Taman Nasional Gunung Halimun Salak: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
(93 revisi perantara oleh 46 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{For|sebuah gunung|Gunung Halimun|Gunung Salak}}
{{Kotak info kawasan lindung
| name = Taman Nasional<br>Gunung Halimun Salak
| iucn_category = II
| photo = Salak 050408 012 bblk resize.jpg
| photo_caption = Gunung Salak, bagian dari TNGHS
| width = 220
| location = [[Jawa Barat]], [[Indonesia]]
| nearest_city = [[Sukabumi]]
| map = Indonesia Java
| map_caption = Letak di Jawa
| map_width = 250
| label = '''TN Gunung Halimun Salak'''
| label_position = right
| coordinates = {{coord|6|48|0|S|106|29|0|E|display=inline, title}}
| lat_d = 6
| lat_m = 48
| lat_s =
| lat_NS = S
| long_d = 106
| long_m = 29
| long_s =
| long_EW = E
| area = 1.133,57 km²
| established = 1992
| visitation_num =
| visitation_year =
| governing_body = [[Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia|Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan]]
| website = {{url|https://halimunsalak.org/}}
}}
'''Taman Nasional Gunung Halimun–Salak''' ('''TNGHS''') adalah salah satu [[taman nasional]] yang terletak di [[Jawa]] bagian barat. Kawasan konservasi dengan luas 113.357 hektare ini menjadi penting karena melindungi [[hutan hujan dataran rendah]] yang terluas di daerah ini, dan sebagai wilayah dengan tangkapan air bagi kabupaten-kabupaten di sekelilingnya. Dengan lingkup wilayah yang bergunung-gunung, dua puncaknya yang tertinggi adalah [[Gunung Halimun]] (1.929 m) dan [[Gunung Salak]] (2.211 m).<ref name="uinsgd">{{cite report|url=http://digilib.uinsgd.ac.id/13101/1/PDF%20MODEL%20PENGEMBANGAN%20MASYARAKAT%20BERBASIS%20BUDAYA-min.pdf|publisher=Pusat Penelitian Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung|title=Model Pengembangan Masyarakat Berbasis Budaya dan Lingkungan Hidup Dalam Menumbuhkan Ekonomi Kreatif|page=60|date=20 November 2014|accessdate=27 Maret 2019}}</ref> Lebih dari 700 jenis tumbuhan berbunga hidup di hutan alam di dalam TNGHS,<ref>{{cite report|url=http://digilib.uinsgd.ac.id/13101/1/PDF%20MODEL%20PENGEMBANGAN%20MASYARAKAT%20BERBASIS%20BUDAYA-min.pdf|publisher=Pusat Penelitian Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung|title=Model Pengembangan Masyarakat Berbasis Budaya dan Lingkungan Hidup Dalam Menumbuhkan Ekonomi Kreatif|page=8|date=20 November 2014|accessdate=27 Maret 2019}}</ref> dan keberadaan beberapa jenis fauna penting yang dilindungi di sini seperti [[elang jawa]], [[macan tutul jawa]], [[owa jawa]], [[surili]], dan lain-lain. Kawasan TNGHS dan sekitarnya juga merupakan tempat tinggal beberapa kelompok [[masyarakat adat]], antara lain masyarakat adat Kasepuhan Banten Kidul dan masyarakat [[Orang Kanekes|Baduy]].<ref name="uinsgd"/>
== Sejarah kawasan ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De rivier Ciberang achter het huis van de assistent-resident in Rangkasbitoeng TMnr 60016559.jpg|jmpl|200px|Ci Berang lewat dekat [[Rangkasbitung]], sebelum bermuara ke Ci Ujung|kiri]]
Wilayah Gunung Halimun telah ditetapkan menjadi [[hutan lindung]] semenjak tahun 1924, luasnya ketika itu 39.941 ha. Kemudian pada 1935 kawasan hutan ini diubah statusnya menjadi Cagar Alam Gunung Halimun. Status [[cagar alam]] ini bertahan hingga tahun 1992, ketika kawasan ini ditetapkan menjadi Taman Nasional Gunung Halimun dengan luas 40.000 ha, sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 282/Kpts-II/1992 tanggal 28 Februari 1992. Sampai dengan lima tahun kemudian, taman nasional yang baru ini pengelolaannya "dititipkan" kepada [[Taman Nasional Gunung Gede – Pangrango]] yang wilayahnya berdekatan. Baru kemudian pada 23 Maret 1997, taman nasional ini memiliki unit pengelolaan yang tersendiri sebagai Balai Taman Nasional Gunung Halimun.<ref name="tnghs">{{aut|Hartono, T., H. Kobayashi, H. Widjaya, M. Suparmo. 2007.}} ''Taman Nasional Gunung Halimun – Salak''. Edisi revisi. JICA – BTNGHS – Puslit Biologi LIPI – PHKA. Pp. 48 + vi</ref>
Pada tahun 2003 atas dasar SK Menteri Kehutanan No.175/Kpts-II/2003, kawasan hutan BTN Gunung Halimun diperluas, ditambah dengan kawasan hutan-hutan Gunung Salak, Gunung Endut dan beberapa bidang hutan lain di sekelilingnya, yang semula merupakan kawasan hutan di bawah pengelolaan [[Perum Perhutani]]. Sebagian besar wilayah yang baru ini, termasuk kawasan hutan G. Salak di dalamnya, sebelumnya berstatus hutan lindung. Namun kekhawatiran atas masa depan hutan-hutan ini, yang terus mengalami tekanan kegiatan masyarakat dan pembangunan di sekitarnya, serta harapan berbagai pihak untuk menyelamatkan fungsi dan kekayaan ekologi wilayah ini, telah mendorong diterbitkannya SK tersebut. Dengan ini, maka kini namanya berganti menjadi Balai Taman Nasional Gunung Halimun – Salak, dan luasnya bertambah menjadi 113.357 ha.<ref>[http://www.dephut.go.id/index.php?q=id/node/3134 SK Menteri Kehutanan No.175/Kpts-II/2003]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>
== Letak dan keadaan fisik ==
[[Berkas:Peta Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak.png|al=Zonasi Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak|kiri|jmpl|Zonasi Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak]]
[[Berkas:Rumpun Tulip campground, Mount Bunder.jpg|thumb|Perkemahan Rumpun Tulip, Gunung Bunder, TNGHS.]]
Secara administratif, [[kawasan konservasi]] TN Gunung Halimun – Salak termasuk ke dalam wilayah tiga kabupaten, yakni [[Kabupaten Bogor]] dan [[Kabupaten Sukabumi|Sukabumi]] di [[Jawa Barat]], dan [[Kabupaten Lebak|Lebak]] di Provinsi [[Banten]]. [[Topografi]] wilayah ini berbukit-bukit dan bergunung-gunung, pada kisaran ketinggian antara 500–2.211 m dpl. Puncak-puncaknya di antaranya adalah G. Halimun Utara (1.929 m), G. Ciawitali (1.530 m), G. Kencana (1.831 m), G. Botol (1.850 m), G. Sanggabuana (1.920 m), G. Kendeng Selatan (1.680 m), G. Halimun Selatan (1.758 m), G. Endut (timur) (1.471 m), G. Sumbul (1.926 m), dan G. Salak (puncak 1 dengan ketinggian 2.211 m, dan puncak 2 setinggi 2.180 m).<ref name="tnghs" /><ref name="intisari">{{cite web|url=https://intisari.grid.id/read/0374867/tnghs-kawasan-penting-di-jawa-barat?page=all|title=TNGHS, Kawasan Penting di Jawa Barat|author=Agus Surono|publisher=Intisari Online|date=10 Mei 2012|accessdate=27 Maret 2019}}</ref> Jajaran puncak gunung ini acapkali diselimuti kabut ([[bahasa Sunda|Sd.]] ''halimun''), maka dinamai demikian.<ref name="intisari"/>
Wilayah ini merupakan daerah tangkapan air yang penting di sebelah barat Jawa Barat. Tercatat lebih dari 115 sungai berikut anak sungainya berhulu di kawasan Taman Nasional ini.<ref name="tnghs" />
Setidaknya terdapat 11 [[Daerah aliran sungai|daerah aliran sungai (DAS)]] meng-''cover'' kawasan TNGHS. 3 DAS mengalirkan aliran utamanya menuju utara pesisir pulau Jawa dan bermuara di perairan laut Jawa diantaranya (saling berbatasan berurut timur ke barat) adalah [[:Kategori:DAS Cisadane|DAS Cisadane]] - [[:Kategori:DAS Cidurian|DAS Cidurian]] - [[:Kategori:DAS Ciujung|DAS Ciujung]]. Sementara 8 DAS sisanya yang juga berhulu di kawasan TNGHS tersebut, masing-masing mengalirkan aliran utamanya menuju selatan pesisir pulau Jawa di perairan samudera Hindia diantaranya (saling berbatasan berurut timur ke barat) adalah; [[:Kategori:DAS Cimandiri|DAS Cimandiri]] - DAS Citepus - DAS Cisukawayana - DAS Cimaja - [[:Kategori:DAS Cibareo|DAS Cibareo]] - [[:Kategori:DAS Cimadur|DAS Cimadur]] - [[:Kategori:DAS Cihara|DAS Cihara]]. Keseluruhan DAS tersebut merupakan bagian dari otoritas satuan wilayah kerja [[:Kategori:BPDAS Citarum Ciliwung|BPDAS Citarum-Ciliwung]].<ref>{{Cite web|title=Peta Interaktif|url=http://webgis.menlhk.go.id/|website=WebGIS MenLHK|language=id}}</ref><ref name="Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan 511-2011">https://hukumonline.com/pusatdata/detail/lt4f2f760d2fff3/keputusan-menteri-kehutanan-nomor-sk511menhutv2011-tahun-2011</ref><ref>{{Cite web|date=1997|title=Berkas:Peta Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak.png - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas|url=https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Peta_Kawasan_Taman_Nasional_Gunung_Halimun-Salak.png|website=commons.wikimedia.org|language=id|access-date=2023-09-05}}</ref>
Kawasan TN Gunung Halimun – Salak memang merupakan daerah yang basah. Curah hujan tahunannya berkisar antara 4.000–6.000 mm, dengan bulan kering kurang dari 3 bulan di antara Mei hingga September. Iklim ini digolongkan ke dalam tipe A hingga B menurut klasifikasi curah hujan [[Klasifikasi iklim#Klasifikasi Schmidt dan Ferguson|Schmidt dan Ferguson]]. Suhu bulanannya berkisar antara 19,7–31,8 °C, dan kelembapan udara rata-rata 88%.<ref name="tnghs" />
== Keanekaragaman hayati ==
[[Berkas:Huia masonii 060615 jbti.jpg|jmpl|200px|[[Kongkang jeram]], ''Huia masonii''; salah satu jenis katak yang ada di G. Halimun ]]
Kekayaan hayati kawasan taman nasional ini telah lama menarik perhatian para peneliti, dalam dan luar negeri. Banyak catatan telah dibuat, terutama setelah status kawasan ditingkatkan menjadi taman nasional, dan banyak pula yang telah diterbitkan, khususnya semasa masih bernama TN Gunung Halimun.<ref>{{Cite news|url=https://lifestyle.okezone.com/read/2011/03/22/408/437739/kekayaan-hayati-gunung-halimun-salak|title=Kekayaan Hayati Gunung Halimun Salak|author=Pasha Ernowo|publisher=Okezone.com|date=22 Maret 2011|accessdate=27 Maret 2019|last=Ernowo|first=Pasha|work=[[Okezone.com]]}}</ref> Informasi berikut ini masih merujuk pada hasil-hasil penelitian di TN Gunung Halimun tersebut, terkecuali apabila disebutkan lain.
=== Vegetasi dan flora ===
[[Berkas:Montana ceremai 050519-007.jpg|jmpl|200px|[[Hutan pegunungan]] ]]
[[Berkas:Sudut Taman Halimun Salak 1.jpg|jmpl|200px| Pepohonan pinus]]
[[Berkas:Taman Nasional Halimun Salak Hutan1.jpg|jmpl|200px| Salah satu sudut zona perbukitan]]
Tutupan [[hutan]] di taman nasional ini dapat digolongkan atas 3 zona vegetasi:<ref>{{aut|Simbolon, H., M. Yoneda, & J. Sugardjito. 1998.}} Biodiversity and its conservation in Gunung Halimun National Park. <u>in</u> H. Simbolon, M. Yoneda, & J. Sugardjito. (eds.) ''Research and Conservation of Biodiversity in Indonesia''. Vol. IV: Gunung Halimun, the last submontane tropical forest in West Java. JICA – LIPI – PHPA. Pp. v- vi</ref>
* Zona perbukitan (''colline'') [[hutan dataran rendah]], yang didapati hingga ketinggian 900–1.150 m dpl.
* Zona [[hutan pegunungan]] bawah (''submontane forest''), antara 1.050–1.400 m dpl; dan
* Zona [[hutan pegunungan]] atas (''montane forest''), di atas elevasi 1.500 m dpl.
Keanekaragamannya cenderung berkurang dengan bertambahnya ketinggian. Dua petak coba permanen, masing-masing seluas 1 ha, di zona submontana ditumbuhi 116 dan 105 [[spesies]] pohon. Sementara satu plot lagi dengan luas yang sama di zona montana didapati hanya berisi 46 spesies pohon.<ref>{{cite report|url=http://digilib.uinsgd.ac.id/13101/1/PDF%20MODEL%20PENGEMBANGAN%20MASYARAKAT%20BERBASIS%20BUDAYA-min.pdf|publisher=Pusat Penelitian Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung|title=Model Pengembangan Masyarakat Berbasis Budaya dan Lingkungan Hidup Dalam Menumbuhkan Ekonomi Kreatif|page=61—62|date=20 November 2014|accessdate=27 Maret 2019}}</ref>
Catatan sementara mendapatkan lebih dari 500 spesies [[tumbuhan]], yang tergolong ke dalam 266 [[genus|genera]] dan 93 [[Famili (biologi)|famili]], hidup di kawasan konservasi ini.<ref>{{aut|Wiriadinata, H. 1997.}} Floristic study of Gunung Halimun National Park. <u>in</u> M. Yoneda, H. Simbolon, & J. Sugardjito. (eds.) ''Research and Conservation of Biodiversity in Indonesia''. Vol. II: The inventory of natural resources in Gunung Halimun National Park. JICA – LIPI – PHPA. Pp. 7–13</ref> Hasil ini diduga masih jauh di bawah angka yang sesungguhnya, mengingat bahwa [[Taman Nasional Gunung Gede – Pangrango|TN Gede Pangrango]] yang berdekatan dan mirip kondisinya, namun luasnya kurang dari sepertujuh TNGHS, tercatat memiliki 844 spesies [[tumbuhan berbunga]].<ref>{{aut|Soenarno, B. & Rugayah. 1992.}} ''Flora Taman Nasional Gede Pangrango''. Herbarium Bogoriense. Bogor. 375 hal.</ref> Apalagi penelitian di atas belum mencakup wilayah-wilayah yang ditambahkan semenjak 2003.
Penelitian pada zona perbukitan di wilayah Citorek mendapatkan 91 spesies [[pohon]], dari 70 [[genus]] dan 36 suku. Suku yang dominan adalah [[Fagaceae]], yang diwakili oleh 10 spesies dan 144 (dari total 519) individu pohon; diikuti oleh [[Lauraceae]], yang diwakili oleh 9 spesies dan 26 individu pohon. Jenis-jenis yang memiliki nilai penting tertinggi, berturut-turut adalah [[ki riung anak]] atau ringkasnya ki anak (''Castanopsis acuminatissima''), [[pasang parengpeng]] (''Quercus oidocarpa''), [[puspa]] (''Schima wallichii''), [[saketi]] (''Eurya acuminata''), dan [[rasamala]] (''Altingia excelsa''). Jenis-jenis tersebut selanjutnya membentuk tiga tipe komunitas hutan yang terbedakan di lapangan, yakni tipe ''Castanopsis acuminatissima – Quercus oidocarpa''; ''Schima wallichii – Castanopsis acuminatissima'', dan ''Schima wallichii – Eurya acuminata''.<ref>{{aut|Mirmanto, E. & H. Simbolon. 1998.}} Vegetation analysis of Citorek forest, Gunung Halimun National Park. <u>in</u> H. Simbolon, M. Yoneda, & J. Sugardjito. (eds.) ''op. cit.''. Pp. 41–59</ref>
Dua plot permanen yang dibuat pada hutan submontana di ketinggian 1.100 m dpl., yakni dekat Stasiun Riset Cikaniki dan di gigir utara G. Kendeng, berturut-turut didominasi oleh rasamala (''A. excelsa'') dan ki anak (''C. acuminatissima''). Sedangkan plot permanen pada hutan montana di bawah puncak G. Botol pada elevasi 1.700 m dpl, didominasi oleh pasang ''Quercus lineata''.<ref>{{aut|Suzuki, E., M. Yoneda, H. Simbolon, Z. Fanani, T. Nishimura, & M. Kimura. 1998.}} Monitoring of vegetational changes on permanent plots in Gunung Halimun National Park. <u>in</u> H. Simbolon, M. Yoneda, & J. Sugardjito. (eds.) ''op. cit.'' Pp. 60–81</ref> Hutan montana di atas 1.500 m dpl. umumnya dikuasai oleh jenis-jenis Podocarpaceae, seperti [[jamuju]] (''Dacrycarpus imbricatus''), [[ki bima]] (''Podocarpus blumei'') dan [[ki putri]] (''P. neriifolius'').<ref name="tnghs" />
Di taman nasional ini juga didapati sekurang-kurangnya 156 spesies [[anggrek]]; diyakini jumlah ini masih jauh di bawah angka sebenarnya apabila dibandingkan dengan kekayaan anggrek Jawa Barat yang tidak kurang dari 642 spesies.<ref>{{aut|Mahyar, U.W., & A. Sadili. 1998.}} Orchids inventory and their distribution in south-western part of Gunung Halimun National Park. <u>in</u> H. Simbolon, M. Yoneda, & J. Sugardjito. (eds.) ''op. cit.'' Pp. 21–32</ref>
=== Fauna ===
[[Berkas:Javan Hawk Eagle (Spizaetus bartelsi) (464508083).jpg|jmpl|200px|[[Elang jawa]], ''Spizaetus bartelsi'' ]]
[[Berkas:Cuon.alpinus-cut.jpg|jmpl|200px|[[Ajag]], ''Cuon alpinus'' ]]
[[Hutan primer|Hutan-hutan primer]] dan pelbagai kondisi habitat lainnya menyediakan tempat hidup bagi aneka jenis margasatwa di TN Gunung Halimun – Salak. Dari kelompok [[mamalia]] sekurang-kurangnya terdaftar sebanyak 61 [[spesies]]. Di antaranya termasuk jenis-jenis langka seperti [[macan tutul jawa]] (''Panthera pardus melas''), [[owa jawa]] (''Hylobates moloch''), [[surili]] (''Presbytis aygula''), [[lutung budeng]] (''Trachypithecus auratus''), dan juga [[ajag]] (''Cuon alpinus'').<ref name="tnghs" />
[[Burung]] barangkali salah satu yang paling banyak diteliti. Tercatat tidak kurang dari 244 spesies seluruhnya, 27 spesies di antaranya adalah jenis burung [[endemik]] Pulau Jawa yang memiliki daerah sebaran terbatas. Dari antaranya terdapat 23 spesies burung [[migrasi|migran]].<ref>{{aut|[[Dewi Malia Prawiradilaga|Prawiradilaga, D.M.]], S. Wijamukti & A. Marakarmah}} (2002). ''Buku Panduan Identifikasi Burung Pegunungan di Jawa: Taman Nasional Gunung Halimun.'' Biodiversity Conservation Project. LIPI – JICA – PHKA. Pp. 106 + iv</ref> Wilayah ini juga telah ditetapkan oleh [[BirdLife International|BirdLife]], organisasi internasional pelestari burung, sebagai daerah burung penting (IBA, ''Important Bird Area'') dengan nomor ID075 (Gunung Salak) dan ID076 (Gunung Halimun). Wilayah-wilayah ini terutama penting untuk menyelamatkan jenis-jenis [[elang jawa]] (''Nisaetus bartelsi''), [[luntur jawa]] (''Apalharpactes reinwardtii''), [[ciung-mungkal jawa]] (''Cochoa azurea''), [[celepuk jawa]] (''Otus angelinae''), dan [[gelatik jawa]] (''Lonchura oryzivora'').<ref>BirdLife International (2009) ''Important Bird Area factsheet'': [http://www.birdlife.org/datazone/sites/index.html?action=SitHTMDetails.asp&sid=15860&m=0 ID075 Gunung Salak] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20090103090359/http://www.birdlife.org/datazone/sites/index.html?action=SitHTMDetails.asp&sid=15860&m=0 |date=2009-01-03 }}, [http://www.birdlife.org/datazone/sites/index.html?action=SitHTMDetails.asp&sid=15859&m=0 ID076 Gunung Halimun] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20090103090614/http://www.birdlife.org/datazone/sites/index.html?action=SitHTMDetails.asp&sid=15859&m=0 |date=2009-01-03 }}. Data Zone pada http://www.birdlife.org diakses pada 29/4/2010</ref>
Catatan sementara [[herpetologi|herpetofauna]] di taman nasional ini mendapatkan sejumlah 16 spesies [[kodok]], 12 spesies [[kadal]] dan 9 spesies [[ular]].<ref>{{aut|[[Irvan Sidik|Sidik, I.]]}} (1998). "An inventory of amphibians and reptiles at Gunung Halimun National Park." <u>in</u> H. Simbolon, M. Yoneda, & J. Sugardjito. (eds.) ''op. cit.''</ref>{{rp|141–7}} Daftar ini kemudian masing-masing bertambah dengan 10, 8, dan 10 spesies, berturut-turut untuk jenis-jenis kodok, kadal, dan ular.<ref>{{aut|[[Hellen Kurniati|Kurniati, H.]]}} (2003). ''An Illustrated Guide Book of Amphibians and Reptiles of Gunung Halimun National Park, West Java, Indonesia''. Cibinong:Research Center for Biology – LIPI. Pp. 134 + iii</ref> Namun, daftar ini belum lagi mencakup jenis-jenis [[biawak]] dan [[kura-kura]] yang hidup di sini.
Keong darat di TNGHS telah ditemukan hingga 49 spesies dari 18 [[Famili (biologi)|famili]]. Angka ini cukup tinggi apabila dibandingkan dengan kekayaan keong darat Pulau Jawa yang sebanyak 171 spesies, dan Jawa barat sejumlah 157 spesies.<ref>{{aut|Heryanto, Ristiyanti M.M., A. Munandar, & Susilowati}} (2003). ''Keong dari Taman Nasional Gunung Halimun''. Bogor: LIPI-JICA-PHKA.</ref>{{rp|04}} Dalam pada itu, dari penelitian dan pengumpulan koleksi pada tahun-tahun 2004, 2007, 2009 dan 2010, tercatat setidaknya sejumlah 161 spesies kupu-kupu. Serangga-serangga ini tergolong ke dalam suku [[Hesperiidae]] (10 spesies), [[Lycaenidae]] (23 spp), [[Nymphalidae]] (86 spp), [[Papilionidae]] (17 spp), [[Pieridae]] (21 spp), dan 4 spesies sisanya tergolong ke dalam [[Riodinidae]]. Dari angka-angka itu,
133 spesies terekam dari kawasan Gunung Halimun dan 82 spesies dari kawasan Gunung Salak.<ref>{{aut|[[Djunijanti Peggie|Peggie, D.]] & Harmonis}} (2014). "Butterflies of Gunung Halimun-Salak National Park, Java, Indonesia, with an overview of the area importance". [http://e-journal.biologi.lipi.go.id/index.php/treubia/article/view/357 ''Treubia'', '''41''': 67-76].</ref>
== Ancaman dan tantangan pengelolaan ==
Dilihat dari bentuk kawasannya, Taman Nasional Gunung Halimun Salak berbentuk seperti bintang atau jemari, sehingga batas yang mengelilingi kawasan taman nasional ini menjadi lebih panjang. Pengelolaan kawasan seperti ini lebih sulit dibandingkan dengan pengelolaan kawasan yang berbentuk relatif bulat. Apalagi di dalamnya terdapat beberapa [[enklave]] berupa perkebunan, permukiman masyarakat tradisional serta beberapa aktivitas pertambangan emas, pembangkit energi listrik panas bumi, dan pariwisata. Termasuk pula permukiman-permukiman masyarakat adat [[Kasepuhan Banten Kidul]].<ref name="jurnal">{{cite journal|url=https://www.researchgate.net/publication/322573036_PENGEMBANGAN_KELEMBAGAAN_TRADISIONAL_MASYARAKAT_DAERAH_SEBAGAI_PENYANGGA_HUTAN_UNTUK_PELESTARIAN_TAMAN_NASIONAL_GUNUNG_HALIMUN_SALAK_TNGHS|journal=JISPO|volume=Vol.7 No.1|issue=Edisi:Januari-Juni Tahun 2017|title=Pengembangan Kelembagaan Tradisional Masyarakat Daerah Sebagai Penyangga Hutan Untuk Pelestarian Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS)|page=60|accessdate=27 Maret 2019}}</ref>
Banyak para petani tradisional maupun pendatang sudah tinggal di wilayah ini sebelum kawasan ini ditetapkan sebagai areal konservasi. Hal ini menjadi tantangan bagi para pengelola dalam mengembangkan model kawasan TNGHS yang lebih kolaboratif dan berkelanjutan.<ref name="jurnal"/>
== Catatan kaki ==
{{Reflist|2}}
== Bacaan terkait ==
* {{aut|I. Rachmatika, D.S. Sjafei, W Nurcahyadi}}. 2001. "Fish fauna in Gunung Halimun National Park and the adjacent area". ''Berita Biologi'', [http://e-journal.biologi.lipi.go.id/index.php/berita_biologi/article/view/1072 vol. '''5'''(6): 667-78]. (Desember 2001, Edisi Khusus "Biodiversitas Taman Nasional Gunung Halimun")
* {{aut|[[Mumpuni]]}}. 2001. [https://media.neliti.com/media/publications/68083-ID-keanekaragaman-herpetofauna-di-taman-nas.pdf "Keanekaragaman herpetofauna di Taman Nasional Gunung Halimun"]. ''Berita Biologi'', vol. '''5'''(6): 711-20. (Desember 2001, Edisi Khusus "Biodiversitas Taman Nasional Gunung Halimun")
* {{aut|Heryanto}}. 2001. "Snails composition in the southern parts of Gunung Halimun National Park". ''Berita Biologi'', [http://e-journal.biologi.lipi.go.id/index.php/berita_biologi/article/view/1083 vol. '''5'''(6): 765-71]. (Desember 2001, Edisi Khusus "Biodiversitas Taman Nasional Gunung Halimun")
* {{aut|Tahan Uji}}. 2002. "Keanekaragaman dan potensi flora di Gunung Halimun dan sekitarnya di Taman Nasional Gunung Halimun". ''Berita Biologi'', [http://e-journal.biologi.lipi.go.id/index.php/berita_biologi/article/view/1165 Vol. '''6'''(1): 1-12]. (April 2002, Edisi Khusus "Biodiversitas Taman Nasional Gunung Halimun (II)")
* {{aut|[[Johanis P. Mogea|J.P. Mogea]]}}. 2002. "Rotan di Taman Nasional Gunung Halimun dan prospek budidayanya di Desa Cisungsang, Lebak, Banten". ''Berita Biologi'', [http://e-journal.biologi.lipi.go.id/index.php/berita_biologi/article/view/1168 Vol. '''6'''(1): 33-47]. (April 2002, Edisi Khusus "Biodiversitas Taman Nasional Gunung Halimun (II)")
* {{aut|[[Dewi Malia Prawiradilaga|D.M. Prawiradilaga]], A. Marakarmah, S. Wijamukti, A. Kundarmasno}}. 2002. "Monitoring the bird community at G. Kendeng, Gunung Halimun National Park". ''Berita Biologi'', [http://e-journal.biologi.lipi.go.id/index.php/berita_biologi/article/view/1170 Vol. '''6'''(1): 57-66]. (April 2002, Edisi Khusus "Biodiversitas Taman Nasional Gunung Halimun (II)")
* {{aut|[[Hellen Kurniati|H. Kurniati]]}}. 2002. [https://media.neliti.com/media/publications/62165-EN-frogs-and-toads-of-ujung-kulon-gunung-ha.pdf "Frogs and toads of Ujung Kulon, Gunung Halimun and Gede-Pangrango National Park"]. ''Berita Biologi'', Vol. '''6'''(1): 75-84. (April 2002, Edisi Khusus "Biodiversitas Taman Nasional Gunung Halimun (II)")
* {{aut|[[Harry Wiriadinata|H. Wiriadinata]]}}. 2002. "Kekayaan jenis tumbuhan Taman Nasional Gunung Halimun". ''Berita Biologi'', [http://e-journal.biologi.lipi.go.id/index.php/berita_biologi/article/view/1181 Vol. '''6'''(1): 137-43]. (April 2002, Edisi Khusus "Biodiversitas Taman Nasional Gunung Halimun (II)")
* {{aut|[[Mirza Dikari Kusrini|M.D. Kusrini]], A. Fitri, W. Endarwin and M. Yazid}}. 2007. "The Amphibians of Mount Gede Pangrango and Mount Salak, Indonesia". [https://www.amphibians.org/wp-content/uploads/2011/08/Froglog81.pdf ''Froglog'' no '''81'''] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20130124074709/http://www.amphibians.org/wp-content/uploads/2011/08/Froglog81.pdf |date=2013-01-24 }}: 2-3 (June 2007)
* {{aut|M.D. Kusrini, M.I. Lubis, B. Darmawan}}. 2008. [http://peka-indonesia.org/wp-content/uploads/2015/02/Tree-frog-Final-report-2008.pdf '' The Tree Frog of Chevron Geothermal Concession, Mount Halimun-Salak National Park – Indonesia'']. Unpublished technical report submitted to the Wildlife Truts – Peka Foundation
== Pranala luar ==
* [http://
* [http://wisatahalimun.co.id/ Situs wisata Halimun]
{{Taman nasional di Indonesia}}
{{featured article}}
[[Kategori:Taman nasional di Indonesia|Gunung Halimun]]
[[Kategori:
[[Kategori:DAS Cisadane]]
[[
[[
[[Kategori:DAS Cimadur]]
[[Kategori:DAS Cihara]]
[[Kategori:DAS Ciujung]]
[[Kategori:DAS Cidurian]]
|