Abdurrahman Wahid: Perbedaan antara revisi

[revisi terperiksa][revisi terperiksa]
Konten dihapus Konten ditambahkan
Palladin911 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
k Membalikkan revisi 26679876 oleh Raheinalfar (bicara): Hiperbolisasi yang tidak perlu.
Tag: Pembatalan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(310 revisi antara oleh lebih dari 100 100 pengguna tak ditampilkan)
Baris 1:
{{pp}}
{{lindungidarianon2|small=yes}}
{{Infobox_President
| honorific-prefix =[[Dr.(H.C.)]] [[Kiai|K.]]<!--Hanya [[Hajiuntuk (gelar)|H.]] kenegaraan yang bersifat non-akademik-->
| name = {{PAGENAME}}Abdurrahman Wahid
| image = President Abdurrahman Wahid - Indonesia.jpg
| image_size =
| caption = Potret resmi, {{circa|1999}}
| office = Presiden Indonesia<!--- mohon jangan sunting bagian ini, sudah sesuai kaidah bahasa Indonesia --->
| order = ke-4
| term_start = 20 Oktober 1999
|state = <!--- mohon jangan sunting bagian ini, sudah sesuai kaidah bahasa Indonesia --->
| term_end = 23 Juli 2001
|term_start = 20 Oktober 1999
| vicepresident = [[Megawati Soekarnoputri]]
|term_end = 23 Juli 2001
| predecessor = [[B. J. Habibie]]
|vicepresident = [[Megawati Soekarnoputri]]
| successor = [[Megawati Soekarnoputri]]
|predecessor = [[Bacharuddin Jusuf Habibie]]
| office1 = [[Daftar Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama#Daftar Ketua Umum|Ketua Umum PBNU]]
|successor = [[Megawati Soekarnoputri]]
| term_start1 = 1984
|birth_date = {{birth date|1940|9|7}}
| term_end1 = 1999
|birth_place = [[Berkas:Flag of the Netherlands.svg|tepi|link=Hindia Belanda|22px]] [[Jombang]], [[Jawa Timur]], [[Hindia Belanda]]
| predecessor1 = [[Idham Chalid]]
|death_date = {{death date and age|2009|12|30|1940|9|7}}
| successor1 = [[Hasyim Muzadi]]
|death_place = {{flagicon|Indonesia}} [[Jakarta]], [[Indonesia]]
| birth_name = Abdurrahman ad-Dakhil
|nationality = {{INA}}
| birth_date = {{Birth date|1940|09|7}}
|party = [[Berkas:pkb.jpg|25px]] [[Partai Kebangkitan Bangsa]]
| birth_place = [[Kabupaten Jombang|Jombang]], [[Hindia Belanda]]
|spouse = [[Sinta Nuriyah]]
| nickname = Gus Dur
|children = Alissa Qotrunnada Wahid <br /> [[Yenny Wahid|Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid]]<br /> Anita Hayatunnufus Wahid <br /> Inayah Wulandari Wahid
|parents death_date = {{ubl|[[AbdulDeath Wahiddate Hasjim|Abduland Wahid Hasyim]]age|Siti Sholehah2009|12|30|1940|9|7}}
| death_place = [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]], Indonesia
|profession =
| death_cause = [[Penyakit jantung koroner]]
|religion = [[Islam]]
| citizenship = Indonesia
|signature = Signature of Abdurrahman Wahid.svg
| party = {{parpolicon|PKB}}
|website = {{URL|http://www.gusdur.net}}
| spouse = {{Marriage|[[Sinta Nuriyah]]|1968|2009}}
| children = {{Plainlist|
* [[Alissa Qotrunnada]]
* [[Yenny Wahid|Zannuba Ariffah Chafsoh]]
* Anita Hayatunnufus
* [[Inayah Wulandari]]
}}
| parents = {{Plainlist|
* [[Wahid Hasjim]] (ayah)
* Siti Sholehah (ibu)
}}
| education = {{Plainlist|
* [[Universitas Al-Azhar]]
* [[Universitas Baghdad]]
}}
| occupation = {{Hlist|Ulama|politikus}}
| signature = Signature of Abdurrahman Wahid.svg
| website = {{URL|http://www.gusdur.net}}
}}
{{Seri Abdurrahman Wahid}}
 
'''Abdurrahman Wahid''' (dilahirkan dengan nama '''Abdurrahman ad-Dakhil'''<ref name=DAKHIL>{{cite web |date=31 December 2009 |title=Dari Abdurrahman Addakhil Menjadi Gus Dur |url=http://www.surya.co.id/2009/12/31/dari-abdurrahman-addakhil-menjadi-gus-dur.html |archive-url=https://archive.today/20100101205605/http://www.surya.co.id/2009/12/31/dari-abdurrahman-addakhil-menjadi-gus-dur.html |archive-date=1 January 2010 |access-date=31 December 2009 |publisher=Surya Online |language=id}}</ref>; {{lahirmati||7|9|1940||30|12|2009}}), lebih dikenal dengan nama '''Gus Dur''' adalah politikus Indonesia dan [[Kyai|pemimpin agama]] [[Islam]] yang menjabat sebagai [[presiden Indonesia]] keempat dari [[Pemilihan umum Presiden Indonesia 1999|pemilu tahun 1999]] hingga [[Pemakzulan Abdurrahman Wahid|pemakzulannya]] pada tahun 2001. Selain sebagai pemimpin organisasi [[Nahdlatul Ulama]], ia juga merupakan pendiri [[Partai Kebangkitan Bangsa]] (PKB). Ia adalah putra [[Kementerian Agama Republik Indonesia|Menteri Agama]] [[Wahid Hasyim]], dan cucu dari pendiri [[Nahdlatul Ulama]], [[Hasyim Asy'ari]].
[[Dr.(H.C.)]] [[Kiai|K.]] [[Haji (gelar)|H.]] '''Abdurrahman Wahid''' atau yang akrab disapa '''Gus Dur''' ({{lahirmati|[[Kabupaten Jombang|Jombang]], [[Jawa Timur]]|7|9|1940|[[Jakarta]]|30|12|2009}})<ref>{{cite news
|title = Gus Dur Wafat|newspaper = Kompas|date = 30 Desember 2009|url =http://nasional.kompas.com/read/xml/2009/12/30/19073028/Gus.Dur.Wafat|accessdate = 30 Desember 2009
}}</ref> adalah tokoh [[Muslim]] [[Indonesia]] dan pemimpin politik yang menjadi [[Presiden Indonesia]] yang keempat dari tahun 1999 hingga 2001. Ia menggantikan Presiden [[B.J. Habibie]] setelah dipilih oleh [[Majelis Permusyawaratan Rakyat]] hasil [[Pemilihan umum legislatif Indonesia 1999|Pemilu 1999]]. Penyelenggaraan pemerintahannya dibantu oleh [[Kabinet (pemerintahan)|Kabinet]] [[Persatuan Nasional]]. Masa kepresidenan Abdurrahman Wahid dimulai pada [[20 Oktober]] [[1999]] dan berakhir pada Sidang Istimewa [[MPR]] pada tahun 2001. Tepat [[23 Juli]] [[2001]], kepemimpinannya digantikan oleh [[Megawati Soekarnoputri]] setelah mandatnya dicabut oleh MPR. Abdurrahman Wahid adalah mantan ketua ''Tanfidziyah'' (badan eksekutif) [[Nahdlatul Ulama]] dan pendiri [[Partai Kebangkitan Bangsa]] (PKB).
 
Selama pemerintahannya, Abdurrahman Wahid dikenal dengan kebijakannya yang tidak menentu dan pemikirannya yang visioner. Pengaruhnya terhadap [[Era Reformasi|Reformasi Indonesia]] mencakup pembebasan pers yang lebih besar, hal ini ditandai dengan pembubaran Kementerian Penerangan pada 1999. Abdurrahman Wahid berperan penting dalam mencabut larangan perayaan [[Tahun Baru Imlek]]. Hingga tahun 1998, perayaan Tahun Baru Imlek oleh keluarga Tionghoa dibatasi secara khusus hanya di dalam rumah. Pembatasan ini dilakukan pemerintah Orde Baru melalui Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 yang ditandatangani Presiden [[Soeharto]]. Pada tanggal 17 Januari 2000, Presiden Abdurrahman Wahid mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 2000 yang membatalkan instruksi sebelumnya.<ref>{{cite web | url=https://id.wikisource.org/wiki/Keputusan_Presiden_Republik_Indonesia_Nomor_6_Tahun_2000 | title=Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2000 - Wikisource bahasa Indonesia }}</ref> Wahid juga menjadikan [[Konfusianisme]] sebagai agama resmi keenam di Indonesia pada tahun 2000 dan melindungi hak-hak minoritas di Indonesia. Setelah serangkaian keputusan kontroversialnya, yang meliputi pencopotan banyak menteri dari kabinet, hubungan baiknya dengan [[Israel]] yang ditentang oleh banyak kalangan Muslim, sampai [[Maklumat Presiden Republik Indonesia 23 Juli 2001|maklumat kontroversialnya]] yang ditujukan untuk membekukan parlemen; [[Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia|Majelis Permusyawaratan Rakyat]] (MPR) akhirnya [[Pemakzulan Abdurrahman Wahid|memakzulkan]]
== Kehidupan awal ==
Abdurrahman Wahid pada 23 Juli 2001 serta menunjuk [[Megawati Soekarnoputri]] sebagai penggantinya.
[[Berkas:Abdurrahman Wahid youth.jpg|jmpl|kiri|Gus Dur semasa muda]]
[[Berkas:Abdurrahman Wahid dgn Istri Sinta Nuriyah (foto resmi).jpg|jmpl|kiri|Gus Dur dan Sinta Nuriyah]]
Abdurrahman Wahid lahir pada hari ke-4 dan bulan ke-8 [[kalender Islam]] tahun 1940 di Denanyar [[Jombang]], [[Jawa Timur]] dari pasangan [[Wahid Hasyim]] dan Solichah. Terdapat kepercayaan bahwa ia lahir tanggal 4 Agustus, namun kalender yang digunakan untuk menandai hari kelahirannya adalah kalender Islam yang berarti ia lahir pada 4 Sya'ban 1359 [[Hijriah]], sama dengan [[7 September]] 1940.
 
Abdurrahman Wahid dihormati secara luas sebagai seorang guru bangsa dan pembela [[Hak Asasi Manusia]] (HAM) terkemuka. Pemerintahannya dianggap membebaskan orang Tionghoa Indonesia dari penindasan yang mereka alami selama [[Orde Baru]], dan sejumlah tokoh Tionghoa memberikannya gelar “Bapak Tionghoa”. Kebijakannya yang mendukung hak-hak minoritas dan perdamaian membuatnya diberi gelar “Bapak Pluralisme”. Peristiwa pemakzulannya sendiri kemudian dianggap sebagai tindakan melawan hukum, dan banyak yang menganggap bahwa pemakzulan itu seharusnya tidak sah.
Ia lahir dengan nama '''Abdurrahman Addakhil'''. "Addakhil" berarti "Sang Penakluk".<ref name="latar gus">[http://gusdur.net/indonesia/index.php?option=com_content&task=view&id=21&Itemid=63 Latar belakang keluarga Gus Dur], GusDur.net</ref> Kata "Addakhil" tidak cukup dikenal dan diganti nama "Wahid", dan kemudian lebih dikenal dengan panggilan '''Gus Dur'''. "Gus" adalah panggilan kehormatan khas pesantren kepada seorang anak kiai yang berati "''abang''" atau "''mas''".<ref name="latar gus"/>
 
== Kehidupan awal ==
Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara. Wahid lahir dalam keluarga yang sangat terhormat dalam komunitas Muslim Jawa Timur. Kakek dari ayahnya adalah [[K.H. Hasyim Asyari]], pendiri [[Nahdlatul Ulama]] (NU), sementara kakek dari pihak ibu, [[K.H. Bisri Syansuri]], adalah pengajar pesantren pertama yang mengajarkan kelas pada perempuan.<ref>Barton (2002), halaman 38-40.</ref> Ayah Gus Dur, [[K.H. Wahid Hasyim]], terlibat dalam Gerakan Nasionalis dan menjadi [[Daftar Menteri Agama Republik Indonesia|Menteri Agama]] tahun 1949. Ibunya, Ny. Hj. Sholehah, adalah putri pendiri [[Pondok Pesantren]] Denanyar Jombang. Saudaranya adalah [[Salahuddin Wahid]] dan [[Lily Wahid]]. Ia menikah dengan [[Sinta Nuriyah]] dan dikaruniai empat putri: Alisa, [[Yenny Wahid|Yenny]], Anita, dan Inayah.
[[Berkas:Abdurrahman Wahid youth.jpg|jmpl|kiri|Abdurrahman Wahid saat masih muda.]]
Abdurrahman Wahid merupakan anak dari pasangan [[Wahid Hasyim]] dan Siti Salihah. Ia lahir pada tanggal 7 September 1940. Meskipun ia lahir pada tanggal 7 September, sejumlah orang malah merayakan hari ulang tahunnya pada 4 Agustus.<ref>{{Cite web|last=Duanto AS|first=Edmundus|title=Hari Lahir Gus Dur 4 Agustus atau 7 September? Dari Ibunda Lupa Tanggal sampai Ganti Nama 'Wahid'|url=https://jambi.tribunnews.com/2018/08/04/hari-lahir-gus-dur-4-agustus-atau-7-september-dari-ibunda-lupa-tanggal-sampai-ganti-nama-wahid|website=Tribunjambi.com|language=id-ID|access-date=2023-06-01}}</ref> Tempat kelahirannya di [[pesantren]] milik kakek dari pihak ibunya yang bernama [[Bisri Syansuri]]. Pesantren ini terletak di Denanyar [[Jombang]], [[Jawa Timur]].{{sfn|Barton|2002a|p=[https://rowlandpasaribu.files.wordpress.com/2013/09/greg-barton-abdurrahman-wahid-muslim-democrat-indonesian-president.pdf 37]}} Pada awalnya, ia dilahirkan dengan nama Abdurrahman ad-Dakhil, yang diambil dari nama [[Abdurrahman I]], Amir [[Keamiran Kordoba|Umayyah di Kordoba]] yang bergelar "ad-Dakhil".<ref name=DAKHIL/><ref name="latar gus">[http://gusdur.net/indonesia/index.php?option=com_content&task=view&id=21&Itemid=63 Latar belakang keluarga Gus Dur] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20080605161141/http://www.gusdur.net/indonesia/index.php?option=com_content&task=view&id=21&Itemid=63 |date=2008-06-05 }}, GusDur.net</ref><ref name="Chinese1">{{cite book|last1=Lindsey|first1=Tim|last2=Pausacker|first2=Helen|title=Chinese Indonesians: Remembering, Distorting, Forgetting|year=2005|url=https://books.google.com/books?id=qkaWBgAAQBAJ&q=Abdurrahman+Wahid+chinese+ancestry&pg=PA102|page=102|publisher=Institute of Southeast Asian Studies |isbn=9789812303035}}</ref><ref name="Chinese2">{{cite book|last1=Lim|first1=Hua Sing|title=Japan and China in East Asian Integration|year=2008|url=https://books.google.com/books?id=MJv6eO2Izm8C&q=Abdurrahman+Wahid+chinese+ancestry&pg=PA290|page=290|publisher=Institute of Southeast Asian Studies |isbn=9789812307446}}</ref>
 
Julukan populernya, 'Gus Dur' berasal dari gelar ''[[Gus]]'', sebuah kehormatan umum untuk putra [[kyai]] dan kependekan dari ''bagus'' dalam [[bahasa Jawa]]<ref>{{Cite book
Gus Dur secara terbuka pernah menyatakan bahwa ia memiliki darah [[Tionghoa]].<ref>{{cite web
| last = ZhiwangGeertz
| first = Huang Clifford
| author-link = Clifford Geertz
|authorlink =
|author2= Fred Inglis
|coauthors =
| title = Life Among the Anthros and Other Essays
|year =
| publisher=Princeton University Press
|url = http://web.budaya-tionghoa.net/tokoh-a-diaspora/tokoh-tionghoa/950-gus-dur-dan-silsilah-tionghoa
| year = 2010
|title = Gus Dur Dan Silsilah Tionghoa
|format page = 115
| url = https://books.google.com/books?id=JvjaS4GXclQC
|work =
| isbn = 978-0-691-14358-3}}</ref>; dan ''Dur'' yang merupakan kependekan dari namanya, ''Abdurrahman''.
|publisher = Budaya Tionghoa
=== Pendidikan ===
|accessdate =2011
Pada tahun 1944, Gus Dur pindah dari Jombang ke [[Jakarta]], tempat ayahnya terpilih menjadi Ketua pertama [[Masyumi|Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia]] (Masyumi), sebuah organisasi yang berdiri dengan dukungan tentara [[Jepang]] yang saat itu menduduki Indonesia. Setelah deklarasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, Gus Dur kembali ke Jombang dan tetap berada di sana selama [[Revolusi Nasional Indonesia]] melawan [[Belanda]]. Pada akhir perang tahun 1949, Gus Dur pindah ke Jakarta dan ayahnya ditunjuk sebagai Menteri Agama. Gus Dur belajar di Jakarta, masuk ke SD KRIS sebelum pindah ke SD Matraman Perwari. Gus Dur juga diajarkan membaca buku non-Muslim, majalah, dan koran oleh ayahnya untuk memperluas pengetahuannya.{{sfn|Barton|2002a|p= 49}} Gus Dur terus tinggal di Jakarta dengan keluarganya meskipun ayahnya sudah tidak menjadi menteri agama pada tahun 1952. Pada April 1953, ayah Gus Dur meninggal dunia akibat kecelakaan mobil.
|quote =
}}</ref> Abdurrahman Wahid mengaku bahwa ia adalah keturunan dari Tan Kim Han yang menikah dengan Tan A Lok, saudara kandung [[Raden Patah]] (Tan Eng Hwa), pendiri Kesultanan Demak.<ref>{{cite web
|last =
|first =
|authorlink =
|coauthors =
|year =
|url = http://www.surya.co.id/web/index.php/Internasional/index.php?option=com_content&task=view&id=43188&Itemid=78
|title = Jangan Malu Jadi Tionghoa, Gus Dur Mengaku Keturuan
|format =
|work =
|publisher = Surya Online
|accessdate = 19 Juni 2008
|quote =
}}</ref><ref name="qurtuby">{{cite web
|last = Qurtuby
|first = Sumanto
|authorlink =
|coauthors =
|year =
|url = http://www.suaramerdeka.com/harian/0403/22/kha1.htm
|title = Gus Dur, Tionghoa, Indonesia
|format =
|work =
|publisher = Suara Merdeka
|accessdate = 19 Juni 2008
|quote =
}}</ref>
 
Pendidikan Gus Dur berlanjut dan pada tahun 1954, ia masuk ke Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pada tahun itu, ia tidak naik kelas. Ibunya lalu mengirim Gus Dur ke [[Yogyakarta]] untuk meneruskan pendidikannya dengan mengaji kepada Ali Maksum, seorang ''[[kyai]]'' di Pondok Pesantren Krapyak dan belajar di SMP. Pada tahun 1957, setelah lulus dari SMP, Wahid pindah ke [[Magelang]] untuk memulai Pendidikan Muslim di [[Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam Tegalrejo|Pesantren Tegalrejo]]. Ia mengembangkan reputasi sebagai murid berbakat, menyelesaikan pendidikan pesantren dalam waktu dua tahun (seharusnya empat tahun). Pada tahun 1959, Wahid pindah ke Pesantren Tambakberas di Jombang. Di sana, sementara melanjutkan pendidikannya sendiri, Abdurrahman Wahid juga menerima pekerjaan pertamanya sebagai guru dan nantinya sebagai kepala sekolah [[madrasah]]. Gus Dur juga dipekerjakan sebagai jurnalis majalah seperti ''Horizon'' dan ''Majalah Budaya Jaya''.{{sfn|Barton|2002b|p=92}}
Tan A Lok dan Tan Eng Hwa ini merupakan anak dari [[Putri Campa]], puteri [[Tiongkok]] yang merupakan selir Raden [[Brawijaya V]].<ref name="qurtuby"/> Tan Kim Han sendiri kemudian berdasarkan penelitian seorang peneliti Perancis, [[Louis-Charles Damais]] diidentifikasikan sebagai Syekh Abdul Qodir Al-Shini yang diketemukan makamnya di [[Trowulan]].<ref name="qurtuby"/>
 
==== Pendidikan di luar negeri ====
Pada tahun 1944, Wahid pindah dari Jombang ke [[Jakarta]], tempat ayahnya terpilih menjadi Ketua pertama [[Masyumi|Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia]] (Masyumi), sebuah organisasi yang berdiri dengan dukungan tentara [[Jepang]] yang saat itu menduduki Indonesia. Setelah deklarasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, Gus Dur kembali ke Jombang dan tetap berada di sana selama perang kemerdekaan Indonesia melawan [[Belanda]]. Pada akhir perang tahun 1949, Wahid pindah ke Jakarta dan ayahnya ditunjuk sebagai Menteri Agama. Abdurrahman Wahid belajar di Jakarta, masuk ke SD KRIS sebelum pindah ke SD Matraman Perwari. Wahid juga diajarkan membaca buku non-Muslim, majalah, dan koran oleh ayahnya untuk memperluas pengetahuannya.<ref>Barton (2002), halaman 49</ref> Gus Dur terus tinggal di Jakarta dengan keluarganya meskipun ayahnya sudah tidak menjadi menteri agama pada tahun 1952. Pada April 1953, ayah Wahid meninggal dunia akibat kecelakaan mobil.
Pada tahun 1963, Wahid menerima beasiswa dari Kementerian Agama untuk belajar [[Studi Islam]] di [[Universitas Al Azhar]] di [[Kairo]], [[Mesir]]. Ia pergi ke Mesir pada November 1963. Meskipun ia mahir berbahasa {{bhs|Arab}}, Gus Dur diberitahu oleh pihak universitas bahwa ia harus mengambil kelas remedial sebelum belajar Islam dan bahasa Arab. Karena tidak mampu memberikan bukti bahwa ia memiliki kemampuan bahasa Arab, Wahid terpaksa mengambil kelas remedial.{{sfn|Barton|2002b|p=88}}
 
Abdurrahman Wahid menikmati hidup di Mesir pada tahun 1964; ia suka menonton film Eropa dan Amerika, dan juga menonton pertandingan [[sepak bola]]. Wahid juga terlibat dengan Asosiasi Pelajar Indonesia dan menjadi jurnalis majalah asosiasi tersebut. Pada akhir tahun, ia berhasil lulus kelas remedial Arabnya. Ketika ia memulai belajarnya dalam Islam dan bahasa Arab tahun 1965, Gus Dur kecewa; ia telah mempelajari banyak materi yang diberikan dan menolak metode belajar yang digunakan Universitas.{{sfn|Barton|2002a|p= 88}}
Pendidikan Wahid berlanjut dan pada tahun 1954, ia masuk ke Sekolah Menengah Pertama. Pada tahun itu, ia tidak naik kelas. Ibunya lalu mengirim Gus Dur ke [[Yogyakarta]] untuk meneruskan pendidikannya dengan mengaji kepada KH. Ali Maksum di Pondok Pesantren Krapyak dan belajar di SMP. Pada tahun 1957, setelah lulus dari SMP, Wahid pindah ke [[Magelang]] untuk memulai Pendidikan Muslim di Pesantren Tegalrejo. Ia mengembangkan reputasi sebagai murid berbakat, menyelesaikan pendidikan pesantren dalam waktu dua tahun (seharusnya empat tahun). Pada tahun 1959, Wahid pindah ke Pesantren Tambakberas di Jombang. Di sana, sementara melanjutkan pendidikannya sendiri, Abdurrahman Wahid juga menerima pekerjaan pertamanya sebagai guru dan nantinya sebagai kepala sekolah [[madrasah]]. Gus Dur juga dipekerjakan sebagai jurnalis majalah seperti ''Horizon'' dan ''Majalah Budaya Jaya''.<ref>Barton (2002), ''Biografi Gus Dur'', LKiS, halaman 92</ref>
[[Berkas:Abdurrahman Wahid and His Family.jpg|jmpl|ka|Abdurrahman berdiri di antara ayah dan ibunya, dan di belakang saudara-saudara kandungnya, dan seorang teman keluarganya, circa tahun 1952.]]
 
Di Mesir, Wahid dipekerjakan di Kedutaan Besar Indonesia. Pada saat ia bekerja, peristiwa [[Gerakan 30 September]] (G30S) terjadi. Mayor Jenderal [[Soeharto]] menangani situasi di Jakarta dan upaya pemberantasan komunis dilakukan. Sebagai bagian dari upaya tersebut, Kedutaan Besar Indonesia di Mesir diperintahkan untuk melakukan investigasi terhadap pelajar universitas dan memberikan laporan kedudukan politik mereka. Perintah ini diberikan pada Gus Dur, yang ditugaskan menulis laporan.{{sfn|Barton|2002a|p= 89}}
== Pendidikan di luar negeri ==
Pada tahun [[1963]], Wahid menerima beasiswa dari Kementrian Agama untuk belajar [[Studi Islam]] di [[Universitas Al Azhar]] di [[Kairo]], [[Mesir]]. Ia pergi ke Mesir pada November 1963. Meskipun ia mahir berbahasa {{bhs|Arab}}, Gus Dur diberitahu oleh pihak universitas bahwa ia harus mengambil kelas remedial sebelum belajar Islam dan bahasa Arab. Karena tidak mampu memberikan bukti bahwa ia memiliki kemampuan bahasa Arab, Wahid terpaksa mengambil kelas remedial.<ref>Barton (2002), ''Biografi Gus Dur'', LKiS, halaman 88</ref>
 
Gus Dur mengalami kegagalan di Mesir. Ia tidak setuju akan metode pendidikan serta pekerjaannya setelah G30S sangat mengganggu dirinya.{{sfn|Barton|2002b|p=99}} Pada tahun 1966, ia diberitahu bahwa ia harus mengulang belajar.{{sfn|Barton|2002b|p=99}} Pendidikan prasarjana Gus Dur diselamatkan melalui beasiswa di [[Universitas Baghdad]].{{sfn|Barton|2002b|p=102}} Gus Dur pindah ke [[Irak]] dan menikmati lingkungan barunya. Meskipun ia lalai pada awalnya, Gus Dur dengan cepat belajar. Gus Dur juga meneruskan keterlibatannya dalam Asosiasi Pelajar Indonesia dan juga menjadi salah satu penulis untuk majalah asosiasi tersebut.
Abdurrahman Wahid menikmati hidup di Mesir pada tahun 1964; ia suka menonton film Eropa dan Amerika, dan juga menonton pertandingan [[sepak bola]]. Wahid juga terlibat dengan Asosiasi Pelajar Indonesia dan menjadi jurnalis majalah asosiasi tersebut. Pada akhir tahun, ia berhasil lulus kelas remedial Arabnya. Ketika ia memulai belajarnya dalam Islam dan bahasa Arab tahun 1965, Gus Dur kecewa; ia telah mempelajari banyak materi yang diberikan dan menolak metode belajar yang digunakan Universitas.<ref>Barton (2002), halaman 88</ref>
 
Setelah menyelesaikan pendidikannya di Universitas Baghdad tahun 1970, Abdurrahman Wahid pergi ke Belanda untuk meneruskan pendidikannya. Gus Dur ingin belajar di [[Universitas Leiden]], tetapi kecewa karena pendidikannya di Universitas Baghdad kurang diakui.{{sfn|Barton|2002b|p=111}} dari Belanda, Gus Dur pergi ke [[Jerman]] dan [[Prancis]] sebelum kembali ke Indonesia tahun 1971.
Di Mesir, Wahid dipekerjakan di Kedutaan Besar Indonesia. Pada saat ia bekerja, peristiwa [[Gerakan 30 September]] (G30S) terjadi. Mayor Jenderal [[Suharto]] menangani situasi di Jakarta dan upaya pemberantasan komunis dilakukan. Sebagai bagian dari upaya tersebut, Kedutaan Besar Indonesia di Mesir diperintahkan untuk melakukan investigasi terhadap pelajar universitas dan memberikan laporan kedudukan politik mereka. Perintah ini diberikan pada Wahid, yang ditugaskan menulis laporan.<ref>Barton (2002), halaman 89</ref>
 
== Karier awal ==
Wahid mengalami kegagalan di Mesir. Ia tidak setuju akan metode pendidikan serta pekerjaannya setelah G30S sangat mengganggu dirinya.<ref name=Barton99>Barton (2002), ''Biografi Gus Dur'', LKiS, halaman 99</ref> Pada tahun 1966, ia diberitahu bahwa ia harus mengulang belajar.<ref name=Barton99/> Pendidikan prasarjana Gus Dur diselamatkan melalui beasiswa di [[Universitas Baghdad]].<ref>Barton (2002), ''Biografi Gus Dur'', LKiS, halaman 102</ref> Wahid pindah ke [[Irak]] dan menikmati lingkungan barunya. Meskipun ia lalai pada awalnya, Wahid dengan cepat belajar. Wahid juga meneruskan keterlibatannya dalam Asosiasi Pelajar Indonesia dan juga menulis majalah asosiasi tersebut.
Gus Dur kembali ke Jakarta mengharapkan bahwa ia akan pergi ke luar negeri lagi untuk belajar di [[Universitas McGill]] Kanada. Ia membuat dirinya sibuk dengan bergabung ke [[LP3ES|Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial]] (LP3ES),{{sfn|Barton|2002a|p=103}} organisasi yg terdiri dari kaum intelektual muslim progresif dan sosial demokrat. LP3ES mendirikan majalah ''[[Prisma (majalah)|Prisma]]'' dan Gus Dur menjadi salah satu kontributor utama majalah tersebut. Selama bekerja sebagai kontributor LP3ES, ia juga melakukan tur ke pesantren dan ''[[madrasah]]'' di seluruh Pulau Jawa. Itu adalah masa ketika pesantren sangat ingin mendapatkan pendanaan negara dengan mengadopsi kurikulum yang didukung negara dan Gus Dur khawatir bahwa nilai-nilai tradisional pesantren akan rusak karena perubahan ini.{{sfn|Barton|2002a|p=103–104}} Ia juga prihatin dengan kemiskinan pesantren yang dilihatnya selama perjalanannya. Pada saat yang sama mendorong pesantren untuk mengadopsi kurikulum yang didukung negara, Pemerintah juga mendorong pesantren sebagai agen perubahan dan membantu pemerintah dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Pada saat itulah ia akhirnya memutuskan untuk membatalkan rencana studi di luar negeri demi memajukan pengembangan pesantren.{{sfn|Barton|2002a|p=105}}
 
Abdurrahman Wahid melanjutkan karirnya sebagai jurnalis, menulis untuk majalah ''[[Tempo (majalah Indonesia)|Tempo]]'' dan ''[[Kompas (surat kabar)|Kompas]]'', sebuah surat kabar terkemuka di Indonesia. Artikel-artikelnya diterima dengan baik, dan dia mulai mengembangkan reputasi sebagai komentator sosial. Popularitas Gus Dur sedemikian rupa sehingga saat ini ia diundang untuk memberikan ceramah dan seminar, sehingga mengharuskannya bolak-balik antara Jakarta dan Jombang, tempat ia tinggal bersama keluarganya.
Setelah menyelesaikan pendidikannya di Universitas Baghdad tahun 1970, Abdurrahman Wahid pergi ke Belanda untuk meneruskan pendidikannya. Wahid ingin belajar di [[Universitas Leiden]], tetapi kecewa karena pendidikannya di Universitas Baghdad kurang diakui.<ref>Barton (2002), ''Biografi Gus Dur'', LKiS, halaman 111</ref> Dari Belanda, Wahid pergi ke [[Jerman]] dan [[Perancis]] sebelum kembali ke Indonesia tahun 1971.
 
Meski memiliki karier yang sukses hingga saat itu, Abdurrahman Wahid masih kesulitan memenuhi kebutuhan hidup, dan ia bekerja untuk mendapatkan penghasilan tambahan dengan menjual kacang dan mengantarkan es untuk digunakan dalam bisnis ''es lilin'' milik istrinya.{{sfn|Barton|2002a|pp=108–109}} Pada tahun 1974, ia mendapatkan pekerjaan tambahan di Jombang sebagai guru Ilmu Hukum Muslim di Pesantren Tambakberas dan segera mengembangkan reputasi yang baik. Setahun kemudian, Gus Dur menambah pekerjaanya sebagai guru yang mengajar ''[[Kitab al-Hikam]]'', sebuah teks [[Sufisme]] klasik.
== Awal karier ==
Gus Dur kembali ke Jakarta mengharapkan bahwa ia akan pergi ke luar negeri lagi untuk belajar di Universitas McGill Kanada. Ia membuat dirinya sibuk dengan bergabung ke Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial ([[LP3ES]]) organisasi yg terdiri dari kaum intelektual muslim progresif dan sosial demokrat. LP3ES mendirikan majalah ''[[Prisma (majalah)|Prisma]]'' dan Gusdur menjadi salah satu kontributor utama majalah tersebut. Selain bekerja sebagai kontributor LP3ES,Gusdur juga berkeliling pesantren dan madrasah di seluruh Jawa. Pada saat itu,pesantren berusaha keras mendapatkan pendanaan dari pemerintah dengan cara mengadopsi kurikulum pemerintah. Gusdur merasa prihatin dengan kondisi itu karena nilai-nilai tradisional pesantren semakin luntur akibat perubahan ini. Gusdur juga prihatin dengan kemiskinan pesantren yang ia lihat. Pada waktu yang sama ketika mereka membujuk pesantren mengadopsi kurikulum pemerintah, pemerintah juga membujuk pesantren sebagai agen perubahan dan membantu pemerintah dalam perkembangan ekonomi Indonesia. Gusdur memilih batal belajar luar negeri dan lebih memilih mengembangkan pesantren.
 
Pada tahun 1977, Abdurrahman Wahid bergabung dengan [[Universitas Hasyim Asyari]] sebagai Dekan Fakultas Akidah dan Pengamalan Islam. Sekali lagi dia unggul dalam pekerjaannya dan universitas ingin dia mengajar mata pelajaran tambahan seperti [[pedagogi]], [[syariah]], dan [[misiologi]]. Namun, keunggulannya menimbulkan kebencian dari kalangan universitas dan dia dilarang mengajar mata pelajaran tersebut. Saat melakukan semua usaha ini, ia juga secara rutin menyampaikan pidato selama [[Ramadan]] kepada komunitas Muslim di Jombang.
Abdurrahman Wahid meneruskan kariernya sebagai jurnalis,menulis untuk majalah dan surat kabar Artikelnya diterima dengan baik dan ia mulai mengembangkan reputasi sebagai komentator sosial. Dengan popularitas itu,ia mendapatkan banyak undangan untuk memberikan kuliah dan seminar, membuat dia harus pulang-pergi antara Jakarta dan Jombang, tempat Gusdur tinggal bersama keluarganya.
 
Meskipun memiliki karier yang sukses pada saat itu, Gusdur masih merasa sulit hidup hanya dari satu sumber pencaharian dan ia bekerja untuk mendapatkan pendapatan tambahan dengan menjual kacang dan mengantarkan es. Pada tahun 1974 Gusdur mendapat pekerjaan tambahan di Jombang sebagai guru di Pesantren Tambakberas dan segera mengembangkan reputasi baik. Satu tahun kemudian Wahid menambah pekerjaannya dengan menjadi Guru Kitab Al Hikam.
 
Pada tahun 1977, Gusdur bergabung ke Universitas Hasyim Asyari sebagai dekan Fakultas Praktik dan Kepercayaan Islam dan Universitas ingin agar Gusdur mengajar subjek tambahan seperti syariat Islam dan misiologi. Namun kelebihannya menyebabkan beberapa ketidaksenangan dari sebagian kalangan universitas.
 
== Nahdlatul Ulama ==
=== Awal keterlibatan ===
Latar belakang keluarga WahidGus Dur segera berarti. Ia akan diminta untuk memainkan peran aktif dalam menjalankan NU. Permintaan ini berlawanan dengan aspirasi Gus Dur dalam menjadisebagai intelektual publik dan ia dua kali menolak tawaran bergabung dengan Dewan Penasihat Agama NU. Namun, WahidGus Dur akhirnya bergabung dengan Dewan tersebut setelah kakeknya, Bisri Syansuri, memberinya tawaran ketiga.<ref>{{sfn|Barton (2002), halaman|2002a|p= 112</ref>}} Karena mengambil pekerjaan ini, WahidGus Dur juga memilih untuk pindah dari Jombang ke Jakarta dan menetap di sana. Sebagai anggota Dewan Penasihat Agama, WahidGus Dur memimpinmenjadikan dirinya sebagai reforman NU.
 
Pada saat itu, Abdurrahman Wahid juga mendapat pengalaman politik pertamanya. Pada [[Pemilihan umum legislatif Indonesia 1982|pemilihan umum legislatif 1982]], Wahid berkampanye untuk [[Partai Persatuan Pembangunan]] (PPP), sebuah Partai Islam yang dibentuk sebagai hasil gabungan 4 partai Islam termasuk NU. WahidGus Dur menyebut bahwa Pemerintah mengganggu kampanye PPP dengan menangkap orang seperti dirinya.<ref>{{sfn|Barton (2002), halaman|2002a|p= 133-134</ref>}} Namun, WahidGus Dur selalu berhasil lepas karena memiliki hubungan dengan orang penting seperti Jenderal [[Moerdani|Benny Moerdani]].
 
=== Mereformasi NU ===
Pada saat itu, banyak orang yang memandang NU sebagai organisasi dalam keadaan stagnasi/terhenti. Setelah berdiskusi, Dewan Penasihat Agama akhirnya membentuk Tim Tujuh (yangtermasuk termasukGus WahidDur) untuk mengerjakan isu reformasi dan membantu menghidupkan kembali NU. Reformasi dalam organisasi termasuk perubahan kepemimpinan. Pada 2 Mei 1982, pejabat-pejabat tinggi NU bertemu dengan Ketua NU [[Idham Chalid]] dan meminta agar ia mengundurkan diri. Idham, yang telah memandu NU pada era transisi kekuasaan dari [[Soekarno]] ke [[Soeharto]] awalnya melawan, tetapi akhirnya mundur karena tekanan. Pada 6 Mei 1982, WahidGus Dur mendengar pilihan Idham untuk mundur dan menemuinya, lalu ia berkata bahwa permintaan mundur tidak konstitusionilkonstitusional. Dengan himbauan WahidGus Dur, Idham membatalkan kemundurannya dan WahidGus Dur bersama dengan Tim Tujuh dapat menegosiasikan persetujuan antara Idham dan orang yang meminta kemundurannya.<ref>{{sfn|Barton (2002), halaman|2002a|p= 136</ref>}}
 
Pada tahun 1983, Soeharto dipilih kembali sebagai presiden untuk masa jabatan ke-4 oleh [[Majelis Permusyawaratan Rakyat]] (MPR) dan mulai mengambil langkah untuk menjadikan [[Pancasila]] sebagai Ideologi Negara. Dari Juni 1983 hingga Oktober 1983, WahidGus Dur menjadi bagian dari kelompok yang ditugaskan untuk menyiapkan responrespons NU terhadap isu tersebut. WahidGus Dur berkonsultasi dengan bacaan seperti [[QuranAl-Qur'an]] dan [[SunnahHadis]] untuk pembenaran dan akhirnya, pada Oktober 1983, ia menyimpulkan bahwa NU harus menerima Pancasila sebagai Ideologi Negara.<ref>Barton, halaman 138</ref> Untuk lebih menghidupkan kembali NU, WahidGus Dur juga mengundurkan diri dari PPP dan partai politik. Hal ini dilakukan sehingga NU dapat fokus dalam masalah sosial daripada terhambat dengan terlibat dalam politik.
 
=== Terpilih sebagai ketua dan masa jabatan pertama ===
Reformasi WahidGus Dur membuatnya sangat populer di kalangan NU. Pada saat Musyawarah Nasional 1984, banyak orang yang mulai menyatakan keinginan mereka untuk menominasikan WahidGus Dur sebagai ketua baru NU. WahidGus Dur menerima nominasi ini dengan syarat ia mendapatkan wewenang penuh untuk memilih para pengurus yang akan bekerja di bawahnya. WahidGus Dur terpilih sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama pada Musyawarah Nasional tersebut, dengan [[Anwar Nurris]] selaku sekjen PBNU. Namun, persyaratannya untuk dapat memilih sendiri para pengurus di bawahnya tidak terpenuhi. Pada hari terakhir Munas, daftar anggota WahidGus Dur sedang dibahas persetujuannya oleh para pejabat tinggutinggi NU termasuk Ketua PBNU sebelumnya, [[Idham Chalid]]. WahidGus Dur sebelumnya telah memberikan sebuah daftar kepada Panitia Munas yang sedianya akan diumumkan hari itu. Namun, Panitia Munas, yang bertentangan dengan Idham, mengumumkan sebuah daftar yang sama sekali berbeda kepada para peserta Munas.<ref>{{sfn|Barton, halaman|2002a|p= 143</ref>}}
 
Terpilihnya Gus Dur dilihat positif oleh [[SuhartoSoeharto]] dan rezim [[Orde Baru]]. Penerimaan WahidGus Dur terhadap Pancasila bersamaan dengan citra moderatnya menjadikannya disukai oleh pejabat pemerintahan. Pada tahun 1985, SuhartoSoeharto menjadikan Gus Dur indoktrinator Pancasila.<ref>{{sfn|Barton (2002), halaman|2002a|p= 153-154</ref>}} Pada tahun 1987, AbdurrahmanGus WahidDur menunjukan dukungan lebih lanjut terhadap rezim tersebut dengan mengkritik PPP dalam pemilihan umum legislatif 1987 dan memperkuat Partai [[Golkar]] SuhartoSoeharto. Ia kemudian menjadi anggota MPR mewakili Golkar. Meskipun ia disukai oleh rezim, WahidGus Dur mengkritik pemerintah karena proyek [[Kasus Kedung Ombo|Waduk Kedung Ombo]] yang didanai oleh [[Bank Dunia]].<ref>{{sfn|Barton (2002), ''Biografi Gus Dur'', LKiS, halaman |2002b|p=188-189</ref>}} Hal ini merenggangkan hubungan WahidGus Dur dengan pemerintah, namuntetapi saat itu SuhartoSoeharto masih mendapat dukungan politik dari NU.
 
Selama masa jabatan pertamanya, Gus Dur fokus dalam mereformasi sistem pendidikan pesantren dan berhasil meningkatkan kualitas sistem pendidikan pesantren sehingga dapat menandingi sekolah sekuler.<ref>Barton, halaman 162</ref> Pada tahun 1987, Gus Dur juga mendirikan kelompok belajar di [[Probolinggo]], Jawa Timur untuk menyediakan forum individu sependirian dalam NU untuk mendiskusikan dan menyediakan interpretasi teks Muslimmuslim.<ref>Barton, halaman 165-166</ref> Gus Dur pernah pula menghadapi kritik bahwa ia mengharapkan mengubah salam Muslimmuslim "assalamualaikum" menjadi salam sekuler "selamat pagi".<ref>{{sfn|Barton (2002), ''Biografi Gus Dur'', LKiS, halaman |2002b|p=189</ref>}}
 
=== Masa jabatan kedua dan melawan Orde Baru ===
WahidGus Dur terpilih kembali untuk masa jabatan kedua Ketua NU pada Musyawarah Nasional 1989. Pada saat itu, Soeharto, yang terlibat dalam pertempuran politik dengan [[ABRI]], mulai menarik simpati Muslimmuslim untuk mendapat dukungan mereka. Pada Desember 1990, [[Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia]] (ICMI) dibentuk untuk menarik hati MuslimIntelektual Intelektualmuslim. Organisasi ini didukung oleh Soeharto, diketuai oleh [[Baharuddin Jusuf Habibie]] dan di dalamnya terdapat intelektual Muslimmuslim seperti [[Amien Rais]] dan [[Nurcholish Madjid]] sebagai anggota. Pada tahun 1991, beberapa anggota ICMI meminta Gus Dur bergabung. Gus Dur menolak karena ia mengira ICMI mendukung [[sektarianisme]] dan akan membuat Soeharto tetap kuat.<ref>{{sfn|Barton (2002), halaman|2002a|p= 183</ref>}} Pada tahun 1991, WahidGus Dur melawan ICMI dengan membentuk Forum Demokrasi, organisasi yang terdiri dari 45 intelektual dari berbagai komunitas religius dan sosial. Organisasi ini diperhitungkan oleh pemerintah dan pemerintah menghentikan pertemuan yang diadakan oleh Forum Demokrasi saat menjelang [[Pemilihan Umum Anggota DPR dan DPRD Indonesia 1992|pemilihan umum legislatif 1992]].
 
Pada Maret 1992, Gus Dur berencana mengadakan Musyawarah Besar untuk merayakan ulang tahun NU ke-66 dan mengulang pernyataan dukungan NU terhadap Pancasila. WahidGus Dur merencanakan acara itu dihadiri oleh paling sedikit satu juta anggota NU. Namun, Soeharto menghalangi acara tersebut, memerintahkan polisi untuk mengembalikan bus berisi anggota NU ketika mereka tiba di Jakarta. Akan tetapi, acara itu dihadiri oleh 200.000 orang. Setelah acara, Gus Dur mengirim surat protes kepada Soeharto menyatakan bahwa NU tidak diberi kesempatan menampilkan Islam yang terbuka, adil dan toleran.<ref>Barton, halaman 187</ref> Selama masa jabatan keduanya sebagai ketua NU, ide liberal Gus Dur mulai mengubah banyak pendukungnya menjadi tidak setuju. Sebagai ketua, Gus Dur terus mendorong dialog antar agama dan bahkan menerima undangan mengunjungi [[Israel]] pada Oktober 1994.<ref>{{sfn|Barton (2002), halaman|2002a|p= 198</ref>}}
 
=== Masa jabatan ketiga dan menuju reformasi ===
{{See also|Kejatuhan Soeharto}}
Menjelang Musyawarah Nasional 1994, Gus Dur menominasikan dirinya untuk masa jabatan ketiga. Mendengar hal itu, Soeharto ingin agar Wahid tidak terpilih. Pada minggu-minggu sebelum munas, pendukung Soeharto, seperti Habibie dan [[Harmoko]] berkampanye melawan terpilihnya kembali Gus Dur. Ketika musyawarah nasional diadakan, tempat pemilihan dijaga ketat oleh [[ABRI]] dalam tindakan intimidasi.<ref>Barton (2002), halaman 203</ref> Terdapat juga usaha menyuap anggota NU untuk tidak memilihnya. Namun, Gus Dur tetap terpilih sebagai ketua NU untuk masa jabatan ketiga. Selama masa ini, Gus Dur memulai aliansi politik dengan [[Megawati Soekarnoputri]] dari [[Partai Demokrasi Indonesia]] (PDI). Megawati yang menggunakan nama ayahnya memiliki popularitas yang besar dan berencana tetap menekan rezim Soeharto. Wahid menasihati Megawati untuk berhati-hati dan menolak dipilih sebagai Presiden untuk Sidang Umum MPR 1998. Megawati mengacuhkannya dan harus membayar mahal ketika pada Juli 1996 markas PDInya diambil alih oleh pendukung Ketua PDI yang didukung pemerintah, Soerjadi.
Menjelang Musyawarah Nasional 1994, Gus Dur menominasikan dirinya untuk masa jabatan ketiga. Mendengar hal itu, Soeharto ingin agar Wahid tidak terpilih. Pada minggu-minggu sebelum munas, pendukung Soeharto, seperti Habibie dan [[Harmoko]] berkampanye melawan terpilihnya kembali Gus Dur. Ketika musyawarah nasional diadakan, tempat pemilihan dijaga ketat oleh [[ABRI]] dalam tindakan intimidasi.{{sfn|Barton|2002a|p= 203}} Terdapat juga usaha menyuap anggota NU untuk tidak memilihnya. Namun, Gus Dur tetap terpilih sebagai ketua NU untuk masa jabatan ketiga. Selama masa ini, Gus Dur memulai aliansi politik dengan [[Megawati Soekarnoputri]] dari [[Partai Demokrasi Indonesia]] (PDI). Megawati yang menggunakan nama ayahnya memiliki popularitas yang besar dan berencana tetap menekan rezim Soeharto. Wahid menasihati Megawati untuk berhati-hati dan menolak dipilih sebagai Presiden untuk Sidang Umum MPR 1998. Megawati mengacuhkan sarannya, namun kemudian ia harus membayar mahal ketika pada Juli 1996 markas PDI-nya diambil alih oleh pendukung Ketua PDI yang didukung pemerintah, Soerjadi.
 
Melihat apa yang terjadi terhadap Megawati, Gus Dur berpikir bahwa pilihan terbaiknya sekarang adalah mundur secara politik dengan mendukung pemerintah. Pada November 1996, Wahid dan Soeharto bertemu pertama kalinya sejak pemilihan kembali Gus Dur sebagai ketua NU dan beberapa bulan berikutnya diikuti dengan pertemuan dengan berbagai tokoh pemerintah yang pada tahun 1994 berusaha menghalangi pemilihan kembali Gus Dur.<ref>{{sfn|Barton (2002), halaman|2002a|p= 221-222</ref>}} Pada saat yang sama, Gus Dur membiarkan pilihannya untuk melakukan reformasi tetap terbuka dan pada Desember 1996 bertemu dengan [[Amien Rais]], anggota ICMI yang kritis terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah.
 
Juli 1997 merupakan awal dari [[Krisis Finansial Asia]]. Soeharto mulai kehilangan kendali atas situasi tersebut. Gus Dur didorong untuk melakukan reformasi dengan Megawati dan Amien, namuntetapi ia terkena [[stroke]] pada Januari 1998. Dari rumah sakit, Wahid melihat situasi terus memburuk dengan pemilihan kembali Soeharto sebagai Presiden dan protes mahasiswa yang menyebabkan terjadinya [[kerusuhan Mei 1998]] setelah penembakan enam mahasiswa di [[Universitas Trisakti]]. Pada tanggal 19 Mei 1998, Gus Dur, bersama dengan delapan pemimpin penting dari komunitas Muslim, dipanggil ke kediaman Soeharto. Soeharto memberikan konsep Komite Reformasi yang ia usulkan. Sembilan pemimpin tersebut menolak untuk bergabung dengan Komite Reformasi. Gus Dur memiliki pendirian yang lebih moderat dengan Soeharto dan meminta demonstran berhenti untuk melihat apakah Soeharto akan menepati janjinya.<ref>{{sfn|Barton (2002), halaman|2002a|p= 243</ref>}} Hal tersebut tidak disukai Amien, yang merupakan oposisi Soeharto yang paling kritis pada saat itu. Namun, Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya pada tanggal 21 Mei 1998. Wakil Presiden [[B.J. Habibie]] menjadi presiden menggantikan Soeharto.
 
== Reformasi ==
=== Pembentukan PKB dan Pernyataan Ciganjur ===
[[Berkas:Emha Ainun Nadjib, Abdurrahman Wahid, dan Soeharto.jpg|thumb|240px|Soeharto bertemu dengan Gus Dur pada tahun 1998.]]
Salah satu dampak jatuhnya Soeharto adalah pembentukan partai politik baru. Di bawah rezim Soeharto, hanya terdapat tiga partai politik: Golkar, PPP dan PDI. Dengan jatuhnya Soeharto, partai-partai politik mulai terbentuk, dengan yang paling penting adalah [[Partai Amanat Nasional]] (PAN) bentukan Amien dan [[Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan]] (PDI-P) bentukan Megawati. Pada Juni 1998, banyak orang dari komunitas NU meminta Gus Dur membentuk partai politik baru. Ia tidak langsung mengimplementasikan ide tersebut. Namun pada Juli 1998 Gus Dur mulai menanggapi ide tersebut karena mendirikan partai politik merupakan satu-satunya cara untuk melawan Golkar dalam pemilihan umum. Wahid menyetujui pembentukan PKB dan menjadi Ketua Dewan Penasihat dengan Matori Abdul Djalil sebagai ketua partai. Meskipun partai tersebut didominasi anggota NU, Gus Dur menyatakan bahwa partai tersebut terbuka untuk semua orang.
Salah satu dampak jatuhnya Soeharto adalah pembentukan partai politik baru. Di bawah rezim Soeharto, hanya terdapat tiga partai politik: Golkar, PPP dan PDI. Dengan jatuhnya Soeharto, partai-partai politik mulai terbentuk, dengan yang paling penting adalah [[Partai Amanat Nasional]] (PAN) bentukan Amien dan [[Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan]] (PDI-P) bentukan Megawati. Pada Juni 1998, banyak orang dari komunitas NU meminta Gus Dur membentuk partai politik baru. Ia tidak langsung mengimplementasikan ide tersebut. Namun pada Juli 1998 Gus Dur mulai menanggapi ide tersebut karena mendirikan partai politik merupakan satu-satunya cara untuk melawan Golkar dalam pemilihan umum. Wahid menyetujui pembentukan PKB dan menjadi Ketua Dewan Penasihat dengan [[Matori Abdul Djalil]] sebagai ketua partai. Meskipun partai tersebut didominasi anggota NU, Gus Dur menyatakan bahwa partai tersebut terbuka untuk semua orang.
 
Pada November 1998, dalam pertemuan di Ciganjur, Gus Dur, bersama dengan Megawati, Amien, dan Sultan [[Hamengkubuwono X]] kembali menyatakan komitmen mereka untuk reformasi. Pada 7 Februari 1999, PKB secara resmi menyatakan Gus Dur sebagai kandidat pemilihan presiden.
Baris 147 ⟶ 135:
=== Pemilu 1999 dan Sidang Umum MPR ===
[[Berkas:Amien Rais and Abdurrahman Wahid, 1999.jpg|jmpl|200px|Amien Rais dan Gus Dur pada Sidang Umum MPR.]]
Pada Juni 1999, partai PKB ikut serta dalam arena pemilu legislatif. PKB memenangkan 12% suara dengan PDI-P memenangkan 33% suara. Dengan kemenangan partainya, Megawati diperkirakan akan memenangkan [[Pemilihan umum Presiden Indonesia 1999|pemilihan presiden]] pada Sidang Umum MPR. Namun, PDI-P tidak memiliki kursi mayoritas penuh, sehingga membentuk aliansi dengan PKB. Pada Juli, [[Amien Rais]] membentuk [[Poros Tengah]], koalisi partai-partai Muslim.<ref>{{sfn|Barton (2002), halaman|2002a|p= 275</ref>}} Poros Tengah mulai menominasikan Gus Dur sebagai kandidat ketiga pada pemilihan presiden dan komitmen PKB terhadap PDI-P mulai berubah.
 
Pada 7 Oktober 1999, Amien dan [[Poros Tengah]] secara resmi menyatakan Abdurrahman Wahid sebagai calon presiden.<ref>Barton, halaman 281</ref> Pada 19 Oktober 1999, MPR menolak pidato pertanggungjawaban Habibie dan ia mundur dari pemilihan presiden. Beberapa saat kemudian, [[Akbar Tanjung]], ketua Golkar dan ketua [[Dewan Perwakilan Rakyat]] (DPR) menyatakan Golkar akan mendukung Gus Dur. Pada 20 Oktober 1999, MPR kembali berkumpul dan mulai memilih presiden baru. Abdurrahman Wahid kemudian terpilih sebagai Presiden Indonesia ke-4 dengan 373 suara, sedangkan Megawati hanya 313 suara.<ref>{{cite book|last = Conceicao|first = J.F.|title = Indonesia's Six Years of Living Dangerously|url = https://archive.org/details/indonesiassixyea0000conc|publisher = Horizon Books|year = 2005|location = Singapore|pages = [https://archive.org/details/indonesiassixyea0000conc/page/9 9]|isbn = 981-05-2307-6 }}</ref>
 
Tidak senang karena calon mereka gagal memenangkan pemilihan, pendukung Megawati mengamuk dan Gus Dur menyadari bahwa Megawati harus terpilih sebagai wakil presiden. Setelah meyakinkan jenderal [[Wiranto]] untuk tidak ikut serta dalam pemilihan wakil presiden dan membuat PKB mendukung Megawati, Gus Dur pun berhasil meyakinkan Megawati untuk ikut serta. Pada 21 Oktober 1999, Megawati ikut serta dalam pemilihan wakil presiden dan mengalahkan [[Hamzah Haz]] dari PPP.
 
== Kepresidenan ==
{{PemimpinIndonesia}}
=== 1999 ===
[[Berkas:Pelantikan Presiden Abdurrahman Wahid tahun 1999Gusdur.jpg|jmpl|200px|ProsesiPotret Pelantikanresmi Presidenpresiden Abdurrahman Wahid tahunversi 1999.]]
{{multiple image
[[Berkas:Indonesia National Unity Cabinet.jpg|jmpl|200px|Kabinet Persatuan Nasional Presiden Abdurrahman Wahid]]
| align = right
[[Berkas:Gus Dur dan Mega.jpg|200px|jmpl|ka|Presiden Abdurrahman Wahid dan Wakil Presiden [[Megawati Soekarnoputri]] dalam Upacara HUT RI 17 Agustus 2000 di [[Istana Merdeka]], [[Jakarta]]]]
| direction = horizontal
| caption_align = center
| image1 = Pelantikan Abdurrahman Wahid.jpg
| width1 = 175
| footer = Prosesi pelantikan Abdurrahman Wahid sebagai presiden (kiri); dan formasi awal Kabinet Persatuan Nasional (kanan).
| image2 = Indonesia National Unity Cabinet (1st reshuffle).jpg
| width2 = 170
}}
=== Pemerintahan awal ===
{{See also|Pelantikan Abdurrahman Wahid}}
Kabinet pertama Gus Dur, [[Kabinet Persatuan Nasional]], adalah kabinet koalisi yang meliputi anggota berbagai partai politik: PDI-P, PKB, Golkar, PPP, PAN, dan Partai Keadilan (PK). Non-partisan dan TNI juga ada dalam kabinet tersebut. Wahid kemudian mulai melakukan dua reformasi pemerintahan. Reformasi pertama adalah membubarkan Departemen Penerangan, senjata utama rezim Soeharto dalam menguasai media. Reformasi kedua adalah membubarkan Departemen Sosial yang korup.<ref name="Barton, pages 290">Barton, halaman 290</ref>
 
Pada November 1999, Wahid mengunjungi negara-negara anggota [[ASEAN]], [[Jepang]], [[Amerika Serikat]], [[Qatar]], [[Kuwait]], dan [[Yordania]]. Setelah itu, pada bulan Desember, ia mengunjungi [[Republik Rakyat Tiongkok]].<ref>{{sfn|Barton (2002), halaman|2002a|p= 288-290</ref>}}
 
[[Berkas:Prime Minister Keizo Obuchi and President Abdurrahman Wahid.jpg|thumb|upright|Presiden Abdurrahman Wahid dengan Perdana Menteri Jepang [[Keizō Obuchi]].]]
Setelah satu bulan berada dalam Kabinet Persatuan Nasional,Menteri Koordinator Pengentasan Kemiskinan (Menko Taskin) Hamzah Haz mengumumkan pengunduran dirinya pada bulan November. Muncul dugaan bahwa pengunduran dirinya diakibatkan karena Gus Dur menuduh beberapa anggota kabinet melakukan korupsi selama ia masih berada di Amerika Serikat.<ref name="Barton, pages 290"/> Beberapa menduga bahwa pengunduran diri Hamzah Haz diakibatkan karena ketidaksenangannya atas pendekatan Gus Dur dengan [[Israel]].<ref>{{cite book|last = Conceicao|first = J.F|title = Indonesia's Six Years of Living Dangerously|publisher = Horizon Books|date = 2005|location = Singapore|pages = 15|id = ISBN 981-05-2307-6 }}</ref>
 
Setelah satu bulan berada dalam Kabinet Persatuan Nasional, Menteri Koordinator bidang Pengentasan Kemiskinan (Menko Taskin), [[Hamzah Haz]] mengumumkan pengunduran dirinya pada bulan November. Muncul dugaan bahwa pengunduran dirinya diakibatkan karena Gus Dur menuduh beberapa anggota kabinet melakukan korupsi selama ia masih berada di Amerika Serikat.<ref name="Barton, pages 290"/> Beberapa menduga bahwa pengunduran diri Hamzah Haz diakibatkan karena ketidaksenangannya atas pendekatan Gus Dur dengan [[Israel]].<ref>{{cite book|last = Conceicao|first = J.F|title = Indonesia's Six Years of Living Dangerously|url = https://archive.org/details/indonesiassixyea0000conc|publisher = Horizon Books|date = 2005|location = Singapore|pages = [https://archive.org/details/indonesiassixyea0000conc/page/15 15]|id = ISBN 981-05-2307-6 }}</ref>
Rencana Gus Dur adalah memberikan Aceh referendum. Namun referendum ini menentukan otonomi dan bukan kemerdekaan seperti referendum [[Timor Timur]]. Gus Dur juga ingin mengadopsi pendekatan yang lebih lembut terhadap Aceh dengan mengurangi jumlah personel militer di Negeri Serambi Mekkah tersebut. Pada 30 Desember, Gus Dur mengunjungi [[Jayapura]] di provinsi Irian Jaya. Selama kunjungannya, Abdurrahman Wahid berhasil meyakinkan pemimpin-pemimpin Papua bahwa ia mendorong penggunaan nama Papua.<ref>Barton, halaman 293</ref>
 
Rencana Gus Dur adalah memberikan Aceh referendum. Namun referendum ini menentukan otonomi dan bukan kemerdekaan seperti referendum [[Timor Timur]]. Gus Dur juga ingin mengadopsi pendekatan yang lebih lembut terhadap Aceh dengan mengurangi jumlah personel militer di Negeri Serambi Makkah tersebut. Pada 30 Desember, Gus Dur mengunjungi [[Jayapura]] di provinsi Irian Jaya. Selama kunjungannya, Abdurrahman Wahid berhasil meyakinkan pemimpin-pemimpin Papua bahwa ia mendorong penggunaan nama Papua.<ref>Barton, halaman 293</ref>
=== 2000 ===
[[Berkas:Abdurrahman Wahid - World Economic Forum Annual Meeting Davos 2000.jpg|jmpl|ka|200px|Abdurrahman Wahid di Forum Ekonomi Dunia tahun 2000.]]
Pada Januari 2000, Gus Dur melakukan perjalanan ke luar negeri lainnya ke [[Swiss]] untuk menghadiri [[Forum Ekonomi Dunia]] dan mengunjungi [[Arab Saudi]] dalam perjalanan pulang menuju Indonesia. Pada Februari, Wahid melakukan perjalanan luar negeri ke Eropa lainnya dengan mengunjungi [[Kerajaan Inggris|Inggris]], [[Perancis]], [[Belanda]], [[Jerman]], dan [[Italia]]. Dalam perjalanan pulang dari Eropa, Gus Dur juga mengunjungi [[India]], [[Korea Selatan]], [[Thailand]], dan [[Brunei Darussalam]]. Pada bulan Maret, Gus Dur mengunjungi [[Timor Leste]]. Di bulan April, Wahid mengunjungi [[Afrika Selatan]] dalam perjalanan menuju [[Kuba]] untuk menghadiri pertemuan [[G-77]], sebelum kembali melewati [[Kota Meksiko]] dan [[Hong Kong]]. Pada bulan Juni, Wahid sekali lagi mengunjungi Amerika, Jepang, dan Perancis dengan [[Iran]], [[Pakistan]], dan [[Mesir]] sebagai tambahan baru ke dalam daftar negara-negara yang dikunjunginya.<ref>Barton (2002), halaman 294, hal. 297-298, hal.308</ref>
 
=== Pertengahan kepresidenan ===
Ketika Gus Dur berkelana ke Eropa pada bulan Februari, ia mulai meminta Jenderal [[Wiranto]] mengundurkan diri dari jabatan Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan. Gus Dur melihat Wiranto sebagai halangan terhadap rencana reformasi militer dan juga karena tuduhan pelanggaran HAM di Timor Timur terhadap Wiranto.<ref>{{cite book|last = Conceicao|first = J.F|title = Indonesia's Six Years of Living Dangerously|publisher = Horizon Books|date = 2005|location = Singapore|pages = 18|id = ISBN 981-05-2307-6 }}</ref>
[[Berkas:Gus Dur dan Mega.jpg|200px|jmpl|ka|Presiden Abdurrahman Wahid dan Wakil Presiden [[Megawati Soekarnoputri]] dalam upacara HUT ke-55 RI pada 17 Agustus 2000 di [[Istana Merdeka]]]]
[[Berkas:Abdurrahman Wahid - World Economic Forum Annual Meeting Davos 2000.jpg|jmpl|ka|200px|Presiden Abdurrahman Wahid di Forum Ekonomi Dunia tahun 2000.]]
Pada Januari 2000, Gus Dur melakukan perjalanan ke luar negeri lainnya ke [[Swiss]] untuk menghadiri [[Forum Ekonomi Dunia]] dan mengunjungi [[Arab Saudi]] dalam perjalanan pulang menuju Indonesia. Pada Februari, Wahid melakukan perjalanan luar negeri ke Eropa lainnya dengan mengunjungi [[Kerajaan Inggris|Inggris]], [[Prancis]], [[Belanda]], [[Jerman]], dan [[Italia]]. Dalam perjalanan pulang dari Eropa, Gus Dur juga mengunjungi [[India]], [[Korea Selatan]], [[Thailand]], dan [[Brunei Darussalam]]. Pada bulan Maret, Gus Dur mengunjungi [[Timor Leste]]. Pada bulan April, Wahid mengunjungi [[Afrika Selatan]] dalam perjalanan menuju [[Kuba]] untuk menghadiri pertemuan [[G-77]], sebelum kembali melewati [[Kota Meksiko]] dan [[Hong Kong]]. Pada bulan Juni, Wahid sekali lagi mengunjungi Amerika, Jepang, dan Prancis dengan [[Iran]], [[Pakistan]], dan [[Mesir]] sebagai tambahan baru ke dalam daftar negara-negara yang dikunjunginya.{{sfn|Barton|2002a|p= 294, 297-298, 308}}
 
==== Pencopotan para menteri ====
Ketika Gus Dur kembali ke Jakarta, Wiranto berbicara dengannya dan berhasil meyakinkan Gus Dur agar tidak menggantikannya. Namun, Gus Dur kemudian mengubah pikirannya dan memintanya mundur. Pada April 2000, Gus Dur memecat Menteri Negara Perindustrian dan Perdagangan [[Jusuf Kalla]] dan Menteri Negara BUMN [[Laksamana Sukardi]]. Alasan yang diberikan Wahid adalah bahwa keduanya terlibat dalam kasus korupsi, meskipun Gus Dur tidak pernah memberikan bukti yang kuat.<ref>Barton (2002), halaman 302</ref> Hal ini memperburuk hubungan Gus Dur dengan Golkar dan PDI-P.
Ketika Gus Dur berkelana ke Eropa pada bulan Februari, ia mulai meminta Jenderal [[Wiranto]] mengundurkan diri dari jabatan Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan. Gus Dur melihat Wiranto sebagai halangan terhadap rencana reformasi militer dan juga karena tuduhan pelanggaran HAM di Timor Timur terhadap Wiranto.<ref>{{cite book|last = Conceicao|first = J.F|title = Indonesia's Six Years of Living Dangerously|url = https://archive.org/details/indonesiassixyea0000conc|publisher = Horizon Books|date = 2005|location = Singapore|pages = [https://archive.org/details/indonesiassixyea0000conc/page/18 18]|id = ISBN 981-05-2307-6 }}</ref> Ketika Gus Dur kembali ke Jakarta, Wiranto berbicara dengannya dan berhasil meyakinkan Gus Dur agar tidak menggantikannya. Namun, Gus Dur kemudian mengubah pikirannya dan memintanya mundur. Pada April 2000, Gus Dur memecat Menteri Negara Perindustrian dan Perdagangan [[Jusuf Kalla]] dan Menteri Negara BUMN [[Laksamana Sukardi]]. Alasan yang diberikan Wahid adalah bahwa keduanya terlibat dalam kasus korupsi, meskipun Gus Dur tidak pernah memberikan bukti yang kuat.{{sfn|Barton|2002a|p= 302}} Hal ini memperburuk hubungan Gus Dur dengan Golkar dan PDI-P.
 
==== Negosiasi di Aceh ====
Pada Maret 2000, pemerintahan Gus Dur mulai melakukan negosiasi dengan [[Gerakan Aceh Merdeka]] (GAM). Dua bulan kemudian, pemerintah menandatangani [[nota kesepahaman]] dengan GAM hingga awal tahun 2001, saat kedua penandatangan akan melanggar persetujuan.<ref>{{cite book|last = Conceicao|first = J.F|title = Indonesia's Six Years of Living Dangerously|publisher = Horizon Books|date = 2005|location = Singapore|pages = 30-31|id = ISBN 981-05-2307-6 }}</ref> Gus Dur juga mengusulkan agar TAP MPRS No. XXIX/MPR/1966 yang melarang Marxisme-Leninisme dicabut.<ref>{{cite web|authors = ryi/wis/sal|title = Dari Secangkir Kopi ke Hawa Nafsu|publisher = Kompas|date = 14 April 2000|url = http://www.kompas.com/kompas-cetak/0004/14/NASIONAL/dari07.htm|accessdate = 30 Desember 2006}}</ref>
Pada Maret 2000, pemerintahan Gus Dur mulai melakukan negosiasi dengan [[Gerakan Aceh Merdeka]] (GAM). Dua bulan kemudian, pemerintah menandatangani [[nota kesepahaman]] dengan GAM hingga awal tahun 2001, saat kedua penandatangan akan melanggar persetujuan.<ref>{{cite book|last = Conceicao|first = J.F|title = Indonesia's Six Years of Living Dangerously|url = https://archive.org/details/indonesiassixyea0000conc|publisher = Horizon Books|date = 2005|location = Singapore|pages = [https://archive.org/details/indonesiassixyea0000conc/page/30 30]-31|id = ISBN 981-05-2307-6 }}</ref> Gus Dur juga mengusulkan agar TAP MPRS No. XXIX/MPR/1966 yang melarang Marxisme-Leninisme dicabut.<ref>{{Cite news|authors = ryi/wis/sal|title = Dari Secangkir Kopi ke Hawa Nafsu|publisher = Kompas|date = 14 April 2000|url = http://www.kompas.com/kompas-cetak/0004/14/NASIONAL/dari07.htm|accessdate = 30 Desember 2006|work = [[Kompas.com]]|archive-date = 2006-08-18|archive-url = https://web.archive.org/web/20060818164956/http://www.kompas.com/kompas-cetak/0004/14/NASIONAL/dari07.htm|dead-url = no}}</ref>
 
==== Kebijakan rekonsiliasi ====
Ia juga berusaha membuka hubungan dengan Israel, yang menyebabkan kemarahan pada kelompok Muslim Indonesia.<ref>{{cite web|title = Wahid's Move on Trade Stirs Up Nationalism Among Muslims|publisher = New York Times|date = 12 November 1999|url = http://www.nytimes.com/1999/11/12/news/12iht-a1_3.html|accessdate = 25 Juni 2009}}</ref> Isu ini diangkat dalam pidato Ribbhi Awad, duta besar Palestina untuk Indonesia, kepada parlemen Palestina tahun 2000. Isu lain yang muncul adalah keanggotaan Gus Dur pada Yayasan [[Shimon Peres]]. Baik Gus Dur dan menteri luar negerinya [[Alwi Shihab]] menentang penggambaran Presiden Indonesia yang tidak tepat, dan Alwi meminta agar Awad, duta besar Palestina untuk Indonesia, diganti.<ref>{{cite web|title = Palestinian Ambassador Should Be Replaced|publisher = Jakarta Post|date = 20 Oktober 2000|url = http://www.thejakartapost.com/news/2000/10/20/palestinian-ambassador-should-be-replaced-alwi.html|accessdate = 25 Juni 2009}}</ref>
Pada bulan Maret 2000, Abdurrahman Wahid menyarankan agar resolusi Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) tahun 1966 tentang pelarangan [[Marxisme–Leninisme]] dicabut.<ref>{{cite web|author1=ryi |author2=wis |author3=sal |title=Dari Secangkir Kopi ke Hawa Nafsu |publisher=Kompas |date=14 April 2000 |url=http://www.kompas.com/kompas-cetak/0004/14/NASIONAL/dari07.htm |access-date=30 December 2006 |archive-url=https://web.archive.org/web/20060818164956/http://www.kompas.com/kompas-cetak/0004/14/NASIONAL/dari07.htm |archive-date=18 August 2006 }}</ref>
 
Abdurrahman Wahid juga bergerak untuk menjalin hubungan komersial dengan [[Israel]], yang menimbulkan kemarahan banyak kelompok Muslim Indonesia.<ref>{{cite news|title=Wahid's Move on Trade Stirs Up Nationalism Among Muslims |work=The New York Times |date=12 November 1999 |url=https://www.nytimes.com/1999/11/12/news/12iht-a1_3.html |access-date=25 June 2009 |first=Michael |last=Richardson |archive-url=https://web.archive.org/web/20110921213010/http://www.nytimes.com/1999/11/12/news/12iht-a1_3.html |archive-date=21 September 2011 }}</ref> Hal ini merupakan salah satu isu yang muncul dalam pengarahan yang diberikan kepada delegasi parlemen Palestina pada tahun 2000 oleh [[Riddhi Awad]], duta besar mereka untuk Indonesia. Isu lainnya adalah keanggotaan Gus Dur di Yayasan [[Shimon Peres]]. Baik Abdurrahman Wahid maupun menteri luar negerinya [[Alwi Shihab]] tersinggung atas penggambaran presiden Indonesia yang tidak akurat, dan Alwi menyerukan penggantian Awad.<ref>{{cite web|title=Palestinian Ambassador Should Be Replaced |work=The Jakarta Post |date=20 October 2000 |url=http://www.thejakartapost.com/news/2000/10/20/palestinian-ambassador-should-be-replaced-alwi.html |access-date=25 June 2009 |archive-url=https://web.archive.org/web/20100121130700/http://www.thejakartapost.com/news/2000/10/20/palestinian-ambassador-should-be-replaced-alwi.html |archive-date=21 January 2010 }}</ref> Namun, [[Nurcholish Madjid]] menegaskan bahwa netralitas pribadi Gus Dur terhadap [[Konflik Israel–Palestina]] harusnya tunduk pada perasaan "mayoritas" masyarakat Indonesia yang mendukung Palestina.<ref>{{cite web|title=Wawancara Nurcholish |publisher=Tempo |url=http://www.tempo.co.id/harian/wawancara/waw-nurcholis.html |access-date=25 June 2009 |archive-url=https://web.archive.org/web/20110721042709/http://www.tempo.co.id/harian/wawancara/waw-nurcholis.html |archive-date=21 July 2011 }}</ref> Tercatat, Gus Dur mengunjungi Israel sebanyak enam kali. Dalam sebuah wawancara dengan media Israel dia berkata,
Dalam usaha mereformasi militer dan mengeluarkan militer dari ruang sosial-politik, Gus Dur menemukan sekutu, yaitu [[Agus Wirahadikusumah]], yang diangkatnya menjadi Panglima [[Kostrad]] pada bulan Maret. Pada Juli 2000, Agus mulai membuka skandal yang melibatkan Dharma Putra, yayasan yang memiliki hubungan dengan Kostrad. Melalui Megawati, anggota TNI mulai menekan Wahid untuk mencopot jabatan Agus. Gus Dur mengikuti tekanan tersebut, tetapi berencana menunjuk Agus sebagai Kepala Staf Angkatan Darat. Petinggi TNI merespon dengan mengancam untuk pensiun, sehingga Gus Dur kembali harus menurut pada tekanan.<ref>{{cite book|last = Conceicao|first = J.F|title = Indonesia's Six Years of Living Dangerously|publisher = Horizon Books|date = 2005|location = Singapore|pages = 21|id = ISBN 981-05-2307-6 }}</ref>
{{Blockquote|
"Saya pikir ada persepsi yang salah bahwa Islam bertentangan dengan Israel. Hal ini disebabkan oleh propaganda Arab. Kita harus membedakan antara orang Arab dan Muslim. Beberapa orang di Indonesia mengklaim bahwa saya adalah antek Barat, namun fakta bahwa saya semakin populer seiring berjalannya waktu menghilangkan anggapan ini, dan menunjukkan bahwa ini hanyalah pandangan segelintir elit. Saya selalu mengatakan bahwa [[Tiongkok]] dan [[Uni Soviet]] menggunakan [[ateisme]] sebagai bagian dari konstitusi mereka, namun kami memiliki hubungan jangka panjang dengan kedua negara ini. Jadi [[Israel]] mempunyai reputasi sebagai bangsa yang menjunjung tinggi Tuhan dan agama—oleh karena itu tidak ada alasan kita harus melawan Israel."<ref>{{Cite news |last=Odenheimer |first=Micha |date=7 July 2004 |title=A Friend of Israel in the Islamic World |language=en |work=Haaretz |url=https://www.haaretz.com/2004-07-07/ty-article/a-friend-of-israel-in-the-islamic-world/0000017f-e0bd-d7b2-a77f-e3bf6e2f0005 |access-date=2023-03-23}}</ref>
}}
 
==== Hubungan dengan TNI ====
Hubungan Gus Dur dengan TNI semakin memburuk ketika Laskar Jihad tiba di [[Maluku]] dan dipersenjatai oleh TNI. Laskar Jihad pergi ke Maluku untuk membantu orang Muslim dalam konflik dengan orang Kristen. Wahid meminta TNI menghentikan aksi Laskar Jihad, namun mereka tetap berhasil mencapai Maluku dan dipersenjatai oleh senjata TNI.<ref>Barton (2002), halaman 306</ref>
Dalam usaha mereformasi militer dan mengeluarkan militer dari ruang sosial-politik, Gus Dur menemukan sekutu, yaitu [[Agus Wirahadikusumah]], yang diangkatnya menjadi Panglima [[Kostrad]] pada bulan Maret. Pada Juli 2000, Agus mulai membuka skandal yang melibatkan Dharma Putra, yayasan yang memiliki hubungan dengan Kostrad. Melalui Megawati, anggota TNI mulai menekan Wahid untuk mencopot jabatan Agus. Gus Dur mengikuti tekanan tersebut, tetapi berencana menunjuk Agus sebagai Kepala Staf Angkatan Darat. Petinggi TNI merespon dengan mengancam untuk pensiun, sehingga Gus Dur kembali harus menurut pada tekanan.<ref>{{cite book|last = Conceicao|first = J.F|title = Indonesia's Six Years of Living Dangerously|url = https://archive.org/details/indonesiassixyea0000conc|publisher = Horizon Books|date = 2005|location = Singapore|pages = [https://archive.org/details/indonesiassixyea0000conc/page/21 21]|id = ISBN 981-05-2307-6 }}</ref>
 
Hubungan Gus Dur dengan TNI semakin memburuk ketika Laskar Jihad tiba di [[Maluku]] dan dipersenjatai oleh TNI. Laskar Jihad pergi ke Maluku untuk membantu orang Muslim dalam konflik dengan orang Kristen. Wahid meminta TNI menghentikan aksi Laskar Jihad, tetapi mereka tetap berhasil mencapai Maluku dan dipersenjatai oleh senjata TNI.{{sfn|Barton|2002a|p= 306}}
Muncul pula dua skandal pada tahun 2000, yaitu skandal Buloggate dan Bruneigate. Pada bulan Mei, [[Badan Urusan Logistik]] (Bulog) melaporkan bahwa $4 juta menghilang dari persediaan kas Bulog. Tukang pijit pribadi Gus Dur mengklaim bahwa ia dikirim oleh Gus Dur ke Bulog untuk mengambil uang.<ref>Barton (2002), halaman 304</ref> Meskipun uang berhasil dikembalikan, musuh Gus Dur menuduhnya terlibat dalam skandal ini. Skandal ini disebut skandal Buloggate. Pada waktu yang sama, Gus Dur juga dituduh menyimpan uang $2 juta untuk dirinya sendiri. Uang itu merupakan sumbangan dari Sultan Brunei untuk membantu di Aceh. Namun, Gus Dur gagal mempertanggungjawabkan dana tersebut. Skandal ini disebut skandal Bruneigate.
 
==== Buloggate dan Bruneigate ====
Sidang Umum MPR 2000 hampir tiba, popularitas Gus Dur masih tinggi. Sekutu Wahid seperti Megawati, Akbar dan Amien masih mendukungnya meskipun terjadi berbagai skandal dan pencopotan menteri. Pada Sidang Umum MPR, pidato Gus Dur diterima oleh mayoritas anggota MPR. Selama pidato, Wahid menyadari kelemahannya sebagai pemimpin dan menyatakan ia akan mewakilkan sebagian tugas.<ref>Barton (2002), halaman 320</ref> Anggota MPR setuju dan mengusulkan agar Megawati menerima tugas tersebut. Pada awalnya MPR berencana menerapkan usulan ini sebagai TAP MPR, akan tetapi Keputusan Presiden dianggap sudah cukup. Pada 23 Agustus, Gus Dur mengumumkan kabinet baru meskipun Megawati ingin pengumuman ditunda. Megawati menunjukan ketidaksenangannya dengan tidak hadir pada pengumuman kabinet. Kabinet baru lebih kecil dan meliputi lebih banyak non-partisan. Tidak terdapat anggota Golkar dalam kabinet baru Gus Dur.
Muncul pula dua skandal pada tahun 2000, yaitu skandal [[Buloggate]] dan [[Bruneigate]]. Pada bulan Mei, [[Badan Urusan Logistik]] (Bulog) melaporkan bahwa $4 juta menghilang dari persediaan kas Bulog. Tukang pijit pribadi Gus Dur mengklaim bahwa ia dikirim oleh Gus Dur ke Bulog untuk mengambil uang.{{sfn|Barton|2002a|p= 304}} Meskipun uang berhasil dikembalikan, musuh Gus Dur menuduhnya terlibat dalam skandal ini. Skandal ini disebut skandal Buloggate. Pada waktu yang sama, Gus Dur juga dituduh menyimpan uang $2 juta untuk dirinya sendiri. Uang itu merupakan sumbangan dari Sultan Brunei untuk membantu di Aceh. Namun, Gus Dur gagal mempertanggungjawabkan dana tersebut. Skandal ini disebut skandal Bruneigate. Setelah pemakzulannya, pada tahun 2003, [[Kejaksaan Agung Republik Indonesia|Kejaksaan Agung]] kemudian menyatakan bahwa Gus Dur tidak terlibat dalam dua skandal ini.<ref>{{Cite web|date=2003-11-13|title=Kejaksaan Agung Nyatakan Gus Dur Tidak terlibat|url=https://nasional.tempo.co/read/29625/kejaksaan-agung-nyatakan-gus-dur-tidak-terlibat|website=Tempo|language=en|access-date=2024-03-20}}</ref>
 
==== Sidang Tahunan MPR 2000 dan perombakan kabinet ====
Pada September, Gus Dur menyatakan [[darurat militer]] di Maluku karena kondisi di sana semakin memburuk. Pada saat itu semakin jelas bahwa Laskar Jihad didukung oleh anggota TNI dan juga kemungkinan didanai oleh Fuad Bawazier, menteri keuangan terakhir Soeharto. Pada bulan yang sama, bendera bintang kejora berkibar di Papua Barat. Gus Dur memperbolehkan bendera bintang kejora dikibarkan asalkan berada di bawah bendera Indonesia.<ref>Barton (2002), halaman 340</ref> Ia dikritik oleh Megawati dan Akbar karena hal ini. Pada 24 Desember 2000, terjadi [[Bom malam Natal 2000|serangan bom terhadap gereja-gereja]] di Jakarta dan delapan kota lainnya di seluruh Indonesia.
Sidang Umum MPR 2000 hampir tiba, popularitas Gus Dur masih tinggi. Sekutu Wahid seperti Megawati, Akbar dan Amien masih mendukungnya meskipun terjadi berbagai skandal dan pencopotan menteri. Pada Sidang Umum MPR, pidato Gus Dur diterima oleh mayoritas anggota MPR. Selama pidato, Wahid menyadari kelemahannya sebagai pemimpin dan menyatakan ia akan mewakilkan sebagian tugas.{{sfn|Barton|2002a|p= 320}} Anggota MPR setuju dan mengusulkan agar Megawati menerima tugas tersebut. Pada awalnya MPR berencana menerapkan usulan ini sebagai TAP MPR, akan tetapi Keputusan Presiden dianggap sudah cukup. Pada 23 Agustus, Gus Dur mengumumkan kabinet baru meskipun Megawati ingin pengumuman ditunda. Megawati menunjukan ketidaksenangannya dengan tidak hadir pada pengumuman kabinet. Kabinet baru lebih kecil dan meliputi lebih banyak non-partisan. Tidak terdapat anggota Golkar dalam kabinet baru Gus Dur.
 
==== Kerusuhan regional ====
Pada akhir tahun 2000, terdapat banyak elit politik yang kecewa dengan Abdurrahman Wahid. Orang yang paling menunjukan kekecewaannya adalah Amien. Ia menyatakan kecewa mendukung Gus Dur sebagai presiden tahun lalu. Amien juga berusaha mengumpulkan oposisi dengan meyakinkan Megawati dan Gus Dur untuk merenggangkan otot politik mereka. Megawati melindungi Gus Dur, sementara Akbar menunggu pemilihan umum legislatif tahun 2004. Pada akhir November, 151 anggota DPR menandatangani petisi yang meminta [[pemakzulan]] Gus Dur.<ref>Barton (2002), halaman 345</ref>
Pada September, Gus Dur menyatakan [[darurat militer]] di Maluku karena kondisi di sana semakin memburuk. Pada saat itu semakin jelas bahwa Laskar Jihad didukung oleh anggota TNI dan juga kemungkinan didanai oleh Fuad Bawazier, menteri keuangan terakhir Soeharto. Pada bulan yang sama, bendera bintang kejora berkibar di Papua Barat. Gus Dur memperbolehkan bendera bintang kejora dikibarkan asalkan berada di bawah bendera Indonesia.{{sfn|Barton|2002a|p= 340}} Ia dikritik oleh Megawati dan Akbar karena hal ini. Pada 24 Desember 2000, terjadi [[Bom malam Natal 2000|serangan bom terhadap gereja-gereja]] di Jakarta dan delapan kota lainnya di seluruh Indonesia.
 
==== 2001Oposisi dan akhir kekuasaanpolitik ====
Pada akhir tahun 2000, terdapat banyak elite politik yang kecewa dengan Abdurrahman Wahid. Orang yang paling menunjukan kekecewaannya adalah Amien. Ia menyatakan kecewa mendukung Gus Dur sebagai presiden tahun lalu. Amien juga berusaha mengumpulkan oposisi dengan meyakinkan Megawati dan Gus Dur untuk merenggangkan otot politik mereka. Megawati melindungi Gus Dur, sementara Akbar menunggu pemilihan umum legislatif tahun 2004. Pada akhir November, 151 anggota DPR menandatangani petisi yang meminta [[pemakzulan]] Gus Dur.{{sfn|Barton|2002a|p= 345}}
Pada Januari 2001, Gus Dur mengumumkan bahwa [[Tahun Baru Imlek]] menjadi hari libur opsional.<ref>{{cite web|last = Chang|first = Yau Hoon|title = How to be Chinese|publisher = Inside Indonesia|date = April 2004|url = http://www.insideindonesia.org/edit78/p13-14_hoon.html
|accessdate = 2006-12-31 }}</ref> Tindakan ini diikuti dengan pencabutan larangan penggunaan huruf Tionghoa. Gus Dur lalu mengunjungi Afrika Utara dan juga Arab Saudi untuk naik haji.<ref>Barton (2002), halaman 352</ref> Abdurrahman Wahid melakukan kunjungan terakhirnya ke luar negeri sebagai presiden pada Juni 2001 ketika ia mengunjungi [[Australia]].
 
=== Maklumat dan kejatuhan ===
Pada pertemuan dengan rektor-rektor universitas pada 27 Januari 2001, Gus Dur menyatakan kemungkinan Indonesia masuk kedalam [[anarkisme]]. Ia lalu mengusulkan pembubaran DPR jika hal tersebut terjadi.<ref>Barton (2002), halaman 348</ref> Pertemuan tersebut menambah gerakan anti-Wahid. Pada 1 Februari, DPR bertemu untuk mengeluarkan nota terhadap Gus Dur. Nota tersebut berisi diadakannya Sidang Khusus MPR di mana pemakzulan Presiden dapat dilakukan. Anggota PKB hanya bisa ''walk out'' dalam menanggapi hal ini. Nota ini juga menimbulkan protes di antara NU. Di Jawa Timur, anggota NU melakukan protes di sekitar kantor regional Golkar. Di Jakarta, oposisi Gus Dur turun menuduhnya mendorong protes tersebut. Gus Dur membantah dan pergi untuk berbicara dengan demonstran di [[Pasuruan]].<ref>Barton (2002), halaman 351-352</ref> Namun, demonstran NU terus menunjukkan dukungan mereka kepada Gus Dur dan pada bulan April mengumumkan bahwa mereka siap untuk mempertahankan Gus Dur sebagai presiden hingga mati.
{{lihat pula|Maklumat Presiden Republik Indonesia 23 Juli 2001|Pemakzulan Abdurrahman Wahid}}
Pada Januari 2001, Gus Dur mengumumkan bahwa [[Tahun Baru Imlek]] menjadi hari libur fakultatif.<ref>{{Cite web |url=https://www.liputan6.com/news/read/6836/imlek-dijadikan-hari-libur-fakultatif |title=Imlek Dijadikan Hari Libur Fakultatif |access-date=2021-05-04 |archive-date=2021-05-04 |archive-url=https://web.archive.org/web/20210504074819/https://www.liputan6.com/news/read/6836/imlek-dijadikan-hari-libur-fakultatif |dead-url=no }}</ref><ref>{{cite web|last = Chang|first = Yau Hoon|title = How to be Chinese|publisher = Inside Indonesia|date = April 2004|url = http://www.insideindonesia.org/edit78/p13-14_hoon.html|accessdate = 2006-12-31|archive-date = 2007-03-28|archive-url = https://web.archive.org/web/20070328215642/http://www.insideindonesia.org/edit78/p13-14_hoon.html|dead-url = yes}}</ref> Tindakan ini diikuti dengan pencabutan larangan penggunaan huruf Tionghoa. Gus Dur lalu mengunjungi Afrika Utara dan juga Arab Saudi untuk naik haji.{{sfn|Barton|2002a|p= 352}} Abdurrahman Wahid melakukan kunjungan terakhirnya ke luar negeri sebagai presiden pada Juni 2001 ketika ia mengunjungi [[Australia]].
 
Pada pertemuan dengan rektor-rektor universitas pada 27 Januari 2001, Gus Dur menyatakan kemungkinan Indonesia masuk kedalam [[anarkisme]]. Ia lalu mengusulkan pembubaran DPR jika hal tersebut terjadi.{{sfn|Barton|2002a|p= 348}} Pertemuan tersebut menambah gerakan anti-Wahid. Pada 1 Februari, DPR bertemu untuk mengeluarkan nota terhadap Gus Dur. Nota tersebut berisi diadakannya Sidang Khusus MPR di mana pemakzulan Presiden dapat dilakukan. Anggota PKB hanya bisa ''walk out'' dalam menanggapi hal ini. Nota ini juga menimbulkan protes di antara NU. Di Jawa Timur, anggota NU melakukan protes di sekitar kantor regional Golkar. Di Jakarta, oposisi Gus Dur turun menuduhnya mendorong protes tersebut. Gus Dur membantah dan pergi untuk berbicara dengan demonstran di [[Pasuruan]].{{sfn|Barton|2002a|p= 351-352}} Namun, demonstran NU terus menunjukkan dukungan mereka kepada Gus Dur dan pada bulan April mengumumkan bahwa mereka siap untuk mempertahankan Gus Dur sebagai presiden hingga mati.
Pada bulan Maret, Gus Dur mencoba membalas oposisi dengan melawan disiden pada kabinetnya. Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia [[Yusril Ihza Mahendra]] dicopot dari kabinet karena ia mengumumkan permintaan agar Gus Dur mundur.<ref>{{Citation|title=Yusril Ihza Minta Gus Dur Mundur|newspaper=Gatra|year=2001|date=2 Februari 2001|url=http://www.gatra.com/artikel.php?id=3661|accessdate = 5 Oktober 2009}}</ref> Menteri Kehutanan [[Nurmahmudi Ismail]] juga dicopot dengan alasan berbeda visi dengan Presiden, berlawanan dalam pengambilan kebijakan, dan diangap tidak dapat mengendalikan [[Partai Keadilan]],<ref>{{Citation|title=Presiden: Dia Memenuhi Tiga Kriteria|newspaper=Tempo Interaktif|year=2001|date=17 Maret 2001|url=http://tempo.co.id/hg/nasional/2001/03/17/brk,20010317-02,id.html|accessdate = 5 Oktober 2009}}</ref> yang pada saat itu massanya ikut dalam aksi menuntut Gus Dur mundur. Dalam menanggapi hal ini, Megawati mulai menjaga jarak dan tidak hadir dalam inaugurasi penggantian menteri. Pada 30 April, DPR mengeluarkan nota kedua dan meminta diadakannya Sidang Istimewa MPR pada 1 Agustus.
 
Pada bulan Maret, Gus Dur mencoba membalas oposisi dengan melawan disiden pada kabinetnya. Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia [[Yusril Ihza Mahendra]] dicopot dari kabinet karena ia mengumumkan permintaan agar Gus Dur mundur.<ref>{{Citation|title=Yusril Ihza Minta Gus Dur Mundur|newspaper=Gatra|year=2001|date=2 Februari 2001|url=http://www.gatra.com/artikel.php?id=3661|accessdate=5 Oktober 2009|archive-date=2015-09-24|archive-url=https://web.archive.org/web/20150924040538/http://www.gatra.com/artikel.php?id=3661|dead-url=no}}</ref> Menteri Kehutanan [[Nurmahmudi Ismail]] juga dicopot dengan alasan berbeda visi dengan Presiden, berlawanan dalam pengambilan kebijakan, dan diangap tidak dapat mengendalikan [[Partai Keadilan]],<ref>{{Citation|title=Presiden: Dia Memenuhi Tiga Kriteria|newspaper=Tempo Interaktif|year=2001|date=17 Maret 2001|url=http://tempo.co.id/hg/nasional/2001/03/17/brk,20010317-02,id.html|accessdate=5 Oktober 2009|archive-date=2010-01-22|archive-url=https://web.archive.org/web/20100122170759/http://tempo.co.id/hg/nasional/2001/03/17/brk,20010317-02,id.html|dead-url=yes}}</ref> yang pada saat itu massanya ikut dalam aksi menuntut Gus Dur mundur. Dalam menanggapi hal ini, Megawati mulai menjaga jarak dan tidak hadir dalam inaugurasi penggantian menteri. Pada 30 April, DPR mengeluarkan nota kedua dan meminta diadakannya Sidang Istimewa MPR pada 1 Agustus.
Gus Dur mulai putus asa dan meminta Menteri Koordinator Politik, Sosial, dan Keamanan (Menko Polsoskam) [[Susilo Bambang Yudhoyono]] untuk menyatakan keadaan darurat. Yudhoyono menolak dan Gus Dur memberhentikannya dari jabatannya beserta empat menteri lainnya dalam ''reshuffle'' kabinet pada tanggal 1 Juli 2001.<ref>{{Citation|title=Gus Dur Copot Lima Anggota Kabinetnya
|newspaper=Gatra|year=2001|date=1 Juni 2001|url=http://www.gatra.com/2001-06-01/artikel.php?id=6792|accessdate = 5 Oktober 2009}}</ref> Akhirnya pada 20 Juli, Amien Rais menyatakan bahwa Sidang Istimewa MPR akan dimajukan pada 23 Juli. TNI menurunkan 40.000 tentara di Jakarta dan juga menurunkan tank yang menunjuk ke arah Istana Negara sebagai bentuk penunjukan kekuatan.<ref>Barton (2002), halaman 363</ref> Gus Dur kemudian mengumumkan pemberlakuan [[dekret]] yang berisi (1) pembubaran MPR/DPR, (2) mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat dengan mempercepat pemilu dalam waktu satu tahun, dan (3) membekukan [[Partai Golkar]]<ref>{{Citation|title=MPR/DPR dan Golkar Dibekukan dan Pemilu Dipercepat|newspaper=Tempo Interaktif|year=2001|date=23 Juli 2001|url=http://www.tempointeractive.com/hg/nasional/2001/07/23/brk,20010723-56,id.html|accessdate = 5 Oktober 2009}}</ref> sebagai bentuk perlawanan terhadap Sidang Istimewa MPR. Namun dekret tersebut tidak memperoleh dukungan dan pada 23 Juli, MPR secara resmi memakzulkan Gus Dur dan menggantikannya dengan [[Megawati Sukarnoputri]].<ref>{{Citation|title=Megawati Resmi Menjadi Presiden Indonesia|newspaper=Tempo Interaktif|year=2001|date=23 Juli 2001|url=http://www.tempointeractive.com/hg/nasional/2001/07/23/brk,20010723-69,id.html|accessdate = 5 Oktober 2009}}</ref> Abdurrahman Wahid terus bersikeras bahwa ia adalah presiden dan tetap tinggal di Istana Negara selama beberapa hari, namun akhirnya pada tanggal 25 Juli ia pergi ke Amerika Serikat karena masalah kesehatan.<ref>{{Citation|title=Kepergian Abdurrahman Diiringi Massa Pendukung|newspaper=Liputan 6|year=2001|date=27 Juli 2001|url=http://berita.liputan6.com/politik/200107/17182/class=%27vidico%27|accessdate = 5 Oktober 2009}}</ref>
 
Gus Dur mulai putus asa dan meminta Menteri Koordinator Politik, Sosial, dan Keamanan (Menko Polsoskam) [[Susilo Bambang Yudhoyono]] untuk menyatakan keadaan darurat. Yudhoyono menolak dan Gus Dur memberhentikannya dari jabatannya beserta empat menteri lainnya dalam ''reshuffle'' kabinet pada tanggal 1 Juli 2001.<ref>{{Citation|title=Gus Dur Copot Lima Anggota Kabinetnya|newspaper=Gatra|year=2001|date=1 Juni 2001|url=http://www.gatra.com/2001-06-01/artikel.php?id=6792|accessdate=5 Oktober 2009|archive-date=2010-01-23|archive-url=https://web.archive.org/web/20100123191346/http://www.gatra.com/2001-06-01/artikel.php?id=6792|dead-url=no}}</ref> Akhirnya pada 20 Juli, Amien Rais menyatakan bahwa Sidang Istimewa MPR akan dimajukan pada 23 Juli. TNI menurunkan 40.000 tentara di Jakarta dan juga menurunkan tank yang menunjuk ke arah Istana Negara sebagai bentuk penunjukan kekuatan.{{sfn|Barton|2002a|p= 363}} Gus Dur kemudian mengumumkan pemberlakuan [[Maklumat Presiden Republik Indonesia 23 Juli 2001|maklumat]] yang berisi (1) pembubaran MPR/DPR, (2) mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat dengan mempercepat pemilu dalam waktu satu tahun, dan (3) membekukan [[Partai Golkar]]<ref>{{Citation|title=MPR/DPR dan Golkar Dibekukan dan Pemilu Dipercepat|newspaper=Tempo Interaktif|year=2001|date=23 Juli 2001|url=http://www.tempointeractive.com/hg/nasional/2001/07/23/brk,20010723-56,id.html|accessdate=5 Oktober 2009|archive-date=2010-04-02|archive-url=https://web.archive.org/web/20100402035932/http://www.tempointeractive.com/hg/nasional/2001/07/23/brk,20010723-56,id.html|dead-url=yes}}</ref> sebagai bentuk perlawanan terhadap Sidang Istimewa MPR. Namun maklumat tersebut tidak memperoleh dukungan dan pada 23 Juli, MPR secara resmi memakzulkan Gus Dur dan menggantikannya dengan [[Megawati Soekarnoputri]].<ref>{{Citation|title=Megawati Resmi Menjadi Presiden Indonesia|newspaper=Tempo Interaktif|year=2001|date=23 Juli 2001|url=http://www.tempointeractive.com/hg/nasional/2001/07/23/brk,20010723-69,id.html|accessdate=5 Oktober 2009|archive-date=2010-01-21|archive-url=https://web.archive.org/web/20100121133356/http://www.tempointeractive.com/hg/nasional/2001/07/23/brk,20010723-69,id.html|dead-url=yes}}</ref> Abdurrahman Wahid terus bersikeras bahwa ia adalah presiden dan tetap tinggal di Istana Negara selama beberapa hari, tetapi akhirnya pada tanggal 25 Juli ia pergi ke Amerika Serikat karena masalah kesehatan.<ref>{{Citation|title=Kepergian Abdurrahman Diiringi Massa Pendukung|newspaper=Liputan 6|year=2001|date=27 Juli 2001|url=http://berita.liputan6.com/politik/200107/17182/class=%27vidico%27|accessdate=5 Oktober 2009|archive-date=2010-01-02|archive-url=https://web.archive.org/web/20100102075405/http://berita.liputan6.com/politik/200107/17182/class%3D%27vidico%27|dead-url=no}}</ref>
== Aktivitas setelah kepresidenan ==
 
== Pasca-kepresidenan ==
=== Perpecahan pada tubuh PKB ===
Sebelum Sidang Khusus MPR, anggota PKB setuju untuk tidak hadir sebagai lambang solidaritas. Namun, [[Matori Abdul Djalil]], ketua PKB, bersikeras hadir karena ia adalah Wakil Ketua MPR. Dengan posisinya sebagai Ketua Dewan Syuro, Gus Dur menjatuhkan posisi Matori sebagai Ketua PKB pada tanggal 15 Agustus 2001 dan melarangnya ikut serta dalam aktivitas partai sebelum akhirnya mencabut keanggotaan Matori pada bulan November.<ref>[{{Cite web |url=http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2001/11/15/brk,20011115-05,id.html |title=Tempo Interaktif: Matori dipecat dari PKB] |access-date=2009-10-02 |archive-date=2007-09-30 |archive-url=https://web.archive.org/web/20070930023713/http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2001/11/15/brk,20011115-05,id.html |dead-url=yes }}</ref> Pada tanggal 14 Januari 2002, Matori mengadakan Munas Khusus yang dihadiri oleh pendukungnya di PKB. Munas tersebut memilihnya kembali sebagai ketua PKB. Gus Dur membalasnya dengan mengadakan Munasnya sendiri pada tanggal 17 Januari, sehari setelah Munas Matori selesai<ref>[{{Cite web |url=http://www.indomedia.com/bernas/012002/01/UTAMA/01uta4.htm |title=UTAMA<!-- Bot generated title -->] |access-date=2009-10-02 |archive-date=2004-10-20 |archive-url=https://web.archive.org/web/20041020230400/http://www.indomedia.com/bernas/012002/01/UTAMA/01uta4.htm |dead-url=yes }}</ref> Musyawarah Nasional memilih kembali Gus Dur sebagai Ketua Dewan Penasihat dan [[Alwi Shihab]] sebagai Ketua PKB. PKB Gus Dur lebih dikenal sebagai PKB Kuningan sementara PKB Matori dikenal sebagai PKB Batutulis.
 
=== Pemilihan umum 2004 ===
Pada April 2004, PKB berpartisipasi dalam [[Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD Indonesia 2004]], memperoleh 10.6% suara. Untuk [[Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Indonesia 2004]], di mana rakyat akan memilih secara langsung, PKB memilih Wahid sebagai calon presiden. Namun, Gus Dur gagal melewati pemeriksaan medis sehingga [[Komisi Pemilihan Umum]] menolak memasukannyamemasukkannya sebagai kandidatcalon. Gus Dur lalu mendukung Solahuddin yang merupakan pasangan dari Wiranto. Pada 5 Juli 2004, Wiranto dan Solahuddin kalah dalam pemilu. Untuk pemilihan kedua antara pasangan Yudhoyono-Kalla dengan Megawati-Muzadi, Gus Dur menyatakan golput.
 
=== Oposisi terhadap pemerintahan SBY ===
Pada Agustus 2005, Gus Dur menjadi salah satu pemimpin koalisi politik yang bernama Koalisi Nusantara Bangkit Bersatu. Bersama dengan [[Try Sutrisno]], [[Wiranto]], [[Akbar Tanjung]] dan [[Megawati]], koalisi ini mengkritik kebijakan pemerintahan [[Susilo Bambang Yudhoyono]], terutama mengenai pencabutan subsidi BBM yang akan menyebabkan naiknya harga BBM.
 
== Kehidupan pribadi ==
=== Keluarga ===
Wahid menikah dengan [[Sinta Nuriyah]] dan dikaruniai empat orang anak: Alissa Qotrunnada, [[Yenny Wahid|Zannuba Ariffah Chafsoh (Yenny)]], Anita Hayatunnufus, dan [[Inayah Wulandari]]. Yenny juga aktif berpolitik di [[Partai Kebangkitan Bangsa]] dan saat ini adalah direktur [[The Wahid Institute]].
[[Berkas:Abdurrahman Wahid and His Family.jpg|jmpl|ka|Abdurrahman berdiri di antara ayah dan ibunya, dan di belakang saudara-saudara kandungnya, dan seorang teman keluarganya, {{circa|1952}}.]]
Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara. Gus Dur lahir dalam keluarga yang sangat terhormat dalam komunitas Muslim Jawa Timur. Kakek dari ayahnya adalah [[Hasyim Asyari]], pendiri organisasi masyarakat [[Nahdlatul Ulama]] (NU) dan salah satu tokoh yang diakui sebagai [[Pahlawan nasional Indonesia|Pahlawan nasional]], sementara kakek dari pihak ibu, [[Bisri Syansuri]], adalah pengajar pesantren pertama yang mengajarkan kelas pada perempuan.{{sfn|Barton|2002a|p=38-40}} Ayah Gus Dur, [[Wahid Hasyim]], terlibat dalam Gerakan Nasionalis dan menjadi [[Daftar Menteri Agama Republik Indonesia|Menteri Agama]] tahun 1949. Ibunya, Salihah, adalah putri pendiri [[Pondok Pesantren]] Denanyar Jombang. Saudaranya adalah [[Salahuddin Wahid]] dan [[Lily Wahid]]. Ia menikah dengan [[Sinta Nuriyah]] dan dikaruniai empat putri: [[Alissa Qotrunnada|Alisa]], [[Yenny Wahid|Yenny]], Anita, dan [[Inayah Wulandari|Inayah]].
 
Gus Dur secara terbuka pernah menyatakan bahwa ia memiliki darah [[Tionghoa]].<ref name="Chinese1"/><ref name="Chinese2"/> Gus Dur juga mengaku bahwa ia adalah keturunan dari Tan Kim Han yang menikah dengan Tan A Lok, saudara kandung [[Raden Patah]] (Tan Eng Hwa), pendiri Kesultanan Demak.<ref>{{cite web
=== Kematian ===
|last =
[[Berkas:Grave of Abdurrahman Wahid, Jombang, 2017-09-19.jpg|jmpl|Makam Gus Dur di Jombang]]
|first =
Gus Dur menderita banyak penyakit, bahkan sejak ia mulai menjabat sebagai presiden. Ia menderita gangguan penglihatan sehingga seringkali surat dan buku yang harus dibaca atau ditulisnya harus dibacakan atau dituliskan oleh orang lain. Beberapa kali ia mengalami serangan [[stroke]]. [[Diabetes]] dan gangguan [[ginjal]] juga dideritanya. Ia meninggal dunia pada hari Rabu, 30 Desember 2009, di [[Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo]], [[Jakarta]], pada pukul 18.45 akibat berbagai komplikasi penyakit tersebut, yang dideritanya sejak lama. Sebelum wafat ia harus menjalani [[hemodialisis]] (cuci darah) rutin. Menurut [[Salahuddin Wahid]] adiknya, Gus Dur wafat akibat sumbatan pada [[arteri]].<ref>Ninik Karmini. [http://news.yahoo.com/s/ap/20091230/ap_on_re_as/as_indonesia_obit_wahid Former Indonesian president Wahid dies at 69]. yahoonews dari AP edisi 30-12-2009.</ref> Seminggu sebelum dipindahkan ke Jakarta ia sempat dirawat di [[Jombang]] seusai mengadakan perjalanan di [[Jawa Timur]].<ref>Syaiful Anri. [http://berita.liputan6.com/sosbud/200912/256735/Kesehatan.Gus.Dur.Ambruk.di.Jombang Kesehatan Gus Dur Ambruk di Jombang]. Liputan 6 Online edisi 30 Desember 2009.</ref> <!-- Gus Dur di makamkan di Jombang Jawa Timur -->
|authorlink =
|coauthors =
|year =
|url = http://www.surya.co.id/web/index.php/Internasional/index.php?option=com_content&task=view&id=43188&Itemid=78
|title = Jangan Malu Jadi Tionghoa, Gus Dur Mengaku Keturuan
|format =
|work =
|publisher = Surya Online
|accessdate = 19 Juni 2008
|quote =
}}{{Pranala mati|date=Januari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref><ref name="qurtuby">{{Cite news|last = Qurtuby
|first = Sumanto
|authorlink =
|coauthors =
|year =
|url = http://www.suaramerdeka.com/harian/0403/22/kha1.htm
|title = Gus Dur, Tionghoa, Indonesia
|format =
|work =[[Merdeka.com]]
|publisher = Suara Merdeka
|accessdate = 19 Juni 2008
|quote =
|archive-date = 2008-02-17
|archive-url = https://web.archive.org/web/20080217105738/http://www.suaramerdeka.com/harian/0403/22/kha1.htm
|dead-url = yes
|language = id
}}</ref> Tan A Lok dan Tan Eng Hwa ini merupakan anak dari [[Putri Campa]], putri [[Tiongkok]] yang merupakan selir [[Brawijaya V]].<ref name="qurtuby"/> Tan Kim Han sendiri kemudian berdasarkan penelitian seorang peneliti Prancis, [[Louis-Charles Damais]] diidentifikasikan sebagai Syekh Abdul Qodir al-Shini yang makamnya ditemukan di [[Trowulan]].<ref name="qurtuby"/>
 
=== TestimonialKesehatan ===
Gus Dur memiliki [[Gangguan penglihatan|masalah penglihatan]] selama masa kepresidenannya,<ref>{{Cite web |title=Gus Dur: Tidak Bisa Melihat Bukan Penyakit |url=https://news.detik.com/berita/d-839533/gus-dur-tidak-bisa-melihat-bukan-penyakit |access-date=24 July 2022 |website=detiknews |language=id-ID}}</ref> meski banyak yang menyatakan bahwa ia masih mampu melihat tanpa bantuan.<ref>{{Cite web |title=Gus Dur Buta? Masih Bisa Baca Kok Tanpa Kacamata |url=https://www.nu.or.id/nasional/gus-dur-buta-masih-bisa-baca-kok-tanpa-kacamata-OPMPc |access-date=24 July 2022 |website=nu.or.id |language=id-id}}</ref> Meskipun demikian, saat dilantik sebagai presiden, ia dibantu oleh seorang perwira TNI yang berperan sebagai asisten dengan membacakan kembali teks sumpah presiden saat pelantikannya.<ref>{{Cite news |title=Viral! Prediksi Gus Dur, 6 sudah terbukti, tinggal satu yang belum |work=Planet Merdeka |url=https://planet.merdeka.com/hotnews/viral-prediksi-gus-dur-6-sudah-terbukti-tinggal-satu-yang-belum.html |access-date=24 July 2022 |language=id}}</ref> Penglihatannya mulai memburuk karena [[glaukoma]] sejak tahun 1985,<ref>{{Cite web |last=Liputan6.com |date=31 December 2009 |title=Riwayat Penyakit Gus Dur Dimulai 1985 |url=https://www.liputan6.com/news/read/256788/riwayat-penyakit-gus-dur-dimulai-1985 |access-date=24 July 2022 |website=liputan6.com |language=id}}</ref> hal ini diperparah dengan sebuah kecelakaan dimana Gus Dur tertabrak mobil yang mengakibatkan ia kehilangan [[retina]]nya.<ref>{{Cite web |last=Supriyatna |first=Agus |date=25 January 2021 |editor-last=Widiarto |editor-first=Marcellus |title=Ternyata Begini Kisahnya Penyebab Awal Mula Gus Dur Tak Bisa Melihat |url=https://koran-jakarta.com/ternyata-begini-kisahnya-penyebab-awal-mula-gus-dur-tak-bisa-melihat |access-date=24 July 2022 |website=Koran-Jakarta.com |language=id}}</ref> Alhasil, ia dibantu oleh beberapa asisten tepercaya yang berperan sebagai "matanya".<ref>{{Cite web |last=Dewi |first=Yuliana Kusuma |editor-last=Santoso |editor-first=Agung Budi |title=Apa Kabar Sastro Al Ngatawi, Eks Juru Bicara Presiden Gus Dur yang Selalu Pakai Blangkon? Ini Kabar |url=https://style.tribunnews.com/amp/2019/10/08/ingat-sastro-al-ngatawi-eks-juru-bicara-presiden-gus-dur-yang-selalu-pakai-blangkon-begini-kabarnya |access-date=24 July 2022 |website=Tribunnews.com |language=id-ID}}</ref><ref>{{Cite web |last1=Bhayangkara |first1=Chyntia Sami |last2=Hidayat |first2=Muhammad Zuhdi |date=26 March 2022 |title=Siapa Gus Muwafiq? Mantan Asisten Pribadi Gus Dur yang Sebut Pawang Hujan MotoGP Mandalika Tidak Syirik |url=https://www.suara.com/news/2022/03/26/065211/siapa-gus-muwafiq-mantan-asisten-pribadi-gus-dur-yang-sebut-pawang-hujan-motogp-mandalika-tidak-syirik |access-date=24 July 2022 |website=suara.com |language=id}}</ref> Dia juga diduga mengidap [[gangguan tidur]] karena dia kadang-kadang ketahuan tertidur selama rapat kabinet penting. Meskipun begitu, ketika ia bangun, ia dapat dengan mudah menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya.<ref>{{Cite web |last=Priatmojo |first=Galih |date=12 January 2022 |title=Viral Lagi Momen Gus Dur Tidur di Tengah Sidang Pleno DPR, Gus Mus Beberkan Misteri Tidurnya |url=https://jogja.suara.com/read/2022/01/12/160153/viral-lagi-momen-gus-dur-tidur-di-tengah-sidang-pleno-dpr-gus-mus-beberkan-misteri-tidurnya |access-date=24 July 2022 |website=suara.com |language=id}}</ref><ref>{{Cite web |last=Tashandra |first=Nabilla |date=7 September 2017 |title=Sering Tertidur saat Rapat, Tapi Gus Dur Tetap Nyambung, Ini Rahasianya |url=https://medan.tribunnews.com/2017/09/07/sering-tertidur-saat-rapat-tapi-gus-dur-tetap-nyambung-ini-rahasianya |access-date=24 July 2022 |website=Tribun-medan.com |language=id-ID}}</ref>
KH. [[Mustofa Bisri]] (Gus Mus)<ref name="misykat">Majalah Misykat Lirboyo. 2 Februari 2010. [http://misykat.lirboyo.net/komentar-tokoh-dan-orang-terdekat-gus-dur/ Komentar Tokoh dan Orang Terdekat Gus Dur].</ref>
:“''Menurut saya, Gus Dur itu diutus Tuhan, untuk mengajarkan Indonesia agar pandai berbeda dengan yang lain. Karena itu, Gus Dur sangat kontroversial, setiap sikap dan ucapannya menimbulkan kontoroversi. Dengan begitu, orang Indonesia akan belajar bagaimana berbeda dengan orang lain. Itu sebetulnya hakikat kehadiran Gus Dur di Indonesia.''
:''Kemudian, kita akan menjadi Negara yang betul-betul demokratis, karena saling menghargai pendapat orang lain. Kita Negara yang sangat plural, sangat majemuk. Kita mempunyai slogan Bhinneka Tunggal Ika, dan itu akhir-akhir ini seperti sedang mendapatkan tantangan orang-orang yang tidak bisa berbeda dengan saudara-saudaranya. Gus Dur sangat berperan, sangat berjasa dan banyak. Mungkin nanti, pengikut-pengikutnya yang bertanggung jawab untuk meneruskan perjuangannya.''”
 
== Kematian ==
[[Guruh Soekarnoputra]]<ref name="misykat"/>
[[File:Grave of Abdurrahman Wahid, Jombang, 2017-09-19.jpg|thumb|Makam Abdurrahman Wahid di Jombang.]]
:“''Saya rasa ia patut menjadi pahlawan nasional. Banyak hal-hal darinya yang perlu diteladani dan harus diturun-temurunkan kepada generasi muda. Misalnya apa dibuat buku tentang pemikiran-pemikirannya, biografinya dan sebagainya.''”
Pada akhir Desember 2009, meskipun kesehatannya buruk dan baru-baru ini mengunjungi rumah sakit, Gus Dur meminta untuk dibawa mengunjungi [[Kabupaten Rembang|Rembang]] (terletak di [[Jawa Tengah]]) dan Jombang. Selama perjalanan kesehatannya memburuk dan Gus Dur dirawat di rumah sakit di Jombang pada tanggal 24 Desember 2009. Ia dipindahkan ke [[Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo]] di [[Jakarta Pusat]] keesokan harinya untuk menjalani [[Dialisis|cuci darah]].<ref>{{cite news | title = Gus Dur to undergo dialysis at RSCM | url = http://www.antara.co.id/en/news/1261776536/gus-dur-to-undergo-dialysis-at-rscm | publisher = [[ANTARA]] | date = 26 December 2009 | access-date = 30 December 2009 | archive-url = https://web.archive.org/web/20100101083239/http://antara.co.id/en/news/1261776536/gus-dur-to-undergo-dialysis-at-rscm | archive-date = 1 January 2010 }}</ref> Ia juga menjalani operasi gigi pada 28 Desember setelah mengeluh sakit gigi.<ref>{{cite news | title = Gus Dur Jalani Cuci Darah 5 Jam | url = http://nasional.kompas.com/read/xml/2009/12/25/1713496/gus.dur.jalani.cuci.darah.5.jam | work=[[Kompas]] | date = 25 December 2009 | language = id | access-date =30 December 2009| archive-url= https://web.archive.org/web/20091228094614/http://nasional.kompas.com/read/xml/2009/12/25/1713496/gus.dur.jalani.cuci.darah.5.jam| archive-date= 28 December 2009 | url-status=live }}</ref><ref>{{cite news |last=Ferdianto |first=Riky |title=Gus Dur Keluhkan Sakit Gigi |url=http://www.tempointeraktif.com/hg/politik/2009/12/26/brk,20091226-215718,id.html |work=[[Tempo magazine (Indonesia)|Tempo]] |date=26 December 2009 |language=id |access-date=30 December 2009 |archive-url=https://web.archive.org/web/20091227182844/http://www.tempointeraktif.com/hg/politik/2009/12/26/brk%2C20091226-215718%2Cid.html |archive-date=27 December 2009 }}</ref><ref>{{cite news|url=http://www.thejakartapost.com/news/2009/12/30/former-ri-president-abdurrahman-wahid-passes-away.html |title=Former RI president Abdurrahman Wahid passes away |date=30 December 2009 |work=The Jakarta Post |access-date=30 December 2009 |archive-url=https://web.archive.org/web/20110607140211/http://www.thejakartapost.com/news/2009/12/30/former-ri-president-abdurrahman-wahid-passes-away.html |archive-date=7 June 2011 }}</ref> Gus Dur meninggal dunia pada tanggal 30 Desember sekitar pukul 18.45 waktu setempat ([[UTC+7]]) karena komplikasi gangguan ginjal, penyakit jantung, dan diabetes. Presiden [[Susilo Bambang Yudhoyono]] mengunjungi Gus Dur sesaat sebelum kematiannya.<ref>{{cite news | title = Gus Dur Wafat | url = http://nasional.kompas.com/read/xml/2009/12/30/19073028/Gus.Dur.Wafat | work=[[Kompas]] | language = id | date = 30 December 2009 | access-date =30 December 2009| archive-url= https://web.archive.org/web/20100102080228/http://nasional.kompas.com/read/xml/2009/12/30/19073028/Gus.Dur.Wafat| archive-date= 2 January 2010 | url-status=live}}</ref><ref>{{cite news | title = Former President Abdurrahman Wahid Dies | url = http://thejakartaglobe.com/home/former-president-abdurrahman-wahid-dies/350091 | work = Jakarta Globe | date = 30 December 2009 | access-date = 30 December 2009 | archive-url = https://web.archive.org/web/20091231170523/http://thejakartaglobe.com/home/former-president-abdurrahman-wahid-dies/350091 | archive-date = 31 December 2009 }}</ref><ref>{{cite news |date=30 December 2009 |title=Gus Dur died of complications |publisher=[[ANTARA]] |editor-last=Burhani |editor-first=Ruslan |url=http://www.antaranews.com/en/news/1262182853/gus-dur-died-of-complicationsl |url-status=dead |access-date=30 December 2009 |archive-url=https://web.archive.org/web/20111008022525/http://www.antaranews.com/en/news/1262182853/gus-dur-died-of-complicationsl |archive-date=8 October 2011}}</ref> [[pemakaman kenegaraan]] diadakan untuk Gus Dur pada tanggal 31 Desember, dan bendera dikibarkan [[Bendera setengah tiang#Indonesia|setengah tiang]] selama tujuh hari.<ref>{{cite news | title = Indonesia to hold state funeral for former president Wahid | url = http://news.xinhuanet.com/english/2009-12/30/content_12731757.htm | archive-url = https://web.archive.org/web/20121104160628/http://news.xinhuanet.com/english/2009-12/30/content_12731757.htm | archive-date = 4 November 2012 |agency=Xinhua News Agency| date = 30 December 2009 | access-date =31 December 2009}}</ref><ref>{{cite news | title = Farewell cleric of pluralism | url = http://www.thejakartapost.com/news/2009/12/31/farewell-cleric-pluralism.html |publisher=The Jakarta Post | date = 31 December 2009 | access-date =31 December 2009}}</ref> Ia dimakamkan di samping kakek dan neneknya serta orang tuanya di tempat kelahirannya, Jombang, Jawa Timur.<ref>{{cite news |last=Taufik |first=Muhammad |date=30 December 2009 |title=Gus Dur akan Dimakamkan di Sebelah Kakeknya |language=id |work=[[Tempo magazine (Indonesia)|Tempo]] |url=http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/2009/12/30/brk,20091230-216543,id.html |access-date=30 December 2009 |archive-url=https://web.archive.org/web/20100103115916/http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/2009/12/30/brk%2C20091230-216543%2Cid.html |archive-date=3 January 2010}}</ref>
 
== Warisan ==
[[Viryanadi]] Mahatera<ref name="misykat"/>
Ketika Gus Dur pertama kali berkuasa di Indonesia, terdapat kekhawatiran mengenai arah kebijakan luar negeri Indonesia. Namun kenyataannya, kebijakan luar negeri Gus Dur lebih "ortodoks" dibandingkan retorikanya sebelumnya. Indonesia berhasil mendapatkan jaminan dari dunia internasional akan keutuhan wilayahnya. [[ASEAN]] juga tetap menjadi pusat pandangan kebijakan luar negeri Jakarta. Persoalan Timor Timur masih menjadi isu krusial antara Indonesia dan sejumlah negara Barat. [[Amerika Serikat]], khususnya, enggan mendorong Indonesia terlalu jauh karena diyakini bahwa kepresidenan Gus Dur adalah alternatif yang paling tidak diinginkan dalam kebijakan dalam dan luar negeri.<ref>{{Cite journal|last=Smith|first=Anthony L.|date=2000|title=Indonesia's Foreign Policy under Abdurrahman Wahid: Radical or Status Quo State?|url=https://www.jstor.org/stable/25798509|journal=Contemporary Southeast Asia|volume=22|issue=3|pages=498–526|issn=0129-797X}}</ref>
:“''Gus Dur itu salah satu tokoh yang benar-benar universal. Selama ini Gus Dur seringkali hadir ditengah-tengah kami. Setiap kali ada even-even besar, seperti seminar, talkshow dalam konteks pluralisme, dan lain-lain. Dan apa yang disampaikan; pesan, petunjuk-petunjuk, nasihat-nasihat, ini membawa kemajuan bagi khususnya umat budha. Gus Dur adalah penasehat kami.''”
 
Selama pemerintahannya, Gus Dur dikenal pemikirannya yang visioner dan kebijakannya menjadikan dirinya sebagai salah satu tokoh yang kontroversial pasa masa itu. Pengaruhnya terhadap Reformasi Indonesia mencakup pembebasan pers yang lebih besar, hal ini ditandai dengan pembubaran Kementerian Penerangan pada 1999.<ref>{{Cite news|last=Fawthrop|first=Tom|date=2010-01-03|title=Abdurrahman Wahid obituary|url=https://www.theguardian.com/theguardian/2010/jan/03/abdurrahman-wahid-obituary|newspaper=The Guardian|language=en-GB|issn=0261-3077|access-date=2024-01-11}}</ref> Ia cenderung membela hak-hak minoritas dan selalu mengambil keputusan yang dinilai tidak menentu. Pada masa pemerintahannya, orang Tionghoa diperbolehkan merayakan [[Imlek]] dan dianggap membebaskan orang Tionghoa dari penindasan yang telah mereka rasakan sejak lama.<ref>{{Cite web|title=Father of Chinese Indonesians: How Gus Dur Revives Imlek|url=https://jakartaglobe.id/lifestyle/father-of-chinese-indonesianshow-gus-dur-revives-imlek|website=Jakarta Globe|access-date=2024-01-11}}</ref> Karena itulah, ia juga dinobatkan sebagai "Bapak Tionghoa" oleh beberapa tokoh [[Tionghoa]].<ref name="qurtuby"/> Sebagai seorang ulama, ia dihormati tidak hanya oleh pengikutnya, namun juga dari penganut agama lain bahkan [[ateis]]. Foto dirinya melambaikan tangan kepada para pendukungnya di beranda [[Istana Merdeka]] pasca dimakzulkan adalah salah satu foto paling fenomenal sepanjang sejarah Indonesia.<ref>{{Cite web|last=Post|first=The Jakarta|title=Impeaching Gus Dur, a blind but visionary president - Opinion|url=https://www.thejakartapost.com/academia/2021/07/29/impeaching-gus-dur-a-blind-but-visionary-president.html|website=The Jakarta Post|language=en|access-date=2024-01-11}}</ref> Karena pemikiran dan pemerintahannya yang mendukung hak-hak minoritas, ia diberikan gelar “Bapak Pluralisme”.<ref>{{cite web | url=https://www.kompas.com/tren/read/2022/04/18/114946365/daftar-julukan-6-presiden-ri-apa-julukan-jokowi?page=all | title=Daftar Julukan 6 Presiden RI, Apa Julukan Jokowi? Halaman all | date=18 April 2022 }}</ref> Ucapannya yang terkenal, "''Gitu aja kok repot''", telah menjadi ikon dalam acara bincang-bincang politik di Indonesia. Ucapan tersebut menunjukkan betapa ia bisa dengan mudah menyelesaikan masalah meski keputusannya sempat memicu kemarahan orang lain.<ref>{{cite web |last=Handayani |first=Primastuti |date=31 December 2009 |title=Obituary: Why fuss?! |url=http://www.thejakartapost.com/news/2009/12/31/obituary-why-fuss.html |archive-url=https://web.archive.org/web/20100412074121/https://www.thejakartapost.com/news/2009/12/31/obituary-why-fuss.html |archive-date=12 April 2010 |access-date=31 December 2009 |work=The Jakarta Post}}</ref>
[[Soesilo Bambang Yudhoyono]] (Petikan pidato dalam penutupan upacara kenegaraan di Ponpes Tebuireng)<ref name="misykat"/><br />
:“''Sebagai pejuang reformasi, almarhum telah mengajari kita kepada gagasan-gagasan universal mengenai pentingnya kita sebagai bangsa yang beragam ini menghormati dan menghargai keadilan. Melalui ucapan, sifat, dan perbuatannya, Gus Dur mengobarkan sekaligus melembagakan penghormatan kita kepada kemajemukan dan identitas yang tercampur dari perbedaan agama, kepercayaan, etnis, dan kedaerahan. Disadari atau tidak, sesungguhnya ia adalah bapak pluralisme dari multikularisme di Indonesia.''”
 
Pada Agustus 2021, [[Menko Polhukam]], [[Mahfud MD]], memberikan pernyataan terkait pemakzulan Gus Dur. Dalam pernyataan Mahfud yang disampaikannya di [[saluran YouTube]] [[Nahdlatul Ulama]], disebutkan bahwa pemakzulan Wahid adalah [[inkonstitusional]] dan merupakan tindakan melawan hukum.<ref name="Kontroversi Pemakzulan Gus Dur">{{cite news |title=Mahfud: Pemakzulan Gus Dur Tidak Sah dari Hukum Tata Negara |url=https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210822234223-12-683755/mahfud-pemakzulan-gus-dur-tidak-sah-dari-hukum-tata-negara |access-date=30 October 2021 |agency=CNN |publisher=CNN Indonesia |date=22 August 2021}}</ref> Mahfud MD menyatakan bahwa pemakzulan Gus Dur pada tahun 2001 tidak sesuai dengan [[Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat]] No.III Tahun 1978 tentang Kedudukan dan Tata Kerja Badan Tertinggi Negara. Lembaga dengan/atau Lembaga Tinggi Negeri.<ref>{{cite news |author1=Faisal Aristama |title=Penulis Buku "Menjerat Gus Dur": Mahfud MD Benar, Pemakzulan Gus Dur Inkonstitusional |url=https://politik.rmol.id/read/2021/09/03/502896/penulis-buku-menjerat-gus-dur-mahfud-md-benar-pemakzulan-gus-dur-inkonstitusional |access-date=30 October 2021 |agency=Jaringan Media Siber Indonesia |publisher=RMOL.id |date=3 September 2021}}</ref><ref>{{cite news |title=Mahfud: Pelengseran Gus Dur Tidak Sah dari Sudut Hukum Tata Negara |url=https://nasional.kompas.com/read/2021/08/23/10424301/mahfud-pelengseran-gus-dur-tidak-sah-dari-sudut-hukum-tata-negara |access-date=30 October 2021 |agency=Gramedia |publisher=Kompas.com |date=23 August 2021}}</ref> Mahfud juga mengutarakan, pemakzulan Gus Dur melalui Sidang Khusus MPR mempunyai perkara yang berbeda antara nota I, II, dan III.<ref>{{cite news |title=Mahfud Ungkit Lengsernya Gus Dur Tak Sah Menurut Hukum Tata Negara |url=https://www.idntimes.com/news/indonesia/muhammad-ilman-nafian-2/mahfud-ungkit-lengsernya-gus-dur-tak-sah-menurut-hukum-tata-negara/3 |access-date=30 October 2021 |agency=IDN Media Company |publisher=IDN TIMES |date=23 August 2021}}</ref>
== Penghargaan ==
Pada tahun 1993, Gus Dur menerima [[Ramon Magsaysay Award]], sebuah penghargaan yang cukup prestisius untuk kategori ''Community Leadership''.<ref>[http://www.rmaf.org.ph/Awardees/Citation/CitationWahidAbd.htm Ramon Magsaysay Award Foundation]</ref>
 
Pada tanggal 25 September 2024, MPR secara resmi mencabut Ketetapan MPR No. II/MPR/2001 yang digunakan sebagai instrumen untuk mencabut jabatan presiden Abdurrahman Wahid dan sekaligus memulihkan nama baiknya secara anumerta.<ref>{{Cite web |title=MPR Cabut Tap Nomor II/MPR/2001, Pulihkan Nama Baik Gus Dur |url=https://kumparan.com/kumparannews/mpr-cabut-tap-nomor-ii-mpr-2001-pulihkan-nama-baik-gus-dur-23anCrVKGcM |access-date=2024-09-25 |website=kumparan |language=id-ID}}</ref> Pada hari yang sama, MPR juga membenarkan Soeharto dengan mencabut sebagian Ketetapan MPR No. XI/MPR/1998. Pencabutan ini juga membuka jalan bagi Soeharto untuk memperoleh gelar Pahlawan Nasional.<ref>{{Cite web |last=Rahmawati |first=Dwi |title=MPR Cabut Nama Soeharto dari Tap MPR 11/1998 soal KKN, Ini Alasannya |url=https://news.detik.com/berita/d-7557661/mpr-cabut-nama-soeharto-dari-tap-mpr-11-1998-soal-kkn-ini-alasannya |access-date=2024-09-25 |website=detiknews |language=id-ID}}</ref>
Wahid dinobatkan sebagai "Bapak Tionghoa" oleh beberapa tokoh [[Tionghoa]] [[Semarang]] di Kelenteng Tay Kak Sie, Gang Lombok, yang selama ini dikenal sebagai kawasan [[Pecinan]] pada tanggal [[10 Maret]] [[2004]].<ref name="qurtuby"/>
 
== Penghargaan ==
Pada tahun 1993, Gus Dur menerima [[Ramon Magsaysay Award]], sebuah penghargaan yang cukup prestisius untuk kategori ''Community Leadership''.<ref>{{Cite web |url=http://www.rmaf.org.ph/Awardees/Citation/CitationWahidAbd.htm |title=Ramon Magsaysay Award Foundation |access-date=2009-12-26 |archive-date=2010-04-02 |archive-url=https://web.archive.org/web/20100402015041/http://www.rmaf.org.ph/Awardees/Citation/CitationWahidAbd.htm |dead-url=yes }}</ref> Ia mendapat penghargaan dari Simon Wiesenthal Center, sebuah yayasan yang bergerak di bidang penegakan [[Hak Asasi Manusia]]. Wahid mendapat penghargaan tersebut karena menurut mereka ia merupakan salah satu tokoh yang peduli terhadap persoalan HAM.<ref name="penghargaanmengalir">{{Cite news|last = |first = |authorlink = |coauthors = |year = |url = http://news.okezone.com/index.php/ReadStory/2008/05/05/1/106394/gus-dur-raih-tiga-penghargaan-internasional|title = Gus Dur Raih Tiga Penghargaan Internasional|format = |work =[[Okezone.com]] |publisher = Okezone|accessdate = 19 Juni 2008|quote = |archive-date = 2008-06-08|archive-url = https://web.archive.org/web/20080608214016/http://news.okezone.com/index.php/ReadStory/2008/05/05/1/106394/gus-dur-raih-tiga-penghargaan-internasional|dead-url = yes}}</ref><ref>{{cite web|last = |first = |authorlink = |coauthors = |year = |url = http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2008/bulan/05/tgl/03/time/153747/idnews/933397/idkanal/10|title = Terima Penghargaan, Gus Dur Terbang ke Amerika Serikat|format = |work = |publisher = detik.com|accessdate = 19 Juni 2008|quote = |archive-date = 2008-07-02|archive-url = https://web.archive.org/web/20080702212834/http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2008/bulan/05/tgl/03/time/153747/idnews/933397/idkanal/10|dead-url = no}}</ref>
 
Ia mendapat penghargaan dari Simon Wiesenthal Center, sebuah yayasan yang bergerak di bidang penegakan [[Hak Asasi Manusia]]. Wahid mendapat penghargaan tersebut karena menurut mereka ia merupakan salah satu tokoh yang peduli terhadap persoalan HAM.<ref name="penghargaanmengalir">{{cite web|last = |first = |authorlink = |coauthors = |year = |url = http://news.okezone.com/index.php/ReadStory/2008/05/05/1/106394/gus-dur-raih-tiga-penghargaan-internasional|title = Gus Dur Raihkemudian Tiga Penghargaan Internasional|format = |work = |publisher = Okezone|accessdate = 19 Juni 2008|quote =}}</ref><ref>{{cite web|last = |first = |authorlink = |coauthors = |year = |url = http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2008/bulan/05/tgl/03/time/153747/idnews/933397/idkanal/10|title = Terima Penghargaan, Gus Dur Terbang ke Amerika Serikat|format = |work = |publisher = detik.com|accessdate = 19 Juni 2008|quote =}}</ref> Gus Durjuga memperoleh penghargaan dari ''Mebal Valor'' yang berkantor di Los Angeles karena Wahid dinilai memiliki keberanian membela kaum minoritas, salah satunya dalam membela umat beragama [[Konghucu]] di Indonesia dalam memperoleh hak-haknya yang sempat terpasung selama era [[ordeOrde baruBaru]].<ref name="penghargaanmengalir"/> Wahid juga memperoleh penghargaan dari [[Universitas Temple]]. Namanya diabadikan sebagai nama kelompok studi ''Abdurrahman Wahid Chair of Islamic Study''.<ref name="penghargaanmengalir"/> Pada 21 Juli 2010, meskipun telah meninggal, ia memperoleh ''Lifetime Achievement Award'' dalam Liputan 6 Awards 2010.<ref>{{citeCite webnews
|lastauthorlink =
|firstcoauthors =
|authorlinkyear =
|coauthors =
|year =
|url = http://berita.liputan6.com/sosbud/201007/287385/Penghargaan.Spesial.Buat.Gus.Dur
|title = Penghargaan Spesial Buat Gus Dur
|format =
|work = [[Liputan6.com]]
|publisher = Liputan 6
|accessdate = 22 Juli 2010
|quote =
|language = id
|archive-date = 2010-07-23
|archive-url = https://web.archive.org/web/20100723172509/http://berita.liputan6.com/sosbud/201007/287385/Penghargaan.Spesial.Buat.Gus.Dur
|dead-url = no
}}</ref> Penghargaan ini diserahkan langsung kepada Sinta Nuriyah, istri Gus Dur.
 
=== Tasrif Award-AJI ===
Pada [[11 Agustus]] [[2006]], [[Gadis Arivia]] dan Gus Dur mendapatkan [[Tasrif Award-AJI]] sebagai Pejuang Kebebasan Pers 2006.<ref>[http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2006/bulan/08/tgl/11/time/062049/idnews/653988/idkanal/10 Gus Dur dan Gadis Arivia Raih Tasrif Award-AJI 2006] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20060820114719/http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2006/bulan/08/tgl/11/time/062049/idnews/653988/idkanal/10 |date=2006-08-20 }}, detik.com</ref> Penghargaan ini diberikan oleh [[Aliansi Jurnalis Independen]] (AJI). Gus Dur dan Gadis dinilai memiliki semangat, visi, dan komitmen dalam memperjuangkan kebebasan berekpresi, persamaan hak, semangat keberagaman, dan demokrasi di Indonesia. Gus Dur dan Gadis dipilih oleh dewan juri yang terdiri dari budayawan [[Butet Kertaradjasa]], pemimpin redaksi [[The Jakarta Post]] [[Endy Bayuni]], dan Ketua [[Komisi Nasional Perempuan]] [[Chandra Kirana]]. Mereka berhasil menyisihkan 23 kandidat lain. Penghargaan Tasrif Award bagi Gus Dur menuai protes dari para wartawan yang hadir dalam acara jumpa pers itu.<ref name="kapantasrif">{{cite web
|last =
|first =
|authorlink =
|coauthors =
|year =
|url = http://www.kapanlagi.com/h/0000129023.html
|title = Tasrif Award Buat Gus Dur Menuai Protes
|format =
|work =
|publisher = [[KapanLagi.com]]
|accessdate = 19 Juni 2008
|quote =
|archive-date = 2009-02-05
|archive-url = https://web.archive.org/web/20090205093049/http://www.kapanlagi.com/h/0000129023.html
|dead-url = yes
}}</ref> Seorang wartawan mengatakan bahwa hanya karena upaya Gus Dur menentang RUU Anti Pornoaksi dan Pornografi, ia menerima penghargaan tersebut. Sementara wartawan lain seperti [[Ati Nurbaiti]], mantan Ketua Umum AJI Indonesia dan wartawan [[The Jakarta Post]] membantah dan mempertanyakan hubungan perjuangan Wahid menentang RUU APP dengan kebebasan pers.<ref name="kapantasrif"/>
 
Baris 272 ⟶ 317:
* Doktor Kehormatan bidang Filsafat Hukum dari Universitas Thammasat, [[Bangkok]], [[Thailand]] (2000)<ref name="surabayapost"/>
* Doktor Kehormatan dari Asian Institute of Technology, Bangkok, Thailand (2000)<ref name="surabayapost"/>
* Doktor Kehormatan bidang Ilmu Hukum dan Politik, Ilmu Ekonomi dan Manajemen, dan Ilmu Humaniora dari Pantheon [[Universitas Sorbonne]], [[Paris]], [[PerancisPrancis]] (2000)<ref name="surabayapost"/>
* Doktor Kehormatan dari [[Universitas Chulalongkorn]], Bangkok, Thailand (2000)
* Doktor Kehormatan dari [[Universitas Twente]], [[Belanda]] (2000) <ref>{{cite web
|last =
|first =
|authorlink =
|coauthors =
|year =
|url = http://www.utwente.nl/nieuws/pers/archief/2000/cont_00-006.doc/
|title = President Wahid van IndonesikrijgtIndonesie krijgt eredoctoraat van de Universiteit Twente
|format =
|work =
|publisher = Persberichten Universiteit Twente
|accessdate = 2614 JanuariOktober 20002018
|quote =
|archive-date = 2007-11-16
}}
|archive-url = https://web.archive.org/web/20071116080939/http://www.utwente.nl/nieuws/pers/archief/2000/cont_00-006.doc/
</ref>
|dead-url = unfit
}}</ref>
* Doktor Kehormatan dari Universitas Jawaharlal Nehru, [[India]] (2000)<ref name="surabayapost"/>
* Doktor Kehormatan dari Universitas Soka Gakkai, [[Tokyo]], [[Jepang]] (2002)<ref name="surabayapost"/>
* Doktor Kehormatan bidang Kemanusiaan dari Universitas Netanya, [[Israel]] (2003)<ref>{{citeCite webnews|last =
|lastfirst =
|firstauthorlink =
|authorlinkcoauthors =
|coauthorsyear =
|year =
|url = http://www.suaramerdeka.com/harian/0306/26/nas4.htm
|title = Terima Doktor HC dari Universitas Israel
|format =
|work = [[Merdeka.com]]
|publisher = Suara Merdeka
|accessdate = 26 Juni 2003
|quote =
|archive-date = 2011-09-13
}}
|archive-url = https://web.archive.org/web/20110913220303/http://www.suaramerdeka.com/harian/0306/26/nas4.htm
</ref>
|dead-url = yes
* Doktor Kehormatan bidang Hukum dari Universitas Konkuk, [[Seoul]], [[Korea Selatan]] (2003)<ref name="surabayapost">{{cite web|last =|first =|authorlink =|coauthors =|year =|url = http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=72bf4c46f51738b13e2f7a204e39a7ec&jenis=d82c8d1619ad8176d665453cfb2e55f0&PHPSESSID=d3cd9cd7777fd55edd91e393bcd7bd01
|language = id
|title = Islam dan Demokrasi|format =|work = Rijal Mumazziq Z|publisher = Surabaya Post|accessdate = 22 November 2009|quote =}}</ref>
}}</ref>
* Doktor Kehormatan dari Universitas Sun Moon, Seoul, Korea Selatan (2003)
* Doktor Kehormatan bidang Hukum dari Universitas Konkuk, [[Seoul]], [[Korea Selatan]] (2003)<ref name="surabayapost">{{cite web|last = |first = |authorlink = |coauthors = |year = |url = http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=72bf4c46f51738b13e2f7a204e39a7ec&jenis=d82c8d1619ad8176d665453cfb2e55f0&PHPSESSID=d3cd9cd7777fd55edd91e393bcd7bd01|title = Islam dan Demokrasi|format = |work = Rijal Mumazziq Z|publisher = Surabaya Post|accessdate = 22 November 2009|quote = |archive-date = 2016-11-20|archive-url = https://web.archive.org/web/20161120011940/http://surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=72bf4c46f51738b13e2f7a204e39a7ec&jenis=d82c8d1619ad8176d665453cfb2e55f0&PHPSESSID=d3cd9cd7777fd55edd91e393bcd7bd01|dead-url = no}}</ref>
 
=== Penghargaan dalam negeri ===
{| style="margin:1em auto; text-align:center;"
|-
|colspan="3" style="text-align: center;"|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Bintang Republik Indonesia Adipurna.png|width=100}} {{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Bintang Mahaputera Adipurna.png|width=100}}
|-
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Bintang Mahaputera Adipradana.png|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=PIta (Ribbon) Bintang Mahaputera Utama.png|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Bintang Jasa Utama Ribbon.png|width=100}}
|-
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Bintang Budaya Parama Dharma.png|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Bintang Yudha Dharma Utama.gif|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Kartika Eka Paksi Utama.gif|width=100}}
|-
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Bintang Jalasena Utama.png|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Bintang Swa Bhuwana Paksa Utama.png|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Bintang Bhayangkara Utama.png|width=100}}
|}
 
{| class="wikitable" width="70%" style="margin:1em auto; text-align:center;"
!Baris ke-1
| colspan="4"|[[Bintang Republik Indonesia Adipurna]] (23 Februari 2001)<ref name="Daftar WNI yang Menerima Tanda Kehormatan Bintang Republik Indonesia 1959 – sekarang">{{cite book|title=DAFTAR WNI YANG MENERIMA TANDA KEHORMATAN BINTANG REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1959 – Sekarang|url=https://cdn.setneg.go.id/_multimedia/document/20200107/3822wni_penerima_tanda_kehormatan_bintang_republik_indonesia_1959_sekarang.pdf|website=setneg.go.id|access-date=18 Juli 2021|language=ID}}</ref>
| colspan="4"|[[Bintang Mahaputera Adipurna]] (23 Februari 2001)<ref name="award perpusnas">{{cite web|url=https://kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id/en/award/?presiden_id=3&presiden=gusdur|title=Award – President of Indonesia Collection Website|website=kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id|access-date=18 Juli 2021}}</ref>
|-
!Baris ke-2
| colspan="3"|[[Bintang Mahaputera Adipradana]] (17 Agustus 1998)<ref name="award perpusnas"/>
| colspan="3"|[[Bintang Mahaputera Utama]] (17 Agustus 1998)<ref name="award perpusnas"/>
| colspan="3"|[[Bintang Jasa Utama]] (23 Februari 2001)<ref name="award perpusnas"/>
|-
!Baris ke-3
| colspan="3"|[[Bintang Budaya Parama Dharma]] (23 Februari 2001)<ref name="award perpusnas"/>
| colspan="3"|[[Bintang Yudha Dharma|Bintang Yudha Dharma Utama]] (23 Februari 2001)<ref name="award perpusnas"/>
| colspan="3"|[[Bintang Kartika Eka Paksi|Bintang Kartika Eka Paksi Utama]] (23 Februari 2001)<ref name="award perpusnas"/>
|-
!Baris ke-4
| colspan="3"|[[Bintang Jalasena|Bintang Jalasena Utama]] (23 Februari 2001)<ref name="award perpusnas"/>
| colspan="3"|[[Bintang Swa Bhuwana Paksa|Bintang Swa Bhuwana Paksa Utama]] (23 Februari 2001)<ref name="award perpusnas"/>
| colspan="3"|[[Bintang Bhayangkara|Bintang Bhayangkara Utama]] (23 Februari 2001)<ref name="award perpusnas"/>
|}
 
== Lihat pula ==
 
* [[Daftar Presiden Indonesia]]
* [[Muhaimin Iskandar]]
 
== Catatan kaki ==
Baris 319 ⟶ 406:
== Daftar pustaka ==
 
* {{cite book|last = Barton|first = Greg|title = Abdurrahman Wahid: Muslim Democrat, Indonesian President|url = https://archive.org/details/abdurrahmanwahid00bart|publisher = UNSW Press|date = 20022002a|location = Singapore|pages =|id = ISBN 0-86840-405-5|ref={{sfnref|Barton|2002a}}}}
* {{cite book|last = Barton|first = Greg|title = Biografi Gus Dur: The Authorized Biography of Abdurrahman Wahid|publisher = LKiS|date = 20022002b|location = Yogyakarta|pages =|id = ISBN 978-979-3381-25-1 |ref={{sfnref|Barton|2002b}}}}
 
== Pranala luar ==
Baris 326 ⟶ 413:
{{wikiquote-id|Abdurrahman Wahid}}
{{wikisource|Maklumat Presiden 23 July 2001}}
* {{id}} [http://www.gusdur.net/indonesia/index.php Situs web resmi Abdurrahman Wahid] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20071110175358/http://www.gusdur.net/indonesia/index.php |date=2007-11-10 }}
* {{id}} [http://www.wahidinstitute.org Wahid Institute]
* {{id}} [http://kepustakaan-presiden.pnri.go.id/biography/?box=detail&presiden_id=3&presiden=gusdur Kepustakaan Presiden-presiden Republik Indonesia - Biografi dan seputar Abdurrahman Wahid] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20120729085051/http://kepustakaan-presiden.pnri.go.id/biography/?box=detail&presiden=gusdur&presiden_id=3 |date=2012-07-29 }}
* {{id}} [http://www.tokoh-indonesia.com/ensiklopedi/a/abdurrahman-wahid/index.shtml Ensiklopedi Tokoh Indonesia] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20120429111822/http://tokoh-indonesia.com/ensiklopedi/a/abdurrahman-wahid/index.shtml |date=2012-04-29 }}
* {{en}} [http://www.libforall.org Yayasan LibForAll]
* {{es}} [http://www.cidob.org/es/documentacion/biografias_lideres_politicos/asia/indonesia/abdurrahman_wahid CIDOB: Biografías Líderes Políticos: Abdurrahman Wahid] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20081013084326/http://www.cidob.org/es/documentacion/biografias_lideres_politicos/asia/indonesia/abdurrahman_wahid |date=2008-10-13 }}
{{Kotak_mulai}}
{{s-off}}
Baris 341 ⟶ 428:
{{Abdurrahman Wahid}}
{{Presiden Indonesia}}
{{Kabinet Persatuan Nasional}}{{Islam di Indonesia}}{{Kerusuhan Poso}}{{Authority control}}
{{AP}}
{{Authority control}}
 
{{lifetime|1940|2009|Wahid, Abdurrahman}}
 
[[Kategori:Abdurrahman Wahid|Abdurrahman Wahid]]
[[Kategori:TokohCendekiawan dariMuslim Jombang|Abdurrahman WahidIndonesia]]
[[Kategori:KetuaDosen Umum Tanfidziyah PBNU|Abdurrahman WahidIndonesia]]
[[Kategori:TokohGuru Jawa Timur|Abdurrahman WahidIndonesia]]
[[Kategori:TokohPenulis Jawa|Abdurrahman WahidIndonesia]]
[[Kategori:UlamaWartawan |Abdurrahman WahidIndonesia]]
[[Kategori:Ulama Jombang |Abdurrahman Wahid]]
[[Kategori:Ulama Indonesia|Abdurrahman Wahid]]
[[Kategori:Ulama Nusantara|Abdurrahman Wahid]]
[[Kategori:Ulama Jombang|Abdurrahman Wahid]]
[[Kategori:Tokoh Nahdlatul Ulama]]
[[Kategori:Ketua Umum Tanfidziyah PBNU|Abdurrahman Wahid]]
[[Kategori:Pendiri partai politik]]
[[Kategori:Politikus Partai Kebangkitan Bangsa]]
[[Kategori:Politikus dengan gangguan penglihatan]]
[[Kategori:Anggota DPR RI 1999–2004]]
[[Kategori:Presiden Indonesia]]
[[Kategori:Alumni Universitas Baghdad]]
[[Kategori:Penerima Bintang Republik Indonesia Adipurna]]
[[Kategori:Penerima Bintang Mahaputera Adipurna]]
[[Kategori:Penerima Bintang Mahaputera Utama]]
[[Kategori:Penerima Bintang Jasa Utama]]
[[Kategori:Penerima Bintang Budaya Parama Dharma]]
[[Kategori:Penerima Bintang Dharma]]
[[Kategori:Tokoh Jawa|Abdurrahman Wahid]]
[[Kategori:Tionghoa-Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Jombang|Abdurrahman Wahid]]
[[Kategori:Tokoh dari Kecamatan Jombang|Abdurrahman Wahid]]