Stasiun Palmerah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
(133 revisi perantara oleh 25 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{infobox stasiun
| name = Palmerah
| symbol_location = KAI
| symbol = commuter
| nomorstasiun = {{JakRSN|R|02|size=40}}
| tinggi = +13 m
| kode = PLM
| image =
| caption =
| kota = Jakarta Pusat
| kecamatan kota = Tanah Abang
| kelurahan kota = Gelora
| alamat = Jalan
|
|
|
| oldname = Palmerah
| original = Staatsspoorwegen
| electrification = 1993-1997
|
| operator = [[KAI Commuter]]
| class = Besar tipe C
| nomor = 0217
| letak = km 10+116 lintas ''{{slk|KAI|Batavia (Bataviasche Oosterspoorweg Maatschappij)}}''–{{sta|Tanah Abang}}–[[Stasiun Rangkasbitung|Rangkasbitung]]–[[Stasiun Merak|Merak]]
| line = [[KRL Commuter Line]]
| otoritas = [[Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek]]
| services = {{
| other_services_header = Layanan penghubung
| other_services_collapsible = yes
| other_services = {{adjacent stations|system=LRT Jabodebek
|line=Cibubur|right=Dukuh Atas|to-right=Bogor Raya|left=Gelora Bung Karno|to-left=Senayan|transfer=Palmerah
|line2=Bekasi|right2=Dukuh Atas|left2=Tomang|to-left2=Bandara Soekarno-Hatta|transfer2=Palmerah}}
| track = 2:
* jalur 1: sepur lurus arah [[Stasiun Serpong|Serpong]]-[[Stasiun Rangkasbitung|Rangkasbitung]]
* jalur 2: sepur lurus arah [[Stasiun Tanah Abang|Tanah Abang]]
| platform = Dua peron sisi tinggi
| fasilitas = {{Infobox stasiun/fasilitas|tangga}}{{Infobox stasiun/fasilitas|musala}}{{Infobox stasiun/fasilitas|toilet}}{{Infobox stasiun/fasilitas|mesintiket}}{{Infobox stasiun/fasilitas|loket}}{{Infobox stasiun/fasilitas|isi baterai}}
}}
'''Stasiun Palmerah
Letaknya cukup strategis karena berada di dekat perkantoran, termasuk stasiun televisi [[SCTV]] serta dekat dengan [[Gelora Bung Karno]] & [[Kompleks Parlemen Republik Indonesia]].
== Sejarah ==
Agar mobilitas penumpang dari [[Batavia]] hingga kawasan [[Banten]] semakin lancar, maka pada tahun 1890-an perusahaan [[Staatsspoorwegen]] (SS) berencana membangun sebuah jalur kereta api yang menghubungkan daerah [[Stasiun Duri|Duri]] hingga daerah [[Stasiun Serang|Serang]], melalui daerah [[Stasiun Tangerang|Tangerang]] dan [[Cikande, Jayanti, Tangerang|Cikande]].<ref name=":022">{{Cite book|last=Anne Reitsma|first=Steven|date=1916|title=Indische Spoorweg-Politiek|location=Batavia|publisher=Landsdrukkerij|url-status=live}}</ref> Proyek jalur pun sudah dikerjakan. Di tengah jalannya pembangunan, rencana trase jalur ini akhirnya dibatalkan dan diubah menjadi melalui daerah [[Parung Panjang, Bogor|Parung Panjang]] hingga ke [[Rangkasbitung, Lebak|Rangkasbitung]],<ref name=":022" /> jalur ini selesai pada 1 Oktober 1899 (termasuk membuka Stasiun Palmerah).<ref>{{cite book|last=Oegema|first=J.J.G.|year=1982|title=De Stoomtractie op Java en Sumatra|place=Antwerpen|publisher=Kluwer Technische Boeken B.V.}}</ref> Trase jalur kereta api pertama yang sudah terlanjur dibangun pun dicukupkan pembangunannya hanya sampai di daerah Tangerang saja, dan diresmikan sebagai [[Jalur kereta api Tangerang–Duri|jalur kereta api Tangerang-Duri]] yang berstatus sebagai [[Percabangan (kereta api)|jalur cabang]]. Jalur ini selesai dibangun pada 2 Januari 1899.<ref>{{Cite book|last=Anne Reitsma|first=Steven|date=1928|title=Korte Geschiesdenis der Nederlands-Indische Staatsspoor- en Tramwegen|location=Weltevreden|publisher=G. KOLLF & Co|url-status=live}}</ref>
Jalur kereta api dari [[Stasiun Rangkasbitung]] diteruskan pembangunannya oleh [[Staatsspoorwegen]] (SS) hingga ke daerah [[Stasiun Serang|Serang]] pada 1 Juli 1900,<ref>{{Cite book|last=Staatsspoorwegen|first=|year=1921–1932|title=Verslag der Staatsspoor-en-Tramwegen in Nederlandsch-Indië 1921-1932|location=Batavia|publisher=Burgerlijke Openbare Werken|isbn=|pages=}}</ref><ref name=":02">{{Cite book|date=1901|title=Spoor- & Tramgids van Nederlandsch-Indie|location=Semarang|publisher=Semarang-Drukkerij en Boekhandel|pages=10|url-status=live}}</ref> yang kemudian dilanjutkan kembali hingga ke dekat Pelabuhan [[Stasiun Anyer Kidul|Anyer Kidul]] pada 1 Desember 1900. Pada 1 Desember 1914, dibuat sebuah jalur [[Percabangan (kereta api)|percabangan]] di [[Stasiun Krenceng]] yang mengarah ke daerah Merak untuk mengakomodasi [[Pelabuhan Merak]] yang lebih dekat untuk menyeberang ke [[Lampung]].<ref>{{Cite web|title=ZWP - Haltestempels Ned.Indië|url=http://studiegroep-zwp.nl/halten/Halte-13-Trajecten1.htm|website=studiegroep-zwp.nl|access-date=2022-10-22}}</ref> Jalur yang menuju ke Anyer Kidul pada awalnya berstatus sebagai jalur utama, sedangkan jalur yang menuju ke Merak berstatus sebagai jalur cabang. Di kemudian waktu, status kedua jalur ini ditukar.
Nama Palmerah merujuk pada patok-patok berwarna merah yang terletak di pinggir jalan pada wilayah tersebut, dan masyarakat setempat pun kemudian menyebutnya sebagai Paal Merah. Patok-patok tersebut difungsikan sebagai penanda batas wilayah [[Batavia]] ke arah [[Buitenzorg]].<ref>{{Cite web|last=Abdullah|first=Nurudin|date=2015-01-06|title=Tahukah Anda Nama Palmerah di Jakarta Barat?|url=https://kabar24.bisnis.com/read/20150106/387/388422/tahukah-anda-nama-palmerah-di-jakarta-barat|website=Bisnis.com|language=id|access-date=2023-10-29}}</ref>
Desain bangunan Stasiun Palmerah memiliki model yang serupa yang juga terdapat di lintas ini, seperti bangunan [[Stasiun Kebayoran]], [[Stasiun Sudimara|Sudimara]], dan [[Stasiun Serpong|Serpong]]. Layaknya stasiun-stasiun kecil [[Staatsspoorwegen]] pada umumnya, bangunan Stasiun Palmerah pada awalnya tidak memiliki ruangan untuk petugas [[Pengatur Perjalanan Kereta Api]] (PPKA), dan [[Bingkai tuas|tuas persinyalan]] diletakkan di tempat terbuka di samping bangunan stasiun. Pada masa [[Orde Lama|orde lama]], dibangun ruangan untuk PPKA serta tuas-tuas persinyalan yang menyatu dengan bangunan utama stasiun. Pada dinding bangunan sisi ujung, terdapat ukiran nama stasiun 'Palmerah', yang di kemudian waktu juga ditambahkan ukiran serupa pada bangunan sisi samping. Pada dekade 2000-an, salah satu dinding pada sisi samping bangunan lama ini pun dibongkar guna memperlebar akses keluar-masuk penumpang, membuat ukiran 'Palmerah' yang sebelumnya terdapat di dinding tersebut ikut hilang.
Selain itu, genteng atap bangunan stasiun yang sebelumnya menggunakan genteng keramik pun kini juga telah diubah menjadi genteng metal. Saat bangunan lama Stasiun Palmerah tidak digunakan lagi sebagai akses keluar-masuk penumpang karena telah digantikan oleh bangunan baru pada tahun 2015, bangunan lama ini beralih fungsi menjadi minimarket. Meskipun begitu, bangunan peninggalan Staatsspoorwegen dan ruangan PPKA lama ini tetap dipertahankan dan ditetapkan sebagai aset [[Kekayaan budaya|cagar budaya]].
[[Berkas:Palmerah PJKA.png|jmpl|Ilustrasi emplasemen Stasiun Palmerah lawas dalam buku Ikhtisar Lintas Jawa PJKA, dengan keterangan jalur 1 dan 2 sepanjang 758,50 meter, dan jalur 3 sepanjang 752 meter.|al=Ilustrasi emplasemen Stasiun Palmerah lawas dalam buku Ikhtisar Lintas Jawa PJKA, dengan keterangan jalur 1 dan 2 sepanjang 758,50 meter, dan jalur 3 sepanjang 752 meter.]]
Stasiun Palmerah memiliki [[emplasemen]] yang luas. Terdapat 2 [[Rel|jalur]] untuk lintasan, [[sepur badug]], [[sepur simpang]], bahkan [[Percabangan (kereta api)|percabangan]]. Sejak dekade 1960-an, dibuat 2 buah jalur percabangan atau sepur simpang dari Stasiun Palmerah. Percabangan pertama mengarah ke [[Pejompongan]] guna membawa material-material pembangunan Instalasi Pengolahan Air (IPA), begitu pula hal sama dengan percabangan kedua yang mengarah ke [[Senayan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan|Senayan]] untuk pembangunan [[Stadion Utama Gelora Bung Karno|Gelora Bung Karno]] (GBK). Pembangunan IPA Pejompongan tersebut merupakan satu paket pembangunan dengan GBK, dengan menggunakan pinjaman dana dari [[Uni Soviet]].<ref>{{Cite web|date=2018-02-20|title=Di Balik Pembangunan Stadion GBK|url=https://historia.id/olahraga/articles/di-balik-pembangunan-stadion-gbk-DAooY|website=Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia|language=id-ID|access-date=2023-10-29}}</ref> Material-material pembangunan dibawa menggunakan [[Transportasi rel|moda kereta api]] dari [[Ci Sadane|Sungai Cisadane]] di daerah [[Stasiun Serpong|Serpong]] dan [[Stasiun Rawa Buntu|Rawa Buntu]]. Sebuah [[Lokomotif B51|lokomotif uap B51]] digunakan untuk aktivitas [[Langsir|langsiran]] pada emplasemen stasiun, dan perlahan digantikan oleh [[Lokomotif diesel|lokomotif-lokomotif diesel]] seperti seri [[Lokomotif D300|D300]].
Saat dilakukan pembangunan Jalan Tentara Pelajar yang membentang di kedua sisi stasiun dan rel eksisting pada dekade 1980-an, jumlah jalur di emplasemen Stasiun Palmerah dikurangi menjadi hanya 3 jalur saja, dengan jalur 1 dan 2 sebagai jalur persilangan dan sebuah sepur simpan. Beberapa waktu kemudian, sepur simpan ini ikut dibongkar sehingga menyisakan 2 jalur utama saja. Kegiatan bongkar muat [[Gerbong|gerbong barang]] pun terhenti, dikarenakan percabangan rel dan sepur simpang sudah tidak digunakan lagi.
[[Berkas:Sisa rel cabang Palmerah-PDAM..jpg|jmpl|Yang tersisa dari percabangan rel Palmerah-Pejompongan guna membawa material-material pembangunan IPA, tersembunyi di tengah pemukiman padat penduduk.]]
Bekas ''railbed'' dari percabangan rel dan sepur simpang tersebut kini menjadi Jalan Tentara Pelajar, Jalan Gelora, bahkan pemukiman padat Pejompongan. Sisa potongan rel dari percabangan ke arah Instalasi Pengolahan Air Pejompongan ini ditemukan di tengah-tengah pemukiman padat warga, begitu pula dengan sisa potongan rel lainnya yang sempat ditemukan saat dilakukan penggalian tanah di bekas emplasemen lama Stasiun Palmerah yang telah berubah menjadi Jalan Tentara Pelajar.
Sejak dahulu, terdapat sebuah [[perlintasan sebidang]] di sebelah barat Stasiun Palmerah. Perlintasan yang kelak diberi nomor JPL 43 ini sudah ada jauh sebelum Jalan Tentara Pelajar dibangun di kedua sisi stasiun dan rel eksisting. Hingga pada November 2020, Dinas Perhubungan Provinsi [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|DKI Jakarta]] akhirnya menutup perlintasan sebidang ini dengan tujuan agar menghilangkan pelanggaran lalu lintas yang kerap terjadi di area tersebut.<ref name=":2">{{Cite web|last=Kusuma|first=Hendra|title=Perlintasan Sebidang Palmerah Ditutup buat Minimalisir Kecelakaan|url=https://finance.detik.com/infrastruktur/d-5273614/perlintasan-sebidang-palmerah-ditutup-buat-minimalisir-kecelakaan|website=detikfinance|language=id-ID|access-date=2022-07-02}}</ref>
Saat dilakukan [[Elektrifikasi perkeretaapian|eletrifikasi]] dan pemasangan tiang [[listrik aliran atas]] (LAA) di [[petak jalan]] [[Stasiun Tanah Abang|Tanah Abang]]-[[Stasiun Serpong|Serpong]] oleh [[SYSTRA|Systra]] ([[Prancis]]) pada tahun 1993, jalur di emplasemen Stasiun Palmerah kembali mengalami rombakan besar-besaran. Trase jalur 1 lama yang merupakan trase asli peninggalan Staatsspoorwegen (SS) pun dibongkar dan digeser guna lahannya akan dipakai pembangunan peron serta atap baru, kondisi yang serupa juga dilakukan di [[Stasiun Kebayoran]] dan [[Stasiun Sudimara|Sudimara]]. Layaknya emplasemen stasiun-stasiun kecil peninggalan Staatsspoorwegen pada umumnya, jalur 1 lama Stasiun Palmerah merupakan [[sepur belok]] dan terletak sangat berdekatan dengan bangunan stasiun. Sebagai ganti dari pembongkaran jalur 1 tersebut, dibangunlah jalur 2 yang baru.
Setelah semua pembenahan emplasemen dan peron selesai, tiang serta kabel LAA pun dipasang. Jaringan LAA ini akhirnya resmi beroperasi pada 3 Juni 1997 bersamaan dengan peresmian bangunan baru [[Stasiun Tanah Abang]], setelah sempat tertunda selama beberapa tahun dikarenakan beberapa faktor kendala seperti faktor pasokan listrik dari [[Perusahaan Listrik Negara]] (PLN). Saat masa elektrifikasi pada 1993-1997 ini pula direncanakan untuk membangun stasiun baru pada petak jalan antara Palmerah-Kebayoran, tepatnya di daerah Simprug, ditandai dengan dipasangnya tiang LAA yang mengakomodir 2 jalur kereta pada lokasi calon stasiun. Namun, hingga kini hal tersebut tidak terealisasikan.
Sejak pengoperasian [[jalur ganda]] pada petak jalan Tanah Abang-Serpong per 4 Juli 2007, emplasemen Stasiun Palmerah dirombak dengan menambahkan jalur 2 sebagai sepur lurus baru.<ref name=":1">{{Cite news|date=2007-07-04|title=SBY Resmikan Stasiun Serpong, Lalu Lintas KA Tetap Normal|url=https://news.detik.com/berita/800807/sby-resmikan-stasiun-serpong-lalu-lintas-ka-tetap-normal|work=[[Detik.com|detikcom]]|access-date=2017-10-18}}</ref> Meskipun pada petak jalan tersebut emplasemen Stasiun Palmerah memiliki kesamaan seperti [[Stasiun Pondok Ranji]] yang sama-sama hanya memiliki 2 jalur, namun wesel di emplasemen stasiun ini tetap dipertahankan dan tidak dibongkar meskipun jalur ganda telah beroperasi, sehingga kereta dapat berpindah ke jalur lain untuk berjalan sepur salah jika terdapat suatu keadaan darurat.
Untuk meningkatkan okupansi penumpang KRL Green Line, maka pada tahun 2013-2015 [[Kementerian Perhubungan Republik Indonesia]] (Kemenhub) mulai merenovasi secara besar-besaran Stasiun Palmerah menjadi 2 tingkat dengan arsitektur yang modern dan megah serta fasilitas yang lengkap. Proyek ini memakan dana sekitar Rp36 miliar, serta diresmikan pada 6 Juli 2015.<ref name=":0">{{cite web|last=Rahayu|first=Juwita Trisna|date=6 Juli 2015|title=Menhub resmikan Stasiun Palmerah dan jalur ganda|url=http://www.antaranews.com/berita/505460/menhub-resmikan-stasiun-palmerah-dan-jalur-ganda|publisher=Antaranews.com|accessdate=15 Oktober 2017}}</ref> Renovasi ini pun juga sekaligus memperpanjang jarak peron Stasiun Palmerah dan mengakomodasi KRL dengan 10 stamformasi.
== Bangunan dan tata letak ==
Stasiun Palmerah memiliki dua jalur kereta api yang keduanya merupakan sepur lurus. Stasiun ini diapit oleh Jalan Tentara Pelajar yang berlawanan arah di kedua sisi stasiun dan rel, serta dekat dengan gedung Manggala Wanabakti, Kementerian Kehutanan, Lapangan Tembak Senayan, bahkan gedung [[Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia|DPR]] & [[Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia|MPR RI]].
Bangunan lama stasiun ini yang merupakan peninggalan [[Staatsspoorwegen]] dan ruangan [[Pengatur Perjalanan Kereta Api]] (PPKA) lama masih dipertahankan hingga sekarang dan dijadikan sebagai aset [[cagar budaya]], meskipun tidak lagi digunakan sebagai akses keluar-masuk penumpang sejak tahun 2015 karena telah digantikan dengan bangunan baru. Desain bangunan lama Stasiun Palmerah memiliki model yang serupa yang juga terdapat di lintas ini, yaitu bangunan [[Stasiun Kebayoran]] dan [[Stasiun Sudimara|Sudimara]]. Pada dinding bangunan sisi ujung, terdapat ukiran nama stasiun 'Palmerah'. Sebelumnya, pada salah satu dinding sisi samping pun juga terdapat ukiran yang serupa, namun sudah hilang karena dinding tersebut telah dibongkar. Bangunan lama stasiun kini beralih fungsi menjadi minimarket, dan bekas dinding tersebut sudah digantikan dengan dinding kaca. Selain itu, genteng atap bangunan stasiun yang sebelumnya menggunakan genteng keramik pun kini juga telah diubah menjadi genteng metal.
Stasiun ini dilengkapi dengan 2 lantai. Terdapat 2 peron tinggi yang disertai dengan atap, fasilitas penumpang seperti lift, eskalator, mushola, toilet, minimarket, dan lain-lain. Di kedua ujung bangunan lantai 2 stasiun, terdapat ejaan besar stasiun 'Palmerah'. Stasiun ini juga menyediakan fasilitas jembatan penyeberangan orang (JPO) yang terintegrasi dengan Halte Stasiun Palmerah milik [[Transjakarta]].
{{Tata letak peron KAI Commuter
| kode = PLM
| KRL = yes
| penomoran = {{JakRSN|R|02|size=25}}
| no_jalur_a = 1
| top = yes
| layanan_a = <small>([[Stasiun Kebayoran|Kebayoran]])</small> {{rcb|system=KRL Jabodetabek|line=Rangkasbitung|inline=yes}} menuju [[Stasiun Serpong|Serpong]]/[[Stasiun Parung Panjang|Parung Panjang]]/[[Stasiun Tigaraksa|Tigaraksa]]/[[Stasiun Rangkasbitung|Rangkasbitung]]
| no_jalur_b = 2
| layanan_b = {{rcb|system=KRL Jabodetabek|line=Rangkasbitung|inline=yes}} menuju [[Stasiun Tanah Abang|Tanah Abang]] <small>([[Stasiun Tanah Abang|Tanah Abang]])</small>
}}
== Layanan kereta api ==
{| class="wikitable"
!Nama kereta api
!colspan=2 | Relasi perjalanan
!Keterangan
|-
| {{rint|jakarta|green}} [[KRL Commuter Line Rangkasbitung|Commuter Line Rangkasbitung]]
| {{sta|Tanah Abang}}
| {{sta|Rangkasbitung}}
| –
|}
== Antarmoda pendukung ==
{| class="wikitable"
!Jenis angkutan umum
!Trayek
!Tujuan
|-
| rowspan="4" |Bus kota [[Transjakarta]]
|1B
|Stasiun Palmerah-[[Simpang Temu Dukuh Atas]]
|-
|1F
|Stasiun Palmerah-[[Bundaran Senayan (Transjakarta)|Halte BRT Bundaran Senayan]]
|-
|8C
|[[Stasiun Tanah Abang]]-[[Stasiun Kebayoran]]
|-
|9E
|[[Jelambar (Transjakarta)|Halte BRT Jelambar]]-[[Halte Transjakarta Kebayoran|Halte BRT Kebayoran]]
|}
== Galeri ==
<gallery>
Berkas:Palmerah (2).jpg|Tampak bangunan Stasiun Palmerah. Terdapat ejaan besar 'Palmerah' di kedua ujung lantai 2 stasiun.
Berkas:EmplasemenPLM.jpg|Emplasemen Stasiun Palmerah.
Berkas:WeselStasiunPLM.jpg|Lidah wesel emplasemen Stasiun Palmerah (arah Kebayoran) dengan jalur 1 sebagai sepur lurus. Layout ini merupakan hasil rombakan pada tahun 1993 saat dilakukan elektrifikasi.
Berkas:Bangunan Lama Stasiun Palmerah.jpg|Bangunan lama Stasiun Palmerah peninggalan Staatssporwegen yang merupakan aset cagar budaya. Jalur 1 yang lama dahulu berada tepat di depan bangunan ini, lalu dibongkar pada tahun 1993 untuk pembangunan peron.
Berkas:BangunanLamaPLM1.jpg|Ornamen klasik pada bangunan lama Stasiun Palmerah yang masih dipertahankan.
Berkas:BangunanLamaPLM2.jpg|Bangunan lama Stasiun Palmerah yang kini tidak digunakan lagi sebagai akses penumpang sejak tahun 2015, dengan genteng atap yang sudah diganti dari genteng keramik menjadi genteng metal.
Berkas:BangunanLamaPLM3.jpg|Ornamen klasik pada pintu masuk bangunan lama Stasiun Palmerah yang masih dipertahankan, masih terdapat pula di Stasiun Kebayoran dan Sudimara.
Berkas:BangunanLamaPLM4.jpg|Tampak bagian depan bangunan lama Stasiun Palmerah. Salah satu dinding telah dibongkar, menghilangkan ukiran 'Palmerah' yang sebelumnya terdapat di dinding tersebut. Kini digantikan dengan dinding kaca sebagai minimarket.
Berkas:BangunanLamaPLM5.jpg|Ukiran 'Palmerah' pada dinding ujung bangunan lama stasiun.
Berkas:BangunanLamaPLM6.jpg|Ruang PPKA lama Stasiun Palmerah yang ikut dipertahankan dan masih digunakan hingga sekarang.
Berkas:BangunanPLM1.jpg|Kondisi lantai 2 Stasiun Palmerah.
Berkas:BangunanPLM2.jpg|Kondisi lantai 2 Stasiun Palmerah.
Berkas:JPO Palmerah.jpg|Jembatan penyeberangan orang (JPO) Stasiun Palmerah menuju Transjakarta melalui Halte Stasiun Palmerah.
Berkas:BangunanPLM3.jpg|Pintu masuk Stasiun Palmerah melalui parkiran motor.
Berkas:KRL205Palmerah.jpg|KRL memasuki jalur 1 Stasiun Palmerah.
Berkas:KABabarandekPalmerah.jpg|Kereta api batu bara melintas jalur 2 Stasiun Palmerah.
</gallery>
== Referensi ==
{{reflist}}
{{Adjacent stations|system=KAI|line=ANK-KPB|left=Kebayoran|right=Tanah Abang}}
{{Stasiun KCI}}
{{Batavia}}
[[Kategori:Stasiun kereta api di Jakarta|Palmerah]]
[[Kategori:Kota Administrasi Jakarta Barat]]
[[Kategori:Stasiun kereta api yang
|