Tupai Janjang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Susi Wahyuni (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Agung Harefa (bicara | kontrib)
k Catatan kecil tentang tata bahasa.
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Tugas pengguna baru Newcomer task: copyedit
 
(10 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{rapikan}}
'''Tupai Janjang''' merupakan salah satu sastra lisan yang terdapat di [[Minangkabau]], yang berasal dari Desa Piladang, Kecamatan [[Palembayan]]. Tupai Janjang adalah salah satu bentuk tradisi bercerita ''(bakaba)'' oleh Tukang cerita sambil menari dan memperagakan watak dan pekerjaan tokoh cerita yang dia bawakan. Cerita Tupai Janjang mengkisahkan tentang ibu yang sudah lama tidak memiliki anak. Suatu ketika ia pun diberi hamil dan melahirkan. Anak yang dilahirkan itu, sangat didambakan dan dimanja oleh orang tuanya. Akan tetapi tingkah laku anak itu memiliki perilaku sama seperti tupai. Melompat kesana kemari, menganggu tanaman orang di ladang.
 
'''Tupai Janjang''' merupakanadalah salah satusebuah sastra lisan yang terdapatberasal didari [[Provinsi Sumatera Barat|Minangkabau]], yang berasaltepatnya dari Desa Piladang, Kecamatan [[Palembayan]]. Tupai Janjang adalah salah satu bentuk tradisi bercerita ''(bakaba)'' oleh Tukangpendongeng ceritatradisional sambil menari dan memperagakan watak dan pekerjaan tokoh cerita yang dia bawakan. Cerita Tupai Janjang mengkisahkan tentang seorang ibu yang sudah lama tidak memiliki anak. Suatu ketika, ia pun diberi hamil dan melahirkan. Anak yang dilahirkan itu, sangat didambakandidamba dan dimanja oleh orang tuanya. Akan tetapiSayangnya, tingkah laku anak itu memiliki perilaku sama seperti tupai. Melompat kesanake sana kemari, menganggu tanaman orang di ladang.
Penampilan Tupai Janjang dimainkan secara solo, tanpa iringan musik dan hanya melibatkan gerakkan tubuh pemainnya. Pemain Tupai Janjang hanya dimainkan oleh laki-laki. Setiap karakter pemain perempuan, diadegankan sendiri
 
Penampilan Tupai Janjang dimainkan secara solo, tanpa iringan musik dan hanya melibatkan gerakkan tubuh pemainnya. Kemudian dibantu oleh dua orang laki-laki, sebagai tukang tepuk, sebagai pengganti musiknya. Pemain Tupai Janjang hanya dimainkan oleh laki-laki. Setiap karakter pemain perempuan, diadegankan sendiri oleh tukang cerita tersebut. Keunikan dari Tupai Janjang ini, sambil pencerita bercerita, di depan lokasi tempat pemainnya, diletakkan dua botol minuman. Tujuannya sebagai properti bagi pemain dalam mendukung cerita Tupai Janjang.
 
Pementasan Tupai Janjang dilakukan di tempat lapang, seperti beranda rumah, halaman atau lapangan terbuka. Di dalam pementasannya, Tupai Janjang sering dipertunjukkan saat upacara adat. Adapun waktu pertunjukkannya sering digelarkan setelah shalat Isya sampai menjelang masuknya waktu shalat Subuh. Pada awalnya, Tupai Janjang dimainkan di [[surau]], tetapi karena Tupai Janjang bersifat hiburan, surau adalah tempat ibadah, sehingga tidak dimainkan lagi di Surau.
 
Selain dimainkan saat acara upacara adat, Tupai Janjang juga dimainkan saat ''alek nagari,'' dengan tujuan untuk menghibur ''anak nagari'' dan sebagai media pendidikan.<ref>{{Cite book|title=Pemetaan Sastra Lisan Minangkabau|last=Amir|first=Adriyetti. Dkk|publisher=Andalas University|year=2006|isbn=979-1097-08-9|location=Padang|pages=153-157}}</ref>
 
== Referensi ==
{{Reflist}}
 
[[Kategori:Sastra lisan Minangkabau]]