Lini masa sejarah pameran seni di Indonesia: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
k v2.04b - Fixed using Wikipedia:ProyekWiki Cek Wikipedia (Tanda baca setelah kode "<nowiki></ref></nowiki>") |
||
(19 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
Halaman ini merupakan lini masa dari sejarah [[Pameran seni|pameran]] [[seni di Indonesia]]. Jangka waktu terbagi menjadi dua periode besar pra- dan pasca-[[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|Kemerdekaan]].
== Pra-Kemerdekaan ==
=== 1700-an ===
* 1778
===
* 1900 – Bioskop pertama dibuka di Batavia yang bernama [[Gambar Idoep]].<ref name=":0" />
*
* 1902
* 1902–1918 – Bermunculan banyak [[kunstkring]] (perhimpunan peminat seni) di Hindia Belanda, pada tahun 1918 terdapat 28 kunstkring.<ref name=":0" />
▲* 1902 - Pameran 80 lukisan berjudul Nederlandsch-Indische en Europeesche Meesters (Maestro Hindia Belanda dan Eropa) kerja sama antara Nederlandsch Indische Kunstkring dengan [[Arti et Amicitae]].
*
* 1906
* 1913 – Pameran tunggal seorang seniman Jerman bernama [[Max Fleischer (pelukis)|Max Fleischer]].<ref name=":0" />
▲* 1906 - Pameran [[Rembrandttentoonstelling Photogravures]] yang menampilkan karya ciptaaan ulang milik [[Rembrandt van Rijn]]. Pameran berlangsung di beberapa kota, pertama yaitu Batavia dengan pengunjung lebih dari 3.600 orang serta dilanjutkan ke Bandung, Semarang, Surabaya, Yogyakarta dan Medan.<ref name=":0" />
*
*
* 1934–1940 – Pameran koleksi P.A Regnault diadakan rutin secara tahunan di Bataviasche Kunstkring yang menampilkan karya-karya antara lain dari [[Pablo Picasso]], [[Marc Chagall]], [[Paul Gauguin]], [[Kees van Dongen]], [[Vincent Van Gogh]], [[Wassily Kandinsky]] dan [[Georg Grosz]].<ref name=":0" />
*
*
* 1938
* 1939
▲* 1938 - [[Persatuan Ahli Gambar Indonesia]] (PERSAGI) didirikan.<ref name=":1">''Brochure Kesenian'' (1949). Kementerian Penerangan Republik Indonesia</ref><ref name=":2">{{Cite web|url=http://archive.ivaa-online.org/khazanahs/collective/17|title=Indonesian Visual Art Archive {{!}} Koleksi Dokumen PERSAGI (Persatuan Ahli Gambar Indonesia)|website=archive.ivaa-online.org|language=en|access-date=2018-01-29}}</ref> Kelompok ini diketuai oleh [[Agus Djaya]] dengan S. Sudjojono sebagai sekretarisnya dan beranggotakan para pelukis Indonesia yaitu [[Ramli (pelukis)|Ramli]], [[Abdulsalam]], [[Otto Djaya]], [[S. Tutur]], [[Emiria Soenassa]], [[L. Setijoso]], [[S. Sudiardjo]], [[Saptarita Latif]], [[Herbert Hutagalung]], [[Sindusisworo]], [[TB. Ateng Rusyian]], [[Syuaib Sastradiwilja]], [[Sukirno]], dan [[Suromo (pelukis)|Suromo]].<ref name=":2" />
* 1941
▲* 1939 - PERSAGI mengadakan pameran kelompok pertamanya di [[G. Kolff & Co.|Kunstzaal Kolff]], sebuah toko buku di Batavia.<ref name=":1" />
* 1941
▲* 1941 - Pameran pelukis PERSAGI diadakan di Bataviasche Kunstkring.<ref>Soetijoso (1941). ''Pertoendjoekan Loekisan-Loekisan Indonesia di Kunstkring Djakarta''. Majalah Poedjangga Baroe, No. II Tahun VIII, Mei 1941</ref>
* 1942
▲* 1941 - Pameran bersama Rudolf Bonnet, [[Ries Mulder]], [[Walter Spies]], dan [[W. Schippers]] di Bataviasche Kunstkring.
* 1942
▲* 1942 - Pameran [[Memenangkan Perang Asia Timur Raya]] diadakan di Bataviasche Kunstkring sebagai bagian dari upaya propaganda Pemerintah [[Pendudukan Jepang di Indonesia|Pendudukan Jepang]].
*
▲* 1942 - [[Pusat Tenaga Rakyat]] didirikan dan dipimpin oleh tokoh Empat Serangkai: [[Soekarno]], [[Mohammad Hatta]], [[Ki Hadjar Dewantara|Ki Hajar Dewantara]], dan [[K.H. Mas Mansyur]] atas prakarta [[Sejarah Nusantara (1942–1945)|Pemerintah Pendudukan Jepang]].
▲* 1943—1944 - Pameran keliling [[Pertoendjoekan Loekisan Djawa Baroe]] diadakan di Batavia, Bandung, Surabaya, Malang, dan Solo. Pameran ini diadakan oleh [[Keimin Bunka Shidosho]] (Pusat Kebudayaan) yang didirikan oleh Pemerintah Pendudukan Jepang.<ref>''Pertoendjoekan Loekisan di Djawa''. Majalah Djawa Baroe, 1943.</ref>
== Pasca-Kemerdekaan ==
===
* 1945
* 1945
* 1946
* 1946
* 1947
* 1947
* 1948
* 1948
* 1950
* 1950
* 1950
* 1950
* 1950
* 1950 – [[Surat Kepercayaan Gelanggang]] diterbitkan di Majalah Siasat. Surat ini disusun oleh sejumlah seniman dan sastrawan antara lain [[Asrul Sani]] dan [[Rivai Apin]].
=== 1950an ===
* 1954 – [[Balai Budaya]] didirikan di Jakarta yang digunakan sebagai ruang pameran dan pusat kebudayaan.<ref name=":0" />
* 1954 – [[Pameran Mahasiswa (Seni Rupa) Bandung]] dari Institut Teknologi Bandung di Balai Budaya yang menampilkan karya-karya lukisan abstrak. Dalam tulisannya yang berjudul Bandung Mengabdi Laboratorium Barat, Trisno Sumardjo mengkritik pameran ini.<ref>Sumardjo, Trisno (1954). ''Bandung Mengabdi Laboratorium Barat''. Majalah Siasat, 5 Desember 1954.</ref> Dari sinilah, perdebatan antara Mahzab Bandung yang bercorak abstrak dan Mahzab Yogyakarta yang cenderung bertema kerakyatan bermula.<ref name=":0" />
* 1955 – [[Pameran Sanggar Pelukis Rakyat]] dalam rangka peringatan ulang tahun PKI.<ref name=":0" />
* 1955 – Sejumlah seniman seperti [[S. Sudjojono]], [[Hendra Gunawan (pelukis)|Hendra Gunawan]], [[Henk Ngantung]], dan [[Trubus Soedarsono]] terpilih menjadi anggota Parlemen dalam [[Pemilihan umum legislatif Indonesia 1955|Pemilu 1955]].<ref name=":0" />
* 1955 – [[Dullah]], diangkat oleh Presiden Soekarno menjadi pelukis istana yang bertugas merawat karya-karya seni [[koleksi Presiden]]. Ia juga dipercaya untuk menyusun buku "Lukisan-lukisan Koleksi Ir. Soekarno, Presiden Republik Indonesia".<ref name=":0" />
* 1955 – [[Exposisi Senirupa Indonesia Klasik & Modern]] diselenggarakan sebagai bagian [[Konferensi Asia–Afrika|Konferensi Asia Afrika]]. Bertempat di Gedung Lyceum Bandung, 66 seniman mengikuti pameran ini, antara lain [[Srihadi Soedarsono]], [[But Muchtar]], [[Haryadi Suadi]] dan [[Fadjar Sidik]].<ref name=":0" />
* 1956 – Pameran lukisan [[Lembaga Seniman Yin-Hua]] (Yin Hua Meishu Xiehui), yang merupakan perkumpulan pelukis keturunan [[Tionghoa-Indonesia|Tionghoa]] di Indonesia. Bertempat di [[Hotel des Indes]], pameran diikuti 46 seniman seperti [[Lee Man Fong]], [[Tjan Kiong Beng]], [[Tsao Ta Li]], dan [[Oei Tiang Oen]] yang menampilkan 242 karya. Pameran ini dibuka oleh Presiden Soekarno.<ref>Sumardjo, Trisno (1956). ''Pameran Senirupa Yin Hwa''. Majalah Siasat, 25 Januari 1956.</ref>
* 1959 – Pameran LEKRA [[Operasi Gempa Langit III]] sebagai hasil program [[TURBA]] (Turun ke Bawah), serupa riset etnografi dan residensi para seniman di beberapa daerah, antara lain: Gunungkidul, Yogyakarta, dan Tambaklorok, Semarang.<ref name=":0" />
* 1959 – [[Pameran Lingkar Kesenian Indonesia (1959)|Pameran LKI]] di Surakarta.<ref name=":0" />
* 1959 – [[Sanggar Bambu]], wadah kesenian untuk remaja dan seniman yang berbasis di kampung-kampung, didirikan di Yogyakarta oleh [[Soenarto]] Pr, [[Moeljadi W. Wardojo]], dan beberapa seniman lain. Selain seni rupa, juga dikenal karena aktivitas teater, sastra dan musik.<ref name=":0" />
=== 1960an ===
* 1960 – [[Pameran BMKN]] di Bandung.<ref name=":0" />
* 1961 – [[Sanggar Bumi Tarung]] didirikan di Yogyakarta oleh [[Amrus Natalsya]], [[Djoko Pekik]], [[Misbach Tamrin]], dan lain-lain dengan mengusung aliran realisme revolusioner dan menegakkan prinsip-prinsip LEKRA dalam berkesenian. Semua anggota sanggar ini adalah anggota LEKRA.<ref name=":0" />
* 1962 – [[Lee Man Fong]] menggantikan [[Dullah]] sebagai pelukis istana dan penyelia koleksi kepresidenan.<ref name=":0" />
* 1963 – Sejumlah seniman dan budayawan antara lain: [[Hans Bague Jassin|H.B Jassin]], [[Goenawan Mohamad]], [[Nashar]] memprakarsai [[Manifes Kebudayaan]], sebagai respon atas pergerakan budaya yang cenderung kiri. Manifes ini berdasar pada humanisme universal. Setahun setelah dideklarasikan, manifes ini dilarang oleh pemerintah.<ref name=":0" />
* 1963 – Pameran untuk menyambut penyelenggaraan [[Pesta Olahraga Negara-Negara Berkembang]] (The Games of the New Emerging Forces, GANEFO) menunjukkan pertentangan yang makin tajam antara kubu ‘kiri’ dengan kubu ‘humanisme universal’. [[Asrul Sani]] menjadi penyelia pameran ini. Oleh penentangnya, pameran ini diangggap lebih banyak menyertakan karya abstrak-figuratif, yang tidak sesuai dengan kehendak 'pelukis-pelukis baik, revolusioner, progresif, dan patriotik.<ref name=":0" />
* 1965 – Pecahnya peristiwa [[Gerakan 30 September]]. Pasca terjadinya peritiwa ini, LEKRA dibubarkan.
* 1966 – [[Pameran 11 Seniman Bandung]] yaitu [[Mochtar Apin]], [[Ahmad Sadali]], [[Popo Iskandar]], [[But Muchtar]], [[Srihadi Soedarsono]], [[Gregorius Sidharta]], [[A.D. Pirous]], [[Kaboel Soeadi]], [[Jusuf Affendi]], [[Rita Widagdo]], [[Angkama Setiadipradja]] diadakan di Balai Budaya, Jakarta.
* 1968 – [[Pameran Sanggar Bambu (1968)|Sanggar Bambu]] bekerja sama dengan Pemuda Katolik Tjabang Katedral Djakarta mengumpulkan 59 pelukis dan pematung untuk memamerkan 118 karya dalam Aksi Natal di Jl. Katedral, Jakarta.<ref name=":0" />
* 1969 – [[Dewan Kesenian Jakarta]] (DKJ) diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta, [[Ali Sadikin]] pada tanggal 17 Juni.<ref name=":0" /> Pada masa ini, anggota DKJ diangkat oleh [[Akademi Jakarta]], sebagai penasehat Gubernur dalam bidang seni dan budaya.
* 1970 – [[Galeri Cipta]] dibangun di [[Taman Ismail Marzuki]] (TIM).<ref name=":0" /> Galeri ini kemudian menjadi salah satu ruang pamer utama dan menjadi tempat diselenggarakannya berbagai pameran besar di Jakarta.
=== 1970an ===
* 1971 – [[Grup 18]], yang beranggotakan para seniman Bandung antara lain [[A.D. Pirous]], [[Ahmad Sadali]], [[Mochtar Apin]], [[Rita Widagdo]], [[Sunaryo (seniman)|Sunaryo]], [[Sanento Yuliman]], dan [[Samsudin Hardjakusumah]] mengadakan pameran karya-karya [[cetak saring]] di Galeri Cipta, Jakarta.<ref name=":0" />
* 1972 – Pameran keliling [[Kelompok 5 Pelukis Muda Yogyakarta]].<ref name=":0" />
* 1973 – DKJ menyelenggarakan [[Pameran Patung Kontemporer Indonesia]] di Taman Ismail Marzuki.<ref name=":0" />
* 1974 – [[Pameran Senilukis Indonesia]] diadakan oleh DKJ di TIM, diikuti oleh 81 seniman dan menampilkan lebih dari 200 karya.<ref name=":0" /> Pameran ini nantinya akan berevolusi menjadi [[Jakarta Biennale]].
* 1974 – Pemberian anugerah pada karya-karya terbaik pada Pameran Senilukis Indonesia menuai protes dari beberapa seniman dan sastrawan, terutama kalangan muda yaitu: [[Muryotohartoyo]], [[Juzwar]], [[FX Harsono]], [[Bonyong Munni Ardhi]], [[M. Sulebar]], [[Ris Purwana]], [[Daryono (seniman)|Daryono]], [[Siti Adiyati]], [[D.A Peransi]], [[Baharudin Marasutan]], [[Ikranagara|Ikranegara]], [[Adri Darmadji Woko|Adri Darmadji,]] [[Hardi (pelukis)|Hardi]], dan [[Abdul Hadi WM]]. Perisitiwa ini dikenal sebagai [[Desember Hitam]].<ref>{{Cite web|url=http://archive.ivaa-online.org/khazanahs/detail/2203|title=Indonesian Visual Art Archive {{!}} Detil Koleksi Dokumen|website=archive.ivaa-online.org|language=en|access-date=2018-02-05}}</ref>
* 1975 – [[Pameran Lukisan-Lukisan Dunia Minyak Indonesia]] diselenggarakan melalui kerjasama DKJ dan [[Pertamina (Persero)|Pertamina]].<ref name=":0" />
* 1975 – [[Pameran Seni Rupa Baru Indonesia]] diadakan setiap dua tahun dari 1975 hingga 1979 di TIM. Pameran ini merupakan keberlanjutan dari peristiwa Desember Hitam dan menampilkan karya-karya seniman muda dengan beragam kebaruan bentuk dan gagasannya yang disebut sebagai [[Gerakan Seni Rupa Baru Indonesia]].<ref name=":0" />
* 1975 – [[Pameran Gambar Cetak Saring MCMLXXV]] diadakan di TIM yang menampilkan karya-karya cetak saring dari para seniman [[Decenta]].<ref name=":0" />
* 1976 – [[Pameran Seabad Seni Rupa Indonesia]] diadakan sebagai pembuka sekaligus peresmian [[Balai Seni Rupa dan Keramik]], Jakarta. Pameran ini menampilkan koleksi-koleksi milik Istana Presiden, Pemda DKI dan juga sumbangan serta pinjaman dari kolektor pribadi seperti [[Adam Malik]] dan [[Alex Papadimitriou]].<ref>''Pameran Se~Abad Seni Rupa Indonesia''. Jakarta: Pemerintah Daerah Khusus Ibu kota Jakarta, 1976</ref> Balai Seni Rupa dan Keramik kelak berubah nama menjadi [[Museum Seni Rupa dan Keramik]].
* 1976 – [[Pameran Konsep Seni Rupa Baru Indonesia]] di Balai Budaya Jakarta, menampilkan pameran sebagai peristiwa seni kejadian (''happening'') yang berlangsung tanpa henti selama 72 jam.<ref name=":0" />
* 1977 – [[Pergelaran Seni Kepribadian Apa]], di [[Gedung Senisono]], Yogyakarta. Pameran ini ditutup oleh polisi karena dianggap radikal.<ref name=":0" />
* 1979 – [[Pameran Bung Karno dan Seni]] yang menampilkan koleksi lukisan, [[wayang]], kain [[batik]], dan sketsa arsitektur koleksi pribadi Soekarno. Sebuah buku berjudul sama yang ditulis oleh [[Sitor Situmorang]], [[Wiyoso Yudoseputro]], [[Sudarmadji]] juga diterbitkan oleh Yayasan Bung Karno.<ref>''Bung Karno dan Seni''. Jakarta: Yayasan Bung Karno, 1979.</ref>
* 1979 – [[Pameran Seni Rupa Baru Indonesia (1979)]] menjadi pameran terakhir kelompok Seni Rupa Baru, yang ditandai dengan peluncuran buku ‘[[Gerakan Seni Rupa Baru Indonesia]].’<ref name=":0" />
=== 1980an ===
* 1982 – [[Pameran Seni Rupa Lingkungan]] oleh mahasiswa [[Akademi Seni Rupa Indonesia]] (ASRI) di pantai Parangtritis, Yogyakarta.<ref name=":0" />
* 1985 – Pameran karya-karya surealisme Yogya yang berjudul [[Pameran Surealis 85|Surealis 85]] diselenggarakan di [[Bentara Budaya Yogyakarta]].<ref name=":0" />
* 1985 – [[Pameran Seni Rupa Proses 85]] di [[Pasar Seni Ancol]] yang mengangkat isu-isu lingkungan di kawasan [[Teluk Jakarta]].<ref name=":0" />
* 1985 – [[Pameran Temunya Dua Ekspresionis Besar]] oleh [[Jeihan Sukmantoro]] dan S. Sudjojono berlangsung di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta dan dianggap menandai awal [[boom seni lukis]] di Indonesia.<ref>''Temunya 2 Ekspresionis Besar''. Jakarta: Citibank; Dewan Kesenian Jakarta, 1985.</ref>
* 1987 – [[Pasaraya Dunia Fantasi]], proyek seni dan pameran kolektif berbasis riset, diselenggarakan di Gerakan Seni Rupa Baru Indonesia (GSRBI) di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.<ref>''Seni Rupa Baru Proyek 1: Pasaraya Dunia Fantasi''. Jakarta: Percetakan Gramedia, 1987.</ref>
* 1989 – [[Rumah Seni Cemeti]] didirikan di Yogyakarta sebagai ruang seni alternatif.<ref name=":0" />
* 1989 – [[Kelompok seni Sumber Waras]] aktif mengadakan performans dan happening di Bandung. Kelompok ini beranggotakan seniman antara lain [[Tisna Sanjaya|Tisna Sajaya]], [[Isa Perkasa]], [[Arahmaiani]], [[Diyanto]], [[Marintan Sirait]], dan [[Andarmanik]].
* 1990 – Kelompok [[Perengkel Jahe]] kerap mengadakan kegiatan happening dan seni performans di tempat umum di Bandung.<ref name=":0" />
=== 1990an ===
* 1991 – [[Festival Istiqlal]], sebuah pameran kebudayaan Indonesia yang bernafaskan Islam diselenggarakan di kompleks [[Masjid Istiqlal]] Jakarta. Pameran ini menampilkan beragam ekspresi kesenian, baik seni rupa, seni pertunjukan, kaligrafi, serta arsitektur, dan sastra.<ref name=":0" />
* 1991 & 1993 – Proyek seni alternatif [[Teka-Teki Seni Aral]] berupa performans dan instalasi diadakan di Bandung.<ref name=":0" />
* 1993 – [[Binal Eksperimental Arts]] diadakan untuk menandingi [[Biennale Seni Lukis Jogja III]], yang ditentang generasi muda perupa. Mereka menganggap proses kurasi bienial tersebut tidak tanggap pada perkembangan terbaru seni rupa di Yogyakarta.<ref name=":0" />
* 1993 – [[Bienal Seni Rupa Jakarta IX]] diadakan di Taman Ismail Marzuki, merupakan pameran yang pertama kali menggunakan kata ‘kurator’ sebagai perumus pilihan dan penyajian karya, dan menggunakan istilah seni rupa kontemporer.<ref>''Bienniale Seni Rupa Jakarta IX''. Jakarta: Dewan Kesenian Jakarta, 1993</ref>
* 1993 – [[Pameran Instalasi 5]] di Galeri Hidayat, menampilkan: [[Nyoman Erawan]], Krisna Murti, [[Made Djirna]], [[Riyanto Sudikyo]] dan Diyanto.<ref>Murti, Krisna, eds. ''Instalasi 5: Considering the Tradition''. Bandung: Galeri Hidayat, 1993</ref>
* 1995 – [[Pameran Seni Rupa Kontemporer Negara- Negara Non-Blok]] (''Contemporary Art of the Non-Aligned Countries'') dilaksanakan di Gedung Seni Rupa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta diikuti oleh seniman dari 41 negara-negara [[Gerakan Non-Blok|Non-Blok]] dengan dukungan penuh pemerintah dan seminar seni rupa kontemporer yang memperlihatkan jejaring seni rupa kontemporer global dan kekuratoran yang berkembang ketika itu.<ref>Sedyawati, Pirous, Supangkat, dan T.K. Sabapathy, eds. Contemporary Art of the Non-Aligned Countries. Jakarta: Balai Pustaka, 1997</ref> Gedung Seni Rupa tempat pameran ini diselenggarakan kemudian menjadi [[Galeri Nasional Indonesia]].
* 1997 – Pameran [[Slot in the Box]] di Cemeti Art House, Yogyakarta, di mana FX Harsono menampilkan Destruction—karya performans yang provokatif, di saat minggu tenang sebelum Pemilu 1997.<ref>''Slot in The Box''. Yogyakarta: Cemeti Art Foundation, 1997</ref>
* 1998–2000 – Pameran [[AWAS! Recent Art from Indonesia]] menampilkan karya 17 seniman di 5 negara. Pameran ini mengkaji perkembangan seni rupa kontemporer dalam menanggapi perubahan ekonomi, sosial dan politik masa itu. Dikoordinasi oleh Yayasan Seni Cemeti, pameran ini dapat dianggap sebagai salah satu yang terpenting pasca Reformasi, karena penggunaan medium yang makin beragam, dan ekspresi kesenian yang sangat terbebaskan, setelah belenggu Orde Baru.<ref name=":0" />
* 2000 – [[The History of Blup]] – The End of Art: The End of Nothing diselenggarakan di Taman Budaya, Jawa Barat, Bandung.<ref name=":0" />
== Referensi ==
|