun tidak bergantung pada pengamatan bintang secara langsung.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=raKRY3KQspsC&pg=PA76&dq=astrology+in+China+Springer&hl=en&sa=X&ei=7NILUNvWDeeq0AWD1djHCg&sqi=2&redir_esc=y#v=onepage&q=astrology%20in%20China%20Springer&f=false|title=Encyclopaedia of the History of Science, Technology, and Medicine in Non-Westen Cultures|last=Selin|first=Helaine|date=1997-07-31|publisher=Springer Science & Business Media|isbn=9780792340669|language=en}}</ref>
survived in India in an unbroken tradition since Greek horoscopic astrology was
 
Terdapat berbagai cerita atau legenda tentang asal mula shio dalam kebudayaan masyarakat [[Tionghoa]].<ref>{{Cite web|url=https://www.pachamama.org/blog/chinese-new-years-blog|title=The Great Race: The Origin of the Chinese Zodiac|website=www.pachamama.org|language=en-US|access-date=2017-12-15|archive-date=2017-12-15|archive-url=https://web.archive.org/web/20171215221506/https://www.pachamama.org/blog/chinese-new-years-blog|dead-url=yes}}</ref> Sebaliknya bukti-bukti faktual tentang asal mula shio ini cenderung sulit ditemukan.<ref name=":12">{{Cite news|url=https://www.thoughtco.com/origins-of-the-chinese-zodiac-687597|title=What is the History of the Chinese Zodiac?|newspaper=ThoughtCo|access-date=2017-12-15}}</ref> Diketahui dari ornamen yang ditemukan pada gerabah-gerabah peninggalan era [[Dinasti Tang]] bahwa hewan-hewan yang saat ini termasuk dalam keduabelas shio tersebut telah populer pada masa itu. Namun, ditemukan pula bukti-bukti yang mengindikasikan bahwa hewan-hewan ini telah muncul lebih awal yakni pada Periode Negara Perang, di mana saat itu wilayah Tiongkok terbagi dalam beberapa faksi tertentu dan terlibat pertempuran untuk saling menguasai faksi lainnya.<ref name=":11" /><ref name=":12" />
imported and combined with Hinduism in the first century CE. It remains an active
 
Terdapat tulisan-tulisan yang menyatakan bahwa keduabelas shio ini dibawa ke Tiongkok melalui [[Jalur Sutra]], sama halnya dengan rute masuknya ajaran [[Buddha]] dari India ke Tiongkok.<ref name=":12" /> Namun, beberapa ahli berpendapat bahwa kepercayaan terhadap zodiak ini malah yang mempengaruhi ajaran Buddha dan berasal langsung dari tradisi kebudayaan Tiongkok yang saat itu telah mengenal planet [[Jupiter]] sebagai acuan, dikarenakan orbitnya yang mengelilingi bumi (dalam pandangan geosentris) memakan waktu selama 12 tahun. Pun ada juga argumen yang menyatakan bahwa penggunaan nama-nama hewan ini pada zodiak kebudayaan masyarakat Tionghoa berasal dari suku nomaden kuno yang kemudian mengembangkan kalender berdasarkan hewan-hewan yang biasa mereka buru.<ref name=":12" />
part of Indian life and has both a presence in the temples and in mundane life. It is
 
=== Peradaban Maya ===
used at the highest levels of politics: the date and time for Burmese independence in
[[Masyarakat madani|Masyarakat Maya]] memiliki hubungan yang unik dengan berbagai benda-benda langit seperti Matahari, Bulan, planet-planet, konstelasi bintang, dan bahkan galaksi Bima Sakti. Untuk mengidentifikasi konsep astrologi bangsa Maya, maka perlu dijelaskan terlebih dahulu kaitan atau peran benda-benda langit tersebut dalam kebudayaan dan kepercayaan Bangsa Maya.<ref>{{Cite book|url=http://www.springer.com/gp/book/9781461461401|title=Handbook of Archaeoastronomy and Ethnoastronomy {{!}} Clive L.N. Ruggles {{!}} Springer|language=en}} Hlmn. 683-692</ref>
 
Dalam kebudayaan Maya, '''Matahari''' adalah salah satu benda langit paling penting.<ref name=":6">{{Cite web|url=http://yucatantoday.com/maya-sun-moon-and-stars/?lang=en|title=The Maya, the Sun, the Moon and the Stars {{!}} Yucatan Today|website=yucatantoday.com|language=en-US|access-date=2017-12-15}}</ref><ref name=":7">{{Cite news|url=https://www.thoughtco.com/ancient-maya-astronomy-2136314|title=How Does Ancient Mayan Astronomy Portray the Sun, Moon and Planets?|newspaper=ThoughtCo|access-date=2017-12-15}}</ref> Matahari disimbolisasikan dalam beberapa jenis hewan seperti, burung makau merah, burung kolibri, dan puma.<ref name=":7" /><ref>{{Cite book|url=http://www.springer.com/gp/book/9781461461401|title=Handbook of Archaeoastronomy and Ethnoastronomy {{!}} Clive L.N. Ruggles {{!}} Springer|language=en}} Hlmn. 686</ref> Dewa Matahari dalam kepercayaan Maya bernama [[Kinich Ahau]]. Kinich Ahau merupakan salah satu dewa terkuat dalam kepercayaan Maya dan dikaitkan dengan Itzamna, salah satu sosok pencipta dalam kepercayaan Maya.<ref name=":7" /> Kinich Ahau akan bersinar sepanjang hari sebelum berubah bentuk menjadi jaguar di malam hari untuk melewati ''XibalbaI,'' nama dari dunia bawah dalam kepercayaan Maya.<ref>{{Cite book|url=http://www.springer.com/gp/book/9781461461401|title=Handbook of Archaeoastronomy and Ethnoastronomy {{!}} Clive L.N. Ruggles {{!}} Springer|language=en}}Hlmn. 686-687</ref>
1948 and the proclamation of the Republic of Sri Lanka in 1971 were chosen on
 
'''Bulan''' dalam kebudayaan masyarakat Maya hampir memiliki peran yang sama pentingnya dengan Matahari.<ref name=":7" /><ref name=":8">{{Cite news|url=https://www.thoughtco.com/ix-chel-mayan-goddess-moon-fertility-death-171592|title=Was there a Shrine to the Moon Goddess Ix Chel on Cozumel Island?|newspaper=ThoughtCo|access-date=2017-12-15}}</ref> Umumnya Bulan diidentikan dengan unsur feminin dalam kebudayaan Maya, meskipun terdapat juga penggambaran maskulin dari bulan dalam peninggalan-peninggalan seni di Meksiko tengah bahkan terdapat juga penggambaran yang menggambarkan Bulan memiliki unsur maskulin dan feminin sekaligus. Penggambaran feminin dari Bulan adalah Dewi Ix Chel yang juga merupakan istri dari sosok pencipta Itzamna.<ref name=":6" /><ref name=":0">{{Cite book|url=http://www.springer.com/gp/book/9781461461401|title=Handbook of Archaeoastronomy and Ethnoastronomy {{!}} Clive L.N. Ruggles {{!}} Springer|language=en}}Hlmn 689-690</ref> Dewi Ix Chel sering kali dihubungkan dengan aktivitas yang biasanya dilakukan atau hanya terjadi pada kaum wanita seperti menenun, memintal, dan melahirkan. Sementara itu, penggambaran maskulin Bulan dalam kebudayaan masyarakat maya berkaitan dengan peran laki-laki dalam masyarakat seperti bermain bola, atau kependetaan. Seperti matahari dan planet-planet, dinasti Maya juga sering kali mengklaim bahwa mereka merupakan titisan dari bulan.<ref name=":8" /><ref name=":0" /> Dalam kebudayaan masyarakat Maya, dalam bahasan etnografis, bulan juga dikaitkan dengan pertanian jagung, dan keterkaitan ini dibuktikan dengan gambar-gambar yang ditemukan pada peradaban Maya klasik yang menunjukan bahwa kemunculan bulan bersamaan dengan aspek feminin dan maskulin dari dewa-dewa pertanian jagung. Pada peradaban Maya klasik, Dewi Bulan dalam kepercayaan masyarakat maya sering kali digambarkan sebagai sosok yang muda. Ahli astronomi pada peradaban Maya kuno juga telah mampu menganalisis dan memprediksi pergerakan bulan dengan sangat akurat seperti perubahan fasenya dan terjadinya gerhana bulan.<ref name=":0" />
astrological grounds. The most widespread use of astrology is in marriage – to
 
'''Venus''' adalah salah satu planet yang sangat penting bagi peradaban Maya.<ref name=":0" /><ref>{{Cite web|url=https://www.archaeology.org/issues/44-1211/features/304-uxmal-venus|title=An Eye on Venus - Archaeology Magazine|last=ZORICH|first=ZACH|website=www.archaeology.org|language=en-gb|access-date=2017-12-15}}</ref> Venus digunakan sebagai acuan dari salah satu jenis kalender mereka dan juga pergerakannya dihubungkan dengan berbagai pertanda. Venus merupakan perlambang dari ritual perang, pertempuran hebat dan penghancuran total.<ref>{{Cite news|url=https://news.nationalgeographic.com/2016/08/maya-calendar-dresden-codex-venus-tables-archaeology-science/|title=Have We Been Misreading a Crucial Maya Codex for Centuries?|date=2016-08-23|access-date=2017-12-12}}</ref> Ditemukan berbagai simbol planet Venus yang terpampang bersama simbol ular langit atau perwujudan manusia dari ular langit tersebut yang diberinama Quetzalcoatl.<ref name=":9">{{Cite book|url=http://www.springer.com/gp/book/9781461461401|title=Handbook of Archaeoastronomy and Ethnoastronomy {{!}} Clive L.N. Ruggles {{!}} Springer|language=en}} Hlmn. 684-685</ref> Pada wilayah kerajaan Maya kuno di Meksiko tengah, Dewa Angin yang merupakan bagian dari Venus diberi nama Eheacatl-Quetzalcoatl, dan diyakini bersemayam di kuil-kuil pemujaan yang berbentuk bulat. Dari Kodex Dresden peninggalan Bangsa Maya, ditemukan lima variasi dari Bintang Fajar, namun lima variasi dari planet Venus ini hanya digambarkan oleh satu sosok dewa yaitu Tlauhuizcalpantecuhtli.<ref name=":9" /> Setiap variasi dari penggambaran Tlauhuizcalpantecuhtli menunjukan Venus di berbagai musim yang berbeda. Penggambaran Venus lainnya pada periode klasik dari peradaban Maya ditemukan di reruntuhan [[Palenque]].<ref name=":9" /> Dari legenda lokal dapat diidentifikasi keterkaitan Venus dalam tritunggal dewa-dewa dalam kebudayaan Maya. Planet Venus dilambangkan sebagai sosok tertua dari tiga dewa-dewa ini, '''Jupiter''' adalah saudara tengah, dan Matahari merupakan sosok termuda. Planet-planet ini kemungkinan menjadi objek pemujaan pada kebudayaan Mesoamerika pra-Columbus. Monster yang menggambarkan planet Mars juga ditemukan di salah satu kodex peninggalan bangsa maya pascaklasik. Dalam peradaban klasik maya, '''Mars''' dilambangkan oleh seekor rusa langit. K'awil, yang dikenal sebagai sosok dewa garis keturunan bangsawan sering kali dikaitkan dengan ritual-ritual yang melibatkan planet Jupiter dan Saturnus. Ka'wil kemungkinan digambarkan di Meksiko bagian tengah sebagai Tezcatlipoca, dewa langit malam yang memiliki hubungan terhadap berbagai planet dan juga rasi bintang Ursa Mayor.<ref name=":9" />
confirm the prospective marriage partner and to arrange the date of the wedding.
 
Bangsa Maya mengenal '''Bima Sakti''' sebagai sebuah jalan, sungai, atau tempat peristirahatan arwah yang telah meninggal.<ref name=":1">{{Cite book|url=http://www.springer.com/gp/book/9781461461401|title=Handbook of Archaeoastronomy and Ethnoastronomy {{!}} Clive L.N. Ruggles {{!}} Springer|language=en}} Hlmn. 684</ref><ref>{{Cite web|url=http://www.history.org/foundation/journal/autumn12/beginnings.cfm|title=Beginnings and Endings Of the Maya and the Milky Way, Powhatans and the Giant Hare, Prophecies and Time|website=www.history.org|access-date=2017-12-15}}</ref> Namun, bukti-bukti sejarah juga menunjukan Bangsa Maya dengan kebudayaan yang lebih kontemporer memvisualisasikan Bima Sakti sebagai suatu ular raksasa, atau ditemukan juga ikonografi yang menggambarkan Bima Sakti sebagai reptil dari periode klasik Bangsa Maya (300-900 M). "Monster Kosmis" Bima Sakti ini merupakan simbolisasi dari dunia bawah pada peradaban Maya di mana monster ini tidak digambarkan sendiri sebagai suatu pita di langit melainkan bersama simbol-simbol lainnya seperti matahari, bulan, dan venus.<ref name=":1" /><ref name=":10">{{Cite web|url=http://www.mayankids.com/mmkbeliefs/worldtree.htm|title=the world tree, milky way :mayankids::|website=www.mayankids.com|access-date=2017-12-15}}</ref> Sebuah pita langit sebagai simbolisasi monster kosmis ini juga muncul pada kodex-kodex peradaban Maya praklasik, seperti pada Kodex Dresden di mana dewa dari planet Venus dipasangkan dengan dewa pertambahan usia. Kodex praklasi lainnya adalah kodeks Paris yang menggambarkan zodiak Bangsa Maya terdiri dari 13 konstelasi bintang yang menggambarkan, menunjukan lima konstelasi dengan nama hewan yang terletak pada pita langit ini.<ref name=":1" />
Indian astrology’s interpretative functions are just one phase in a process in which,
as human beings are creations of the cosmos, but not separate to it, they are active
participants in it. There is therefore a second stage to the astrological process, which
is to engage with whatever information the astrologer has imparted. The omens of
future difficulties dispatched by astrological configurations can be dealt with by
apotropaic rituals designed to avert a future problem or by prayer, meditation,
ritual, pujas (purifications), and talismans. The Shwedagon pagoda in Rangoon
provides an example in a Buddhist context. Around the base of the central 321-fthigh gilded stupa are located eight shrines to the planetary rulers of the days of the
week the Sun (Sunday), the Moon (Monday), Mars (Tuesday), Mercury (Wednesday before noon), Rahu (the Moon’s north node, Wednesday afternoon), Jupiter
(Thursday), Venus (Friday), and Saturn (Saturday). Dispatched by their astrologers,
local people engage quietly with one of the planetary shrines, meditating in front of
it, contemplating its beauty, making offerings of flowers, and pouring water or milk
over it and lighting incense to carry prayers to heaven The principle is quite simple:
if one is suffering from an excess of Mars – a fever perhaps or violent threats or
spiritual agitation – one may counter this by performing the appropriate ritual at
the Venus shrine, whose nature is calm and peaceful. On another occasion, perhaps,
the solution might be to attend to the Mars shrine precisely in order to persuade the
Martian principle in the cosmos to call off its threats. There are nine planets in
Indian astrology: the seven traditional planets and the Moon’s north and south
nodes (Rahu and Ketu). The organized planetary rituals are therefore known as
nava (nine) graha (planet) rituals.
Kemper (1980) described a navagraha ritual in Sri Lanka. The ritual begins with
a prepubescent girl preparing a string of nine-strands, one for each planet, which
then protects the client against malign planetary influence or signification. The
priest then uses the string to conduct the ceremony while Buddhist monks chant
protective verses, which reinforce the auspicious power of the girl and the planets as
embodied in the string.
Indian astrology is unique among the highly codified “cosmic” forms in that it
survives in a very similar form to that practiced in the second century, unlike China
where communism disrupted traditional learning and Europe, where “high” and
“middling” astrology almost disappeared in the seventeenth and eighteenth centuries. The academic study of its claims and practices therefore offers insights into
wider Indian culture, as well as to studies of Indian archaeoastronomy.
 
Di antara zodiak-zodiak tersebut, zodiak dengan yang diberi nama "kura-kura" merujuk pada bintang-bintang di konstelasi Orion, zodiak dengan nama "ular derik" merujuk pada suatu konstelasi yang mencangkup konstelasi Pleiades di dalamnya. Terdapat juga zodiak "kalajengking" yang merujuk pada bintang-bintang di rasi Scorpio pada peradaban modern, di mana ini merupakan suatu kebetulan yang mengejutkan dan jarang terjadi. Zodiak-zodiak ini menyertai primbon Bangsa Maya yang terdiri dari 1820 hari dan terdiri dari 5 siklus setiap 364 hari, tiap siklusnya dibagi kedalam 28 hari, yang kemungkinan merujuk pada perubahan fase bulan.<ref name=":1" /><ref name=":10" />
=== Tiongkok ===
Chinese astrology has a close relation with Chinese philosophy (theory of the three harmonies: heaven, earth and man) and uses concepts such as yin and yang, the Five phases, the 10 Celestial stems, the 12 Earthly Branches, and shichen (時辰 a form of timekeeping used for religious purposes). The early use of Chinese astrology was mainly confined to political astrology, the observation of unusual phenomena, identification of portents and the selection of auspicious days for events and decisions.
 
The constellations of the Zodiac of western Asia and Europe were not used; instead the sky is divided into Three Enclosures (三垣 sān yuán), and Twenty-eight Mansions (二十八宿 èrshíbā xiù) in twelve Ci (十二次). The Chinese zodiac of twelve animal signs is said to represent twelve different types of personality. It is based on cycles of years, lunar months, and two-hour periods of the day (the shichen). The zodiac traditionally begins with the sign of the Rat, and the cycle proceeds through 11 other animals signs: the Ox, Tiger, Rabbit, Dragon, Snake, Horse, Goat, Monkey, Rooster, Dog, and Pig.Complex systems of predicting fate and destiny based on one's birthday, birth season, and birth hours, such as ''ziping'' and Zi Wei Dou Shu (simplified Chinese: 紫微斗数; traditional Chinese: 紫微斗數; pinyin: ''zǐwēidǒushù'') are still used regularly in modern-day Chinese astrology. They do not rely on direct observations of the stars.
 
The Korean zodiac is identical to the Chinese one. The Vietnamese zodiac is almost identical to Chinese zodiac except the second animal is the ''Water Buffalo'' instead of the ''Ox'', and the fourth animal is the ''Cat'' instead of the ''Rabbit''. The Japanese have since 1873 celebrated the beginning of the new year on 1 January as per the Gregorian Calendar. The Thai zodiac begins, not at Chinese New Year, but either on the first day of fifth month in the Thai lunar calendar, or during the Songkran festival (now celebrated every 13–15 April), depending on the purpose of the use.
 
=== Mesoamerika ===
The calendars of Pre-Columbian Mesoamerica are based upon a system which had been in common use throughout the region, dating back to at least the 6th century BC. The earliest calendars were employed by peoples such as the Zapotecs and Olmecs, and later by such peoples as the Maya, Mixtec and Aztecs. Although the Mesoamerican calendardid not originate with the Maya, their subsequent extensions and refinements to it were the most sophisticated. Along with those of the Aztecs, the Maya calendars are the best-documented and most completely understood.
 
The distinctive Mayan calendar used two main systems, one plotting the solar year of 360 days, which governed the planting of crops and other domestic matters; the other called the Tzolkin of 260 days, which governed ritual use. Each was linked to an elaborate astrological system to cover every facet of life. On the fifth day after the birth of a boy, the Mayan astrologer-priests would cast his horoscope to see what his profession was to be: soldier, priest, civil servant or sacrificial victim. A 584-day Venus cycle was also maintained, which tracked the appearance and conjunctions of Venus. Venus was seen as a generally inauspicious and baleful influence, and Mayan rulers often planned the beginning of warfare to coincide with when Venus rose. There is evidence that the Maya also tracked the movements of Mercury, Mars and Jupiter, and possessed a zodiac of some kind. The Mayan name for the constellation Scorpio was also 'scorpion', while the name of the constellation Gemini was 'peccary'. There is some evidence for other constellations being named after various beasts. The most famous Mayan astrological observatory still intact is the Caracol observatory in the ancient Mayan city of Chichen Itza in modern-day Mexico.
 
The Aztec calendar shares the same basic structure as the Mayan calendar, with two main cycles of 360 days and 260 days. The 260-day calendar was called Tonalpohualli and was used primarily for divinatory purposes. Like the Mayan calendar, these two cycles formed a 52-year 'century', sometimes called the Calendar Round.
 
=== Oseania ===
Di wilayah Polinesia, ahli astronomi tradisional yang berasal dari masyarakat di kepulauan ini terbagi ke dalam dua jenis: Sang pengamat langit yang bertugas mengawasi langit untuk melihat pertanda, menyelaraskan kalender, mengatur ritual kepercayaan dan festival, dan satunya lagi adalah Sang penunjuk jalan yang bertugas sebagai ahli navigasi di laut yang menjalankan tugasnya dengan memanfaatkan berbagai pertanda termasuk benda-benda langit.<ref name=":16">{{Cite book|url=http://www.springer.com/gp/book/9781461461401|title=Handbook of Archaeoastronomy and Ethnoastronomy {{!}} Clive L.N. Ruggles {{!}} Springer|language=en}} Hlmn 112.</ref> Di Selandia Baru, suku Maori mengenal suatu kedudukan dalam tingkatan sosial mereka yang diberi nama ''tohunga kokrangi'', tugas dari tohunga kokorangi adalah mengamati langit, termasuk pengukuran posisi benda-benda langit dan memprediksi pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat.<ref name=":16" /> Salah satu praktik kebudayaan yang dilakukan oleh suku Maori adalah pengamatan okultasi bulan– ketika bulan lewat secara langsung di depan sesuatu yang mereka anggap bintang–yang merupakan salah satu pembacaan pertanda terkait militer yang sulit. Sebagai contoh, jika bintang muncul kembali setelah bulan melewatinya, maka masyarakat Maori mengartikan bahwa akan terdapat benteng yang akan diduduki. Tohunga kokorangi akan terus mengawasi langit untuk mendapatkan pertanda serta mencoba berkomunikasi dengan ruh-ruh atau dewa-dewa yang ada di langit. Jika nantinya tohunga kokorangi melihat pertanda bahaya seperti contohnya komet, ia kemudian akan mengucapkan mantra tertentu untuk menetralisir ancaman dan melindungi.<ref name=":16" />
Traditional Polynesian astronomers tended to be divided into two groups: the sky
 
watchers, whose task was to watch for omens, keep the calendar, and arrange rituals
 
and festivals, and the wayfinders, who presided over the knowledge necessary for
 
navigation. The examination of celestial omens conforms to a broad definition of
 
astrology. In New Zealand, the Maori developed a class of experts, tohunga
 
kokorangi, who were versed in the entire range of celestial lore, including the
 
measurement of celestial positions and evaluation of their significance; Best (1955)
 
referred to these practices as “natural astrology”. An example of Maori practice
 
includes the following: a lunar occultation – when the Moon passes directly in front
 
of a certain star – is a potentially difficult military omen. If the star reappears when
 
the Moon has passed, it was said, a fort will be captured. One informant reported
 
that “the star knows all about the coming trouble. . . Just before the battle of Orakau
 
we saw this sign..As we were a war party of course our warriors made much of this
 
omen” (Best 1955, p. 68). The tohunga kokorangi would watch the sky for omens,
 
communing with celestial deities and purging his soul. If the tohunga kokorangi
 
saw a dangerous sign, such as a comet, he would recite ritual formulae in order to
 
defuse the threat and protect his people.
 
He may even have been actively engaging with the sky, acting as a cocreator, for
 
there was a belief that certain men, with sufficient power, could cause a solar halo to
 
appear at will.  
 
== Astrologi di era modern ==
 
=== Kebudayaan Barat ===
Pada kebudayaan Barat, beberapa pemimpin politik suatu negara terkadang melakukan konsultasi terhadap ahli astrologi. Sebagai contoh, Badan Intelejen Inggris (MI5) mempekerjakan Louis de Wohl sebagai penasihat astrologis setelah terdapat klaim yang menyatakan Adolf Hitler menggunakan kaidah-kaidah astrologi dalam menjalankan aksi militernya.<ref>{{Cite web|url=https://news.google.com/newspapers?id=JrdVAAAAIBAJ&sjid=5bADAAAAIBAJ&pg=6779,6948658&dq=hitler-astrologer&hl=en|title=The Sydney Morning Herald - Google News Archive Search|website=news.google.com|access-date=2017-12-15}}</ref> Namun faktanya, prediksi yang dilakukan Wohl sangat tidak akurat sehingga ia dengan segera dicap sebagai "tukang obat", pun kemudian ditemukan bukti bahwasannya Hitler menganggap astrologi merupakan hal "yang tidak masuk akal".<ref>{{Cite news|url=http://www.theguardian.com/uk/2008/mar/04/nationalarchives.secondworldwar|title=Star turn: astrologer who became SOE's secret weapon against Hitler|last=Norton-Taylor|first=Richard|date=2008-03-04|newspaper=The Guardian|language=en-GB|issn=0261-3077|access-date=2017-12-15}}</ref> Contoh lainnya adalah yang dilakukan Ibu Negara Amerika Serikat, Nancy Reagan, yang secara rahasia menyewa Joan Quigley, seorang ahli astronogi, pasca percobaan pembunuhan yang dilakukan terhadap suaminya, Ronald Reagan oleh John Hinckley. Namun, karier Quigley berakhir pada tahun 1988 ketika pekerjaannya ini bocor ke publik Amerika Serikat.<ref>{{Cite web|url=https://pqasb.pqarchiver.com/washingtonpost/doc/307019190.html?FMT=ABS&FMTS=ABS:FT&type=current&date=May%2011,%201988&author=Cynthia%20Gorney&pub=The%20Washington%20Post%20(pre-1997%20Fulltext)&edition=&startpage=c.01&desc=The%20Reagan%20Chart%20Watch;%20Astrologer%20Joan%20Quigley,%20Eye%20on%20the%20Cosmos|title=The Reagan Chart Watch|website=pqasb.pqarchiver.com|access-date=2017-12-15|archive-date=2017-12-15|archive-url=https://web.archive.org/web/20171215221621/https://pqasb.pqarchiver.com/washingtonpost/doc/307019190.html?FMT=ABS&FMTS=ABS%3AFT&type=current&date=May%2011%2C%201988&author=Cynthia%20Gorney&pub=The%20Washington%20Post%20%28pre-1997%20Fulltext%29&edition=&startpage=c.01&desc=The%20Reagan%20Chart%20Watch%3B%20Astrologer%20Joan%20Quigley%2C%20Eye%20on%20the%20Cosmos|dead-url=yes}}</ref>
In the West, political leaders have sometimes consulted astrologers. For example, the British intelligence agency MI5 employed Louis de Wohl as an astrologer after claims surfaced that Adolf Hitler used astrology to time his actions. The War Office was "...interested to know what Hitler's own astrologers would be telling him from week to week." In fact, de Wohl's predictions were so inaccurate that he was soon labelled a "complete charlatan," and later evidence showed that Hitler considered astrology "complete nonsense." After John Hinckley's attempted assassination of US President Ronald Reagan, first lady Nancy Reagan commissioned astrologer Joan Quigley to act as the secret White House astrologer. However, Quigley's role ended in 1988 when it became public through the memoirs of former chief of staff, Donald Regan.
 
Pada tahun 1960-an terdapat lonjakan ketertarikan terhadap astrologi. Ahli sosiologi Marcello Truzzi menggambarkan bahwa terdapat tiga tahapanyang membuat orang percaya terhadap "Astrologi". Ia menemukan bahwasannya kebanyakan orang yang percaya astrologi tidak beranggapan bahwa astrologi memiliki penjelasan ilmiah atau kekuatan untuk memprediksi sesuatu. Kalangan ini merupakan kalangan yang secara tidak mendalam terlibat dalam ilmu astrologi dalam artian kalangan yang tak banyak mengerti metode-metode astrologi, kalangan yang hanya membaca prediksi astrologi pada kolom di surat kabat, dan juga kalangan yang mungkin mendapatkan manfaat dari "manajemen emosi dan kecemasan" dan "sistem kepercayaan yang secara kognitif melampau sains".<ref name=":4">{{Cite journal|last=Truzzi|first=Marcello|date=1972-01-01|title=The Occult Revival as Popular Culture: Some Random Observations on the Old and the Nouveau Witch|url=https://doi.org/10.1111/j.1533-8525.1972.tb02101.x|journal=The Sociological Quarterly|volume=13|issue=1|pages=16–36|doi=10.1111/j.1533-8525.1972.tb02101.x|issn=0038-0253}}</ref> Kalangan kedua dari urutan tersebut merupakan kalangan yang telah mengidentifikasi horoskopnya sendiri dan mencari saran dan prediksi terhadap nasib mereka dari ahli astrologi. Kalangan ini biasanya berumur relatif muda, dan mendapat manfaat dari pengetahuan mereka terhadap astrologi yang kemudian menghasilkan kesimpulan koheren terhadap nasib mereka atau suatu kelompok. Kelompok ketiga dari urutan tersebut merupakan kelompok yang terlibat secara mendalam dan biasanya mereka memprediksi garis nasib mereka sendiri melalui horoskop yang mereka miliki. Kelompok ketiga ini juga biasanya menanggapi isu-isu astronomi secara serius, bahkan menganggapnya sakral, sementara dua kelompok sebelumnya cenderung menganggapi isu-isu ini dengan main-main atau tidak terlalu serius.<ref name=":4" />
There was a boom in interest in astrology in the late 1960s. The sociologist Marcello Truzzi described three levels of involvement of "Astrology-believers" to account for its revived popularity in the face of scientific discrediting. He found that most astrology-believers did not claim it was a scientific explanation with predictive power. Instead, those superficially involved, knowing "next to nothing" about astrology's 'mechanics', read newspaper astrology columns, and could benefit from "tension-management of anxieties" and "a cognitive belief-system that transcends science." Those at the second level usually had their horoscopes cast and sought advice and predictions. They were much younger than those at the first level, and could benefit from knowledge of the language of astrology and the resulting ability to belong to a coherent and exclusive group. Those at the third level were highly involved and usually cast horoscopes for themselves. Astrology provided this small minority of astrology-believers with a "''meaningful'' view of their universe and [gave] them an ''understanding'' of their place in it." This third group took astrology seriously, possibly as a ''sacred canopy'', whereas the other two groups took it playfully and irreverently.
 
Pada tahun 1953, ahli sosiologi, Theodor W. Adorno, melakukan kajian terhadap kolom astrologi di surat kabar kota Los Angeles sebagai bagian dari proyek pengujian kebudayaan masyarakat dalam suatu komunitas kapitalis.<ref name=":5">{{Cite journal|last=Nederman|first=Cary J.|last2=Goulding|first2=James Wray|date=1981|title=Popular Occultism and Critical Social Theory: Exploring Some Themes in Adorno's Critique of Astrology and the Occult|url=http://www.jstor.org/stable/3711544|journal=Sociological Analysis|volume=42|issue=4|pages=325–332|doi=10.2307/3711544}}</ref> Adorno meyakini bahwa astrologi populer, sebagai alat prediksi, selalu mengarahkan prediksi-prediksinya terhadap hal-hal yang umumnya diterima secara sosial dan membuat pendengarnya merasa nyaman—namun terdapat pula ahli astrologi yang melawan hal-hal tersebut sehingga berisiko kehilangan pekerjaan dan penghasilannya.<ref name=":5" /> Adorno juga menyimpulkan bahwasannya astrologi adalah manifestasi berskala besar dari pemikiran irasional yang sistematis, di mana setiap individu secara harus diarahkan untuk mempercayai bahwa penulis dari kolom ramalan horoskop menujukan kolom tersebut khusus terhadap mereka.<ref>{{Cite journal|last=Adorno|first=Theodor W.|date=1974-03-20|title=The Stars Down to Earth: The Los Angeles Times Astrology Column|url=http://journal.telospress.com/content/1974/19/13|journal=Telos|language=en|volume=1974|issue=19|pages=13–90|doi=10.3817/0374019013|issn=0090-6514}}</ref> Pada tahu 2005, survei yang dilakukan oleh Gallup dan juga pada surve yang dilakukan oleh ''Pew Research Center'' pada tahun 2009% melaporkan setidaknya 25% masyarakat Amerika Serikat berusia dewasa mempercayai astrologi.<ref>{{Cite news|url=http://news.gallup.com/poll/16915/Three-Four-Americans-Believe-Paranormal.aspx|title=Three in Four Americans Believe in Paranormal|last=Inc.|first=Gallup,|newspaper=Gallup.com|language=en-us|access-date=2017-12-15}}</ref><ref>{{Cite news|url=http://www.pewforum.org/2009/12/09/many-americans-mix-multiple-faiths/#eastern-or-new-age-beliefs-evil-eye|title=Many Americans Mix Multiple Faiths|date=2009-12-09|newspaper=Pew Research Center's Religion & Public Life Project|language=en-US|access-date=2017-12-15}}</ref>
In 1953, the sociologist Theodor W. Adorno conducted a study of the astrology column of a Los Angeles newspaper as part of a project examining mass culture in capitalist society. Adorno believed that popular astrology, as a device, invariably leads to statements that encouraged conformity—and that astrologers who go against conformity, by discouraging performance at work etc., risk losing their jobs. Adorno concluded that astrology is a large-scale manifestation of systematic irrationalism, where individuals are subtly led—through flattery and vague generalisations—to believe that the author of the column is addressing them directly. Adorno drew a parallel with the phrase opium of the people, by Karl Marx, by commenting, "occultism is the metaphysic of the dopes."
 
A 2005 Gallup poll and a 2009 survey by the Pew Research Center reported that 25% of US adults believe in astrology. According to data released in the National Science Foundation's 2014 ''Science and Engineering Indicators'' study, "Fewer Americans rejected astrology in 2012 than in recent years." The NSF study noted that in 2012, "slightly more than half of Americans said that astrology was 'not at all scientific,' whereas nearly two-thirds gave this response in 2010. The comparable percentage has not been this low since 1983."
 
=== India dan Jepang ===
Di India terdapat kepercayaan terhadap astrologi yang secara luas telah mengakar dalam kebudayaan mereka. Astrologi umumnya digunakan untuk kehidupan sehari-hari, terutama pada hal-hal yang berkaitan dengan pernikahan dan pekerjaan. Politik di India juga dipengaruhi oleh astrologi, dan astrologi masih dianggap sebagai cabang pembelajaran dari Wedanga.<ref>{{Cite news|url=https://www.nytimes.com/1998/12/23/world/bangalore-venkata-raman-indian-astrologer-dies-at-86.html|title=Bangalore Venkata Raman, Indian Astrologer, Dies at 86|last=Kaufman|first=Michael T.|date=1998-12-23|newspaper=The New York Times|language=en-US|issn=0362-4331|access-date=2017-12-15}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://www.lifepositive.com/fame-and-fortune/|title=Fame and fortune|website=www.lifepositive.com|language=en|access-date=2017-12-15}}</ref> Pada 2001, terjadi perdebatan antara ilmuwan dan politikus india mengenai adanya proposal penggunaan anggaran negara untuk membiayai penelitian astrologi,<ref>{{Cite web|url=http://www.bbc.co.uk/worldservice/sci_tech/highlights/010531_vedic.shtml|title=Indian Astrology vs Indian Science {{!}} Science and Technology {{!}} BBC World Service|website=www.bbc.co.uk|access-date=2017-12-15}}</ref> debat ini menghasilkan izin bagi universitas-universitas di India untuk mengajarkan materi kuliah yang berkaitan dengan astrologi Weda.<ref>{{Cite web|url=http://www.education.nic.in/circulars/astrologycurriculum.htm|title=UGC Astrology Curriculum Guidelines|date=2011-05-12|access-date=2017-12-15|archive-date=2011-05-12|archive-url=https://web.archive.org/web/20110512154221/http://www.education.nic.in/circulars/astrologycurriculum.htm|dead-url=unfit}}</ref> Pada 2011,pengadilan tinggi Mumbai menegaskan kembali posisi astrologi di India sebagai bagian dari sains ketika terdapat gugatan yang ingin menghapus bidang tersebut dari sains.<ref>{{Cite news|url=https://timesofindia.indiatimes.com/india/Astrology-is-a-science-Bombay-HC/articleshow/7418795.cms|title=Astrology is a science: Bombay HC - Times of India|newspaper=The Times of India|access-date=2017-12-15}}</ref>
In India, there is a long-established and widespread belief in astrology. It is commonly used for daily life, particularly in matters concerning marriage and career, and makes extensive use of electional, horary and karmic astrology. Indian politics have also been influenced by astrology. It is still considered a branch of the Vedanga. In 2001, Indian scientists and politicians debated and critiqued a proposal to use state money to fund research into astrology, resulting in permission for Indian universities to offer courses in Vedic astrology.
 
On February 2011, the Bombay High Court reaffirmed astrology's standing in India when it dismissed a case that challenged its status as a science.
 
In Japan, strong belief in astrology has led to dramatic changes in the fertility rate and the number of abortions in the years of ''Fire Horse''. Adherents believe that women born in ''hinoeuma'' years are unmarriageable and bring bad luck to their father or husband. In 1966, the number of babies born in Japan dropped by over 25% as parents tried to avoid the stigma of having a daughter born in the hinoeuma year.
 
== Catatan ==
 
Di Jepang, kepercayaan terhadap astrologi membawa perubahan dramatis terhadap tingkat kesuburan dan jumlah aborsi tiap tahunnya pada tahun Kuda Api. Penganut kepercayaan terhadap astrologi meyakini bahwasanya bayi perempuan yang lahir pada tahun ''hinoeuma'' tidak akan dapat menikah dan membawa nasib buruk kepada ayah dan suaminya. Pada tahun 1966, angka kelahiran bayi turun diatas 25% ketika kebanyakan orang tua memilih untuk menghindari stigma negatif tentang kelahiran bayi perempuan pada tahun ''hinoeuma.''<ref>{{Cite journal|last=Silberman|first=Bernard|date=1994|title=Review of The Political Economy of Japan, Volume 3: Cultural and Social Dynamics|url=http://www.jstor.org/stable/132787|journal=Journal of Japanese Studies|volume=20|issue=1|pages=155–162|doi=10.2307/132787}}</ref><ref>{{Cite news|url=https://www.japantimes.co.jp/news/2012/07/08/national/science-health/how-astrology-and-superstition-drove-an-increase-in-abortions-in-japan/|title=How astrology and superstition drove an increase in abortions in Japan|last=Hooper|first=Rowan|date=2012-07-08|newspaper=The Japan Times Online|language=en-US|issn=0447-5763|access-date=2017-12-15}}</ref>
====== Catatan kaki ======
 
====== Referensi ======
{{Reflist|2}}
 
== Daftar Pustaka ==
'''Buku'''
* {{cite book|title=The History and Practice of Ancient Astronomy|url=https://archive.org/details/historypracticeo0000evan|author=Evans, James.|first=|date=1998|publisher=Oxford University Press|year=|isbn=978-0-19-509539-5|location=New York|pages=|language=Inggris|ref={{sfnRef|Evans(1998)}}}}
* {{cite book|url=https://www.amazon.com/Archaeoastronomy-Old-World-D-Heggie/dp/0521125308|title=Archaeoastronomy in the Old World|author=Heggie, D.C.|first=|date=1982|publisher=CUP|year=|isbn=0-521-24734-9|location=|pages=|language=Inggris|ref={{sfnRef|Heggie(1982)}}}}
* {{Cite book|url=https://www.amazon.com/African-Cultural-Astronomy-Archaeoastronomy-Ethnoastronomy/dp/1402066384|title=African Cultural Astronomy: Current Archaeoastronomy and Ethnoastronomy research in Africa|last=|first=|date=2008-02-13|publisher=Springer|year=|isbn=9781402066382|editor-last=Holbrook|editor-first=Jarita|edition=2008 edition|location=Dordrecht|pages=|language=Inggris|ref={{sfnRef|Holbrook et al.,(2008)}}|editor-last2=Medupe|editor-first2=R. Thebe|editor-last3=Urama|editor-first3=Johnson O.}}
* {{cite book|title=Exploring Ancient Skies: An Encyclopedic Survey of Archaeoastronomy|url=https://archive.org/details/exploringancient0000kell|author=Kelley, D.H.|first=|author2=Milone, E.F.|date=2005|publisher=Springer-Verlag|year=|isbn=0-387-95310-8|location=|pages=|language=Inggris|ref={{sfnRef|Kelley(2005)}}|last-author-amp=yes}}
* {{cite book|title=History of Astronomy: An Encyclopedia|url=https://archive.org/details/historyofastrono00john|author=Lankford, John.|first=|date=1997|publisher=Routledge|year=|isbn=0-8153-0322-X|location=New York|pages=|language=Inggris|ref={{sfnRef|Lankford(1997)}}|Language=Inggris}}
* {{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=1yWmr9h6ZpEC&pg=PA114&lpg=PA114&dq=prambanan+astronomy&source=bl&ots=RE6M4cvRv2&sig=-rg1FDZYtV5rDT_LDkEr1tB7Yig&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwja3KLshvnXAhWBPJQKHXtHAcwQ6AEIWTAN#v=onepage&q=prambanan%20astronomy&f=false|title=Tantric Temples: Eros and Magic in Java|last=Levenda|first=Peter|date=2011|publisher=Nicolas-Hays, Inc.|year=|isbn=9780892541690|location=|pages=|language=en|ref={{sfnRef|Levenda(2011)}}}}
* {{cite book|url=https://www.amazon.com/Archaeoastronomy-Introduction-Science-Undergraduate-Lecture/dp/3319228811|title=Archaeoastronomy. Introduction to the science of stars and stones.|author=Magli, G.|first=|date=2015|publisher=Springer, NY|year=|isbn=|location=|pages=|language=Inggris|ref={{sfnRef|Magli(2015)}}}}
Baris 278 ⟶ 174:
* {{cite book|title=An Encyclopedia of Cosmologies and Myth : Ancient Astronomy|author=Ruggles, C.L.N.|first=|date=2005|publisher=ABC-Clio|year=|isbn=1-85109-477-6|location=|pages=|language=Inggris|ref={{sfnRef|Ruggles(2005)}}}}
* {{cite book|title=The Handbook of Archaeoastronomy and Ethnoastronomy|last=|first=|last2=|date=2014|publisher=Springer|year=|isbn=978-1-4614-6140-1 |location=New York|pages=|language=Inggris|script-title=|ref={{sfnRef|Ruggles(2014)}}|editor1-last=Ruggles|editor1-first=Clive L. N.}} Kumpulan jurnal, tiga volume; 217 artikel.
* {{Cite book | url = http://www.astronomicalheritage.org/index.php?option=com_content&view=article&id=26&itemid=31 | title = Heritage Sites of Astronomy and Archaeoastronomy in the context of the UNESCO World Heritage Convention: A Thematic Study | last = | first = | date = 2010 | publisher = ICOMOS / IAU | year = | isbn = 978-2-918086-01-7 | place = Paris | pages = | language = Inggris | ref = {{sfnRef|Ruggles C.L.N.,Cotte M.(2010)}} | postscript = <!-- Bot inserted parameter. Either remove it; or change its value to "." for the cite to end in a ".", as necessary. --> | editor2-last = Cotte | editor2-first = M. | editor1-last = Ruggles | editor1-first = C.L.N. | access-date = 2017-12-10 | archive-date = 2011-01-02 | archive-url = https://web.archive.org/web/20110102162115/http://www.astronomicalheritage.org/index.php?option=com_content&view=article&id=26&itemid=31 | dead-url = yes }}
* {{cite book|title=Science Across Culture : The History of Non-Western Science|author=Selin, Helaine.|first=|date=2000|publisher=Springer-Science+Business Media, B.V|year=|isbn=978-94-011-4179-6|volume= (I) Archaeoastronomy Across Culture|location=|pages=|language=Inggris|ref={{sfnRef|Selin(2000)}}}}
* {{cite book|url=http://unesdoc.unesco.org/images/0002/000200/020097E.pdf#search=%22soekmono%20chandi%20borobudur%22|title=Chandi Borobudur: A Monument of Mankind|author=Soekmono|first=|publisher=The Unesco Press|year=1976|isbn=|location=Paris|pages=|language=Inggris|ref={{sfnRef|Soekmono(1976)}}|accessdate=30 November 2017}}
* {{cite book|url=http://unesdoc.unesco.org/images/0014/001433/143333e.pdf|title=The Restoration of Borobudur|author=Unesco Publishing|first=|publisher=The Unesco Press|year=2005|isbn=|location=Paris|pages=|language=Inggris|ref={{sfnRef|UNESCO(2005)}}|accessdate=30 November 2017}}
 
== Pranala luar ==
* {{Cite web|url=http://www.encyclopedia.com/media/encyclopedias-almanacs-transcripts-and-maps/astrology|title=Astrology - Dictionary definition of Astrology {{!}} Encyclopedia.com: FREE online dictionary|website=www.encyclopedia.com|language=en|access-date=2017-12-15}}
* {{Cite news|url=https://www.britannica.com/topic/astrology|title=Astrology|newspaper=Encyclopedia Britannica|language=en|access-date=2017-12-15}}
* {{Cite web|url=http://www.newworldencyclopedia.org/entry/Astrology|title=Astrology - New World Encyclopedia|website=www.newworldencyclopedia.org|language=en|access-date=2017-12-15}}
 
[[Kategori:Sejarah]]