Niyāma: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Faredoka (bicara | kontrib)
k →‎Buddhisme: tanda titik
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android App section source
 
(74 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Seealso|0=Ketuhanan dalam Buddhisme}}
[[Berkas:Buddha 00004.JPG|thumb|upright|Buddha sebagai penemu Dhamma, bukan pencipta Dhamma.]]
[[Berkas:Tian Tan Buddha by Beria.jpg|jmpl|Dalam [[Agama Buddha]], alam semesta diatur oleh hukum alam. Pemikiran bahwa alam semesta diatur oleh Tuhan merupakan pemikiran yang tidak dibenarkan. (Baca juga: [[Tuhan dalam agama Buddha]])]]
 
{{Buddhisme|dhamma}}
'''Hukum Alam (Niyama Dhamma atau Lima Hukum)''' adalah salah satu konsep dalam ajaran [[agama Buddha]] mengenai hukum-hukum yang bekerja di seluruh alam semesta.<ref>Ikhtisar Ajaran Buddha. Oleh: Upa. Sasanasena Seng Hansen, Penerbit: Insight Vidyasena Production, September 2008</ref> Niyama Dhamma terdiri atas kata Dhamma yang artinya segala sesuatu dan Niyama artinya ketentuan atau hukum. Dengan demikian, Niyama Dhamma berarti hukum universal atau hukum segala hal.<ref>Buku "Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti Kelas 10". Oleh: Nasiman, Nurwito, Penerbit: Kemendikbud, Cetakan III 2017. ISBN 978-602-427-074-2. Halaman 175.</ref>
Dalam [[Buddhisme]], '''Niyāma''' ([[Bahasa Pali|bahasa Pāli]]) atau '''Lima Niyāma''' ([[Pāli]]: ''pañca-niyāma'')—disebut juga '''Lima Hukum Alam''' atau '''Lima Hukum Tertib Kosmis''' ([[Pāli]]: ''pañca-niyāma-dhamma'' atau ''pañcavidha-niyāma'')—adalah salah satu konsep aliran [[Theravāda]] mengenai hukum keteraturan yang bekerja di seluruh alam semesta.<ref>{{Cite book|title=Ikhtisar Ajaran Buddha|last=Hansen|first=Upa. Sasanasena Seng|date=September 2008|publisher=Insight Vidyasena Production|isbn=|location=Yogyakata|pages=|url-status=live}}</ref><ref>{{Cite book|last=Nasiman|first=Nurwito|date=2017|title=Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti Kelas 10|location=Jakarta|publisher=Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia|isbn=978-602-427-074-2|pages=175|url-status=live}}</ref> Lima Niyāma tersebut adalah:
 
# '''''utu-niyāma''''': keteraturan musim.
Niyama Dhamma merupakan hukum abadi yang bekerja dengan sendirinya. Hukum ini bekerja sebagai hukum sebab akibat dan membuat segala sesuatu bergerak sebagaimana dinyatakan oleh ilmu pengetahuan modern, seperti ilmu [[Fisika]], [[Kimia]], [[Biologi]], [[Astronomi]], [[Psikologi]], dan sebagainya. Bulan timbul dan tenggelam, hujan turun, tanaman tumbuh, musim berubah disebabkan oleh hukum ini.<ref>Buku "Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti Kelas 10". Oleh: Nasiman, Nurwito, Penerbit: Kemendikbud, Cetakan III 2017. ISBN 978-602-427-074-2. Halaman 176.</ref>
# '''''bīja-niyāma''':'' keteraturan benih atau bibit.
# '''''kamma-niyāma''''': keteraturan ''kamma'' (perbuatan berkehendak).
# '''''citta-niyāma''''': keteraturan kesadaran/pikiran.
# '''''dhamma-niyāma''''': keteraturan ''dhamma'' (fenomena).
 
Dalam [[agama Hindu]], '''Niyāma''' ([[Sanskerta]])—sangat berbeda dari pemaknaan Buddhisme—merujuk pada tugas religius atau ketaatan yang positif;<ref name=":2">{{cite journal|last=Moyer|first=Donald|date=1989|title=Asana|journal=[[Yoga Journal]]|volume=84|issue=January/February 1989|page=36}}</ref> kegiatan dan kebiasaan yang direkomendasikan untuk hidup sehat, pencerahan spiritual, dan keadaan keberadaan yang terbebaskan.<ref name="nt">N Tummers (2009), Teaching Yoga for Life, {{ISBN|978-0736070164}}, page 16-17</ref> Kata ini juga memiliki banyak arti tergantung pada konteksnya. Lima Niyāma dalam agama Hindu adalah:
Hukum alam dapat dibagi ke dalam lima kelompok:
 
# [[Shaucha]] (शौच): kemurnian eksternal (tubuh) dan internal (pikiran).<ref name=":3">Sharma and Sharma, Indian Political Thought, Atlantic Publishers, {{ISBN|978-8171566785}}, page 19</ref><ref name=":1">{{Cite web|title=Yoga Sutras of Patanjali {{!}} Internet Encyclopedia of Philosophy|url=https://iep.utm.edu/yoga/|language=en-US|access-date=2024-05-10}}</ref>
1. '''Utu Niyama''', hukum ini mencakup semua fenomena anorganik, termasuk hukum-hukum dalam fisika dan kimia. Contohnya adalah hukum mengenai terbentuk dan hancurnya bumi, planet, tata surya, galaksi, temperatur, iklim, gempa bumi, angin, erupsi, dan segala sesuatu yang bertalian dengan energi.
# [[Santosha]] (सन्तोष): kepuasan; tidak tertarik pada perolehan lebih dari kebutuhan hidup seseorang.<ref name="nt2">N Tummers (2009), Teaching Yoga for Life, {{ISBN|978-0736070164}}, page 16-17</ref><ref name=":1" />
# [[Pertapaan|Tapa]] (तपस्): penghematan, disiplin diri,<ref name=":4">{{cite book|author=Gregory P. Fields|year=2014|url=https://books.google.com/books?id=nCQ0Njp2DWMC&pg=PA111|title=Religious Therapeutics: Body and Health in Yoga, Ayurveda, and Tantra|publisher=State University of New York Press|isbn=978-0-7914-9086-0|pages=111}}</ref> meditasi terus-menerus dan ketekunan.<ref name="Kaelber, W. O. 1976">Kaelber, W. O. (1976). "Tapas", Birth, and Spiritual Rebirth in the Veda, History of Religions, 15(4), 343-386</ref><ref name="sabha">SA Bhagwat (2008), Yoga and Sustainability. Journal of Yoga, Fall/Winter 2008, 7(1): 1-14</ref>
# [[Swadhyaya|Svādhyāya]] (स्वाध्याय): mempelajari kitab suci untuk pembebasan diri.<ref name=":1" />
# [[Iswara|Īśvarapranidhāna]] (ईश्वरप्रणिधान): mempersembahkan seluruh aktivitas seseorang kepada Tuhan (''[[Iswara|Īśvara]]'').<ref name=":1" />
 
== Etimologi ==
2. '''Bija Niyama''', hukum ini mencakup semua gejala organik seperti dalam biologi. Contohnya adalah perkembangan hewan atau tumbuhan, mutasi gen manusia, pembuahan, proses perkembangbiakkan pada tumbuh-tumbuhan.
''Niyama'' (नियम) berasal dari akar [[bahasa Sanskerta]] ''niyam'' (नियम्) yang berarti "memegang". Dengan demikian, niyāma diterjemahkan menjadi “hukum”, “aturan”, “kepatuhan”, atau “praktik pengendalian diri”.<ref>{{Cite journal|last=Cusack|first=Carmen|date=2012|title=Alternative dispute resolution and niyama, the second limb of Yoga Sutra|journal=Journal of Peace Education and Social Justice|volume=6|issue=2|pages=107–122}}</ref><ref>{{Cite web|last=Chicago|first=The University of|last2=Libraries (CRL)|first2=Center for Research|title=Digital South Asia Library|url=https://dsal.uchicago.edu/|website=dsal.uchicago.edu|language=en|access-date=2024-06-04}}</ref><ref>{{Cite web|last=Sivasubramaniam|first=Thirunavukkarasu|date=2019-05-24|title=Niyama|url=https://www.classicyoga.co.in/2019/05/niyama/|website=Classic Yoga|language=en-US|access-date=2024-06-04}}</ref>
 
Dalam [[Buddhisme]], istilah ini spesifik digunakan untuk menjelaskan hukum-hukum alam yang mengatur alam semesta. Dalam [[Agama Hindu|Hinduisme]], istilah ini utamanya digunakan untuk menjelaskan tugas-tugas religius.
3. '''Kamma Niyama''', hukum moralitas, yaitu Hukum sebab-akibat (hukum karma). Segala tindakan sengaja atau tidak disengaja akan menghasilkan sesuatu yang baik atau buruk.
 
== Buddhisme ==
4. '''Citta Niyama''', mengenai pikiran misalnya bagaimana proses kesadaran bekerja. Hukum ini bekerja pada memori manusia dan bagaimana psikis seseorang. Hukum ini mengatur pertalian kerja antara sesuatu yang hidup dan mati.
Kitab komentar [[Buddhisme]] aliran [[Theravāda]] dari abad ke-5 hingga ke-13 M memuat ''pañcavidha niyāma'', lima Niyāma, dalam teks-teks berikut:
 
* Dalam kitab ''Aṭṭhasālinī'' (272-274), komentar yang dikaitkan dengan Buddhaghosa untuk ''Dhammasaṅgaṇī'', kitab pertama [[Abhidhamma Piṭaka]] aliran Theravāda;<ref>''Aṭṭhasālinī: Buddhaghosa’s Commentary on the Dhammasaṅgani.'' ed. E. Muller, PTS 1979 (orig. 1897) p.272, para. 562; trans. Pe Maung Tin as The Expositor PTS London 1921 vol.II p.360.</ref>
5. '''Dhamma Niyama''', mengenai segala sesuatu yang tidak diatur oleh keempat Hukum diatas. Hukum ini mencakup konsep abstrak yang dikembangkan manusia seperti dalam ilmu matematika dimana realitas alam dijelaskan dalam bentuk abstrak (tidak berwujud).
* Dalam ''Sumaṅgala-Vilāsinī'' (DA 2.431), komentar [[Buddhaghosa]] mengenai Dīgha Nikāya;<ref>''Sumaṅgala-Vilāsinī, Buddhaghosa’s Commentary on the Dīgha Nikāya.'' ed. W. Stede PTS 1931 p.432.</ref>
* Dalam ''Abhidhammāvatāra'' (PTS hal. 54), ringkasan syair Abhidhamma karya [[Buddhadatta]], ''bhikkhu'' sezaman Buddhaghosa.<ref>''Abhidhammāvatāra in Buddhadatta’s Manuals.'' ed. AP Buddhadatta PTS 1980 (orig. 1915) p.54.</ref>
* ''Komentar Internal Abhidhammamātika'' (hal. 58). Abhidhamma-mātika adalah sebuah matriks abstrak untuk Abhidhamma, dengan daftar pasangan dan rangkap tiga istilah yang darinya keseluruhan teks secara teoritis dapat direkonstruksi. Penggalan tentang Niyāma berasal dari komentar internal pada mātika yang terkait dengan ''Dhammasaṅgaṇī'' (niyāma tampaknya tidak disebutkan dalam matriks itu sendiri, tetapi hanya dalam lampiran ini); dan disusun di [[India Selatan]] oleh Coḷaraṭṭha Kassapa (abad ke-12-13).
* ''Abhidhammāvatāra-purāṇatīkā'' (hal. 1.68). Disusun di [[Agama Buddha|Sri Lanka]] oleh Vācissara Mahāsāmi sekitar abad ke-13 atau [[Sariputta|Sāriputta]] sekitar abad ke-12. Kitab ini berisi komentar kata demi kata yang tidak lengkap atas teks ''Abhidhammāvatāra Nāmarūpa-parichedo'' (sebuah kitab [[Ṭīkā|ṭīka]]).
 
[[Buddhisme]] tidak membenarkan bahwa alam semesta diatur oleh sesosok dewa tertinggi atau Tuhan Yang Maha Kuasa. Niyāma merupakan hukum abadi impersonal yang bekerja tanpa [[Tuhan pribadi|pribadi]] pengatur tertinggi. Hukum ini bekerja sebagai hukum sebab akibat dan membuat segala sesuatu bergerak sebagaimana dinyatakan oleh ilmu pengetahuan modern, seperti ilmu [[fisika]], [[kimia]], [[biologi]], [[astronomi]], [[psikologi]], dan sebagainya. Timbul tenggelamnya bulan, turunnya hujan, tumbuhnya tanaman, hingga berubahnya musim disebabkan oleh hukum ini.<ref>{{Cite book|last=Nasiman|first=Nurwito|date=2017|title=Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti Kelas 10|location=Jakarta|publisher=Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia|isbn=978-602-427-074-2|pages=176|url-status=live}}</ref>
 
Diperkenalkannya istilah "''pañca-niyāma''" dalam kitab komentar bukan untuk menggambarkan bahwa alam semesta etis secara intrinsik, namun sebagai daftar yang menunjukkan cakupan universal ''paticca-samuppāda''. Tujuan awalnya, menurut Ledi Sayadaw, bukanlah untuk meninggikan atau merendahkan hukum [[Karma dalam Buddhisme|karma]], namun untuk menunjukkan ruang lingkup Hukum Alam sebagai alternatif terhadap klaim [[teisme]].<ref>''Manuals of Buddhism''. Bangkok: Mahamakut Press 1978. Niyama-Dipani was trans. (from Pāli) by Beni M. Barua, rev. and ed. C.A.F. Rhys Davids, n.d.</ref>
 
Lima Niyāma dalam set ini adalah:
# '''''utu-niyāma''''' "keteraturan musim", yaitu berbunga dan berbuahnya pohon-pohon sekaligus (''ekappahāreneva'') di daerah-daerah tertentu di bumi pada periode-periode tertentu, bertiup atau berhentinya angin, derajat panas matahari, banyaknya curah hujan, beberapa bunga seperti bunga teratai mekar pada siang hari dan menutup pada malam hari, dan seterusnya;
# '''''bīja-niyāma''''' "keteraturan benih atau bibit", yaitu benih yang menghasilkan jenisnya sendiri seperti benih jelai yang menghasilkan jelai;
# '''''kamma-niyāma''''' "keteraturan ''kamma''", yaitu perbuatan yang baik akan menghasilkan akibat yang baik dan perbuatan yang buruk akan menghasilkan akibat yang buruk. Keteraturan ini dicontohkan oleh syair [[Dhammapada]] ayat 127 yang menjelaskan bahwa akibat dari suatu perbuatan tidak dapat dihindari;
# '''''citta-niyāma''''' "keteraturan kesadaran/pikiran", yaitu urutan proses aktivitas-aktivitas pikiran sebagai momen-pikiran sebelumnya yang menyebabkan dan mengkondisikan momen-pikiran berikutnya dalam suatu hubungan sebab-akibat;
# '''''dhamma-niyāma''''' "keteraturan ''dhamma'' (fenomena)", yaitu peristiwa-peristiwa seperti guncangan sepuluh ribu sistem dunia pada saat [[Bodhisatwa|Bodhisatta]] dikandung dalam rahim ibu-Nya dan pada saat kelahiran-Nya. Di akhir pembahasan syair kitab komentar ''Sumaṅgalavilāsinī,'' dijelaskan bahwa ''dhammaniyāma'' merupakan definisi untuk istilah ''dhammatā'' dalam teks ''Mahāpadāna Sutta'' (D ii.12) (Bdk. S 12.20 untuk pembahasan penggunaan kata ''dhammaniyamatā'' dalam sutta)
 
C.A.F. Rhys Davids adalah sarjana barat pertama yang tertarik pada daftar ''pañcavidha niyāma'' dalam bukunya tahun 1912, "''Buddhism''". Alasan Davids menjelaskan istilah "Niyāma" adalah untuk menekankan bahwa menurut ajaran Buddha, kita berada dalam sebuah "alam semesta moral", artinya suatu perbuatan membawa akibat yang adil sesuai dengan tatanan moral alami, sebuah situasi yang ia sebut sebagai "kosmodik" yang berbeda dengan teodisi [[Kekristenan|Kristen]].<ref>''Buddhism: a study of the Buddhist norm'' London: [[Williams and Norgate]] 1912, pp.118–9.. Reprint by Read Books, 2007, [https://books.google.com/books?id=LljcZ_LBeL0C&pg=PA119&dq=Bija+Niyama&lr= Books.Google.com]</ref><ref>Padmasiri De Silva, ''Environmental philosophy and ethics in Buddhism.'' Macmillan, 1998, page 41. [https://books.google.com/books?id=M4T3C6ndfZIC&pg=PA41&dq=Bija+Niyama#PPA41,M1 Books.Google.com]</ref>
 
Dalam skema Rhys Davids, Niyāma dijabarkan menjadi:
 
* '''''kamma-niyāma''''': ("perbuatan") konsekuensi atas perbuatan seseorang
* '''''utu-niyāma''''': ("waktu, musim") perubahan musim dan iklim, hukum yang berurusan dengan benda mati
* '''''bīja-niyāma''''': ("benih") hukum keturunan
* '''''citta-niyāma''''': ("pikiran") kehendak pikiran
* '''''dhamma-niyāma''''': ("hukum") kecenderungan alam untuk menyempurnakan
 
Skema ini serupa dengan skema yang diajukan oleh Ledi Sayadaw.<ref>''Niyama-Dipani'' (online see below)</ref> Sangharakshita, seorang sarjana Buddhis Barat, menggunakan skema Niyāma dari Rhys David dan menjadikannya sebagai aspek penting dalam pengajarannya.<ref>''The Three Jewels Windhorse'' 1977 (originally published 1967) Windhorse pp.69–70; and in the lecture ‘Karma and Rebirth’, in edited form in ''Who is the Buddha?'' Windhorse 1994, pp.105–8.</ref>
 
[[Ashin Kheminda]], seorang bhikkhu misionaris asal [[Indonesia]], menjelaskan Niyāma dengan skema berikut:<ref>{{Cite book|last=Kheminda|first=Ashin|date=2020|title=Kamma: Pusaran Kelahiran & Kematian Tanpa Awal|location=Jakarta|publisher=Dhammavihari Buddhist Studies|isbn=|pages=46|url-status=live}}</ref>
 
# '''''utu-niyāma''''': hukum kepastian atau keteraturan musim yang mengatur kepastian pergantian musim dan perubahan-perubahan temperatur di alam semesta.
# '''''bija-niyāma''':'' hukum kepastian atau keteraturan biji yang mengatur kehidupan tumbuh-tumbuhan, yaitu biji-biji tertentu akan menghasilkan tanaman atau buah tertentu; buah-buah tertentu memiliki citarasa tertentu dan lain-lain.
# '''''kamma-niyāma''':'' hukum kepastian atau keteraturan perbuatan (''[[kamma]]'') yang memastikan bahwa ''kamma'' baik akan menghasilkan kebahagiaan, sedangkan ''kamma'' buruk akan menghasilkan penderitaan.
# '''''citta-niyāma''''': hukum kepastian atau keteraturan kesadaran yang mengatur kepastian kemunculan dan kelenyapan kesadaran (''citta'').
# '''''dhamma-niyāma''''': hukum kepastian atau keteraturan fenomena (''dhamma'') yang mengatur fenomena-fenomena lain yang tidak termasuk di empat hukum di atas, seperti kejadian bumi bergetar saat [[Bodhisatwa|Bodhisatta]] Gotama lahir, pencapaian penerangan sempurna, munculnya gempa bumi saat kejadian ''parinibbāna'' Buddha.
 
=== Penafsiran lanjutan ===
 
==== Kamma sebagai asal mula makhluk ====
Pada Abhiṇhapaccavekkhitabbaṭhānasutta, Aṅguttara Nikāya 5.57, Buddha menyampaikan bahwa di antara kelima hukum alam tersebut, perbuatan (''kamm''a'')'' sebagaimana diatur oleh hukum kepastian perbuatan (''kammaniyāma'') bertindak sebagai properti, warisan, asal mula, keluarga, dan perlindungan suatu makhluk.<ref>{{Cite web|last=Anggara|first=Indra|title=AN 5.57: Abhiṇhapaccavekkhitabbaṭhānasutta|url=https://suttacentral.net/an5.57/id/anggara|website=SuttaCentral|access-date=2023-06-26}}</ref>
 
{{Verse translation|... Sabbe sattā
kammassakā,
kammadāyādā,
kammayoni,
kammabandhu,
kammapaṭisaraṇā,
yaṁ kammaṁ karissanti—
kalyāṇaṁ vā pāpakaṁ vā—
tassa dāyādā bhavissantī’ti ...|... Semua makhluk
memiliki kamma sebagai properti mereka,
ahli waris dari kammanya sendiri,
memiliki kamma sebagai asal-mulanya,
memiliki kamma sebagai keluarganya,
memiliki kamma sebagai perlindungannya.
Apapun kamma yang mereka lakukan—
baik atau buruk—
mereka akan menjadi ahli waris dari kamma tersebut ...}}
 
==== Keterhubungan hukum-hukum ====
Setiap hukum tidak berjalan sendiri, artinya satu hukum dapat bekerja bersamaan dengan hukum-hukum lainnya. Oleh karena ''kamma'' didefinisikan sebagai kesadaran baik (''kusalacitta'') atau kesadaran buruk (''akusalacitta'') dengan eksistensi faktor-mental (''cetasika'') kehendak (''cetanā''), maka ''kamma-niyāma'' yang mengatur kepastian perbuatan juga melibatkan ''citta-niyāma'' yang mengatur kesadaran terciptanya perbuatan.
{{Verse translation|Manopubbaṅgamā
dhammā
manoseṭṭhā
manomayā;
 
Manasā ce paduṭṭhena bhāsati vā karoti vā;
Tato naṃ dukkhamanveti cakkaṃ'va vahato padaṃ.|Tiga agregat nonmateri (cetasika)
memiliki kesadaran (citta) sebagai pelopor,
memiliki kesadaran sebagai yang terkemuka (pemimpin),
dibuat oleh kesadaran.
 
Apabila dengan kesadaran yang kotor, seseorang berbicara atau berbuat;
Dari sana penderitaan mengikuti dia, seperti roda mengikuti kaki lembu.}}
Dengan begitu, [[Buddhisme]] tidak setuju bahwa suatu kejadian disebabkan hanya karena satu hal. Misalnya, ketika manusia sudah semakin jahat dan tidak menyayangi alam (diatur oleh ''kamma-niyāma)'', maka akan terjadi perubahan pada alam seperti perubahan suhu (diatur oleh ''utu-niyāma)'', tumbuhan mati (diatur oleh ''bija-niyāma''), dan ketidaktenangan batin (diatur oleh ''citta-niyāma'').
 
== Hinduisme ==
Dalam agama Hindu, pemaknaan istilah Niyāma ({{lang-sa|[[:hi:नियम|नियम]]|translit=niyama}}) sangat berbeda dari pemaknaan Buddhisme. Niyāma merujuk pada tugas religius atau ketaatan yang positif.<ref name=":2" /> Dalam [[Dharma]] yang diyakini Hindu, terutama [[Yoga]], ''niyāma'' dan pelengkapnya, [[Yama|yāma]], adalah kegiatan dan kebiasaan yang direkomendasikan untuk hidup sehat, pencerahan spiritual, dan keadaan keberadaan yang terbebaskan.<ref name="nt" />
 
=== Lima Niyāma ===
Dalam [[Sutra Yoga Patanjali]], lima niyāma adalah:<ref>{{cite book|last1=Āgāśe|first1=K. S.|date=1904|url=https://archive.org/stream/patanjaliyoga/yoga_sutras_three_commentaries#page/n113/mode/2up|title=Pātañjalayogasūtrāṇi|location=Puṇe|publisher=Ānandāśrama|page=102}}</ref>
 
# [[Shaucha]] (शौच): kemurnian eksternal (tubuh) dan internal (pikiran).<ref name=":3" /><ref name=":1" />
# [[Santosha]] (सन्तोष): kepuasan; tidak tertarik pada perolehan lebih dari kebutuhan hidup seseorang.<ref name="nt2" /><ref name=":1" />
# [[Pertapaan|Tapa]] (तपस्): penghematan, disiplin diri,<ref name=":4" /> meditasi terus-menerus dan ketekunan.<ref name="Kaelber, W. O. 1976" /><ref name="sabha" />
# [[Swadhyaya|Svādhyāya]] (स्वाध्याय): mempelajari kitab suci untuk pembebasan diri.<ref name=":1" />
# [[Iswara|Īśvarapranidhāna]] (ईश्वरप्रणिधान): mempersembahkan seluruh aktivitas seseorang kepada Tuhan (''[[Iswara|Īśvara]]'').<ref name=":1" />
 
=== Sepuluh Niyāma ===
Beberapa teks memberikan daftar niyāma yang berbeda dan diperluas. Misalnya, Shandilya dan [[Upanisad]] [[Waraha|Varaha]] ,<ref name="svb">SV Bharti (2001), Yoga Sutras of Patanjali: With the Exposition of Vyasa, Motilal Banarsidas, {{ISBN|978-8120818255}}, Appendix I, pages 680-691</ref> [[Hatha Yoga Pradipika]],<ref name="mibu">[[Mikel Burley]] (2000), Haṭha-Yoga: Its Context, Theory, and Practice, Motilal Banarsidas, {{ISBN|978-8120817067}}, pages 190-191</ref> ayat 552 sampai 557 di Kitab ke-3 [[Tirumandhiram]] karya [[Tirumular]]''.''<ref>[http://www.himalayanacademy.com/view/tirumantiram Fountainhead of Saiva Siddhanta] Tirumular, The Himalayan Academy, Hawaii</ref> Hatha Yoga Pradipika mencantumkan sepuluh niyāma berikut dalam syair 1.18:<ref name="mibu" /><ref>Original:
 
तपः सन्तोष आस्तिक्यं दानम् ईश्वरपूजनम् ।
 
सिद्धान्तवाक्यश्रवणं ह्रीमती च तपो हुतम् ।
 
नियमा दश सम्प्रोक्ता योगशास्त्रविशारदैः ॥१८॥
 
See: [https://archive.org/stream/HathaYogaPradipika-SanskritTextWithEnglishTranslatlionAndNotes#page/n23/mode/2up/search/niyama Hatha Yoga Pradipika]; Note: this free on-line source author lists Tapas twice in the list of niyamas; others list the second last word of second line in the above as जपो, or ''Japa''</ref>
 
# [[Pertapaan|Tapa]] (तपस्): kegigihan, ketekunan dalam tujuan seseorang, kesederhanaan<ref name="Kaelber, W. O. 1976" /><ref name="sabha" />
# [[Santosha]] (सन्तोष): kepuasan, penerimaan terhadap orang lain dan keadaan diri sendiri sebagaimana adanya, optimisme terhadap diri sendiri<ref name="nt2" />
# [[Astikya|Āstikya]] (आस्तिक्य): keyakinan pada Diri Sejati (jnana yoga, raja yoga), kepercayaan pada Tuhan (bhakti yoga), keyakinan pada Weda/Upanishad (aliran ortodoks)<ref name=":0">{{Cite web|date=June 30, 2021|title=Niyama {{!}} 8 Limbs of Yoga|url=https://www.unitedwecare.com/self-care/yoga/types-of-yoga/raja-yoga/8-limbs-of-yoga/niyama|website=United We Care}}</ref>
# [[Dāna]] (दान): kedermawanan, amal, berbagi dengan orang lain<ref>William Owen Cole (1991), Moral Issues in Six Religions, Heinemann, {{ISBN|978-0435302993}}, pages 104-105</ref>
# [[Iswara|Īśvarapūjana]] (ईश्वरपूजन): pemujaan terhadap [[Iswara]] (Tuhan/Sosok Tertinggi, Brahman, Diri Sejati, Realitas yang Tidak Berubah)<ref>[http://spokensanskrit.de/index.php?tinput=Izvara&direction=SE&link=yes&choice=yes Īśvara] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160303222304/http://spokensanskrit.de/index.php?tinput=Izvara&direction=SE&link=yes&choice=yes|date=3 March 2016}} Koeln University, Germany</ref>
# [[Srawana (Ramayana)|Siddhānta vākya śravaṇa]] (सिद्धान्त वाक्य श्रवण) atau [[Siddhanta|Siddhānta]] śravaṇa (सिद्धान्त श्रवण): mendengarkan kitab suci kuno<ref name=":0" />
# [[Hri|Hrī]] (ह्री): penyesalan dan penerimaan atas masa lalu seseorang, kesederhanaan, kerendahan hati<ref name="mibu" /><ref>[http://www.ibiblio.org/sripedia/ebooks/mw/1300/mw__1340.html Hri] Monier Williams Sanskrit English Dictionary</ref>
# [[Cit|Mati]] (मति): berpikir dan merenung untuk memahami, mendamaikan ide-ide yang bertentangan<ref>Monier Williams, {{Google books|uqlRAAAAcAAJ|A Sanskrit-English Dictionary: Etymologically and philologically arranged|page=740}}, Mati, मति, pages 740-741</ref>
# [[Japa-mantra|Japa]] (जप): pengulangan mantra, membaca doa atau pengetahuan<ref>HS Nasr, Knowledge and the Sacred, SUNY Press, {{ISBN|978-0791401774}}, page 321-322</ref>
# [[Homa|Huta]] (हुत) atau [[Vrata]] (व्रत):
## Huta (हुत): ritual, upacara seperti pengorbanan [[yajna]].
## Vrata (व्रत): memenuhi janji, aturan, dan ketaatan agama dengan setia.<ref>{{Cite web|title=Siddha Community: The Saivite Hindu Religion|url=http://www.siddha.com.my/saivism.html|website=www.siddha.com.my|access-date=2017-01-12}}</ref>
 
Beberapa teks mengganti niyāma terakhir (Huta) dengan Vrata.<ref name=":0" /> Vrata berarti membuat dan menjaga sumpah (resolusi) seseorang, yang bisa berupa ketaatan yang saleh.<ref>[http://spokensanskrit.de/index.php?tinput=vrata&direction=SE&script=HK&link=yes&beginning=0 व्रत] Vrata, Sanskrit-English Dictionary, Koeln University, Germany</ref> Misalnya, janji untuk berpuasa dan mengunjungi [[tempat ziarah]] merupakan salah satu bentuk Vrata. Proses pendidikan di [[India kuno]], suatu tradisi penghafalan dan penurunan [[Weda]] dan [[Upanisad]] dari generasi ke generasi tanpa pernah dituliskan, memerlukan serangkaian praktik niyāma Vrata selama bertahun-tahun.<ref>Hartmut Scharfe, Handbook of Oriental Studies - Education in Ancient India, Brill, {{ISBN|978-9004125568}}, pages 217-222</ref>
 
== Referensi ==