Rahmah El Yunusiyah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Rahmatdenas (bicara | kontrib) |
||
(191 revisi perantara oleh 27 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox person
|name =
|image = Rahmah El Yunusiyah Pedoman Isteri Jan 1932.png
|imagesize =
|alt =
|caption = Rahmah El Yunusiyah pada {{br}}majalah ''[[Pedoman Isteri]]'', 1932
|birth_name =
|birth_date = {{Birth date|
|birth_place =
|death_date = {{Death date and age|1969|2|26|1900|10|26}}
|death_place = [[Padang Panjang]], [[Sumatera Barat]], [[Indonesia]]
|nationality = [[Indonesia]]
|other_names =
|known_for = Pendiri [[
|parents =
|relatives = [[Zainuddin Labay El Yunusy]] (abang) {{br}} [[Isnaniah Saleh]] (sepupu)
|party = [[Masyumi]]
}}
'''
Rahmah sempat belajar di [[Diniyah School]] yang dipimpin abangnya, [[Zainuddin Labay El Yunusy]]. Tidak puas dengan sistem koedukasi yang mencampurkan pelajar putra dan putri dalam satu kelas, Rahmah secara inisiatif menemui beberapa [[ulama Minangkabau]] untuk mendalami agama, hal tidak lazim bagi seorang perempuan pada awal abad ke-20 di Minangkabau.
Sewaktu [[Sumatera Barat pada masa pendudukan Jepang|pendudukan Jepang di Sumatera Barat]], Rahmah memimpin ''
Keberadaan Diniyah Putri kelak menginspirasi [[Universitas Al-Azhar]] membuka ''Kulliyatul
== Kehidupan awal dan keluarga ==
[[Berkas:Museum_Rahmah_El_Yunusiyah_oleh_Denas.jpg|jmpl|260x260px|[[Museum Rahmah El Yunusiyah]]]]
Rahmah El Yunusiyah lahir pada 26 Oktober 1900 [<small>[[Kalender Hijriyah]]: 1 Rajab 1318</small>] di [[Bukit Surungan, Padang Panjang Barat, Padang Panjang|Nagari Bukit Surungan]], [[Padang Panjang]].{{sfn|Peringatan 55 Tahun...|1978|pp=176}} Ia adalah anak bungsu dari pasangan Muhammad Yunus al-Khalidiyah bin Imanuddin dan Rafia, memiliki dua kakak perempuan dan dua kakak laki-laki.{{sfn|Rasyad, dkk|1991|pp=36}}{{efn|Empat orang kakak Rahmah adalah Zainuddin Labay, Mariah, Muhammad Rasyad, dan Rihanah.{{sfn|Rasyad, dkk|1991|pp=36}}}} Keluarga itu adalah penganut agama yang taat. Yunus adalah seorang ulama yang pernah menuntut ilmu di Mekkah selama empat tahun. Ia bekerja sebagai ''qadi'' di [[Pandai Sikek, Sepuluh Koto, Tanah Datar|Pandai Sikek]], lima kilometer dari Padang Panjang.{{sfn|Peringatan 55 Tahun...|1978|pp=177}} Istri Yunus, Rafia merupakan keturunan [[Haji Miskin]], ulama pemimpin [[Perang Padri]] pada awal abad ke-19.{{sfn|Rasyad, dkk|1991|pp=33}} Rafia memiliki saudara seorang bidan bernama Kudi Urai, yang membantunya saat melahirkan Rahmah.{{sfn|Munawaroh|2002|pp=6}}
Dalam usia
== Pendidikan ==
[[Berkas:Zainuddin Labay El Yunusy pd.jpg|jmpl|[[Zainuddin Labay El Yunusy]], pendiri Diniyah School adalah
Seiring arus pembaruan Islam yang dibawa oleh para [[ulama
Selain
Saat bersekolah di Diniyah School, Rahmah bergabung dengan [[Persatuan Murid-
Sembari memimpin sekolah, Rahmah
== Mendirikan Diniyah Putri ==
Pada 1 November 1923, Rahmah membuka ''Madrasah Diniyah Li al-Banat'' sebagai bagian dari Diniyah School yang dikhususkan untuk murid-murid putri. Rahmah mengatur kegiatan belajar mengajar di masjid yang terletak berseberangan dengan rumah kediamannya di Jalan Lubuk Mata Kucing (sekarang Jalan Abdul Hamid Hakim), [[Pasar Usang, Padang Panjang Barat, Padang Panjang|Pasar Usang, Padang Panjang]]. Dua teman Rahmah, Sitti Nansiah dan Djawana Basyir, termasuk guru terawal, sementara Rahmah merangkap sebagai guru dan pimpinan.{{sfn|Peringatan 55 Tahun...|1978|pp=273}} Mulanya terdapat 71 orang murid yang kebanyakan adalah ibu-ibu muda.{{sfn|Peringatan 55 Tahun...|1978|pp=44}} Pelajaran diberikan selama 2,5 jam meliputi dasar pengetahuan agama, gramatika [[bahasa Arab]], dan ilmu alat.{{sfn|Munawaroh|2002|pp=13}} Para murid duduk di lantai mengelilingi guru secara berkelompok. Para guru memakai buku-buku berbahasa Arab dan menerangkan dengan bahasa Indonesia. Ilmu pengetahuan umum belum diajarkan pada tahun pertama. Oleh karena itu, Rahmah mengerahkan murid-muridnya bergabung dengan [[Persatuan Murid-Murid Diniyah School]] (PMDS) untuk mendapatkan berbagai pengetahuan umum dan mengikuti berbagai kegiatan seperti kepanduan, organisasi, dan koperasi.{{sfn|Peringatan 55 Tahun...|1978|pp=246}} Dengan hadirnya bagian untuk putri, Diniyah School peninggalan Zainuddin berangsur-angsur hanya dihadiri oleh murid-murid putra, dan Madrasah Diniyah Li al-Banat yang didirikan Rahmah menjadi populer sebagai Diniyah Putri.{{sfn|Nata|2005|pp=31}}{{sfn|Peringatan 55 Tahun...|1978|pp=45}}{{sfn|Peringatan 55 Tahun...|1978|pp=280}}
Ketika Zainuddin meninggal secara mendadak pada 10 Juli 1924,{{sfn|Rasyad, dkk|1991|pp=44}} banyak orang menyangka bahwa usaha yang baru dirintis Rahmah akan hilang di tengah jalan, sebagaimana dicatat oleh Isnaniah Saleh.{{sfn|Peringatan 55 Tahun...|1978|pp=181}} Dalam suatu rapat pengurus Diniyah Putri yang diadakan oleh Rahmah beberapa hari setelah Zainuddin meninggal, majelis guru sepakat untuk meningkatkan sistem pengajaran Diniyah Putri lengkap dengan sarana.{{sfn|Munawaroh|2002|pp=14}} Pada 1925, Rahmah menyewa rumah bertingkat dua di Pasar Usang untuk dijadikan ruangan kelas dan asrama Diniyah Putri. Ia mengupayakan sendiri mencari perlengkapan seperti bangku, meja, dan papan tulis. Sedikitnya 60 orang murid menempati asrama pada tahun pertama.{{sfn|Nata|2005|pp=30}} Selain Diniyah Putri, Rahmah membuka program pemberantasan buta huruf untuk kalangan ibu-ibu yang lebih tua pada 1926 setelah melihat kebanyakan mereka tak sempat mengenyam pendidikan formal.{{sfn|Peringatan 55 Tahun...|1978|pp=44}}{{sfn|Peringatan 55 Tahun...|1978|pp=245}}{{sfn|Peringatan 55 Tahun...|1978|pp=44}}{{sfn|Rasyad, dkk|1991|pp=100}} Kegiatan itu diikuti oleh 125 orang ibu-ibu pada mulanya, tetapi terpaksa dihentikan setelah Diniyah Putri binasa oleh gempa bumi sehingga sekolah itu menuntut perhatian sepenuhnya dari Rahmah.{{sfn|Noer|1991|pp=62{{spaced ndash}}65}}
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Een overzicht van een verwoeste straat in Padang Padjang na de aardbeving van 1926 TMnr 10003981.jpg|jmpl|250px|ka|Pada 28 Juni 1926, [[Gempa bumi Padang Panjang 1926|gempa bumi berkekuatan 7,6 SR]] mengguncang
Seiring banyaknya murid Diniyah Putri, Rahmah mengatur pembagian waktu belajar remaja-remaja perempuan pada sore hari dan ibu-ibu rumah tangga pada malam hari.{{sfn|Peringatan 55 Tahun...|1978|pp=245}} Pada awal 1926, karena kapasitas asrama yang disediakan di tingkat dua gedung tidak mencukupi, pembangunan gedung baru mulai dilakukan seacara gotong royong.{{sfn|Peringatan 55 Tahun...|1978|pp=273}} Dalam buku ''Peringatan 55 Tahun Diniyah Putri'' dicatat, para murid Diniyah Putri bersama-sama pelajar dari Diniyah School dan [[
Gempa bumi mengakibatkan
[[Berkas:Diniyah Putri 2019.jpg|al=|kiri|jmpl|250x250px|Gedung Kulliyyatul Mualimat el Islamiyyah (KMI) Diniyah Putri, saat ini bertransformasi menjadi [[madrasah aliyah]].]]
Diniyah Putri memiliki sedikitnya 200 murid pada 1928. Jumlah itu, dicatat oleh [[Deliar Noer]], meningkat menjadi 350 pada 1930, dan 400 pada 1935.{{sfn|Kahin|2005|pp=109}} Mereka berasal dari Minangkabau, Bengkulu, Tapanuli, Deli, Aceh, dan Selangor.{{sfn|Aboean Goeroe Goeroe|Mei 1930}} Seorang lulusan Diniyah Putri [[Aishah Ghani]] menyebut kehidupan Diniyah Putri sangat terkungkung dan diawasi secara ketat. "Mereka benar-benar mempersiapkan murid-murid perempuan menjadi perempuan, dengan mengajarkan menenun, ilmu kerumahtanggaan, dan membuat murid-murid mengetahui segala sesuatu dan memiliki rasa tanggung jawab."{{sfn|Kahin|2005|pp=111}} Seiring meningkatnya kebutuhan tenaga pengajar, Rahmah membuka ''[[Kulliyyatul Mualimat el Islamiyyah]]'' (KMI) pada 1 Februari 1937 sebagai sekolah guru untuk putri dengan lama pendidikan tiga tahun.{{sfn|Peringatan 55 Tahun...|1978|pp=48}} KMI tercatat sebagai sekolah menengah swasta pertama di Padang Panjang.{{efn|Setelah KIM, sekolah menengah berikutnya yakni Modern Islamic Seminary yang didirikan [[Chatib Sulaiman]] dan Damai yang didirikan [[Soepeno]].}} Sebelum pendudukan Jepang, Diniyah Putri telah memiliki 500 murid pada 1941. Saat pendudukan Jepang, kampus utama Diniyah Putri sempat menjadi tempat perawatan korban kecelakaan, sedangkan cabang Diniyah Putri di Jakarta ditutup.{{sfn|Noer|1991|pp=62{{spaced ndash}}65}}
Pada 1947, dalam rangka menyesuaikan pembagian jenjang pendidikan yang ada di Indonesia, Diniyah Putri dibagi ke dalam Diniyah Rendah dan Diniyah Menengah Pertama. Diniyah Rendah setara SD dengan lama pendidikan tujuh tahun, sedangkan Diniyah Menengah Pertama setara SLTP dengan lama pendidikan berdasarkan peruntukkannya. DMP-B dengan lama pendidikan empat tahun diperuntukkan bagi lulusan SD. Lulusannya disetarakan dengan SLTP dan dipersiapkan untuk melanjutkan ke KMI atau perguruan lanjutan lainnya. Adapun DMP-C dengan lama pendidikan dua tahun diperuntukan bagi tamatan SLTP yang tidak sempat mendalami agama dan bahasa Arab pada jenjang pendidikan sebelumnya. Lulusan DMP-C dapat melanjutkan pendidikan ke KMI sebagaimana lulusan DMP-B.{{sfn|Peringatan 55 Tahun...|1978|pp=47}}{{sfn|Peringatan 55 Tahun...|1978|pp=48}}
== Kepemimpinan ==
Majalah ''[[Aboean Goeroe-Goeroe]]'' milik perkumpulan para guru di Sumatera Barat pada Mei 1930 menyebut Rahmah sebagai orang pertama yang berkiprah "untuk kemajuan anak-anak perempuan di Minangkabau". Rahmah dipuji sebagai sosok yang "sedikit bicara dan tertawa, tetapi banyak bekerja".{{sfn|Aboean Goeroe Goeroe|Mei 1930}} Lewat usahanya mendirikan Diniyah Putri dengan seluruh tenaga pengajar dari perempuan, Rahmah ingin memperlihatkan bahwa perempuan yang selama ini dipandang lemah dan rendah derajatnya dapat berbuat sebagaimana laki-laki.{{sfn|Peringatan 55 Tahun...|1978|pp=179}} Ia mengusahakan pendanaan Diniyah Putri secara mandiri, termasuk dengan menjual perhiasannya.{{sfn|Aboean Goeroe Goeroe|Mei 1930}} Ia juga melakukan penggalangan dana tanpa bergantung pada laki-laki. [[Abdul Malik Karim Amrullah|Hamka]] mencatat, perwakilan [[Muhammadiyah]] di Padang Panjang pernah datang kepada Rahmah pada 1928, menganjurkan agar pengelolaan Diniyah Putri diserahkan kepada Muhammadiyah. Rahmah menolak tawaran tersebut, mengungkapkan bahwa dirinya “tetap percaya kepada kekuatan yang diberikan Allah kepada dirinya sendiri”.{{sfn|Peringatan 55 Tahun...|1978|pp=27}} Ia mengatakan, "buat sementara golongan putri akan mencoba melayarkan sendiri pencalangnya sampai ke tanah tepi" sampai "tenaga putri tidak sanggup lagi".{{sfn|Peringatan 55 Tahun...|1978|pp=276}} <blockquote class="toccolours" style="text-align:justify; width:25%; margin:0 0em 1em .25em; float:right; padding: 10px; display:table; margin-left:10px;">"...Bagaimana keras hatinya buat memajukan agama Islam ada susah pula buat bandingnya sesama kaum perempuan.."
— ''[[Sinar Sumatra]]''.</blockquote>Sebagai pemimpin Diniyah Putri, ia sering berpergian ke luar daerah.{{sfn|Aboean Goeroe Goeroe|Mei 1930}} Dalam rangka penggalangan dana, Rahmah melakukan perjalanan ke sejumlah daerah Minangkabau dan luar Minangkabau pada pengujung 1927.{{sfn|Peringatan 55 Tahun...|1978|pp=179}}{{sfn|Peringatan 55 Tahun...|1978|pp=45}} Ia menemui beberapa tokoh pemimpin Muslim, menyampaikan cita-cita dan program Diniyah Putri. Di tiap-tiap daerah yang dikunjunginya, Rahmah berpidato di mimbar untuk menggairahkan umat Muslim berkorban bagi pembangunan Islam, "terutama untuk putri-putri Islam mempelajari agama Islam yang mereka cintai". Kegiatannya ini telah membentuk dirinya sebagai orator sekaligus meluaskan keterkenalan Diniyah Putri di Sumatra.{{sfn|Peringatan 55 Tahun...|1978|pp=245}} Dalam rangka pengembangan kurikulum, ia mengadakan studi banding melalui kunjungan ke sekolah-sekolah agama di Sumatra dan Jawa pada 1931.{{sfn|Rasyad, dkk|1991|p=77}} Selain itu, ia banyak mengirim siswa-siswa tamatan Diniyah Putri untuk mengajar di berbagai daerah hingga [[Semenanjung Malaya]]. Dalam dua kali perjalanannya ke Semenanjung Malaya pada 1933 dan 1935, ia tercatat mengunjungi [[Pulau Pinang|Pinang]], [[Terengganu]], [[Johor]], [[Negeri Sembilan]], [[Selangor]], [[Perak, Malaysia|Perak]], [[Pahang, Malaysia|Pahang]], [[Kelantan]], dan [[Kedah]]. Di Sumatra, ia mengunjungi [[Kesultanan Siak Sri Inderapura|Kesultanan Siak]] menemui Sultan Siak Sri Indrapura. Dalam berbagai kunjungannya, ia tampil memperkenalkan Diniyah Putri dan menghimpun dana kelanjutan pembangunan sekolah.{{sfn|Peringatan 55 Tahun...|1978|pp=257}}
Selama pemerintahan kolonial Belanda, Rahmah menghindari aktivitas di jalur politik untuk melindungi kelangsungan sekolah yang dipimpinnya. Ia memilih tidak bekerja sama dengan pemerintah jajahan.{{sfn|Ensiklopedia Islam|2002|pp=152}}{{sfn|Kahin|2005|pp=110}} Ketika pemerintah kolonial Belanda melalui Van Straten, sekretaris atau ''controleur'' Padang Panjang menawarkan kepada Rahmah agar Diniyah Putri didaftarkan sebagai lembaga pendidikan terdaftar sehingga dapat menerima subsidi dari pemerintah, Rahmah menolak. Ia mengungkapkan bahwa Diniyah Putri adalah sekolah kepunyaan umat, dibiayai oleh umat, dan tidak memerlukan perlindungan selain perlindungan Allah. Menurutnya, subsidi dari pemerintah akan mengakibatkan keleluasaan pemerintah dalam memengaruhi pengelolaan Diniyah Putri.
[[Berkas:RasunaSaid.jpg|jmpl|ka|[[Rasuna Said]], lulusan Diniyah Putri yang mengajar untuk almamaternya.]]
Ketika kegiatan politik merebak di lembaga-lembaga pendidikan Minangkabau dengan berdirinya [[Persatuan Muslim Indonesia|Partai Persatuan Muslim Indonesia]] (Permi) pada 1930, seorang guru sekaligus lulusan Diniyah Putri, [[Rasuna Said]] mulai mengemukakan pandangan politiknya melalui pelajaran yang ia berikan di dalam kelas. Ia memandang murid-murid perlu mendapatkan wawasan politik sebagai upaya keluar dari belenggu penjajahan. Rahmah menolak usulan Rasuna, berpendapat bahwa dasar Islam yang murid-murid terima telah menjadi dasar bagi
Pada 1931, [[Muchtar Lutfi|Muchtar Lutfhi]] dan [[Mahmud Yunus]] pernah
== Pendudukan Jepang ==
[[Berkas:Asrama Diniyah Putri.jpg|kiri|jmpl|250x250px|Semasa pendudukan Jepang, gedung sekolah Diniyah Putri dua kali dijadikan rumah sakit darurat untuk menampung korban kecelakaan kereta api.]]
[[Sumatera Barat pada masa pendudukan Jepang|Kedatangan tentara Jepang di Minangkabau]] pada Maret 1942 membawa berbagai perubahan dalam pemerintahan dan mengurangi kualitas hidup penduduk non-Jepang. Selama pendudukan Jepang, Rahmah ikut dalam berbagai kegiatan Anggota Daerah Ibu (ADI) yang bergerak di bidang sosial. Dalam situasi perang, Rahmah bersama para anggota ADI mengumpulkan bantuan makanan dan pakaian bagi penduduk yang kekurangan. Ia memotivasi penduduk yang masih bisa makan untuk menyisakan beras genggam setiap kali memasak untuk dibagikan bagi penduduk yang kekurangan makanan. Kepada murid-muridnya, ia menginstruksikan bahwa seluruh taplak meja dan kain pintu yang ada pada Diniyah Putri dijadikan pakaian untuk penduduk.{{sfn|Peringatan 55 Tahun...|1978|pp=250}}
Selain itu, Rahmah bersama para anggota ADI menuntut pemerintah Jepang untuk menutup rumah bordil dan menentang pengerahan perempuan Indonesia sebagai [[Ianfu|''jugun ianfu'']] atau wanita penghibur. Tuntutan ini dipenuhi oleh pemerintah Jepang dan tempat prostitusi di kota-kota Sumatera Barat berhasil ditutup.{{sfn|Peringatan 55 Tahun...|1978|pp=186}}
Dalam politik, Rahmah bergabung dengan [[Majelis Islam Tinggi|Majelis Islam Tinggi Minangkabau]] yang berkedudukan di Bukittinggi. Ia menjadi Ketua '' == Revolusi Nasional Indonesia ==
Indonesia [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|memproklamasikan kemerdekaannya]] pada 17 Agustus 1945. Setelah mendapatkan berita tentang proklamasi kemerdekaan langsung dari Ketua Cuo Sangi In Muhammad Sjafei,
Pada 5 Oktober 1945, Soekarno mengeluarkan dekret pembentukan [[Tentara Keamanan Rakyat]] (TKR). Pada 12 Oktober 1945, Rahmah memelopori berdirinya
Ketika Belanda melancarkan [[Agresi Militer Belanda II
== Pasca-revolusi ==
[[Berkas:Rangkajo Rahmah El Junusiah.jpg|jmpl|Potret Rahmah El Yunusiyah sebagai anggota DPR pada 1956|ka]]
Pada Oktober 1949, Rahmah meninggalkan Kota Padang untuk memenuhi undangan Kongres Pendidikan II Indonesia di Yogyakarta.<!--https://www.google.co.id/search?q=%22Kongres+Pendidikan+Antar+Indonesia%22&safe=strict&hl=id&tbm=bks&ei=ir6iXPegOfj6z7sPrIus2A4&start=10&sa=N&ved=0ahUKEwj3jc6_pLDhAhV4_XMBHawFC-sQ8NMDCF8&biw=1366&bih=625&dpr=1 --> Di kota yang sama, ia hadir dalam Kongres Muslimin Indonesia yang diselenggarakan pada 20–25 Desember 1949. Setelah Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia berdasarkan hasil [[Konferensi Meja Bundar]] di Den Haag, Rahmah kembali ke
Di bidang politik, Rahmah bergabung ke [[Majelis Syuro Muslimin Indonesia|partai Islam Masyumi]]. Sekitar tahun 1952–1954, ia menjadi anggota Dewan Partai Masyumi di Jakarta. Selanjutnya, ia menjadi penasihat Masyumi Muslimat di Sumatra Tengah hingga 1955. Dalam Muktamar VII Masyumi di Surabaya pada 27 Desember 1954, ia turut hadir selaku anggota Masyumi Muslimat. Ia dicalonkan untuk [[Pemilihan umum legislatif Indonesia 1955|pemilu 1955]] dan [[Daftar anggota Dewan Perwakilan Rakyat 1956–1960|terpilih]] sebagai anggota DPR mewakili Sumatra Tengah.{{sfn|Hasil Rakjat...|1956|pp=181-183}} Melalui DPR, Rahmah membawa aspirasinya tentang pendidikan dan pelajaran Islam.{{sfn|Peringatan 55 Tahun...|1978|pp=253}} Pada 15 Agustus 1955, [[Imam Besar Al-Azhar]] Abdurrahman Taj berkunjung ke Indonesia dan atas undangan [[Muhammad Natsir]] berkunjung ke berbagai tempat untuk melihat perkembangan [[pendidikan Islam di Indonesia]], termasuk Diniyah Putri. Abdurrahman Taj mengungkapkan kekagumannya pada Diniyah Putri, sementara Al-Azhar sendiri saat itu belum memiliki bagian khusus perempuan.{{sfn|Munawaroh|2002|pp=28}}{{sfn|Murtadlo|15 Desember 2018|pp=297–306}}<!-- https://books.google.co.id/books?id=l-vv_AjepMoC&pg=PA302&dq=Abdurrahman+Taj++tanggal+%221955%22+-wikipedia&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiUnb6EpbDhAhUYfisKHaJkD_wQ6AEIKTAA#v=onepage&q=Abdurrahman%20Taj%20%20tanggal%20%221955%22%20-wikipedia&f=false -->
Pada Juni 1957, Rahmah berangkat ke [[Timur Tengah]]. Usai menunaikan ibadah haji, ia mengunjungi Mesir dan melakukan kunjungan balasan ke Universitas Al-Azhar. Dalam satu Sidang Senat Luar Biasa, ia mendapat gelar kehormatan "Syekhah"; kali pertama Al-Azhar memberikan gelar kehormatan syekh pada perempuan.{{sfn|Peringatan 55 Tahun...|1978|pp=195}}{{sfn|Murtadlo|15 Desember 2018|pp=297–306}} Hamka mencatat, Diniyah Putri memengaruhi pimpinan Al-Azhar untuk membuka ''Kulliyatul Banat'', bagian Universitas Al-Azhar yang dikhususkan untuk putri pada 1962.{{sfn|Peringatan 55 Tahun...|1978|pp=27}}{{sfn|Gatra|2009}} Sebelum kepulangannya ke Indonesia, Rahmah sempat mengunjungi Suriah, Lebanon, Yordania, dan Irak.{{sfn|Peringatan 55 Tahun...|1978|pp=255}}{{sfn|Munawaroh|2002|pp=20}}
Sekembali dari kunjungan ke berbagai negara di Timur Tengah, Rahmah merasa bahwa Soekarno telah terbawa arus kuat PKI. Tidak nyaman berjuang di Jakarta, ia memilih kembali pulang ke Padang Panjang.{{sfn|Rasyad, dkk|1991|pp=137}} Rahmah melihat bahwa mencurahkan perhatiannya untuk memimpin perguruannya akan lebih bermanfaat daripada duduk di kursi parlemen "yang sudah dikuasai komunis".{{sfn|Rasyad, dkk|1991|pp=63}} Ketika [[Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia]] (PRRI) di Sumatra Tengah dideklarasikan pada akhir 1958 akibat ketidaksetujuan atas sepak terjang Soekarno, Rahmah dilaporkan bergabung dengan [[Dewan Banteng]].{{sfn|De Nieuwsgier|24 Desember 1956}} Selama masa pergolakan, ia bergerilya di tengah rimba bersama tokoh-tokoh PRRI dan rakyat yang mendukungnya. Dengan beberapa anggota keluarganya, ia berpindah-pindah dari satu desa ke satu desa sampai ke hutan-hutan yang cukup jauh dari pemukiman penduduk. Pada Agustus 1961, satu rombongan yang terdiri dari beberapa anggota keluarga dan pemuda berangkat menjemput Rahmah di tempat terakhir pengembaraannya, melalui jalan darat yang rusak dan menyeberangi beberapa sungai.{{sfn|Rasyad, dkk|1991|pp=63}}
== Meninggal ==
Pada 1961, Rahmah kembali memimpin perguruannya setelah tiga tahun
Rahmah meninggal mendadak dalam usia
Dalam bukunya ''Islam dan Adat Minangkabau'', [[Hamka]] menyinggung kiprah Rahmah di dunia pendidikan dan pembaruan Islam di Minangkabau. Dalam sejarah [[Universitas Al
== Pandangan ==
[[Berkas:Rahmah el Yunusiyah PD.jpg|jmpl|Rahmah El Yunusiyah sekitar tahun 1950|318x318px]]Rahmah memperoleh pendidikan atas inisiatifnya sendiri, pada saat masyarakat memandang kurang perlunya pendidikan bagi perempuan. Ia melihat bahwa perempuan tertinggal dari laki-laki, berada dalam kebodohan dan kepasrahan pada keadaan sehingga masyarakat pada umumnya—termasuk perempuan sendiri—mengganggap diri mereka makhluk yang lemah dan terbatas. Ia menginginkan setiap wanita menjadi ibu yang baik dalam rumah tangga dan masyarakat. Hal itu menurutnya hanya dapat dicapai melalui pendidikan. Meski menolak pembatasan mencari ilmu bagi perempuan, Rahmah menolak emansipasi seperti yang digaungkan oleh feminis. [[Sarah Larasati Mantovani]] dari [[Universitas Muhammadiyah Surakarta]] menulis, Rahmah ingin perempuan tetap pada fitrahnya dan anak didiknya menjadi ibu yang baik untuk anak-anaknya kelak. Ia tetap memasukkan pendidikan rumah tangga seperti menjahit, memasak dan keterampilan rumah tangga lainnya ke dalam kurikulum sekolahnya.{{sfn|Mantovani|tt}}<!--Melalui pelajaran bertenun, Rahmah ingin menanamkan sikap cinta terhadap karya sendiri, melatih sifat teliti dan sabar dalam menghadapi berbagai persoalan. Melalui keterampilan jahit-menjahit, ia ingin melatih muridnya gemar menjahit sendiri dan meningkatkan kreativitas dalam menciptakan sesuatu yang baru. Melalui pelajaran masak-memasak, ia melatih muridnya untuk mengolah bahan baku masakan dan dinikmati bersama-sama.-->
Sepanjang hidupnya, Rahmah menampilkan dirinya dengan pakaian baju kurung dan ''mudawarah''. Anggota Konstituante [[Zamzami Kimin]] menulis bagaimana Rahmah memberikan perumpamaan menutup aurat dengan membandingkan dua orang berjualan di tepi jalan raya. Penjual yang satu membiarkan jualannya terbuka sementara penjual yang satu lagi menutupi jualannya itu dengan rapi, takut dihinggapi debu yang beterbangan. "Kalau sekiranya saudara ingin membeli jualan itu yang manakah yang akan saudara beli," tulis Zamzami menirukan ucapan Rahmah. Selain itu, Rahmah telah menampilkan ciri khas anak-anak putri dengan pakaian khas Diniyah, kerudung putih yang mereka lilitkan di kepala, baik di ruangan kelas maupun di halaman sekolah. "Bila masyarakat melihat gadis-gadis atau wanita-wanita memakai mudawarah, baju kurung membalut tubuh,... sehingga yang kelihatan hanya tangan, muka, dan kaki, maka dengan spontan mereka menyebut, itulah dia murid-murid Rahmah El Yunusiyah," tulis Zamzami.{{sfn|Peringatan 55 Tahun...|1978|pp=246}}
== Rujukan ==
; Keterangan
{{notelist}}
; Catatan kaki
{{reflist
| colwidth = 30em
Baris 122 ⟶ 125:
; Daftar pustaka
{{refbegin|2}}
; Buku
* {{cite book|last=Ajisman|year=2002|url=http://books.google.co.id/books/about/Rahmah_el_Yunusiyah.html?id=3bmbAAAACAAJ&redir_esc=y|title=Rahmah El Yunusiyah: Tokoh Pembaharu Pendidikan dan Aktivis Perempuan di Sumatera Barat|location=|publisher=Badan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata, Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional|isbn=979-9388-26-0|ref={{sfnRef|Ajisman|2002}}}}
* {{cite book|last=|author=|first=|year=1938|title=Buku Peringatan 15 Tahun Diniyah School Putri|location=Padang Panjang|publisher=Diniyah School Putri|id=|ref={{sfnRef|Buku Peringatan 15 tahun...|1938}}|url-status=live}}
* {{cite book|author=Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam|year=2002|title=Ensiklopedia Islam|work=Departemen Agama|location=Jakarta|publisher=Ichtiar Baru van Hoeve|isbn=979-8276-65-5|volume=4|ref={{sfnRef|Ensiklopedia Islam|2002}}}}
* {{cite book|year=1981|title=Riwayat Hidup dan Perjuangan 20 Ulama Besar Sumatera Barat|location=Padang|publisher=Islamic Center Sumatera Barat|editor=Edwar|id=|ref={{sfnRef|Edwar|1981}}}}
* {{cite book|last=Hadler|first=Jeffrey|year=2008|url=https://books.google.co.id/books?id=9s9bgIXJKk4C|title=Muslims and Matriarchs: Cultural Resilience in Indonesia Through Jihad and Colonialism|location=|publisher=Cornell University Press|isbn=978-0-8014-4697-9|language=Inggris|ref={{sfnRef|Hadler|2008}}}}
* {{cite book|last=Hamka|first=Abdul Karim Amrullah|year=1967|url=https://www.worldcat.org/title/ayahku-riwayat-hidup-dr-h-abdul-karim-amrullah-dan-perjuangan-kaum-agama-di-sumatera/oclc/11262037|title=Ayahku : riwayat hidup Dr. H. Abdul Karim Amrullah dan perjuangan kaum agama di Sumatera|location=|publisher=Umminda|ref=harv}}
* {{cite book|url=http://repositori.dpr.go.id/100/2/HASIL%20RAKYAT%20MEMILIH%20TOKOH-TOKOH%20PARLEMEN_2.pdf|last=|first=|year=1956|title=Hasil Rakjat Memilih Tokoh-tokoh Parlemen|location=Jakarta|publisher=Parlaungan|id=|ref={{sfnRef|Hasil Rakjat...|1956}}}}
* {{Cite book|last=Ismail|first=Taufiq|date=2008|url=https://books.google.co.id/books?id=nlILAQAAMAAJ&q=%22memimpin+Panitia+Penantang+Ordonansi++%22&dq=%22memimpin+Panitia+Penantang+Ordonansi++%22&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwipmtquy9zsAhVbyDgGHYxMDCsQ6AEwAHoECAAQAg|title=Himpunan Tulisan, 1960-2008|publisher=Panitia 55 Tahun Taufiq Ismail dalam Sastra Indonesia dan Majalah Sastra Horizon|isbn=978-602-8168-00-7|language=id|ref={{sfnRef|Ismail|2008}}}}
* {{cite book|last=Kahin|first=Audrey R.|year=2005|url=http://books.google.co.id/books/about/Dari_pemberontakan_ke_integrasi.html?hl=id&id=v0y4-dp9uEEC|title=Dari Pemberontakan ke Integrasi: Sumatera Barat dan Politik Indonesia, 1926–1998|location=|publisher=Yayasan Obor Indonesia|isbn=979-461-519-6|ref={{sfnRef|Kahin|2005}}|url-status=live}}
* {{cite web|author=Mantovani|first=Sarah Larasati|title=Mendidik Tanpa Emansipasi|url=http://nec.rema.upi.edu/wp-content/uploads/sites/27/2013/11/26.-MENDIDIK-TANPA-EMANSIPASI-REFLEKSI-PERJUANGAN-RAHMAH-EL-YUNUSIYYAH-DALAM-PENDIDIKAN.pdf|work=|accessdate=4 Januari 2017|ref={{sfnRef|Mantovani|tt}}|archive-date=2017-01-04|archive-url=https://web.archive.org/web/20170104164538/http://nec.rema.upi.edu/wp-content/uploads/sites/27/2013/11/26.-MENDIDIK-TANPA-EMANSIPASI-REFLEKSI-PERJUANGAN-RAHMAH-EL-YUNUSIYYAH-DALAM-PENDIDIKAN.pdf|dead-url=yes}}
* {{cite book|last=Munawaroh|first=Junaidatul|year=2002|url=http://books.google.co.id/books/about/Ulama_Perempuan_Indonesia.html?id=KL8MEwzjSBoC&redir_esc=y|title=Ulama Perempuan Indonesia|location=|publisher=Gramedia Pustaka Utama|isbn=979-686-644-7|editor=Jajat Burhanuddin dan Oman Fathurahman|ref={{sfnRef|Munawaroh|2002}}}}
* {{cite book|last=Nata|first=Abuddin|year=2005|title=Tokoh-tokoh Pembaruan dan Pendidikan Islam di Indonesia|location=Jakarta|publisher=Raja Grafindo Persada|id=|ref={{sfnRef|Nata|2005}}}}
* {{cite book|last=Noer|first=Deliar|year=1991|title=Gerakan Modern Islam di Indonesia, 1900–1942|location=Jakarta|publisher=[[Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial|LP3ES]]|id=|ref={{sfnRef|Noer|1991}}|authorlink=Deliar Noer}}
* {{cite book|last=Noer|first=Deliar|year=1996|title=Aku Bagian Ummat, Aku Bagian Bangsa|location=|publisher=Mizan|id=|ref={{sfnRef|Noer|1996}}|authorlink=Deliar Noer}}
* {{cite book|year=1978|title=Peringatan 55 Tahun Diniyah Putri Padang Panjang|location=Jakarta|publisher=Ghalia Indonesia|id=|ref={{sfnRef|Peringatan 55 Tahun...|1978}}}}
* {{Cite book|last=|first=|date=1953|url=https://books.google.co.id/books?id=bnkSAAAAMAAJ&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false|title=Propinsi Sumatera Tengah|location=Jakarta|publisher=[[Departemen Penerangan Republik Indonesia]]|isbn=|ref={{sfnRef|Departemen Penerangan|1953}}|url-status=live}}
* {{cite book|last=Rasyad|first=Aminuddin|year=1991|url=http://books.google.co.id/books/about/Hajjah_Rahmah_el_Yunusiyyah_dan_Zainuddi.html?id=0JNGAQAAIAAJ&redir_esc=y|title=Hj. Rahmah El Yunusiyah dan Zainuddin Labay El Yunusy, Dua Bersaudara Tokoh Pembaharu Pendidikan Islam|location=Jakarta|publisher=|id=|ref={{sfnRef|Rasyad, dkk|1991}}|coauthors=Leon Salim dan Hasniah Saleh}}
* {{Cite book|last=Putri|first=Selfi Mahat|date=2018|url=https://books.google.co.id/books?id=uYV7DwAAQBAJ&pg=PA72&dq=%22RAHMAH+EL%22+kongres&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiq4vb_yqLmAhUScCsKHUT8BKAQ6AEIKDAA#v=onepage&q=%22RAHMAH%20EL%22%20kongres&f=false|title=Perempuan dan Modernitas: Perubahan Adat Perkawinan Minangkabau Pada Awal Abad ke-20|publisher=Gre Publishing|isbn=978-602-7677-54-8|language=id|ref={{sfnRef|Putri|2018}}}}
; Jurnal
* {{Cite journal|last=Murtadlo|first=Muhamad|date=15 Desember 2018|title=Hubungan Mesir-Indonesia dalam Modernisasi Pendidikan Islam|url=http://jurnalalqalam.or.id/index.php/Alqalam/article/view/530|journal=Al-Qalam|language=|volume=24|issue=2|pages=|doi=10.31969/alq.v24i2.530|issn=2540-895X|ref={{sfnRef|Murtadlo|15 Desember 2018}}}}
; Media massa
* {{cite book|last=Ghazali|first=Chairil|date=19 April 1983|title=Mengenang Rahmah El Yunusiyah, Wanita Pertama Penerima Gelar Syaikhah|location=|publisher=Harian Pelita|id=|ref={{sfnRef|Ghazali|19 April 1983}}}}
* {{Cite web|last=Janti|first=Nur|date=28 Juli 2018|title=Kala Ulama Perempuan Melawan|url=http://historia.id/persona/articles/kala-ulama-perempuan-melawan-Dr9AE|website=Historia|publisher=|language=|access-date=31 Desember 2018|ref={{sfnRef|Janti|28 Juli 2018}}}}
* {{cite web|last=Susiyanto|date=25 September 2014|year=2014|title=Syaikhah Rahmah El-Yunusiah: Pendidik dan “Ibu Kandung Perjuangan”|url=http://jejakislam.net/syaikhah-rahmah-el-yunusiah-pendidik-dan-ibu-kandung-perjuangan/|work=JIB|accessdate=4 Januari 2017|ref={{sfnRef|Susiyanto|2014}}}}
* {{cite web|last=Zuraya|first=Nidia|date=7 April 2012|title=Rahmah El-Yunusiyah: Perintis Sekolah Wanita Islam di Indonesia|url=http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/04/07/m232bo-rahmah-elyunusiyah-perintis-sekolah-wanita-islam-di-indonesia|work=[[Republika (surat kabar)|Republika]]|accessdate=21 Oktober 2012|ref={{sfnRef|Zuraya|2012}}}}
* {{cite magazine|last=|first=|volume=5|date=|title=Boedjangga Istri|url=|magazine=[[Aboean Goeroe Goeroe]]|location=Fort de Kock|page=114-115|publisher=|access-date=|ref={{sfnRef|Aboean Goeroe Goeroe|Mei 1930}}}}
* {{cite magazine|last=|first=|volume=|date=24 Desember 1956|title=Benteng Raad|url=https://www.delpher.nl/nl/kranten/view?query=%22RAHMAH+EL%22&coll=ddd&identifier=ddd:010478579:mpeg21:a0052&resultsidentifier=ddd:010478579:mpeg21:a0052|magazine=[[De Nieuwsgier]]|location=Batavia|publisher=|access-date=|ref={{sfnRef|De Nieuwsgier|24 Desember 1956}}}}
* {{cite web|date=22 September 2009|year=2009|title=Era Baru di Tangan Generasi Keempat|url=http://arsip.gatra.com/2009-09-22/majalah/artikel.php?pil=23&id=130292|work=[[Gatra]]|accessdate=2 Januari 2017|archive-date=3 Januari 2017|archive-url=https://web.archive.org/web/20170103165229/http://arsip.gatra.com/2009-09-22/majalah/artikel.php?pil=23&id=130292|ref={{sfnRef|Gatra|2009}}}}
* {{Cite news|date=12 Oktober 2010|title=Gempa Bumi di Sumatera Barat Sejak Perang Padri|url=http://www.tempo.co/read/news/2010/10/12/179284337/Gempa-Bumi-di-Sumatra-Barat-Sejak-Perang-Paderi|work=[[Tempo.co]]|accessdate=8 Juli 2012|ref={{sfnRef|Tempo.co|12 Oktober 2010}}|language=id}}{{Pranala mati|date=Oktober 2022 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
{{refend}}
{{artikel pilihan}}
[[Kategori:Pejuang kemerdekaan Indonesia]]
[[Kategori:
[[Kategori:
[[Kategori:Guru Indonesia]]
[[Kategori:Cerdik Pandai Minangkabau]]
[[Kategori:Mubalighah Indonesia]]
[[Kategori:Ulama Minangkabau]]
[[Kategori:Tokoh
[[Kategori:Politikus Hindia Belanda]]
[[Kategori:Politikus perempuan Indonesia]]
[[Kategori:Politikus Partai Masyumi]]
[[Kategori:Anggota DPR RI 1956–1959]]
[[Kategori:Penerima Bintang Mahaputera Utama]]
[[Kategori:Tokoh dari Padang Panjang]]
|