Kampung Wisata Dipowinatan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
xxxx |
k Menghapus Kategori:Pariwisata di Indonesia menggunakan HotCat |
||
(12 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
'''Kampung Wisata Dipowinatan''' adalah sebuah [[kampung]] yang dikembangkan oleh Dinas Pariwisata [[Yogyakarta]] untuk tujuan [[pariwisata]]. Kampung tersebut merupakan salah satu dari 17
== Gambaran Umum Kampung Wisata Dipowinatan ==
Kampung Wisata Dipowinatan pertama kali diresmikan pada tanggal 4 November 2006 oleh para pejabat dari instansi terkait di pemerintah [[Daerah Istimewa Yogyakarta]]. Persemian Kampung Wisata Dipowinatan juga dihadiri oleh para tamu dari negara lain seperti dari [[Republik Ceko]], [[Slowakia]], [[Columbia, Alabama|Columbia]] serta mantan Gubernur [[Jawa Tengah]], Bapak Mardiyanto. Menurut sumber penelitian yang ada, Kampung Wisata Dipowinatan dibuat untuk menjawab persoalan kejenuhan publik dalam menikmati [[pariwisata]] yang berhubungan dengan [[alam]] (pantai, [[gunung]]), keraton, atau pusat-pusat perbelanjaan.<ref name=":0">Istiarto, Sigit. 2015. Profil Kampung Wisata Se Kota Yogyakarta. Yogyakarta: Tanpa Penerbit</ref>
Kampung Wisata Dipowinatan lebih populer disebut dengan DIPOWISATA yang dibagi menjadi tiga kluster wilayah, yaitu Kluster Kuliner di Kampung Kaparakan Lor, Kluster Kerajanin di Kampung Keparakan Kidul, dan Kluster seni [[budaya]] di Kampung Pujokusuman. Sedang
Dalam hal lokasi dan geografis, Kampung Wisata Dipowinatan berada sekitar 1 kilometer dari [[Titik
Sementara itu, lokasi Kampung Wisata Dipowinatan dinilai memiliki luas sekitar 0,53 km2 yang terdiri dari 13 Rukun Warga (RW) dan 58 Rukun Tetangga (RT). Kampung Wisata Dipowinatan juga memiliki batas-batas tertentu, seperti di sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Prawirodirjan, Kecamatan Gondokusuman; sebalah selatan berbatasan dengan Kelurahan Brontokusuman; sebelah barat berbatasan dengan Keluraham Panembahan, Kecamatan Kraton; sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Wirogunan.<ref name=":0" />
== Kondisi Sosial ==
Dalam hal demografi, Kampung Wisata Dipowinatan merupakan wilayah yang jumlah penduduknya tidak selalu bertambah setiap tahun. Pada tahun 2015, diperkirakan ada sekitar 10.051 jiwa yang menghuni permukiman itu. Rinciannya adalah sebesar 4840 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 5211 jiwa berjenis kelamin [[perempuan]]. Angka tersebut berubah
Angka tentang partisipasi pendidikan tersebut menunjukan bahwa masyarakat Kampung Wisata Dipowinatan tergolong masyarakat yang sadar akan pentingnya [[pendidikan]]. Terbukti, angka partisipasi sekolah mereka menunjukan angka yang cukup signifikan. Sementara dalam hal mata pencaharian, profesi yang dimiliki oleh penduduk Kampung Wisata Dipowinatan juga sama beragamnya dengan tingkat [[pendidikan]] yang mereka tempuh. Sebanyak 262 orang adalah [[Pegawai negeri sipil]]; 7 orang anggota TNI; 2.407 orang bekerja di bidang swasta; 132 orang wiraswasta atau pedagang; 6 orang [[petani]]; 9 orang tukang bangunan; 4 orang buruh tani; 210 orang pensiunan; dan 169 orang bekerja di bidang jasa. Keberagaman profesi atau mata pencaharian penduduk Kampung Wisata Dipowinatan amat berkaitan dengan tingkat [[pendidikan]] yang mereka tempuh. Apabila diamati lebih jauh, semakin tinggi tingkat [[pendidikan]] yang mereka miliki, semakin menjanjikan pula jenis pekerjaan yang mereka jalani. Hal itu tentunya juga akan memberikan dampak pada perkembangan [[ekonomi]] di keluarga mereka.<ref name=":4" />
== Kunjungan Wisata ==
Sebagai lokasi [[wisata]], Kampung Wisata Dipowinatan tentunya mengharapkan jumlah pengunjungnya meningkat dalam hitungan tahun demi tahun. Tentu saja, keberadaan jumlah wisatawan akan berdampak pada pendapatan daerah yang secara tidak langsung juga berdampak pada penghasilan serta kesejahteraan masyarakat setempat. Sejak tahun 2007, jumlah kunjungan wisatawan ke Kampung Wisata Dipowinatan sejumlah 15 kunjungan dengan tamu sebanyak 109 orang. Jumlah tersebut meningkat menjadi 24 kunjungan dengan 168 orang tamu serta
Angka kunjungan yang cenderung naik setiap tahun tersebut tidak lepas dari beberapa faktor, di antaranya:
Baris 23:
Sebagaimana yang telah disinggung di muka, Kampung Wisata Dipowinatan menawarkan konsep [[wisata]] urban yang membaur dengan kehidupan sosial-budaya masyarakat setempat. Terutama bagi turis mancanegara, memasuki gang-gang kecil sambil menikmati kehidupan kampung serta aktivitas warga lokal merupakan hal yang jarang mereka jumpai di negaranya. Kegiatan yang dilaksanakan oleh warga juga sangat natural. Sebagai misal, ketika warga sedang menggelar acara [[pernikahan]] atau ''khitanan'', turis mancanegara sangat diperkenankan untuk ikut serta menikmati acara. Hal itu yang menyebabkan konsep wisata Kampung Wisata Dipowinatan tidak bergantung pada pertunjukan atau atraksi tertentu yang sifatnya insidental.
Selain terdapat kegiatan yang sifatnya natural atau spontan tersebut, masyarakat Kampung Wisata Dipowinatan juga memiliki kegiatan rutin (tahunan) yang digelar memang untuk menarik minat wisatawan. Kegiatan itu adalah ''Merti Golong Gilig'' yang merupakan kegiatan rutin kampung yang dilaksanakan dalam bentuk pesta rakyat. Kegiatan upacara rakyat tersebut diadakan setiap tanggal 18 Agustus, atau tepatnya dalam rangka peringatan [[Hari Kemerdekaan Indonesia]]. Pertunjukan tersebut diwarnai dengan pawai atau karnaval yang dilakukan warga dengan mengenakan pakaian [[tradisional]] tertentu sembari membawa ''arak-arakan'' mengelilingi kampung mereka. Hal itu tentunya mengundang minat wisatawan, mengingat tidak smeua dari mereka pernah menikmati pemandangan semacama itu. Sementara itu, sumber pendanaan yang dimiliki untuk upacara rakyat tersebut berasal dari swadaya masyarakat dan bantuan dari pemerintah [[Kota Yogyakarta]].<ref name=":5">Pinasti, Indah Sri. 2015. Komodifikasi Budaya (Studi di Kampung Wisata Dipowinatan Keluarahan Keparakan, Kecamatan Mergangsang, Kota Yogyakarta. Indonesia One Search oleh Perpustakaan Nasional. Diakses melalui http://onesearch.id/Record/IOS3794.slims-66#holdings</ref>
=== Aktivitas Kesenian Masyarakat ===
Baris 30:
Selain itu, juga terdapat atraksi atau pertunjukan lain yang dikembangkan oleh Kampung Wisata Dipowinatan, benama ''Bregodo Dipo Satria'' yang merupakan barisan para laki-laki di Kampung Wisata Dipowinatan berbentuk barisan prajurit. Mereka biasanya tampil pada saat upacara adat ''Merti Golong Gilig''. Seiring berjalannya waktu, ''Bregodo Dipo Satria'' menjadi semakin berkembang sehingga mengundang masyarakat di luar Kampung Wisata Dipowinatan untuk meminta mereka tampil di acara-acara penting lainnya, seperti [[pernikahan]], dan lain sebagainya.
Selain atraksi-atraksi [[kesenian]] tersebut, di Kampung Wisata Dipowinatan juga terdapat atraksi lain seperti Karawitan Dolanan anak, Musik Garapan “''Srundenk''”, Musik Cokek’an Dwipa Irama; ''Jathilan Putr''i, Musik Rebana Al Mustaqim, Musik Akustik “Suara Minoritas”, dan Sanggar Tari Mardawa. Setiap kelompok [[kesenian]] itu dikepalai oleh salah satu orang yang dipercaya mampu memimpin kelompok mereka. Ketua paguyuban atau sanggar bertanggung jawab untuk menyediakan atraksi atau pertunjukan ketika ada wisatawan yang datang serta mengkoordinir latihan rutin yang mereka adakan setiap harinya.<ref name=":5" />
=== Aktivitas Pembuatan Kerajinan ===
Baris 38:
Selain bidang-bidang yang telah dijabarkan tersebut, bidang kuliner juga menjadi hal yang tak terlepaskan dari peran masyarakat Kampung Wisata Dipowinatan. Kegiatan dalam hal itu mencakup pembuatan arem-arem, bakpia, roti, dan [[jamu]]. Mereka berupaya untuk menjadikan Kampung Wisata Dipowinatan memiliki ciri khas dan keunikan maisng-masing. Salah satu cara yang mereka lakukan adalah dengan menjadikan arem-arem sebagai produk unggulan kuliner di Kampung Wisata Dipowinatan. Harapannya, dengan upaya semacam itu, wisatawan akan mengenal arem-arem sebagai makanan khas Kampung Wisata Dipowinatan. Bahkan, masyarakat lain juga akan mengidentikan arem-arem sebagai makanan khas desa [[wisata]] tersebut.
Selain itu, dalam proses pembuatannya, masyarakat Kampung Wisata Dipowinatan juga membiarkan para wisatawan untuk terlibat langsung, seperti menyaksikan proses pembuatan arem-arem dari mulai awal proses hingga [[makanan]] siap disajikan. Selain jenis kuliner arem-arem, di Kampung Wisata Dipowinatan juga terdapa kuliner lain seperti bakpao, [[bakpia]], ''Swiss bakery'', dan jamu lugu murni. Dengan beragamnya jenis [[kuliner]] yang ada Kampung Wisata Dipowinatan, masyarakat berharap pelayanan mereka akan memberikan kenyamanan pada wisatawan yang datang, baik [[mancanegara]] maupun lokal.<ref name=":5" />
== Jasa Pendukung Pariwisata (Personil Pengelola Kampung) ==
Jasa pendukung pariwisata di Kampung Wisata Dipowinatan disebut juga dengan istilah ''Ancillary service'' yang ditandai dengan adanya sebuah organisasi atau orang-orang yang mengurus destinasi wisata di Kampung Wisata Dipowinataa. Keberadaan jasa pendukung [[pariwisata]] itu menjadi penting, karena meskipun konsep wisata yang ditawarkan menarik, aksesibilitas dan
Dinas Pariwisata [[Yogyakarta]] juga memiliki wewenang sebagai Pembina yang memberikan masukan, nasihat, dan pemecahan masalah yang dihadapi oleh Kampung Wisata Dipowinatan. Tujuannya tentu untuk mengembangkan dan mengoptimalkan pemanfaatan potensi kampung [[wisata]]. Sementara itu, ketua kelompok tersebut dipegang oleh Bapak Sigit Istiarto yang berwenang untuk mengkoordinir pelaksanaan kegiatan di [[kampung]] [[wisata]] dengan dibantu oleh wakilnya. Sementara itu sekretaris dan bendahara Kampung Wisata Dipowinatan adalah Bapak Joni Wijanarko dan Bapak Agus Sutopo yang berwenang untuk menjalankan kegiatan administrasi umum dan menjalankan aktivitas administrasi keuangan. Di bawahnya, terdapat pula tim kerja yang memiliki tugas sebagai unsur pelaksana di bidangnya masing-masing.<ref name=":5" />
== Akses dan ''Amenities'' ==
Baris 55:
Setelah adanya sosialisasi, persepsi masyarakat perlahan-lahan berubah. Mereka menjadi berperan aktif untuk terlibat langsung dalam program yang ada. Mereka mendirikan usaha kecil-kecilan untuk menunjang kebutuhan wisatawan selama melakukan perjalanan [[wisata]] di Kampung Wisata Dipowinatan. Mereka juga mengembangkan sumber kegiatan [[ekonomi]] dengan menawarkan beberapa produk [[wisata]] seperti jasa atau barang yang dibutuhkan wisatawan selama melakukan kegiatan [[wisata]]. Kegiatan perekonomian yang didukung dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan secara langsung berdampak pada tingkat pendapatan warga masyarakat.<ref>Editya, tetriyan. 2017. Analisis Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Kampung Wisata Dipowinatan. Skripsi. Program Studi Pariwisata Universitas Gadjah Mada</ref>
Masyarakat juga terlibat langsung atau berpartisipasi dalam program pengelolaan
== Referensi ==
<references />
[[Kategori:Tempat wisata di Yogyakarta]]
[[Kategori:Desa wisata]]
[[Kategori:Yogyakarta]]
[[Kategori:Kota Yogyakarta]]
[[Kategori:Mergangsan, Yogyakarta]]
|