Candi Penataran: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (-pondasi; +fondasi) |
k Cagar |
||
(46 revisi perantara oleh 22 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox Historic building
| image = RA 34200116.JPG
| caption = Kompleks Candi Penataran: Candi Candra Sengkala, dengan Candi Naga dan Candi Utama di belakangnya.
| name = Candi Panataran<br/>{{smaller|ꦕꦢꦶꦥꦤꦠꦫꦤ꧀}}
| map_type = Indonesia
| map_size = 258
| latitude = -8.015833
| longitude = 112.209167
| location_town =
| location_country = {{flag|Indonesia}}
| architect =
| client =
| engineer =
| construction_start_date =
| completion_date = Terus ditambah dan digunakan hingga 1415 [[Masehi]]. Di era modern dilakukan pemagaran dan penambahan bangunan pendukung
| date_demolished =
| cost =
| structural_system = Candi dan teras berundak dari susunan blok [[batu andesit]] yang saling mengunci
| style = [[Candi]]
| size =
| embedded = {{Infobox cagar budaya|child=yes
| Name = Percandian Panataran
| Image =
|caption =
| Location = [[Penataran, Nglegok, Blitar]], [[Jawa Timur]]
| Type = Nasional
| Criteria = Situs
| ID = CB.97
| ownership = {{INA}}
| management = Balai Pelestarian Cagar Budaya Mojokerto
| Year = {{bulleted list|21 Juli 1998 | 18 Desember 2015}}
| Session = {{bulleted list|SK Menteri No.177/M/1998|SK Menteri No.243/M/2015}}
| Link = http://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/cagarbudaya/detail/PO2016011200009/percandian-panataran
| map_location = Kabupaten Blitar
| map_caption =Lokasi {{PAGENAME}} di [[Kabupaten Blitar]]
| coordinates = {{coord|-8.0164178|112.2075614}}
}}
}}
'''Candi Penataran
Dalam kitab Desawarnana atau [[Nagarakretagama]] yang ditulis pada tahun 1365, Candi ini disebut sebagai bangunan suci "Palah" yang dikunjungi Raja [[Hayam Wuruk]] dalam perjalanan kerajaan bertamasya keliling Jawa Timur.<ref>{{cite web |url=http://www.eastjava.com/books/majapahit/html/penataran.html |title=Penataran Temple - One of Majapahit Inheritance in Blitar |author= |date= |work= |publisher=East Java.com |accessdate=6 May 2012}}</ref>
== Kompleks candi ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Stenen tempelwachter bij de Candi Panataran TMnr 20027142.jpg|jmpl|ka|Arca dwarapāla penjaga pintu gerbang. Angka tahun 1232 Śaka (1310 Masehi) tertulis pada lapik.]]
Kompleks candi ini adalah gugusan beberapa bangunan yang membujur dalam poros barat laut-tenggara. Di belakang candi utama di sisi timur terdapat sungai yang berhulu di gunung Kelud. Kompleks candi ini disusun dalam pola linear, beberapa candi perwara dan balai pendopo terletak di depan candi utama. Tata letak ini berbeda dengan candi pada langgam [[Jawa Tengah]], misalnya [[Candi Sewu]], yang disusun dalam pola [[mandala]] konsentrik dengan candi utama terletak di tengah halaman candi dikelilingi barisan candi perwara. Pola susunan linear dengan pola agak tidak beraturan pada
Kompleks bangunan Candi Penataran menempati areal tanah seluas 12.946 meter persegi berjajar membujur dari barat laut ke timur dan tenggara. Seluruh halaman komplek percandian, kecuali yang bagian tenggara, dibagi menjadi tiga bagian, yang dipisahkan oleh dua dinding
=== Halaman depan ===
Masuk
==== Bale Agung ====
Melalui bekas pintu gerbang,
Sekeliling tubuh bangunan Bale Agung dililit oleh ukiran ular naga. Kepala ular naga tersembul di bagian kanan dan kiri bangunan. Masing-masing tangga naik terdapat arca penjaga yang berupa arca mahakala. Bangunan Bale Agung berukuran panjang 37 meter, lebar 18,84 meter dan tinggi 1,44 meter. Di atas ada pelataran yang di masing-masing sudutnya ada umpak-umpak batu yang diperkirakan sebagai penumpu tiang-tiang kayu yang digunakan untuk atap bangunan. Fungsi bangunan Bale Agung menurut N.J. Krom seperti juga di [[Bali]] dipergunakan untuk tempat musyawarah para pendeta atau pendanda. Dipastikan bale atau [[pendopo]] ini pernah dinaungi struktur tiang dan atap dari bahan organik kayu dan mungkin beratap ijuk atau sirap yang kini telah lapuk dan musnah.
==== Pendopo Teras ====
Lokasi bangunan terletak di sebelah tenggara bangunan Bale Agung. Pendopo Teras seluruhnya terdiri dari batu, berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran 29,05 meter x 9,22 meter x 1,5 meter. Diperkirakan Pendopo Teras digunakan sebagai tempat untuk meletakkan sesaji dalam upacara keagamaan atau tempat peristirahatan raja dan bangsawan lainnya. Pada sisi barat terdapat dua buah tangga naik yang berupa undak-undakan, tangga ini tidak berlanjut di dinding bagian timur. Pada masing-masing sudut tangga masuk di sebelah kiri dan kanan pipi tangga terdapat arca raksasa kecil bersayap dengan lutut kaki ditekuk pada satu kakinya dan salah satu tangannya memegang gada. Pipi tangga bagian yang berbentuk ukel besar berhias tumpal yang indah.
Bangunan Pendopo Teras berangka tahun 1297 Saka atau 1375 Masehi. Letak pahatan tahun ini agak sulit mencarinya karena berbaur dengan hiasan yang berupa sulur daun-daunan, lokasinya berada di pelipit bagian atas dinding sisi timur. Seperti pada Bale Agung, Pendopo Teras juga dililit teras ular yang ekornya saling berbelitan, kepalanya tersembul ke atas di antara pilar-pilar bangunan. Kepala ular sedikit mendongak ke atas, memakai kalung dan berjambul. Pada dinding Pendopo Teras terdapat relief-relief yang menceritakan berbagai kisah
==== Candi Candra Sengkala ====
[[Berkas:RA 3420014.JPG|jmpl|Candi Candra Sengakala di kompleks Penataran]]
Candi Candra Sengkala berangka tahun 1291 [[Saka]] atau 1369 [[Masehi]]. Masyarakat [[Jawa Timur]] lebih mengenalnya dengan nama [[Candi]] [[Brawijaya]] yang merupakan bangunan yang paling dikenal dalam kompleks Candi Penataran dan juga digunakan sebagai lambang
Candi Candra Sengkala seperti umumnya bangunan-bangunan candi lain, terdiri dari bagian-bagian yang disebut kaki candi yaitu bagian candi yang bawah, kemudian tubuh candi, terdapat bilik atau kamar candi ([[garbhagriha|garbagriya]]) dan kemudian mastaka atau kemuncak bangunan yang berbentuk kubus. Pada bagian mahkota terdapat hiasan yang raya dan pada masing-masing dinding tubuh candi terdapat relung-relung atau ceruk yang berupa pintu semu yang di bagian atasnya terdapat kepala raksasa [[kala]] yang rupanya menakutkan. Kepala makhluk seperti ini disebut kepala kala yang di [[Jawa Timur]] sering disebut Banaspati yang berarti raja hutan. Penempatan kepala kala di atas relung candi dimaksudkan untuk menakut-nakuti roh jahat agar tidak berani masuk komplek percandian. Sementara itu pada sekeliling bangunan ini terdapat sisa-sisa tembok bata yang tinggal bagian dasarnya dengan pintu masuk di sisi barat laut. Bangunan-bangunan di halaman pertama ini seluruhnya terbuat dari batu andesit. Kecuali dua buah fondasi dari bata berdenah persegi panjang, terletak di sebelah timur laut candi Candra Sengkala ini. Di sebelah kiri candi Candra Sengkala terdapat arca wanita yang ditafsirkan sebagai arca perwujudan [[Gayatri|Gayatri Rajapatni]].
Baris 55 ⟶ 72:
=== Halaman tengah ===
Memasuki halaman kedua dari Candi Penataran, terdapat dua buah arca Dwarapala dalam ukuran yang lebih kecil dibanding Dwarapala pintu masuk candi. Seperti pada arca Dwarapala di pintu masuk, Dwarapala ini pun pada lapik arcanya juga terpahat angka tahun, tertulis tahun 1214 Saka atau 1319 Masehi, setahun lebih tua dibanding Dwarapala di pintu masuk, juga berasal dari zaman Raja Jayanegara. Halaman tengah atau halaman kedua ini terbagi menjadi dua bagian oleh tembok bata yang membujur arah percandian di tengah halaman. Tembok tersebut sekarang hanya tinggal pondasinya saja yang masih terlihat. Pada bagian timur laut ada enam buah sisa bangunan dari batu maupun dari bata. Tiga buah tinggal sisanya berupa fondasi dari bata, dua buah berupa batur dan sebuah lagi berupa candi tanpa penutup di atasnya. Batur pertama terbuat dari batu bercampur bata dengan ukuran lebih besar dibanding batur satunya yang khusus terbuat dari batu.
Pada bagian dalam halaman tengah ini terdapat Candi Naga yang hanya tersisa bagian kaki dan badan dengan ukuran lebar 4,83 meter, panjang 6,57 meter dan tinggi 4,70 meter. Nama Candi Naga digunakan untuk menamakan bangunan ini karena sekeliling tubuh candi dililit naga dan disangga tokoh-tokoh berbusana raya seperti raja sebanyak sembilan buah, masing-masing berada di sudut-sudut bangunan, bagian tengah ketiga dinding dan di sebekah kiri dan kanan pintu masuk. Para Batara ini menggambarkan sosok makhluk kahyangan, yaitu para dewa dilihat berdasarkan dari ciri busana raya dan perhiasan mewah yang dikenakannya. Salah satu tangannya memegang genta (lonceng upacara) dan tangan yang lainnya menopang tubuh naga yang melingkar di bagian atas bangunan dalam keadaan berdiri dan menjadi pilaster bangunan. Masing-masing dinding tubuh candi dihiasi dengan relief-relief buatan yang disebut dengan motif medalion. Pintu masuk candi terletak di barat laut dengan pipi tangga berhiaskan tumpal dengan ukuran lebar 4,83 meter, panjang 6,57 meter dan tinggi 4,70 meter. Di depan telah disampaikan bahwa gambar naga di sangga 9 orang ini mengisyaratkan sebuah [[candrasengkala]] ”Naga muluk sinangga jalma” yang berarti angka tahun 1208 Saka atau 1286 M dimasa pemerintahan [[Kertanegara]].
Baris 66 ⟶ 79:
=== Halaman belakang ===
Melewati pintu gerbang paduraksa yang hanya tinggal fondasi dan dijaga dua
==== Candi utama ====
[[Berkas:
Pada halaman ketiga ini terdapat bangunan candi induk yang terdiri dari tiga teras tersusun dengan tinggi 7,19 meter. Pada masing-masing sisi tangga terdapat dua arca mahakala, yang pada lapiknya terdapat angka tahun 1269 Saka atau 1347 M. Sekelling dinding candi pada teras pertama terdapat relief cerita [[Ramayana]]. Untuk dapat membacanya harus mengikuti arah prasawiya, dimulai dari sudut barat laut. Pada teras kedua sekeliling dinding dipenuhi pahatan relief ceritera Krçnayana yang alur ceriteranya dapat diikuti secara [[pradaksina]] (searah jarum jam). Sedangkan di teras ke tiga berupa relief naga dan singa bersayap. Teras ketiga bentuknya hampir bujur sangkar, dinding-dindingnya berpahatkan arca singa bersayap dan naga bersayap. kepalanya sedikit mendongak ke depan sedangkan singa bersayap kaki belakangnya dakam posisi berjongkok sedang kaki depan diangkat ke atas.
Baris 80 ⟶ 93:
== Sejarah ==
[[Berkas:RA 34200118.JPG|jmpl|ka|Relief pada candi utama berbentuk kotak panel dan medalion.]]
Kitab [[Kakawin Nagarakretagama|Negarakretagama]] yang ditulis oleh [[Mpu Prapanca]] menceritakan perjalanan Raja [[Hayam Wuruk]], yang memerintah kerajaan Majapahit antara tahun 1350 – 1389, ke Kesamaan nama Girindra yang disebut pada kitab Negarakretagama dengan nama [[Ken Arok]] yang bergelar Girindra atau Girinatha menimbulkan dugaan bahwa Candi Penataran adalah tempat pedharmaan (perabuan) Ken Arok, Girindra juga adalah nama salah satu wangsa yang diturunkan oleh Ken Arok selain [[wangsa Rajasa]] dan wangsa Wardhana. Sedangkan Hyang Acalapati adalah salah satu perwujudan dari Dewa Siwa, serupa dengan peneladanan sifat-sifat Bathara Siwa yang konon dijalankan Ken Arok.
Perhatian kembali terhadap
Pada masa pemerintahan [[Jayanegara]], raja kedua [[Majapahit]], candi Penataran mulai mendapat perhatian kembali, kemudian dilanjutkan pada masa Tribuanatunggadewi dan [[Hayam Wuruk]]. Pemujaan terhadap Dewa Palah semakin kental diwarnai pemujaan kepada Dewa Gunung atau Syiwa. Candi Penataran diresmikan sebagai candi negara dengan status dharma lepas. Sesuai angka tahun yang dipahatkan didinding kolam yaitu tahun 1337 Saka atau tahun 1415 M merupakan angka tahun termuda di antara angka-angka tahun yang terdapat di kompleks candi Penataran tersebut. Waktu itu Majapahit di dalam masa pemerintahan [[Wikramawardhana]].
Kronik berbahasa Sunda yang berasal dari abad XV mengenai kisah perjalanan [[Bujangga Manik]], seorang bangsawan [[Kerajaan Sunda]], menyebutkan bahwa "Rabut Palah" masih merupakan tempat belajar agama dan tujuan ziarah yang ramai. Dalam naskah itu sang tokoh mengaku tinggal di sana selama setahun dan kemudian terpaksa pergi karena para peziarah "lebih mementingkan hal duniawi".<ref>J. Noorduyn & A. Teeuw. 2006. Three Old Sundanese Poems. Leiden: KITLV.</ref>
Candi Penataran pertama kali dilaporkan keberadaannya oleh catatan Inggris pada tahun 1815, tetapi sampai tahun 1850 belum banyak dikenal. Penemunya adalah [[Sir Thomas Stamford Raffles]] (1781-1826), gubernur jenderal pemerintah kolonial Inggris yang pernah berkuasa di Nusantara. Seiring berjalannya waktu, kompleks candi Penataran yang
== Relief candi ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Bas-reliëfs op de Candi Induk Panataran tempelcomplex TMnr 60037357.jpg|jmpl|200px|Relief rendah pada bangunan induk Komplek Percandian Penataran. Perhatikan penggambaran figur manusia yang mirip wayang.]]Selain sebagai komplek percandian terluas, Candi Penataran juga memiliki kekhasan dalam [[ikonografi]] reliefnya. Gaya reliefnya menunjukkan bentuk yang jelas berbeda dari candi-candi Jawa Tengah dari sebelum abad ke-11 seperti [[Candi Prambanan]]. Wujud relief manusia digambarkan mirip [[wayang kulit]], seperti yang bisa dijumpai pada gaya pengukiran yang ditemukan di [[Candi Sukuh]], suatu candi dari masa akhir periode Hindu-Buddha dalam [[sejarah Nusantara]].
=== Bubhuksah dan Gagang Aking ===
: ''Lihat pula:[[Bubuksah dan Gagangaking#Panil cerita di Candi Penataran|Relief-relief Bubhuksah_dan_Gagangaking di Candi Penataran]]''
Sepanjang dinding Pendopo Teras terukir kisah Bubhuksah dan Gagang Aking, serta kisah [[Sri Tanjung]]. Ceritanya adalah sebaga berikut, Bhuksa digambarkan sebagai sesosok makhluk yang berbadan besar, suka memakan apapun, ikhlas dan tidak pernah tidur. Sedangkan Gagang aking, kurus kering, suka berpuasa dan juga suka tidur. Suatu saat Dewa Siwa menjelma menjadi macan putih guna menguji kedua orang tersebut. Tanggapan dari Gagang Aking adalah ”saya orang yang kurus, jangan makan saya tetapi makanlah teman saya yang gemuk” sedangkan Bhuksa ”silakan makanlah tubuh saya”. Dalam ujian tersebut Bhuksa lulus dan ia kemudian masuk Surga. Hikmah yang bisa dipetik dari kisah tersebut yakni manusia harus ikhlas dalam menjalani hidup ini.▼
▲
=== Sri Tanjung ===
: ''Lihat pula:[[Sri Tanjung#Panil cerita di Candi Penataran|Relief-relief Sri Tanjung di Candi Penataran]]''
Kisah berikutnya yang terukir pada relief Pendopo Teras adalah kisah [[Sri Tanjung]], yang dimulai dari sisi barat ke selatan dengan putaran prasanawya.<ref>{{cite web |url=http://www.balipost.co.id/BaliPostcetak/2002/8/10/bd2.htm |title=Candi Penataran, Tri Bhuwana Tungga Dewi dan Megawati |author= |date=10 August 2002 |work= |publisher=Bali Post |accessdate=6 May 2012}}</ref> Kisah Sri Tanjung diawali dengan lukisan Raden Sidapaksa mengabdi kepada Raja Sulakrama di Negeri Sindurejo. Sidapaksa diutus mencari obat oleh raja kepada kakeknya Bhagawan Tamba Petra dan di sana ia menjalin cinta dengan Sri Tanjung. Setelah menjadi istrinya, Sri Tanjung diboyong ke Sindurejo. Raja Sulakrama tergila-gila dengan Sri Tanjung, sehingga mencari daya agar bisa memisahkannya dengan Sidapaksa.▼
▲Kisah berikutnya yang terukir pada relief Pendopo Teras adalah kisah [[Sri Tanjung]], yang dimulai dari sisi barat ke selatan dengan putaran prasanawya.<ref>{{cite web |url=http://www.balipost.co.id/BaliPostcetak/2002/8/10/bd2.htm |title=Candi Penataran, Tri Bhuwana Tungga Dewi dan Megawati |author= |date=10 August 2002 |work= |publisher=Bali Post |accessdate=6 May 2012 }}{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> Kisah Sri Tanjung diawali dengan lukisan Raden Sidapaksa mengabdi kepada Raja Sulakrama di Negeri Sindurejo. Sidapaksa diutus mencari obat oleh raja kepada kakeknya Bhagawan Tamba Petra dan di sana ia menjalin cinta dengan Sri Tanjung. Setelah menjadi istrinya, Sri Tanjung diboyong ke Sindurejo. Raja Sulakrama tergila-gila dengan Sri Tanjung, sehingga mencari daya agar bisa memisahkannya dengan Sidapaksa.
Sidapaksa lantas diutus ke Sorga, dengan membawa surat yang isinya ''pembawa surat akan menyerang Sorga''. Atas bantuan Sri Tanjung yang menerima warisan ''selendang'' dari ayahnya Raden Sudamala, dia bisa ke sorga, dan di sana dia dihajar para dewa. Namun akhirnya dengan menyebut leluhurnya Pandawa dia dibebaskan dan diberi berkah. Sepeninggal Sidapaksa, Sri Tanjung dipaksa oleh Sulakrama dan Sri Tanjung menolak. Mendadak datang Sidapaksa dan Sri Tanjung difitnah mengajak raja berzinah. Akhirnya dengan garang Sidapaksa membunuh Sri Tanjung. Namun Sri Tanjung dihidupkan kembali oleh para dewa. Sidapaksa pun diharuskan membunuh Raja Sulakrama, dan dalam peperangan dia berhasil.
Baris 112 ⟶ 128:
== Referensi ==
{{commonscat|Candi Panataran}}▼
{{reflist|2}}
Baris 117 ⟶ 134:
* {{en}} [http://www.wikimapia.org/#lat=-7.8878732&lon=112.6638588&z=18&l=0&m=s&v=9 Lokasi Candi Penataran di WikiMapia]
* [https://mblitar.net/candi-palah-di-penataran-komplek-candi-hindu-terbesar-di-jawa-timur/ Wisata Candi Penataran]
▲{{commonscat|Candi Panataran}}
{{Cagar budaya peringkat nasional di Indonesia}}
{{Candi Hindu Indonesia}}
[[Kategori:Candi Hindu
[[Kategori:Candi di Jawa Timur
[[Kategori:
[[Kategori:Cagar budaya peringkat nasional]]
[[Kategori:Cagar budaya di Jawa Timur]]
|