Justus Heurnius: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
JohnThorne (bicara | kontrib) Artikel baru |
k →Penerjemahan: clean up |
||
(11 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 3:
|image=
|era=abad ke-16 dan ke-17
|birth_date= 1587
|birth_place=[[Utrecht]], [[Belanda]]
|death_date=
|death_place=[[
|occupation= [[
|nationality= [[Belanda]]
|tradition_movement= [[Protestan]]
|main_interests=[[Sejarah penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa Melayu|Alkitab bahasa Melayu]]
|notable_works= [[
|spouse=
|children=
Baris 22:
== Pelayanan ==
Heurnius adalah seorang pendeta yang sudah menunjukkan perhatian besar terhadap penginjilan, selagi ia masih di Belanda. Sebenarnya ia telah menyelesaikan pendidikan [[kedokteran]] ketika ia merasa dirinya terpanggil untuk mengabarkan Injil di Indonesia. Ia masuk sekolah tinggi lagi untuk menuntut ilmu teologi dan menghasilkan sebuah karangan yang di dalamnya ia membangunkan perhatian jemaat-jemaat Belanda untuk mengusahakan tugas Pekabaran Injil. Ketika tahun 1624 Heurnius tiba di Jakarta, dengan segera ia dapat membereskan suatu pertengkaran antara Gubernur-Jenderal dengan majelis-gereja.<ref name=berkhof>Berkhof, Dr. H. dan Dr. I. H. Enklaar. 2001. Sejarah Gereja. PT BPK Gunung Mulia, Jakarta. Halaman 239-241.</ref>
== Penerjemahan ==
[[Berkas:1652_Heurnius.pdf|jmpl|page=7|''Den Psalter, Ofte de hondert en vijftigh Psalmen Des Konincklijcken Prophete Davids'' (1652)]]
[[Berkas:1646 Van Hasel.pdf|jmpl|page=11|''Het Heylige Euangelium'' (1646)]]
Bahasa yang dipakai dalam semua tulisan untuk pembinaan gereja ialah bahasa Melayu (di daerah-daerah jajahan VOC lainnya dipakai juga bahasa Portugis, bahasa Tamil dan Singhala, dan beberapa bahasa-suku di Taiwan). Tetapi khususnya di Ambon tidak segera tercapai kepastian tentang bahasa yang akan dipilih menjadi bahasa-pengantar di gereja dan di sekolah. Mula-mula orang-orang Belanda ingin memasukkan bahasa Belanda. Mereka mengharap supaya dengan cara itu ikatan antara orang-orang Indonesia dengan VOC bisa diperkuat. Ada juga alasan agamawi: bahasa Melayu oleh sementara orang dianggap terlalu miskin sehingga tidak cocok untuk dipakai sebagai bahasa-pengantar bagi kebenaran ilahi. Selama sepuluh tahun pertama, pengajaran di sekolah diberikan dalam bahasa Belanda. Sejumlah anak Ambon dikirim ke Belanda untuk dididik menjadi pendeta berbahasa Belanda. Tetapi usaha-usaha ini ternyata gagal. Lalu tinggal pilihan antara bahasa Melayu dan bahasa Ambon-asli. Pada zaman itu, hanya sedikit orang-orang Ambon yang mengerti bahasa Melayu, apalagi bahasa Melayu-tinggi. Tetapi bahasa Ambon sulit untuk dipelajari, dan hanya bisa dipakai di Ambon sendiri, padahal para pendeta sering dipindahkan ke daerah lain. Sebaliknya bahasa Melayu bisa mereka gunakan di mana-mana. Lagipula, orang-orang Ambon sendiri menganggap bahasa mereka terlalu miskin, dan mereka merasa malu terhadap orang-orang Islam yang menggunakan bahasa Melayu dalam menjelaskan isi Al-Quran. Dengan demikian, yang dipilih ialah bahasa Melayu. Dan karena bahasa itu adalah bahasa gereja dan sekolah, bahasa Ambon-asli lama-lama terdesak olehnya dan hilang.<ref name=vandenend/>
Hanya satu orang yang memihak kepada bahasa Ambon-asli, yaitu Heurnius (di Ambon 1633-1638). Tadinya ia hendak dikirim ke Seram, tapi Gubernur menganggap tempat itu terlampau berbahaya dan mengutus dia ke Saparua. Di sini Heurnius belajar bahasa Lease, karena itu dianggapnya "bahasa hati", yang mesti digunakan kalau benar-benar hendak menarik minat orang-orang yang terdapat di sana. Ia berkhotbah dalam bahasa itu, dan malah mulai menterjemahkan Kitab Injil ke dalamnya. Hernius mempersiapkan juga bahan-bahan dalam bahasa Lease untuk guru-guru jemaat dan mulai mendidik beberapa pemuda dari pulau-pulau Lease supaya nanti bisa memberitakan Firman Tuhan kepada teman-teman sebangsanya. Ternyata orang-orang Saparua tertarik oleh ibadah dalam bahasa mereka sendiri.<ref name=vandenend/>
Seorang pegawai [[VOC]] bernama '''Jan van Hasel''' (atau ''Jan van Hazel''), Direktur United East India Company yang pernah belajar bahasa Melayu ketika ia tinggal di Timur, menerjemahkan [[Injil Lukas]] dan [[Injil Yohanes]] ke dalam bahasa Melayu pada tahun 1646.<ref name=kilgour>Kilgour, Rev. R, D.D. Alkitab di Tanah Hindia Belanda. Halaman 171.</ref> Versinya disiapkan untuk dicetak oleh Heurnius yang saat itu sudah kembali ke Belanda.<ref name=kilgour/> Hernius sendiri menerjemahkan [[Kisah Para Rasul]].<ref name=kilgour/><ref name=soesilo/> Selanjutnya, Injil Matius dan Markus terjemahan [[Albert Cornelius Ruyl|Ruyl]], beserta Injil Lukas dan Yohanes terjemahan van Hasel, kemudian direvisi oleh Heurnius berdasarkan naskah bahasa Yunaninya.<ref name=soesilo/> Lalu keempat Kitab Injil itu digabung dengan Kisah Para Rasul terjemahan Heurnius sendiri dan dicetak di Amsterdam sebagai "Empat Injil dan Kisah Rasul-rasul" di Amsterdam pada tahun 1651, juga dalam bentuk dwibahasa Belanda dan Melayu.<ref name=soesilo/>
Selain menerjemahkan kitab-kitab tersebut di atas, Jan van Hasel dan Justus Heurnius juga menerjemahkan [[Kitab Mazmur]] yang diterbitkan pada tahun 1652.<ref name=soesilo/>
== Karya ==
* "Empat Injil dan Kisah Rasul-rasul" ("[[Kitab Ruyl-Van Hasel-Heurnius]]") dalam dwibahasa Belanda-Melayu (1651), bersama dengan [[Albert Cornelius Ruyl]] dan Jan van Hasel.
* "Kitab Mazmur" dalam dwibahasa Belanda-Melayu (1652), bersama dengan Jan van Hasel.
== Referensi ==
{{reflist}}
* [https://www.britannica.com/topic/biblical-literature/Non-European-versions#ref597555 Biblical literature > Non-European versions]
* {{de}} [http://www.wlb-stuttgart.de/fileadmin/user_upload/sammlungen/bibeln/Missionsbibeln/Missionsbibel_Stationen1.pdf Frühe Missionsbibeln: Wichtige Stationen] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140812144917/http://www.wlb-stuttgart.de/fileadmin/user_upload/sammlungen/bibeln/Missionsbibeln/Missionsbibel_Stationen1.pdf |date=2014-08-12 }}
== Pustaka ==
* Berkhof, Dr. H. dan Dr. I. H. Enklaar. 2001. Sejarah Gereja. PT BPK Gunung Mulia, Jakarta. Halaman 239-241.
* End, Dr. Th. van den. 2001. Ragi Carita 1. PT BPK Gunung Mulia, Jakarta. Halaman 65-79.
* Kilgour, Rev. R, D.D. Alkitab di Tanah Hindia Belanda. Halaman 171-176.
* Kruger, Dr. Th. Muller. 1966. Sejarah Gereja Di Indonesia. Badan Penerbitan Kristen-Djakarta. Halaman 46-52.
* Soesilo, Dr. Daud H., Ph.D. 2001. Mengenal Alkitab Anda. Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta. Halaman 46-48.
== Pranala luar ==
|