Museum Rumah Tanjung Timur: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Update, diterjemahkan dari en.wp Tag: pranala ke halaman disambiguasi |
|||
(11 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
[[Image:Huis Groeneveld in Meester Cornelis te Batavia.jpg|thumb|right|Rumah kongsi Tanjung Timur sekitar dekade 1930-an di Batavia (kini Jakarta). Walaupun telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya, kurangnya perhatian dan perawatan dari pemerintah membuat kondisi rumah ini memburuk.]]
'''Tanjung Timur''' ([[Bahasa Belanda]]: '''Tandjong Oost''') atau juga dikenal sebagai '''Groeneveld''' ([[Bahasa Indonesia]]: "lapangan hijau"), dulu adalah sebuah [[tanah partikelir]] yang terletak di [[Pasar Rebo, Jakarta Timur]], [[Indonesia]]. Tanjung Timur adalah salah satu dari dua tanah partikelir yang terletak di tepi [[Sungai Ciliwung]]. Tanjung Timur terletak di sisi timur sungai, sementara [[Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta Selatan|Tanjung Barat]] terletak di sisi barat sungai.
Tanjung Timur juga dilengkapi dengan sebuah [[rumah kongsi]] yang disebut sebagai '''''Landhuis Tandjong Oost'''''. Rumah tersebut terbakar pada tahun 1985, dan reruntuhannya ditelantarkan walaupun telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya.<ref name=detik-groen>{{cite web|url=http://news.detik.com/read/2011/04/03/100148/1607466/10/
|title=Archived copy |accessdate=2015-02-12 |url-status=dead |archiveurl=https://web.archive.org/web/20150212071024/http://news.detik.com/read/2011/04/03/100148/1607466/10/
|archivedate=2015-02-12 }}. Mengintip Sisa Rumah Tuan Tanah di Pasar Rebo. Detik News. Retrieved February 12, 2015.</ref><ref name=gallus-groen>[http://gallusmagnus.nl/index.php/Landgoed_Groeneveld
]. Landgoed Groeneveld. Familie Wiki. Retrieved February 12, 2015.</ref>
==Awal mula==
Setelah Johannes Craan meninggal pada tahun [[1780]], bangunan ini diwariskan kepada putrinya, Catharina Margaretha Craan yang kemudian diambil alih oleh suaminya, Willem Vincent Helvetius van Riemsdijk (anak kedua dari [[Gubernur Jenderal Hindia Belanda]] [[Jeremias van Riemsdijk]]). Helvetius van Riemsdijk sendiri sebelumnya sudah menduduki pangkat tertinggi di bidang administratif [[Pulau Onrust]] ketika masih berumur 17 tahun. Helvetius van Riemsdijk juga memiliki berbagai lahan dan perkebunan tebu di daerah [[Tanah Abang, Jakarta Pusat|Tanah Abang]], [[Cibinong, Bogor|Cibinong]], [[Cimanggis, Depok|Cimanggis]], [[Ciampea, Bogor|Ciampea]], [[Cibungbulang, Bogor|Cibungbulang]], [[Sadeng, Leuwisadeng, Bogor|Sadeng]], dan [[Ciracas, Jakarta Timur|Tandjoeng-Oost]]. Semua properti tersebut tetap dimiliki oleh keluarga van Riemsdijk hingga memasuki [[Perang Dunia Kedua]].<ref name="gallus" />▼
Pemilik pertama dari tanah partikelir ini adalah [[Pieter van de Velde]] asal [[Amersfoort]], seorang anggota dari ''[[Raad van Indië]]''.<ref name="gallus">[http://gallusmagnus.nl/index.php/Landgoed_Groeneveld
] Landgoed Groeneveld. Gallus Magnus.</ref> Pasca [[Geger Pacinan]], van de Velde berhasil mengakuisisi tanah partikelir besar yang sebelumnya dimiliki oleh [[Nie Hoe Kong]], '[[Kapitan Cina]]' Batavia. Van de Velde kemudian memperluas tanah partikelir tersebut dengan mengakuisisi tanah di selatan Meester Cornelis (kini [[Jatinegara]]) di sisi timur Sungai Ciliwung, sehingga kemudian terbentuklah tanah partikelir ini dengan nama Tanjung Timur. Pada tahun 1756, ia membangun sebuah '[[rumah kongsi]]' di tanah partikelir ini. Peter van de Velde lalu meninggal pada tahun 1759. Pada tahun 1763, [[Adrian Jubbels]] pun mengakuisisi tanah partikelir ini.<ref name="gallus"/> Pasca Jubbels meninggal, pada tahun 1763, tanah partikelir ini diakuisisi oleh [[Willem Benjamin Craan|Jacobus Johannes Craan]]. Ia lalu mengubah nama dari tanah partikelir ini menjadi ''Groeneveld'' (Bahasa Belanda: "lapangan hijau") dan merenovasi rumah kongsi yang ada di tanah partikelir ini dengan ornamen baru bergaya [[Louis XV dari Prancis]], serta menambahkan sejumlah ornamen khas Tionghoa di pintu dan jendela. Ornamen-ornamen tersebut pun masih bertahan hingga rumah kongsi tersebut terbakar pada tahun 1985.<ref name="mjd-eyya">[http://mjd-eyya.blogspot.com/
] Abdul Majid's blog</ref><ref name=jpost-groen>{{cite web |url=http://m.thejakartapost.com/news/2008/01/25/beautiful-dutch-villa-ruins.html
|title=Archived copy |accessdate=2015-02-12 |url-status=dead |archiveurl=https://web.archive.org/web/20150212062009/http://m.thejakartapost.com/news/2008/01/25/beautiful-dutch-villa-ruins.html
|archivedate=2015-02-12 }}. A beautiful Dutch villa in ruins. Jakarta Post. Retrieved February 12, 2015.</ref>
==Rumah kongsi==
Rumah kongsi dua lantai yang ada di tanah partikelir ini dibangun dengan [[Gaya Hindia|Gaya Hindia Lama]]. Gaya tersebut menunjukkan kombinasi antara arsitektur Belanda, Tionghoa, dan Hindia Belanda. Arsitektur Hindia yang digunakan pada rumah kongsi tersebut mirip seperti arsitektur dari gedung [[Arsip Nasional Republik Indonesia]]. Rumah kongsi tersebut terdiri dari tiga paviliun. Pintu dari ruangan di dalam rumah kongsi tersebut dihias dengan ukiran kayu jati dengan motif tumbuhan. Di atas pintu utama, ornamen dihias dengan sebuah derek, simbol dari keluarga Craan. Terdapat juga pemakaman keluarga di Groeneveld.
==Keluarga Craan dan van Riemsdijk==
▲Setelah
Tanah partikelir ini kemudian dikembangkan oleh [[Daniel Cornelius Helvetius van Riemsdijk]] hingga ia meninggal pada tahun 1860. Tanah partikelir ini lalu diwariskan putrinya, Dina Cornelia. Dina Cornelia menikahi [[Tjalling Ament]] dari [[Dokkum]]. Ament pun melanjutkan pertanian di Groeneveld. Pada pertengahan abad ke-19, terdapat 6.000 ekor sapi di tanah partikelir ini. Hingga tahun 1942, keluarga van Riemsdijk mengelola tanah partikelir ini, dan juga mengembangkan permukiman untuk pekerjanya di dalam tanah partikelir ini, yang dikenal sebagai [[Gedong, Pasar Rebo, Jakarta Timur|Kampung Gedong]], karena permukiman tersebut terletak di dekat rumah kongsi yang berukuran besar ([[Bahasa Betawi]]: gedong). Pekerja-pekerja tersebut kemudian menjadi nenek moyang dari [[Suku Betawi]] di [[Kramat Jati, Jakarta Timur#Condet|Condet]], yang mengembangkan bentuk kebudayaan Betawi yang khas.<ref name="mjd-eyya">[http://mjd-eyya.blogspot.com/
] Abdul Majid's blog</ref>
Kondisi bangunan ini pada awalnya tidak terawat. Pada tahun [[2015]], [[Daftar Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Gubernur DKI Jakarta]] [[Basuki Tjahaja Purnama]] merencanakan agar bangunan ini dibangun kembali bersamaan dengan pengoptimalisasi [[Ci Liwung|Kali Ciliwung]]. Bahkan Ahok sudah bekerja sama dengan [[Kodam Jaya]], [[Komando Pasukan Khusus|Kopassus]], dan komunitas-komunitas warga yang mendiami kawasan tersebut. Sebut saja Komunitas Ciliwung Condet. Nantinya, kawasan tersebut akan dijadikan kawasan tempat wisata, konservasi, dan ekosistem [[Ci Liwung|Kali Ciliwung]].<ref>[http://news.detik.com/berita/2974342/villa-nova-aset-di-sisi-ciliwung-yang-menarik-perhatian-ahok] Villa Nova, Aset di Sisi Ciliwung yang Menarik Perhatian Ahok. Detik News.</ref>▼
==Perang Dunia II, Revolusi, dan Kemerdekaan==
[[File:Landhuis Groeneveld, oorspronkelijke achterzijde - 20653003 - RCE.jpg|thumb|left|Tanjung Timur pada tahun 1972 menunjukkan tanda-tanda kerusakan setelah diakuisisi oleh [[Polda Metro Jaya]].]]
Selama Perang Dunia II, rumah kongsi yang ada di dalam tanah partikelir ini digunakan oleh pasukan pendudukan Jepang sebagai gudang. Pasca Perang Dunia II, selama [[Revolusi Indonesia]], rumah kongsi tersebut menjadi kantor pusat dari [[Barisan Pelopor]], sebuah gerakan bawah tanah yang bertujuan untuk melawan upaya Belanda yang ingin menduduki kembali Indonesia. Pasca [[Agresi Militer Belanda I]] dan [[Agresi Militer Belanda II]], tanah partikelir ini diambil alih oleh [[Netherlands Indies Civil Administration]], yang kemudian mengubah tanah partikelir ini menjadi perkebunan karet.<ref name="jakartapost"/>
Setelah Indonesia merdeka, rumah kongsi tersebut diakuisisi oleh [[Haji Sarmili]], yang lalu mengubahnya menjadi sebuah hotel, dan kemudian kembali mengubahnya menjadi perkantoran. Pada tahun 1962, Haji Sarmili menjual rumah kongsi tersebut ke [[Polda Metro Jaya]].<ref name="jakartapost"/> Pada bulan Mei 1985, rumah kongsi tersebut terbakar setelah terjadi ledakan di dapur. Rumah kongsi tersebut pun hancur. Walaupun rumah kongsi tersebut telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya, struktur yang masih tersisa ditelantarkan. Rumah kongsi tersebut kini terletak di dalam kompleks Asrama Polri Tanjung Timur.<ref name="jakartapost">{{cite web |url=http://m.thejakartapost.com/news/2008/01/25/beautiful-dutch-villa-ruins.html
|title=Archived copy |accessdate=2015-02-12 |url-status=dead |archiveurl=https://web.archive.org/web/20150212062009/http://m.thejakartapost.com/news/2008/01/25/beautiful-dutch-villa-ruins.html
|archivedate=2015-02-12 }} Beautiful Dutch Villa Ruins. Jakarta Post.</ref>
▲
== Referensi ==
Baris 22 ⟶ 37:
{{Batavia}}
{{coord|6|18|10|S|106|51|23|E|type:landmark|display=title}}
[[Kategori:Bangunan dan struktur di Jakarta]]
[[Kategori:Bangunan bersejarah di Jakarta]]
[[Kategori:Kota Administrasi Jakarta Timur]]
|