Keraton Kanoman: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Sedjati88 (bicara | kontrib)
 
(47 revisi perantara oleh 18 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{More citations needed}}{{Infobox building
{{coord|display=title|-6.722425|108.567547}}[[Berkas:Keraton Kanoman Cirebon.jpg|thumb|300px|Area ''Lemah duwur'' di komplek Keraton Kanoman, terlihat pada latar bangunan ''Mande Manguntur'' (tempat duduk sultan) (tahun 2010).]]
| name = Keraton Kanoman Cirebon
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Kinderen voor de poort van de kraton Kanoman Cheribon TMnr 60005192.jpg|thumb|300px|Gapura barat pada komplek ''Lemah duwur'' di keraton Kanoman (tahun 1920-1933)]]
| native_name = Karaton Kanoman<br/>[[Berkas:KARATON_KANOMAN_DJOHARUDIN.svg|x20px]]<br/>
| native_name_lang = Cirebon
| image = COLLECTIE TROPENMUSEUM Kinderen voor de poort van de kraton Kanoman Cheribon TMnr 60005192.jpg
| image_size = 250
| image_alt = Pintu gerbang masuk Keraton Kanoman
| image_caption = Gapura barat pada komplek ''Lemah duwur'' di keraton Kanoman (tahun 1920-1933)
| map_type = Indonesia Kotamadya Cirebon#Indonesia Jawa Barat#Indonesia Jawa#Indonesia
| coordinates = {{coord|-6.726290847074585|108.57091691627097|display = title,inline}}
| map_size = 300px
| address = Jalan Kanoman 40, [[Lemahwungkuk, Lemahwungkuk, Cirebon]]
| location_city = [[Kota Cirebon]]
| location_country = {{flag|Indonesia}}
|building_type = Istana/keraton
| inauguration_date = {{start date and age|1678|p=yes}}}}
'''Keraton Kanoman''' adalah salah satu dari dua bangunan [[kesultanan Cirebon]], setelah berdiri keraton Kanoman pada tahun 1678 M [[kesultanan Cirebon]] terdiri dari [[keraton Kasepuhan]] dan keraton Kanoman. Kebesaran [[Islam]] di Jawa bagian barat tidak lepas dari Cirebon. [[Sunan Gunung Jati]] adalah orang yang bertanggung jawab menyebarkan agama Islam di Jawa Barat, sehingga berbicara tentang Cirebon tidak akan lepas dari sosok Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati.
 
Keraton Kanoman didirikan oleh Pangeran Mohamad Badridin atau Pangeran Kertawijaya, yang bergelar Sultan Anom I pada sekitar tahun 1678 M. Keraton Kanoman masih taat memegang adat-istiadat dan pepakem, di antaranya melaksanakan tradisi Grebeg Syawal,seminggu setelah [[Idul Fitri]] dan berziarah ke makam leluhur, Sunan Gunung Jati di Desa Astana, [[Cirebon Utara]]. Peninggalan-peninggalan bersejarah di Keraton Kanoman erat kaitannya dengan syiar agama Islam yang giat dilakukan Sunan Gunung Jati, yang juga dikenal dengan [[Syarif Hidayatullah]].
 
Kompleks Keraton Kanoman yang mempunyai luas sekitar 6 hektare ini berlokasi di belakang pasar Kanoman. Di Kraton ini tinggal sultan ke dua belas yang bernama Sultan Anom Raja MuhammadMochammad EmiruddinSaladin berserta keluarga. Kraton Kanoman merupakan komplek yang luas, yang terdiri dari bangunan kuno. salah satunya saung yang bernama bangsal witana yang merupakan cikal bakal Kraton yang luasnya hampir lima kali lapangan [[sepak bola]].
 
Di keraton ini masih terdapat barang barang, seperti dua kereta bernama [[Kereta kencana Paksi Naga Liman|Paksi Naga Liman]] dan Jempana yang masih terawat baik dan tersimpan di museum. Bentuknya burak, yakni [[hewan]] yang dikendarai [[Nabi Muhammad]] ketika ia [[Isra Mi'raj]]. Tidak jauh dari [[kereta]], terdapat bangsal Jinem, atau Pendopo untuk Menerima tamu, penobatan sultan dan pemberian restu sebuah acara seperti Maulid Nabi. Dan di bagian tengah Kraton terdapat kompleks bangunan bangunan bernama Siti Hinggil.
Baris 13 ⟶ 27:
== Tata letak keraton Kanoman ==
 
Kompleks keraton Kanoman merupakan kompleks tertua di Cirebon dikarenakan bangunan ''Witana'' yang ada pada bagian belakang komplek ini yang merupakan rumah pangeran Walangsungsang dibangun pada 1428<ref name=made>[http://travel.kompas.com/read/2013/03/29/15391187/Kanoman.Sejarah.yang.Luka. Asdhiana, I Made. 2013. Kanoman, Sejarah yang Luka. Jakarta : Kompas.com]</ref> sementara ''Dalem Agung'' yang ada disebelah timur kompleks keraton Pakungwati (Kasepuhan) dibangun pada 1430.<ref name= Rosmalia>Rosmalia. Dini. 2013. Identifikasi Pengaruh Kosmologi pada Lanskap Kraton Kasepuhan di Kota Cirebon. Bandung : Institut Teknologi Bandung</ref><ref name=Susilaningrat>[https://www.youtube.com/watch?v=Nym2NMv2d8w Susilaningrat. R. Chaidir. 2013. Dalem Agung Pakungwati Kraton Kasepuhan Cirebon]</ref><ref name=hardhi>Hardhi. TR. 2014. Dakwah Sunan Gunung Jati dalam Proses Islamisasi Kesultanan Cirebon Tahun 1479-1568. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta</ref><ref name=rizky>Fajar, Rizky Nur. 2013. Perancangan Komunikasi Visual Publikasi Buku Seri Keraton Cirebon. Jakarta: Universitas Bina Nusantara</ref> .
 
=== Alun alun Kanoman ===
 
Area alun alun Kanoman merupakan area terluar dari kompleks keraton Kanoman, pada masa lalu sebelum tahun 1924, alun-alun Kanoman dapat terlihat dari jalan besar di utaranya, di sebelah timurnya adalah tempat aktifitasaktivitas jual beli masyarakat, di sebelah baratnya ada masjid agung Keraton Kanoman dan di sebelah selatannya adalah area ''Lemah Duwur'' yang salah satunya berisi bangunan ''Mande Manguntur'' (tempat sultan), namun Belanda yang berniat menjauhkan keraton Kanoman dari rakyat Cirebon akhirnya dengan sengaja memperluas area jual beli masyarakat yang ada disebelah timur alun alun dengan mendirikan pasar diatas sebagian tanah alun alun di sebelah utara sehingga secara sistematis keraton Kanoman tidak bisa langsung terlihat dari jalan besar di utaranya karena sudah tertutup oleh bangunan pasar yang diseleseikan Belanda pada 1924<ref name=made/>
 
Pada area alun alun Kanoman sebelah selatan menuju ke area ''Lemah Duwur'' terdapat dua buah bangunan yang mengapit jalan masuk menuju ''Mande Manguntur'', bangunan tersebut adalah ''Pancaratna'' dan ''Pancaniti'', selain itu juga terdapat dua buah ''Cungkup'' tempat menyimpan ''alu'' dan ''lesung'' yang berada di sebelah timur ''Pancaniti''<ref name=disbudpar>[{{Cite web |url=http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=217&lang | title=Tim Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. 2011. Keraton Kanoman. Bandung : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemerintah Provinsi Jawa Barat] |access-date=2018-05-06 |archive-date=2018-05-07 |archive-url=https://web.archive.org/web/20180507085139/http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=217&lang |dead-url=yes }}</ref>
 
[[Berkas:Reynan-Pancaratna_Kanoman"+arya+" ꦏꦿꦠꦺꦴꦤ꧀ꦏꦤꦺꦴꦩꦤ꧀ ꦥꦤ꧀ꦕꦫꦠ꧀ꦤ pancaratna kanoman.jpg|thumbjmpl|rightka|300px|''Pancaratna'' pada area alun-alun di komplek keraton Kanoman]]
 
* '''''Pancaratna''''' merupakanadalah bangunan kayu tanpa dinding yang terletak di sebelah barat jalan menuju ''Mande Manguntur'' di area ''Lemah Duwur''. Bangunan ini menghadap utara berbentuk bujursangkar dengan ukuran 8 x 8 meter dan berlantai keramik. ''Pancaratna'' merupakanadalah bangunan terbuka (tanpa tembok) hanya ada tiang-tiang yang menopang atap. ''Pancaratna'' berfungsi sebagai tempat menghadap atau tempat para pembesar desa menemui ''Demang'' atau ''Wedana'' (asisten Bupati), selain itu ''Pancaratna'' juga dijadikan tempat jaga prajurit kesultanan.
 
[[Berkas:Reynan-Cungkup-Alu-Lesung.jpg|thumbjmpl|rightka|300px|''Cungkup Alu'' dan ''Cungkup Lesung'']]
 
* '''''Pancaniti''''' adalah bangunan yang terletak di sebelah timur jalan menuju ''Mande Manguntur'', strukturnya sama dengan bangunan ''Pancaratna'' yang merupakan bangunan terbuka (tanpa tembok), ''Pancaniti'' menghadap utara, berbentuk persegi panjang dengan ukuran 8 x 10 meter dan berlantai keramik. ''Pancaniti'' berfungsi sebagai tempat perwira melatih dan mengawasi prajurit dalam latihan perang di alun-alun, ''Pancaniti'' juga berfungsi sebagai tempat peristirahatan perwira tersebut, selain itu ''Pancaniti'' juga dijadikan sebagai tempat pengadilan serta sebagai tempat jaga prajurit kesultanan.
* '''''Cungkup Alu''''' adalah bangunan terbuka berukuran 0,7 x 1 x 1,5 meter, terbuat dari bahan kayu, beratap genteng dan ditopanh oleh 4 tiang.
 
* '''''Cungkup AluLesung''''' merupakanadalah bangunan terbuka berukuran 0,7 x 1 x 1,5 meter, terbuat dari bahan kayu, beratap genteng dan ditopanhditopang oleh 4 tiang.
 
* '''''Cungkup Lesung''''' merupakan bangunan terbuka berukuran 0,7 x 1 x 1,5 meter, terbuat dari bahan kayu, beratap genteng dan ditopang oleh 4 tiang.
 
=== ''Lemah duwur'' (tanah tinggi) ===
 
[[Berkas:Reynan-Mande_Manguntur_dan_Panggung_20180422_132205_vHDR_Auto.jpg|thumbjmpl|300px|Bangunan ''Mande Manguntur'' dan ''Panggung'' pada komplek ''Lemah duwur'' di keraton Kanoman, [[kesultanan Kanoman]], [[kota Cirebon]] (foto : 2018)]]
 
Area ini disebut sebagai ''lemah duwur'' yang berarti tanah tinggi dikarenakan tanah pada area ini memang lebih tinggi dari halaman sekitarnya. Area ''Lemah duwur'' ini dipagar setinggi 1,30 meter dengan bahan bata yang dilabur putih dan dihias dengan piringan keramik ([[bahasa Cirebon]] : ''Jun'') pada bagian gapuranya. Pada sisi utara, barat dan selatan pagar bata terdapat gapura untuk memasuki area ''Lemah duwur''. Gapura di sebelah utara memiliki ukuran tinggi 3 meter dan lebar 4 meter, di barat 5 meter dan lebar 4 meter, di selatan 2,50 meter dan lebar 2 meter. Di dalam area ini terdapat 2 bangunan, yaitu ''Mande Manguntur'' (tempat sultan) dan ''Panggung'' disebelah timurnya
 
Area ini disebut sebagai ''lemah duwur'' yang berarti tanah tinggi dikarenakan tanah pada area ini memang lebih tinggi dari halaman sekitarnya. Area ''Lemah duwur'' ini dipagar setinggi 1,30 meter dengan bahan bata yang dilabur putih dan dihias dengan piringan keramik ([[bahasa Cirebon]]: ''Jun'') pada bagian gapuranya. Pada sisi utara, barat dan selatan pagar bata terdapat gapura untuk memasuki area ''Lemah duwur''. Gapura di sebelah utara memiliki ukuran tinggi 3 meter dan lebar 4 meter, di barat 5 meter dan lebar 4 meter, di selatan 2,50 meter dan lebar 2 meter. Di dalam area ini terdapat 2 bangunan, yaitu ''Mande Manguntur'' (tempat sultan) dan ''Panggung'' disebelah timurnya
[[Berkas:Reynan-Panggung_IMG-20180508-WA0002.jpg|thumb|300px|Bangunan ''Panggung'' yang terletal di sebelah timur ''Mande Manguntur'' pada komplek ''Lemah duwur'' di keraton Kanoman, ''Panggung'' dipergunakan untuk menggelar pertunjukan (foto : 2017)]]
 
[[Berkas:Reynan-Panggung_IMG-20180508-WA0002.jpg|jmpl|300px|Bangunan ''Panggung'' yang terletak di sebelah timur ''Mande Manguntur'' pada komplek ''Lemah duwur'' di keraton Kanoman, ''Panggung'' dipergunakan untuk menggelar pertunjukan (foto : 2017)]]
* '''''Mande Manguntur''''', bangunan ini menghadap ke alun alun Kanoman di sebelah utara, berukuran 6,5 x 6,5 x 5 meter, berbahan bata yang dilabur putih, berlantai keramik dan bertingkat dua. ''Mande Manguntur'' merupakan bangunan terbuka tanpa dinding, tiang-tiang luarnya melengkung ke atas menyerupai gerbang, di dalamnya terdapat tempat duduk sultan Anom berukuran 1,50 x 1,50 meter, atapnya berbentuk kerucut. Bangunan ''Mande Manguntur'' dihias dengan piringan keramik ([[bahasa Cirebon]] : ''jun'') yang ditempelkan pada tiang-tiang bangunannya.
 
* '''''Mande Manguntur''''', bangunan ini menghadap ke alun alun Kanoman di sebelah utara, berukuran 6,5 x 6,5 x 5 meter, berbahan bata yang dilabur putih, berlantai keramik dan bertingkat dua. ''Mande Manguntur'' adalah bangunan terbuka tanpa dinding, tiang-tiang luarnya melengkung ke atas menyerupai gerbang, di dalamnya terdapat tempat duduk sultan Anom berukuran 1,50 x 1,50 meter, atapnya berbentuk kerucut. Bangunan ''Mande Manguntur'' dihias dengan piringan keramik ([[bahasa Cirebon]]: ''jun'') yang ditempelkan pada tiang-tiang bangunannya.
* '''''Panggung''''', bangunan ini menghadap ke ''Mande Manguntur'' berukuran 6 x 10 x 5 meter, berlantai keramik dan merupakan bangunan terbuka tanpa dinding. Pada bangunan ''panggung'' hanya terdapat tiang-tiang yang menopang atap yang berbentuk limasan. Bangunan ''Panggung'' berfungsi sebagai tempat pertunjukan yang dipersembahkan untuk sultan.
 
=== Halaman ''Lawang Seblawong'' ===
 
[[Berkas:Reynan-Lawang_Seblawong_P_20180422_132637_vHDR_Auto.jpg|thumbjmpl|rightka|300px|bagian belakang dari ''Lawang Seblawong'', terlihat piringan keramik menghiasi dindingnya]]
 
Halaman ini merupakan halaman yang mengelilingi area ''Lemah Duwur'' di sebelah barat dan selatan, pada halaman ini terdapat pintu gerbang besar berbentuk kori agung (''paduraksa'') yang disebut ''Lawang Seblawong'' dan ''Bale Paseban'' di sebelah selatannya.
 
* ''''' Lawang Seblawong ''''' merupakanadalah gerbang besar yang terbuat dari batu bata yang dilabur putih, berbentuk kori agung (paduraksa) dengan tinggi 9 meter, lebar 4,8 meter dan tebal 2 meter, pada bagian tengahnya terdapat sebuah pintu yang terbuat dari kayu jati. ''Lawang Seblawong'' dihiasi oleh piring-piring keramik ([[bahasa Cirebon]] : ''jun'') yang ditempelkan pada permukaan dindingnya. ''Lawang Seblawong'' hanya dibuka pada waktu perayaan ''maulid'' nabi Muhammad saw.
 
[[Berkas:Reynan-Bale_Paseban_IMG-20180508-WA0000"+arya+" ꦏꦿꦠꦺꦴꦤ꧀ꦏꦤꦺꦴꦩꦤ꧀ ꦧꦭꦺ ꦥꦱꦺꦧꦤ꧀ Bale Paseban kanoman 2014.jpg|thumbjmpl|rightka|300px|''Bale Paseban'' keraton Kanoman (foto : 20172014)]]
 
* '''''Bale Paseban''''' merupakanadalah bangunan yang tepat berada di sebelah selatan ''Mande Manguntur'' dan ''Panggung'', berukuran 12 x 12 x 4 meter, berbahan kayu, berlantai ''tegel'' (ubin) dan merupakan bangunan terbuka (tanpa dinding). Pada ''Bale Paseban'' hanya terdapat tiang-tiang yang menopang atap berbentuk limasan. ''Bale Paseban'' berfungsi sebagai tempat tunggu untuk menghadap Sultan.
 
=== Halaman ''Tajug Kanoman'' ===
 
[[Berkas:Reynan-Gajah_Mungkur_P_20180422_133100_vHDR_Auto"+arya+" ꦏꦿꦠꦺꦴꦤ꧀ꦏꦤꦺꦴꦩꦤ꧀ ꦒꦼꦢꦺꦴꦁ ꦒꦗꦃ ꦩꦸꦁꦏꦸꦂ Gedong Gajah Mungkur kanoman 2018.jpg|thumbjmpl|rightka|300px|''Gedong Gajah Mungkur'' yang berada di sebelah ''Tajug Kanoman'']]
 
Pada halaman ini terdapat dua buah bangunan yaitu ''Tajug Kanoman'' (mushala Kanoman) dan ''gedong Gajah Mungkur'' (tempat menyimpan lonceng besar), untuk memasuki halaman ini dari halaman ''Seblawong'' pengunjung harus terlebih dahulu memasuki halaman ''Jinem Kanoman'' dari sana terdapat pintu masuk menuju halaman ''Tajug Kanoman''. Halaman ''Tajug Kanoman'' dipisahkan dengan halaman ''Seblawong'' dan halaman ''Jinem Kanoman'' dengan tembok bata yang dilabur putih.
 
* '''''Tajug Kanoman''''' merupakanadalah bangunan tempat shalat yang ada di komplek keraton Kanoman selain masjid Agung Kanoman. ''Tajug Kanoman'' atau biasa disebut juga ''Langgar Kanoman'' merupakanadalah bangunan sederhana yang berukuran 6 x 8 x 3,5 meter, berlantai ''tegel'' (ubin), berdinding bata yang dilabur putih dan beratap genteng berbentuk limasan.
* '''''Gedong Gajah Mungkur''''' adalah bangunan yang menghadap ke timur yang berfungsi sebagai tempat menyimpan lonceng besar dengan ukuran 3 x 2 x 2,5 meter, berlantai semen, berdinding bata yang dilabur putih dan beratap genteng.
 
* '''''Gedong Gajah Mungkur''''' merupakan bangunan yang menghadap ke timur yang berfungsi sebagai tempat menyimpan lonceng besar dengan ukuran 3 x 2 x 2,5 meter, berlantai semen, berdinding bata yang dilabur putih dan beratap genteng.
 
=== Halaman ''Jinem Kanoman'' ===
 
[[Berkas:"+arya+" ꦏꦿꦠꦺꦴꦤ꧀ꦏꦤꦺꦴꦩꦤ꧀ ꦱꦼꦩꦶꦫꦁ ꦱꦶꦔꦧꦿꦠ Paseban Singabrata Kanoman 2014.jpg|jmpl|ka|300px|''Paseban Singabrata'' pada halaman ''Jinem'' Kanoman]]
Halaman ''Jinem'' merupakan halaman yang berada di sebelah timur, selatan dan barat dari halaman ''Tajug Kanoman''. Pada halaman ini terdapat beberapa bangunan yaitu, ''Gedong Pusaka'', ''Paseban Singabrata'', ''Jinem'' dan ''Bale Semirang''.
 
*Halaman ''Jinem'''Sanggar Kemuning'''''adalah merupakan sebuah bangunanhalaman yang berada di aebelahsebelah timur, dariselatan pintudan masukbarat dari halaman ''LawangTajug SeblawongKanoman'',. bangunanPada halaman ini berfungsiterdapat sebagaibeberapa tempatbangunan menaruhyaitu, peralatan''Gedong gamelangPusaka'', ''Paseban Singabrata'', ''Jinem'' dan kesenian''Bale Semirang''.
* '''''Gedong Pusaka''''' merupakan bangunan yang menghadap ke arah barat, berbentuk persegi panjang dan berfungsi sebagai tempat menyimpan pusaka [[kesultanan Kanoman]] diantaranya adalah kereta Paksinagaliman dan kereta Jempana
* '''''Paseban Singabrata''''' merupakan tempat jaga perwira keraton. ''Paseban Singabrata'' ini menghadap ke arah barat, berukuran 8 x 10 meter, berlantai keramik dan merupakan bangunan terbuka (tanpa dinding). Pada bangunan ini hanya terdapat beberapa tiang yang menopang atap berbentuk limasan. ''Paseban Singabrata'' berfungsi sebagai ruang tunggu menghadap sultan.
* '''''Jinem''''' merupakan bagian dari istana sultan yang menjorok keluar, menghadap utara dan berukuran 12 x 8 meter serta berlantai keramik. ''Jinem'' ini berfungsi sebagai tempat para pembesar menghadap Sultan.
* '''''Bale Semirang''''' merupakan bangunan yang menghadap ke arah timur, berbentuk persegi panjang dengan ukuran 3 x 6 x 3 meter serta berlantai semen. ''Bale Semirang'' merupakan bangunan sederhana yang terbuka (tanpa dinding) dengan berbentuk limasan. ''Bale Semirang'' berfungsi sebagai tempat bermusyawarah dengan sultan atau sebagai tempat memberi informasi.
 
[[Berkas:"+arya+" ꦏꦿꦠꦺꦴꦤ꧀ꦏꦤꦺꦴꦩꦤ꧀ ꦧꦭꦺ ꦱꦼꦩꦶꦫꦁ Bale Semirang kanoman 2014 2.jpg|jmpl|ka|300px|''Bale Semirang'' pada kompleks keraton Kanoman]]
[[Berkas:Reynan-Panorama_halaman_Jinem_P_20180422_133001_PN.jpg|1024px|pus|jmpl|'''Panorama halaman ''Jinem Kanoman''.''' Dari kiri ke kanan: '''1.''' ''Sanggar Kemuning''; '''2.''' ''Gedong Pusaka''; '''3.''' ''Paseban Singabrata''; '''4.''' ''Jinem''; '''5.''' ''Bale Semirang'']]
 
* '''''Sanggar Kemuning''''' adalah sebuah bangunan yang berada di aebelah timur dari pintu masuk halaman ''Lawang Seblawong'', bangunan ini berfungsi sebagai tempat menaruh peralatan gamelang dan kesenian.
* '''''Gedong Pusaka''''' adalah bangunan yang menghadap ke arah barat, berbentuk persegi panjang dan berfungsi sebagai tempat menyimpan pusaka [[kesultanan Kanoman]] diantaranya adalah kereta Paksinagaliman dan kereta Jempana
* '''''Paseban Singabrata''''' adalah tempat jaga perwira keraton. ''Paseban Singabrata'' ini menghadap ke arah barat, berukuran 8 x 10 meter, berlantai keramik dan merupakan bangunan terbuka (tanpa dinding). Pada bangunan ini hanya terdapat beberapa tiang yang menopang atap berbentuk limasan. ''Paseban Singabrata'' berfungsi sebagai ruang tunggu menghadap sultan.
* '''''Jinem''''' adalah bagian dari istana sultan yang menjorok keluar, menghadap utara dan berukuran 12 x 8 meter serta berlantai keramik. ''Jinem'' ini berfungsi sebagai tempat para pembesar menghadap Sultan.
* '''''Bale Semirang''''' adalah bangunan yang menghadap ke arah timur, berbentuk persegi panjang dengan ukuran 3 x 6 x 3 meter serta berlantai semen. ''Bale Semirang'' adalah bangunan sederhana yang terbuka (tanpa dinding) dengan berbentuk limasan. ''Bale Semirang'' berfungsi sebagai tempat bermusyawarah dengan sultan atau sebagai tempat memberi informasi.
 
[[Berkas:"+arya+" ꦏꦿꦠꦺꦴꦤ꧀ꦏꦤꦺꦴꦩꦤ꧀ ꦥꦤꦺꦴꦫꦩ panorama kanoman 2018.jpg|1024px|pus|jmpl|'''Panorama halaman ''Jinem Kanoman''.''' Dari kiri ke kanan: '''1.''' ''Sanggar Kemuning''; '''2.''' ''Gedong Pusaka''; '''3.''' ''Paseban Singabrata''; '''4.''' ''Jinem'']]
 
=== Halaman ''Keraton Kanoman'' ===
Baris 83 ⟶ 97:
Halaman keraton Kanoman merupakan halaman yang berada di sebelah selatan halaman ''Jinem Kanoman'', antara halaman ''Jinem Kanoman'' dengan halaman ''Keraton Kanoman'' dibatasi pagar dengan tinggi sekitar 2 meter. Pada halaman ini terdapat tempat tinggal kerabat [[kesultanan Kanoman]], ''Kaputren'' dan ''Pulantara''
 
* '''''Kaputren''''' merupakanadalah tempat tinggal putra dan putri sultan. Bangunan yang bergaya kolonial ini dibangun oleh Sultan Anom III, Pangeran Raja Adipati (PRA) Alimuddin, sebelumnya anak-anak Sultan Anom tinggal di ''Pulantara''.<ref name=dit>[{{Cite web |url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditpcbm/revitalisasi-pulantara-keraton-kanoman/ | title=PCBM, Dit. 2018 . Revitalisasi Pulantara Keraton Kanoman. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan] |access-date=2018-05-07 |archive-date=2018-05-07 |archive-url=https://web.archive.org/web/20180507153559/https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditpcbm/revitalisasi-pulantara-keraton-kanoman/ |dead-url=yes }}</ref>
 
[[Berkas:Pulantara-1-696x522.jpg|thumbjmpl|rightka|300px|''Pulantara'' yang telah direvitalisasi kembali. Pada masa lalu ''Pulantara'' sempat dipergunakan sebagai tempat tinggal anak-anak Sultan]]
 
* '''''Pulantara''''' merupakanadalah bangunan yang dikelilingi pepohonan yang berada di ujung timur halaman keraton Kanoman, berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang 24,8 meter, lebar 13 meter, dan tinggi 9,5 meter dan menghadap ke arah selatan. ''Pulantara'' dibangun tidak lama setelah keraton Kanoman berdiri, didirikan oleh Elang (Pangeran) Purbaya, putra dari Sultan Mohammad Badriddin (Sultan Anom I) sekitar 1600-an sebagai tempat tinggal untuk anak-anak Sultan, namun setelah Sultan Anom III Alimuddin mendirikan ''Kaputren'' maka ''Pulantara'' difungsikan sebagai tempat tinggal para prajurit [[kesultanan Kanoman]]. Pada masa Pangeran Raja (PR) Dzulkarnaen berkuasa menjadi Sultan Anom VIII setelah perundingan dengan kakaknya yaitu Pangeran Raja (PR) Anta yang keturunan Belanda-PerancisPrancis, Dzulkarnaen kemudian menjadikan ''Pulantara'' sebagai tempat menyimpan benda-benda pusaka yang akan dipergunakan untuk acara maulid nabi Muhammad saw.<ref>[https://sportourism.id/jelajah/pulantara-bangunan-megah-keraton-kanoman-yang-terancam-lenyap | Rahmadsyah, Agung. 2017. Pulantara, Bangunan Megah Keraton Kanoman yang Terancam Lenyap. Jakarta : Sportourism]{{Pranala mati |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>
 
== Keraton Kanoman sebagai Objek Vital ==
 
[[keratonKeraton Kasepuhan]] berserta Keraton Kanoman ditetapkan menjadi ''objek vital'' yang harus dilindungi. Penilaian tersebut berdasarkan pertimbangan dari institusi kepolisian, dengan adanya penilaian tersebut maka kepolisian setempat wajib menempatkan personilnya untuk melakukan penjagaan di keraton tersebut.<ref>{{Cite web |url=http://www.pikiran-rakyat.com/node/306048 |title=2014 - Pikiran Rakyat - Empat Keraton di Kota Cirebon Menjadi Objek Vital |access-date=2014-11-28 |archive-date=2014-11-28 |archive-url=https://web.archive.org/web/20141128061121/http://www.pikiran-rakyat.com/node/306048 |dead-url=yes }}</ref>
 
.<ref>[http://www.pikiran-rakyat.com/node/306048 2014 - Pikiran Rakyat - Empat Keraton di Kota Cirebon Menjadi Objek Vital]</ref>
 
Sebagai bentuk realisasi pengamanan objek vital, maka keraton harus dijaga oleh personil kepolisian
Baris 100 ⟶ 112:
* Patroli 2 personil
* Pengamanan kegiatan keraton, minimal 10 personil ''(khusus untuk pengamanan kegiatan yang berskala besar, maka diadakan pengamanan penuh yang melibatkan lebih banyak personil kepolisian)''.
 
== Sejarah Kesultanan Kanoman ==
artikel ini merupakan bagian dari artikel sejarah [[kesultanan Kanoman]]
 
Kesultanan Kanoman merupakan hasil pembagian [[kesultanan Cirebon]] kepada puteranya setelah meninggalnya [[pangeran Girilaya]] atau yang dikenal dengan nama ''Panembahan Ratu pakungwati II'' pada tahun 1666. Putera [[pangeran Girilaya]] masing-masing adalah [[Pangeran Raja Martawijaya]] yang kemudian memerintah [[kesultanan Kasepuhan]] yang berpusat di [[keraton Kasepuhan]], [[Pangeran Raja Kartawijaya]] yang memerintah [[kesultanan Kanoman]] yang berpusat di keraton Kanoman dan [[Pangeran Raja Wangsakerta]] yang menjadi [[Panembahan Cirebon]] yang bertugas dalam hal pendidikan putra-puteri keraton, [[Pangeran Raja Wangsakerta]] bertempat tinggal di [[keraton Kasepuhan]] dan membantu [[Pangeran Raja Martawijaya]] memerintah [[kesultanan Kasepuhan]] sebagai ''Sultan Sepuh I''.
 
=== Masuknya pengaruh awal Belanda ===
 
Kesultanan Kanoman resmi berdiri pada tahun yang sama dengan berdirinya [[kesultanan Kasepuhan]] yaitu pada tahun 1679 dengan pemimpin pertamanya yang bernama ''Sultan Anom I Pangeran Muhammad Badrudin Kartawijaya''.
 
Pada tahun 1681, Belanda menawarkan ''perjanjian persahabatan'' kepada [[kesultanan Cirebon]] yang pada waktu itu telah dipecah menjadi dua yaitu [[Kasepuhan]] dan [[Kanoman]] yang kemudian ditandatangani pada tanggal 7 Januari 1681<ref>Kartodihardjo, Sartono. 1988. Pengantar Sejarah Indonesia Baru : 1500 - 1900 (dari Emporium sampai Imperium). Jakarta : Gramedia</ref>,<ref>Roseno, Edi. 1993. Perang Kedondong 1818. Depok : Universitas Indonesia</ref>, ''perjanjian persahabatan'' yang dimaksud adalah untuk memonopoli perdagangan di wilayah Cirebon.
 
Sultan Kanoman I Muhammad Badrudin Kartawijaya memiliki dua orang putera dari permaisuri yang berbeda, yaitu [[Pangeran Adipati Kaprabon|Pangeran Pengguron Kaprabon]] yang merupakan putera pertama dari permaisuri kedua yaitu ''Ratu Sultan Panengah'' dan Pangeran Raja Mandurareja Muhammad Qadirudin, putera keduanya yang berasal dari permaisuri ketiga yang bernama ''Nyimas Ibu''. Setelah ayahandanya wafat, kedua puteranya ini sepakat untuk melakukan ''lijdelijk verzet (perlawanan diam-diam)'' melawan Belanda.
 
Kemudian ''Pangeran Raja Muhammad Qadirudin'' diresmikan sebagai Sultan Anom II keraton Kanoman dikarenakan saudaranya yaitu [[Pangeran Adipati Kaprabon|Pangeran Pengguron Kaprabon]] yang merupakan putera pertama Sultan Anom I dari permaisuri keduanya yaitu ''Ratu Sultan Panengah'' memutuskan untuk memperdalam ajaran agama Islam dan menyerahkan kepemimpinan keraton Kanoman kepada adiknya Pangeran Raja Mandurareja Muhammad Qadirudin.<ref>[http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/down.php?id=33&lang=en Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat - Sejarah Keraton Kaprabonan, Cirebon]</ref> Setelah menyerahkan kepemimpinan keraton Kanoman kepada adiknya, [[Pangeran Adipati Kaprabon|Pangeran Pengguron Kaprabon]] mendirikan Pengguron [[Kaprabonan]] pada tahun 1696 sebagai tempat pendidikan agama Islam.
 
Perjuangan melawan penjajah Belanda dengan strategi ''lijdelijk verzet (perlawanan diam-diam) menemukan tantangan setelah Belanda membentuk sebuah ''Karesidenan (wilayah yang berada di bawah kekuasaan ''gubernur jendral'' pada waktu itu atau setingkat provinsi dimasa sekarang, dengan pimpinannya yang menjabat sebagai residen)''. Pada sekitar tahun 1700-an Belanda mengangkat ''Jacob Palm'' sebagai seorang residen untuk wilayah Cirebon, dalam bukunya ''sejarah cirebon'', Pangeran Sulaeman Sulendraningrat bahkan mengatakan jika kekuasaan kesultanan-kesultanan di Cirebon telah habis sama sekali dengan adanya pengangkatan ''[[Jacob Palm]]''.<ref>P.S. Sulendraningrat. 1985. Sejarah Cirebon. Jakarta: Balai Pustaka</ref>
 
=== Perang terbuka Pangeran Raja Kanoman ''(Sultan Kacirebonan pertama)'' melawan penjajah ===
 
Pada sekitar tahun 1770-an, Sultan Muhammad Chaerudin menjadi pemimpin di [[kesultanan Kanoman]] dengan gelar ''Sultan Anom IV'', dikatakan semenjak kekuasaan Sultan Anom I, Belanda telah berusaha menanamkan kekuasaannya kedalam keraton-keraton di Cirebon melalui ''perjanjian persahabatan'' yang berisi monopoli dagang Belanda serta dengan politik pendekatan persuasif kepada pihak-pihak di kesultanan dan tokoh-tokoh masyarakat, Putera Mahkota Kanoman ''(putera pertama Sultan Anom IV) pada waktu itu melakukan perlawanan terbuka terhadap belanda, masyarakat yang berjuang bersama di antaranya adalah Mirsa, yang melakukan perjuangan melawan penjajah Belanda pada tahun 1788 yang mendapatkan bantuan tokoh agama, namun perjuangan Mirsa dapat dipatahkan, perjuangan melawan penjajah kemudian berlanjut pada tahun 1793<ref>[http://lms.aau.ac.id/library/Ebook/R_2185_04_H/files/res/downloads/download_0231.pdf Akademi Angkatan Udara - Kesultanan Cirebon]</ref> dan akhirnya Pangeran Raja Kanoman berhasil ditangkap dalam perjuangannya melawan penjajah dan kemudian diasingkan ke Ambon pada sekitar tahun 1796.
 
==== Perang besar Cirebon 1788 - 1818 ====
 
Ketika Pangeran Raja Kanoman yang merupakan putera dari Sultan Anom IV Muhammad Chaerudin diasingkan ke Ambon, terjadilah pemberontakan rakyat Cirebon yang dipimpin Bagus Rangin pada tahun 1802, Bagus Rangin berasal dari demak, distrik Blandong, Rajagaluh (sekarang Rajagaluh menjadi [[Rajagaluh, Majalengka|kecamatan Rajagaluh, Majalengka]]) yang terletak di kaki [[gunung Ciremai]], Bagus Rangin diperkirakan lahir sekitar tahun 1761. Dia adalah putra dari Sentayem ''(Ki buyut Teyom)'', cucu dari Waridah dan keturunan dari ''Ki buyut Sambeng'', salah satu dari cicit pembesar didaerah tersebut atau dalam [[bahasa Cirebon]] disebut ''Ki Gede''. Bagus Rangin mempunyai tiga orang saudara, kakaknya bernama ''Buyut Bangin'' dan kedua adiknya bernama ''Buyut Salimar'' serta ''Bagus Serit (Bagus Serit juga menjadi pejuang melawan penjajah)''<ref>Ekadjati, E.S. 1976. Sejarah jawa Barat. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan</ref>
 
Sifat Bagus Rangin digambarkan sebagai pemimpin yang gagah berani dan sanggup menyatakan perang dengan didukung oleh pengikutnya yang banyak.<ref>Stapel, Frederik Willem. 1940. Geschiedenis van Nederlandsch Indie, V. Batavia.</ref>
 
secara garis besar kondisi perekonomian di pedesaan Cirebon dijelaskan bahwa desa-desa hampir secara keseluruhan disewakan kepada orang-orang Cina oleh para bupati dan residen. Penyerahan tenaga kerja, penyerahan pajak dan hasil pertanian penduduk dibeli dengan harga sangat rendah oleh residen. Kondisi sosial dijelaskan bahwa bencana kelaparan dan wabah penyakit sempat melanda Cirebon akhir abad 18, mengakibatkan banyak penduduk Cirebon meninggal dunia.<ref>Paramita R. Abdurachman, 1982, Cerbon, Jakarta: Sinar Harapan</ref>. Pada ditengah masa pemberontakan ini, Belanda mengirimkan ''[[Herman Willem Daendels]]'' sebagai Gubernur Jendral Hindia Belanda yang tiba di Batavia ''(sekarang Jakarta)'' pada tahun 1808 <ref>Carey, Peter. 2013. Daendels and the Sacred Space of Java, 1808-1811: Political Relations, Uniforms and the Postweg. Nijmegen: Vantilt</ref> yang memimpin dengan cara kediktaktoran.
 
Persoalan hak waris Sultan Kanoman ke empat, Sultan Anom IV Muhammad Chaerudin yang seharusnya diberikan kepada putera mahkotanya yaitu ''Pangeran Raja Kanoman'' yang telah diasingkan Belanda ke Ambon dianggap sebagai penyebab timbulnya pemberontakan. Rakyat melakukan pemberontakan dan mengidentifikasi diri dengan Sultan Kanoman yang tercabut hak warisnya ''(Pengeran Raja Kanoman yang dibuang dan sulit mengklaim haknya)'' . Para pemberontak ini berhasil dihimpun Bagus Rangin untuk melakukan pemberontakan yang lebih besar. Di daerah Jatitujuh, merupakan pusat gerakan Bagus Rangin dalam rangka membicarakan strategi perlawanan terhadap pemerintah kolonial Belanda. Bagus Rangin menganggap residen Belanda telah merampas tanah warisan nenek moyangnya, untuk digunakan sendiri oleh residen itu.
 
==== Kembalinya Pangeran Raja Kanoman dan dibentuknya ''Kacirebonan'' ====
 
Pemberontakan yang dilakukan oleh bagus Rangin meluas hingga keluar wilayah karesidenan Cirebon, namun ditengah perjuangan besar cirebon yang telah dimulai pada sekitar tahun 1788 oleh Mirsa dan Pangeran Raja Kanoman / Putera Mahkota Kanoman ''(putera pertama Sultan Anom IV)'' dan dilanjutkan oleh pejuang lainnya termasuk di antaranya Bagus Rangin yang telah memulai perjuangannya pada sekitar tahun 1802, dikarenakan perjuangan masyarakat cirebon melawan Belanda masih terus belangsung, maka pada tahun 1806 Belanda mengembalikan Pangeran Raja Kanoman ke Cirebon guna meredakan perjuangan yang terjadi. dalam bukunya ''Geschiedenis van Nederlandsch Indie, V'' Frederik Willem Stapel mengatakan,
 
{{cquote|sampai dengan tahun 1806 jumlah kaum pemberontak yang bersenjata telah mencapai sekitar 4000 orang. Pasukan yang langsung dipimpin oleh Bagus Rangin berjumlah antara 280-300 orang yang telah terlatih perang}}
 
namun karena di keraton Kanoman sudah bertahta Pangeran Raja Abu Soleh Immamudin yang merupakan adik Pangeran Raja Kanoman, maka akhirnya atas dasar kesepakan keluarga, Pangeran Raja Kanoman pada tahun 1808 mendirikan pendopo sendiri dengan nama ''Kacirebonan'' yang sekarang pusatnya berada di Pendopo [[keraton Kacirebonan|Kacirebonan]], sebagai pemimpin ''Kacirebonan'' Pangeran Raja Kanoman bergelar ''Sultan Carbon Amirul Mukminin'', namun kembalinya ''Pangeran Raja Kanoman'' dan dibentuknya Pendopo [[kesultanan Kacirebonan|Kacirebonan]] untuk ''Pangeran Raja Kanoman'' sebagai hasil kesepakatan keluarga besar [[kesultanan Kanoman]] dikarenakan di [[kesultanan Kanoman]] telah bertahta Sultan Anom V Pangeran Raja Abu Soleh Immamudin, tidak menyurutkan gerakan perjuangan yang sedang berlangsung.
 
Pada tahun 1809 [[Herman Willem Daendels|Gubernur Jendral Herman Willem Daendels]] atau setahun setelah kedatangannya ke Hindia Belanda, segera menetapkan berbagai langkah dan tindakan dalam rangka pengendalian wilayahnya yang ada di Jawa bagian barat, dua wilayah ''karesidenan (wilayah pembantu Gubernur Jendral)'' kemudian ditetapkan,
 
* Pertama, ''Batavia en Jacatrasche Preanger Regentschappen (Karesidenan Batavia dan Priangan-Jakarta)'' yang meliputi Batavia, Tangerang, Karawang, Bogor, Cianjur, Bandung dan Sumedang)
* Kedua, ''Kesultanan Cheribon en Cheribonsche-Preanger Regentschappen (Karesidenan kesultanan Cirebon dan Priangan-Cirebon), yang meliputi wilayah [[kesultanan Cirebon]], Limbangan (sekarang bagian dari [[kabupaten Garut]]), Sukapura (sekarang bagian dari [[kabupaten Tasikmalaya]]) dan Galuh (sekarang [[kabupaten Ciamis]] dan [[kota Banjar]])<ref>Sunardjo, Unang. 1983. Meninjau Sepintas Panggung Sejarah Pemerintahan Kerajaan Cirebon : 1479 - 1809. Bandung : Tarsito</ref>
 
Di daerah Cirebon, dikatakan [[Herman Willem Daendels|Gubernur Jendral Herman Willem Daendels]] memperoleh hak untuk mengangkat pegawai kesultanan dan mendapat kekuasaan lebih besar dalam urusan keuangan dan pemerintahan internal kesultanan. sejak tahun 1809 dikatakan bahwa kesultanan-kesultanan yang ada di Cirebon tidak lagi memiliki kekuasaan politik karena telah dijadikam ''pegawai pemerintah Hindia Belanda'' dan fungsi mereka sebagai kepala pemerintahan digantikan oleh para bupati yang diangkat oleh ''Gubernur Jendral'', yang kemudian wilayah-wilayahnya diawasi oleh ''residen'' yang telah ditunjuk oleh pemerintah Belanda.
 
Pemisahan kekuasaan kesultanan-kesultanan di Cirebon pada tahun 1809 bertepatan dengan masa pemerintahan Sultan Sepuh VII Sultan Djoharudin di [[kesultanan Kasepuhan]], Sultan Anom V Pangeran Raja Abu Soleh Muhammad Immamudin di [[kesultanan Kanoman]] dan Sultan Kacirebonan I Sultan Carbon Amirul Mukminin di [[kesultanan Kacirebonan]] yang baru saja dibentuk dari hasil perundiangan keluarga untuk membagi [[kesultanan Kanoman]].
 
Pada tahun 1810 Perancis di bawah pimpinan [[Napoleon Bonaparte]] melakukan aneksasi terhadap Belanda dan setelah kabar ini diterima oleh [[Herman Willem Daendels|Gubernur Jendral Herman Willem Daendels]], Gubernur Jendral kemudian melakukan pengibaran bendera Perancis, hal ini kemudian diketahui oleh [[Thomas Stamford Raffles]] dan mengunjungi [[Lord Minto]] Gubernur Jendral Britania di India untuk mengusir Belanda dari Jawa dan hal tersebut disetujui oleh [[Lord Minto|Gubernur Jendral Britania untuk India - Lord Minto]].
 
Menindaklanjuti rencana pengusiran Belanda maka pada sekitar tahun 1811 Pemerintah Britania atau yang dalam bahasa inggris disebut ''Britain (Penggabungan kerajaan Inggris, Wales, Skotlandia dan Irlandia Utara)'' yang menguasai India, Burma dan Semenanjung Melayu melakukan peperangan dengan pihak Hindia Belanda, pasukan-pasukan Britania ''bahasa inggris (british : orang-orang britain)'' kemudian mulai mendarat di pelabuhan-pelabuhan Jawa pada tanggal 3 Agustus 1811, pada bulan yang sama tepatnya tanggal 26 Agustus 1811 perang besar antara Hindia Belanda dan pihak Britania dimulai dan menghasilkan kekalahan Belanda, hasil peperangan tersebut membuat Belanda menyingkir ke Semarang sampai akhirnya Belanda di bawah [[Jan Willem Janssens|Gubernur Jendral Jan Willem Janssens]] yang menggantikan [[Herman Willem Daendels]] pada bulan Mei 1811 menyerah kepada Britania di Salatiga dan menandatangani [[kapitulasi Tuntang]]. Kemenangan ini kemudian menjadikan [[Thomas Stamford Raffles]] diangkat sebagai Letnan Gubernur (bawahan Gubernur Jendral) untuk wilayah Jawa.
 
namun adanya perang besar antara Hindia Belanda dan Britania atau yang dikenal dengan nama [[perang jawa Britania-Belanda]] tidak begitu menguntungkan gerakan perjuangan ini, terbukti dengan ditemuinya kegagalan setelah Bagus Rangin dan para pengikutnya ditangkap oleh pemerintah Britania pada tahun 1811.
 
==== Akhir perang besar Cirebon ====
 
Namun demikian, gerakan perjuangan rakyat Cirebon ini sempat muncul kembali di bawah pemimpin lainnya setelah Britania di bawah [[Thomas Stamford Raffles|Letnan Gubernur Thomas Stamford Raffles]] memerintahkan langsung kepada Cirebon untuk menyingkirkan kekuasaan politik dari para sultannya, sehingga sultan hanya sebagai pemimpin adat dan agama saja, gerakan perjuangan tersebut ialan gerakan perjuangan tahun 1816 di bawah pimpinan Bagus Jabin dan gerakan perjuangan tahun 1818 di bawah pimpinan Nairem. Kedua perjuangan tersebut pun menemui kegagalan.
 
Pada tanggal 19 Agustus 1816, Jawa dikembalikan kepada Belanda dari Britania setelah berakhirnya perang Napoleon dan [[Thomas Stamford Raffles|Letnan Gubernur Thomas Stamford Raffles]] meninggalkan Jawa dan kembali ke Inggris.
 
=== Pangeran Raja Muhammad Komarudin II dan ''Nona Delamoor ===
 
Pada tahun 1883 atau pada masa pemerintah ''Sultan Anom VI Muhammad Komarudin I'' Belanda mengangkat residen Cirebon yang baru bernama ''Jean Guillaume Landre'' yang oleh masyarakat Cirebon dikenal dengan nama ''Tuan Delamoor'', ''Jean Guillaume Landre'' yang dipercaya sebagai warga Belanda keturunan Perancis sewaktu menjabat residen di Cirebon membawa juga anak perempuannya yang masih muda yang oleh masyarakat cirebon dikenal dengan nama ''Nona Delamoor''. pada saat melakukan pertemuan kenegaraan dan pertemuan resmi yang dilakukan di kediaman ''residen'' cirebon, ''Sultan Anom VI Muhammad Komarudin I'' juga membawa putera tertuanya sekaligus putera mahkotanya yang pada masa itu disebut ''Pangeran Raja'', kemudian karena sering bertemu pada acara-acara kenegaraan dan pertemuan resmi, maka antara ''Pangeran Raja'' dan ''nona Delamoor'' saling jatuh cinta, hingga akhirnya ''nona Delamoor'' dikabarkan hamil di luar nikah dan mengandung anak dari ''Pangeran Raja'', karena takut akan ketahuan oleh ayahnya, ''nona Delamoor'' kemudian menutup-nutupi kehamilannya, kemungkinan karena kelahiran sang bayi yang tidak sempurna maka bayi ini meninggal, bayi kemudian dibungkus dengan pakaian yang serba indah dan berharga, dimasukan ke sebuah kandaga untuk kemudian dilarung ke laut.
 
Kandaga berisi bayi yang telah meninggal tersebut kemudian ditemukan oleh nelayan, melihat bungkus pakaiannya yang serba indah dan berharga para nelayan menganggap bahwa bayi yang telah meninggal tersebut adalah milik orang yang dikeramatkan atau orang penting, kemudian bayi tersebut dikuburkan secara khidmat di dekat mercusuar cirebon, kurang lebih jaraknya 25 meter ke arah selatan.
 
Perubahan fisik ''nona Delamoor'' yang terlihat pucat dan sikapnya yang selalu berdiam diri membuat ayahnya ''Jean Guillaume Landre (tuan Delamoor)'' menanyakan keadaannya, kemudian ''nona Delamoor'' menceritakan peristiwa yang dialaminya kepada ayahnya, mendengar peristiwa-peristiwa yang menimpa puterinya, ''Jean Guillaume Landre'' segera memerintahkan polisi dan militer Belanda untuk menangkap dan memenjarakan ''Pangeran Raja'', namun hal tersebut ditangguhkan karena takut bahwa Cirebon akan melakukan pemberontakan, namun jika ''Pangeran Raja'' ditahan maka masyarakat luas akan mengetahui peristiwa tersebut. kemudian ''Jean Guillaume Landre'' mencari akal untuk menyeleseikan masalah ini dan Pernikahan antara ''Pangeran Raja'' yang kemudian naik tahta sebagai ''Sultan Anom VII Muhammad Komarudin II'' dengan ''nona Delamoor'' pun dilakukan sebagai bentuk penyeleseian, setelah pernikahan ''nona Delamoor'' mendapatkan gelar ''Ratu Sengkaratna''.
 
Tak lama setelah pernikahan ''nona Delamoor'' memberikan ''Pangeran Raja (yang sudah naik tahta menjadi Sultan Anom VII Muhammad Komarudin II'' seorang putera yang diberi nama ''Pangeran Anta'' dan bergelar ''Pangeran Raja Carbon'', ''Pangeran Anta'' dikatakan memiliki tekstur wajah yang mirip dengan ibunya yang berketurunan Perancis serta kulitnya pun putih.
 
Selang beberapa bulan dari kelahiran ''Pangeran Anta'' yang keturunan Perancis tersebut, ''Permaisuri Raja (perempuan berdarah bangsawan yang dinikahi raja)'' yaitu ''Ratu Raja Apsari'' juga melahirkan seorang putera yang kemudian diberi nama ''Pangeran Raja Dzulkarnaen'', oleh para kerabat Kanoman, ''Pangeran Raja Dzulkarnaen'' dididik pelajaran keperwiraan untuk dipersiapkan sebagai pengganti ayahnya, dikarenakan menurut para kerabat yang mendukungnya, dia lebih pantas karena merupakan seorang putera yang dilahirkan dari ''Permaisuri Raja (perempuan berdarah bangsawan yang dinikahi raja)'' sementara ''Pangeran Anta'' dilahirkan dari ''nona Delamoor atau Ratu Sengkaratna'' yang bukan berdarah bangsawan, kemudian para pendukung ''Pangeran dzulkarnaen'' menghimpun kekuatan dari masyarakat untuk mendukung ''Pangeran Dzulkarnaen'' sebagai pewaris tahta ayahnya yang sah. Semakin dewasa, di antara ''Pangeran Anta'' dan ''Pangeran Dzulkarnaen'' terdapat sebuah pertentangan dan ketegangan yang serius diakibatkan oleh pendidikan yang diterima keduanya dari para pendukungnya yang menyatakan bahwa yang satu lebih berhak atas tahta ayahnya dibanding yang lain. Setelah Sultan Anom VII Muhammad Komarudin II meninggal dunia, terjadilah perebutan tahta antara keduanya, melihat perebutan tahta ini melibatkan masyarakat luas, residen Belanda di Cirebon pun meminta bantuan Gubernur Jendral, namun Gubernur Jendral menolak ikut campur dan menyarankan agar masalah pewaris tahta diserahkan kepada adat yang berlaku dimasyarakat dan digelar perundingan untuk menyeleseikannya.
 
Hasil dari perundingan yang dilakukan adalah ''Pangeran Anta'' yang bergelar ''Pangeran Raja Carbon'' yang merupakan anak dari pasangan ''Sultan Anom VII Muhammad Komarudin II'' dengan ''nona Delamoor'' yang bergelar ''Ratu Sengkaratna'' mendapatkan hanya warisan kekayaan ayahnya saja, sementara ''Pangeran Raja Dzulkarnaen'' yang merupakan putera dari ''Permaisuri Raja'' mendapatkan tahta ayahnya dan bergelar ''Sultan Anom VIII Pangeran Raja Dzulkarnaen''.
 
Dari kekayaan ayahnya, ''Pangeran Anta'' membangun sebuah tempat kediaman disebelah barat ''siti inggil'' keraton Kanoman dan tinggal disana hingga dia wafat, dan sekarang tempat tersebut dibangun menjadi ''kompleks Perguruan Taman Siswa''.
 
Pada tahun 1921, Cirebon dirubah statusnya menjadi ''Gamentee Cheribon'' dikarenakan banyaknya peziarah yang datang ke makam bayi yang ada di dekat mercusuar dan telah menggangu ketertiban [[pelabuhan Cirebon]], maka oleh ''pemerintah gamenteen Cheribon'' makam tersebut dipindahkan ke jalan kesambi, cirebon.
 
=== Surat wasiat Sultan Anom XI Pangeran Raja Adipati Muhammad Djalaludin ===
 
Sultan Muhammad Djalaludin merupakan Sultan Anom XI, diketahui oleh masyarakat luas bahwa Sultan Anom XI Pangeran Raja Adipati Muhammad Djalaludin (alm) punya seorang anak perempuan dari istri pertamanya yang merupakan seorang ''Permaisuri Raja'' dan diberinama ''Ratu Raja Latifah'', dari istri keduanya yang juga seorang ''Permaisuri'' dia tidak mendapatkan keturunan, dari ''Ny Suherni (ibu dari Pangeran Elang Mochamad Saladin)'' enam anak, dan dari ''Ratu Raja Sri Mulya (ibu dari Pangeran Raja Muhammad Emirudin)'' enam anak.
 
Sebelum meninggal pada tanggal 19 November 2002, Sultan Muhammad Djalaludin membuat sebuah surat wasiat agar putera tertuanya yaitu ''[[Pangeran Elang Mochamad Saladin]]'' yang merupakan anak dari pasangan Sultan Djalaludin dengan istri ketiganya ''Hj. Suherni'' yang berasal dari kalangan rakyat biasa dinobatkan menjadi Sultan Anom XII keraton Kanoman untuk menggantikan dirinya.<ref>[http://www.thejakartapost.com/news/2003/03/01/cirebon-crown-new-sultan-month.html 2003 - Jakarta Post - Cirebon to Crown New Sultan this Month]</ref> Hal tersebut dikarenakan hubungannya dengan istri pertamanya yang merupakan seorang permaisuri hanya melahirkan seorang anak perempuan yang diberi nama ''[[Ratu Raja Latifah]]'' .
 
Munculnya surat wasiat dari Sultan Djalaludin yang menunjuk Saladin sebagai penerus tahtanya, kemudian ditentang oleh beberapa kelompok yang menghendaki ''Pangeran Raja Emiruddin'' yang merupakan putera kedua Sultan Djalaludin dari istri keempatnya yang merupakan seorang permaisuri yang bernama ''Ratu Raja Sri Mulya'' untuk menjadi ''Sultan''. menanggapi hal tersebut, Pangeran Elang Mochamad Saladin berkata,
 
{{cquote|Emirudin itu saudara saya, umurnya delapan bulan lebih muda dari saya}}<ref>[http://portal.cbn.net.id/cbprtl/cybernews/detail.aspx?x=General&y=cybernews|0|0|4|1080 2003 - CBN News - Kemelut Kanoman Cirebon: Periksa Surat Wasiat oleh Puslabfor]</ref>
 
==== Pelantikan Pangeran Elang Mochamad Saladin sebagai Sultan Anom XII ====
 
Pangeran Elang Mochamad Saladin kemudian dilantik di ruang jinem keraton Kanoman, Cirebon, Rabu malam tanggal 5 Maret 2003 sekitar pukul 20.30 WIB. Pelantikan itu mendahului rencana kubu Pangeran Raja Muhammad Emirudin yang sudah menyebar undangan, untuk ''"Jumenengan"'' Pangeran Raja Emirudin menjadi Sultan ke XII menggantikan Sultan Anom XI Hj Muhammad Djalaludin, yang rencanannya dilakukan Kamis siang tanggal 6 Maret 2013. Undangan ''Jumenengan'' Emirudin sudah disebar ke beberapa instansi dan media massa.
 
Proses penobatan Elang Muhammad Saladin, dilakukan oleh Pangeran Komisi, yakni ''Pangeran Amaludin (adik Elang Muhamad Saladin)''. Hadir dalam acara pelantikan Pangeran Hidayat Purbaningrat, Ketua DPRD Kota Cirebon H Suryana, Wakil Ketua DPRD Ir H Haries Sutamin, Ibunda serta adik-adik Saladin, upacara pelantikan berlangsung selama sekitar 10 menit, berjalan khidmat dan diakhiri dengan pembacaan doa demi keselamatan keluarga besar Keraton Kanoman.
 
Sementara itu, suasana di luar ruang jinem tampak hening, hanya beberapa orang saja yang terlihat secara samar di tengah temaram sorot lampu yang tidak terlalu terang di sekitar keraton. Padahal, di luar keraton, beberapa orang terlihat memasang umbul-umbul sebagai persiapan untuk dilakukannya penobatan terhadap Pangeran Raja Emirudin yang sedianya dilakukan hari Kamis 6 Maret 2013 pukul 14.00 WIB.
 
Usai pelantikan, Ratu Mawar Kartina, SH yang selama ini bertindak sebagai juru bicara keraton didampingi Pangeran Hidayat Purbaningrat mengatakan,
 
{{cquote|pelantikan tersebut dilaksanakan untuk menjalankan wasiat almarhum Sultan Kanoman XI. "Apa pun hambatan yang akan dihadapi,"}}<ref>[http://www.infoanda.com/followlink.php?lh=AwhWWgpdAwFf 2003 - Gatra - Elang Saladin, Diam-diam Jadi Sultan Kanoman XII]</ref>
 
Menurut Ratu Mawar, penobatan Pangeran Elang Mochamad Saladin sebagai Sultan Anom XII pada awalnya akan dilakukan pada akhir bulan Maret 2013, namun hal itu harus dipercepat, hal tersebut terpaksa dilakukan, karena ada indikasi upaya untuk menggagalkan wasiat yang sudah diputuskan ayahandanya.
 
Indikasinya menurut Ratu Mawar, sudah terlihat sejak surat wasiat itu dibuka, tepatnya 40 hari setelah wafatnya Sultan XI HM Djalaludin.
 
Di ruang jinem, Ketua DPRD Kota Cirebon H. Suryana yang didaulat membacakan sambutan mengatakan,
 
{{cquote|wasiat almarhum Sultan Kanoman XI HM Djalaludin mesti ditaati, sebab wasiat tersebut adalah titah sultan yang tidak boleh ditentang isinya, dan siapa pun yang ditunjuk menjadi sultan, tanpa melihat keturunan dari istri yang mana.}}
 
H. Suryana berharap, keluarga besar Keraton Kanoman bisa bersama-sama menjaga keutuhan keraton dengan cara saling memahami satu sama lain.
 
==== Pelantikan Pangeran Raja Muhammad Emirudin sebagai Sultan Anom XII ====
 
Pelantikan Pangeran Raja Muhammad Emirudin pada hari Kamis 6 Maret 2003 diwarnai kericuhan, kericuhan diawali dengan datangnya ''Ratu Mawar (adik Sultan Saladin)''. Dia membacakan maklumat bahwa penobatan Emirudin tidak sah dan menentang wasiat serta titah dari mendiang Sultan Kanoman XI. Setelah itu ''Ratu Mawar'' merebut tombak dari salah satu punggawa dan melemparkannya ke aparat keamanan.
 
Usai acara penobatan, sekelompok orang dari kubu Emirudin menghadang mobil yang ditumpangi ''Ratu Mawar'' dan pacarnya pada waktu itu ''Teddy Michael''. Dengan emosi mereka memukul-mukul mobil tersebut sehingga kaca belakang rusak. Mereka mengecam aksi Ratu Mawar dan campur tangan Teddy yang tidak termasuk famili Kanoman.
 
Pihak Sultan Emirudin sendiri mengklaim bahwa penobatannya didukung oleh 247 kerabat keraton lainnya. Dalam maklumat yang ditandatangani tiga sesepuh, Pangeran Redman Hakim, Pangeran Agus Djoni, dan Elang Machmudin tercantum bahwa demi menjunjung tinggi adat dan tradisi Keraton Kanoman maka ke-247 kerabat Keraton memilih Pangeran Emirudin sebagai Sultan Kanoman XII pengganti Sultan Kanoman XI.<ref>[http://www.tempo.co/read/news/2003/03/06/0584685/Kericuhan-Warnai-Penobatan-Pangeran-Emirudin 2003 - Tempo - Kericuhan Warnai Penobatan Pangeran Emirudin]</ref>
 
Alasan utama maklumat tersebut adalah hukum adat istiadat dan tradisi yang menyebutkan Sultan Kanoman adalah putra pertama dari ''garwa ratu atau darah biru''. Pangeran Redman Hakim, Pangeran Pangeran Agus Djoni, dan Elang Machmudin mengatakan'
 
{{cquote|Oleh karena itu, penunjukan Saladin sebagai pengganti almarhum Djalaludin dalam surat wasiat yang ditinggalkan almarhum sangat bertentangan dengan adat dan tradisi, karena yang bersangkutan dari garwa ampean atau selir. Untuk itu secara otomatis segala hal yang menyimpang dianggap tidak ada da tidak berlaku,}}
 
== Silsilah ==
 
* Sultan Anom I Muhammad Badrudin Kartawijaya
* Sultan Anom II Pangeran Raja Mandurareja Muhammad Qadirudin
* Sultan Anom III Pangeran Raja Adipati Muhammad Alimudin
* Sultan Anom IV Pangeran Raja Adipati Sultan Muhammad Chaeruddin
* Sultan Anom V Pangeran Raja Abu Soleh Muhammad Imammudin)
* Sultan Anom VI Muhammad Kamaroedin I
* Sultan Anom VII Muhamamad Kamaroedin II
* Sultan Anom VIII Pangeran Raja Muhamamad Dzulkarnaen
* Sultan Anom IX Pangeran Raja Adipati Muhamamad Nurbuat
* Sultan Anom X Pangeran Raja Adipati Muhamamad Nurus
* Sultan Anom XI Pangeran Raja Adipati Muhamamad Jalalludin
* Sultan Anom XII Pangeran Raja Muhamamad Emiruddin
* Sultan Anom XII Pangeran Elang Mochamad Saladin
 
== Pranala luar ==
Baris 244 ⟶ 118:
 
{{reflist}}
{{cirebon}}
{{Istana di Indonesia}}
 
[[Kategori:Kesultanan CirebonKanoman]]
[[Kategori:Istana di Indonesia]]
[[Kategori:Keraton]]