Derma: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
 
(112 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
[[Berkas:Thorma Alms.jpg|jmpl|Perempuan bederma, lukisan karya [[János Thorma]]]]
'''Derma''' adalah uang, pangan, atau benda-benda lain yang disumbangkan kepada [[kemiskinan|fakir miskin]]. Memberi derma kerap dianggap sebagai [[amal kasih]]. Tindakan memberi derma disebut '''bederma'''.
 
== Etimologi ==
'''Derma''' adalah pemberian kepada orang lain atas dasar kemurahan hati atau niat untuk berbuat baik. Derma dapat berwujud barang maupun jasa (misalnya pendidikan) yang diberikan secara cuma-cuma. Bederma diajarkan oleh sejumlah agama dan adat-istiadat.
Kata ''derma'' berasal dari kata [[bahasa Sanskerta|Sangsekerta]] ''dharma'' (धर्म), yang berarti kepatutan, kebajikan, perbuatan yang benar, atau amal saleh. Istilah lain untuk derma adalah ''[[sedekah]]'', dari kata [[bahasa Arab|Arab]] ''ṣadaqah'' (صدقة), yang berarti segala macam kebajikan yang diperbuat dengan tulus ikhlas kepada sesama manusia.
 
== Agama Buddha ==
Kata "derma" dalam bahasa Indonesia berasal dari kata ''dharma'' (धर्म) dalam [[bahasa Sanskerta]], yang berarti kepatutan, kebajikan, perbuatan yang benar, atau amal saleh. Istilah lain untuk derma adalah "[[sedekah]]", dari kata ''ṣadaqah'' (''صدقة'') dalam [[bahasa Arab]], yang berarti segala macam perbuatan baik yang dilakukan secara tulus ikhlas bagi orang lain.
{{Lihat pula|Dāna}}
[[Berkas:Almsbowl2.jpg|jmpl|Mangkuk derma yang dibawa para [[bhiksu|biksu]] bilamana berkeliling mengumpulkan derma.]]
[[Berkas:Three monks chanting in Lhasa, 1993.jpg|jmpl|Tiga orang biksu mengumpulkan derma di [[Lhasa]], Tibet (1993).]]
Dalam agama Buddha, baik tindakan "bederma" maupun tindakan "memberi" disebut ''[[dāna]]''.<ref>Nyanatiloka (1980), lema "dāna". [http://www.budsas.org/ebud/bud-dict/dic3_d.htm Budsas.org] {{webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070219163600/http://www.budsas.org/ebud/bud-dict/dic3_d.htm |date=2007-02-19 }}</ref> Berdāna merupakan salah satu dari ketiga jalan amalan yang dianjurkan oleh [[Gautama Buddha|Sang Buddha]] kepada [[Gerhapati|umat awam]].<ref>{{Cite web|date=2021-05-26|title=Buddha Purnima 2021: Date, significance and importance of the day|url=https://indianexpress.com/article/lifestyle/life-style/buddha-purnima-2021-date-significance-and-importance-7303079/|access-date=2021-09-18|website=The Indian Express|language=en}}</ref> Tiga jalan amalan bagi umat awam adalah [[dāna]], [[Etika Buddhis|sīla]], dan [[Bhavana|bāwanā]].<ref>Nyanatiloka (1980), lema "dāna" [http://www.budsas.org/ebud/bud-dict/dic3_d.htm Budsas.org] {{webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070219163600/http://www.budsas.org/ebud/bud-dict/dic3_d.htm |date=2007-02-19 }}; dan, PTS (1921–25), lema "Puñña" (jasa)[https://archive.today/20120707184520/http://dsal.uchicago.edu/cgi-bin/philologic/getobject.pl?c.2:1:3017.pali Uchicago.edu].</ref>
 
Tindakan bederma adalah sarana penghubung manusia dengan biksu atau biksuni beserta hal-hal yang diwakili oleh biksu atau biksuni tersebut, sebagaimana sabda Sang Buddha:
{{Quote|<poem>
yang berumah (grihapati) dan yang tak berumah (biksu-biksuni)
saling bergantung satu sama lain
kedua-duanya mencapai Darma sejati....
</poem>|[[Itivuttaka]] 4.7<ref>Thanissaro (2001).[http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/kn/iti/iti.4.100-112.than.html#iti-107 Accesstoinsight.org]</ref><ref group="note">Bederma juga dianjurkan oleh Sang Buddha untuk dilakukan dengan cara yang lebih bersahaja dalam berbagai nas sahih, misalnya [[Dighajanu Sutta]].</ref>}}
 
Dalam agama Buddha mazhab [[Theravada]], biksu dan biksuni berkeliling setiap hari untuk mengumpulkan derma (''pindacara'') berupa persembahan makanan (''piṇḍapāta''). Tindakan ini sering kali dianggap sebagai pembukaan kesempatan bagi umat awam untuk menciptakan pahala kebajikan (''puṇya''). Uang tidak dapat diterima oleh seorang biksu mazhab Theravada, baik yang diberikan sebagai pengganti maupun bersama makanan, karena menurut aturan pelatihan [[pratimoksa]] ({{lang-pi|patimokkha}}) penerimaan uang merupakan suatu pelanggaran yang patut diganjari penyitaan dan pengakuan bersalah.<ref>[http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/vin/sv/bhikkhu-pati.html#np-part2 Thanissaro (2007)]</ref>
 
Di negara-negara penganut mazhab [[Mahayana]], praktik ''pindacara'' sudah nyaris punah. Di Tiongkok, Korea, dan Jepang, budaya masyarakat setempat menolak gagasan memberi makanan kepada para biksu 'peminta-minta', dan tidak ada pula tradisi menciptakan pahala kebajikan melalui tindakan bederma kepada para biksu yang mempraktikkan ''pindacara''. Selepas kurun waktu penindasan, biara-biara dibangun di daerah-daerah pegunungan yang terpencil sehingga jarak yang jauh antara biara dan kota-kota terdekat memustahilkan praktik ''pindacara''. Di Jepang, praktik [[takuhatsu]] yang dilakukan setiap minggu atau setiap bulan menggantikan praktik ''pindacara''. Di negara-negara pegunungan Himalaya, jumlah biksu yang sangat banyak membuat pelaksanaan ''pindacara'' berpotensi membebani keluarga-keluarga di sekitar biara. Persaingan dengan agama-agama lain dalam meminta dukungan masyarakat juga membuat praktik ''pindacara'' menjadi sukar dan bahkan membahayakan keselamatan jiwa; biksu-biksu pertama di [[Silla|Kerajaan Silla]] di Korea konon dipukuli orang karena jumlah mereka yang sangat sedikit kala itu.
 
Dalam agama Buddha terdapat suatu paradoks bahwasanya semakin banyak orang memberi – dan semakin banyak orang memberi tanpa pamrih – semakin makmur (dalam arti luas) pula orang itu kelak. Melalui tindakan memberi, orang menghancurkan nafsu serakah yang dapat membuat hidupnya semakin menderita. Kedermawanan juga ditunjukkan terhadap makhluk-makhluk lain, baik sebagai sarana menciptakan pahala kebajikan maupun untuk membantu si penerima. Dalam tradisi mazhab [[Mahayana]], meskipun [[Triratna|Triratna tempat berlindung]] merupakan dasar dari pahala kebajikan yang terbesar, dengan memandang mahkluk lain sebagai pihak yang memiliki fitrah Buddha dan memberi persembahan bagi ujud murni Buddha untuk berdiam di dalamnya akan sama berfaedahnya. Kedermawanan terhadap makhluk-makhluk lain sangat ditekankan dalam mazhab Mahayana sebagai salah satu dari kesempurnaan ([[paramita]]) sebagaimana yang termaktub dalam risalah [[Je Tsongkhapa|Lama Tsongkhapa]] yang berjudul 'Pokok-Pokok Ringkas dari Jalan Bertahap' ({{lang-bo|lam-rim bsdus-don}}):
 
{{Quote|<poem>
Kerelaan yang bulat untuk memberi adalah permata pengabul keinginan yang mampu mengabulkan harapan-harapan dari makhluk-makhluk yang sedang mengembara.
Ialah senjata tertajam untuk meretas simpul kekikiran.
Ialah penuntun menuju perilaku [[bodhisatwa]] (makhluk yang tercerahkan) yang memperbesar rasa percaya diri dan keberanian,
dan merupakan landasan bagi pemakluman ketenaran dan kehormatanmu ke seluruh jagat.
Sadar akan hal ini, orang yang bijaksana secara sehat menggantungkan hidupnya pada jalan mulia
yakni (senantiasa dengan rela hati) sepenuhnya menyerahkan raga, harta benda, dan kesanggupan-kesanggupan baik mereka.
Para lama yang senantiasa waspada telah menjalani laku yang demikian.
Jikalau engkau juga hendak mencari pembebasan,
alangkah baiknya jika engkau menempa dirimu dengan laku yang sama.<ref>Tsongkhapa & Berzin (2001), ayat 15.</ref>
</poem>}}
 
Dalam [[agama Buddha]], tindakan bederma adalah permulaan dari perjalanan mencapai [[nirwana]] ({{lang-pi|nibbana}}). Pada praktiknya, orang dapat memberi apa saja dengan maupun tanpa disertai niat mencapai nirwana. Tindakan ini dapat menuntun orang mencapai [[saddha|keimanan]] ({{lang-pi|saddha}}), yakni salah satu [[Lima kuasa|kuasa utama]] ({{lang-pi|bala}}) yang harus dibangkitkan orang dalam dirinya bagi [[Sang Buddha|Buddha]], [[Dhamma|Darma]], dan [[Sangha|Sangga]].
 
Alasan-alasan yang mendasari tindakan bederma memainkan peranan yang penting dalam pengembangan keunggulan-keunggulan rohani. Kitab-kitab sutra ({{lang-pi|sutta}}) memuat berbagai macam alasan yang mendorong orang untuk bersikap dermawan. Sebagai contoh, Angguttara Nikaya (A.iv,236) memerinci delapan alasan sebagai berikut:<ref>[http://www.accesstoinsight.org/lib/authors/various/wheel367.html Accesstoinsight.org]</ref>
 
# ''Asajja danam deti'': memberi untuk menghina (memberi agar si penerima merasa terhina, atau memberi dengan maksud menghina si penerima).
# ''Bhaya danam deti'': memberi karena takut bahaya.
# ''Adasi me ti danam deti'': memberi sebagai balasan pemberian yang pernah diterima di masa lampau.
# ''Dassati me ti danam deti'': memberi dengan harapan dibalas dengan pemberian serupa di kemudian hari.
# ''Sadhu danan ti danam deti'': memberi karena tindakan memberi dianggap baik.
# ''Aham pacami, ime ne pacanti, na arahami pacanto apacantanam adatun ti danam deti'': "Aku memasak, mereka tidak memasak. Tidaklah pantas jika aku yang memasak ini tidak memberi kepada mereka yang tidak memasak" (memberi karena rasa peduli).
# ''Imam me danam dadato kalyano kittisaddo abbhuggacchati ti danam deti'': memberi agar tampak baik di mata orang lain.
# ''Cittalankara-cittaparikkarattham danam deti'': memberi demi menghias dan memperindah akal budi.
 
Menurut [[kanon Pali]]:
{{Quote|Dari segala pemberian, pemberian [[Dhamma|Darmalah]] yang tertinggi.|[[Dhammapada|Dhp.]] XXIV ayat 354){{refn|Dalam bahasa Pali, ayat ini berbunyi: "''Sabba danam, Dhamma danam jinati''," terdapat dalam kitab ''[[Dhammapada]]'', Bab 24, ayat 354. Thanissaro (1997)<ref>[http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/kn/dhp/dhp.24.than.html#dhp-354 Accesstoinsight.org]</ref> menerjemahkan keseluruhan ayat ini sebagai berikut:
{{Quote|<poem>
Anugerah Darma mengalahkan segala anugerah;
nikmat Darma mengalahkan segala nikmat;
sukacita Darma mengalahkan segala sukacita;
akhir dari keinginan, segala derita,
dan kecemasan.
</poem>}}|group=note}}}}
 
== Agama Yahudi ==
Baris 9 ⟶ 63:
[[Berkas:Jewish cemetery Otwock Karczew Anielin IMGP6721.jpg|jmpl|Ukiran kotak [[tzedakah]] (puske) pada patahan sebuah batu nisan di [[Pekuburan Yahudi]] di [[Otwock]] (Karczew-Anielin), Polandia.]]
[[Berkas:Tzedoko gelt.JPG|jmpl|Pundi-pundi tzedakah dan ''gelt'' (koin atau uang dalam [[bahasa Yiddi]]).]]
Dalam [[agama Yahudi]], tzedakah ({{lang-he|צדקה, ''[[tzedakah|ṣedakah]]''}}, secara harfiah berarti kebenaran, tetapi lazim pula diartikan sebagai ''karya amal'' atau ''kedermawanan'' <ref>Rabbi Hayim Halevy Donin; 'To Be A Jew.' Basic Books, New York; 1972, hlm. 48.</ref>) mengacu pada kewajiban pemeluk agama Yahudi untuk bertindak benar dan adil.<ref name="JTauber">"Umat Yahudi tidak melakukan karya amal, dan konsep karya amal nyaris tidak ada dalam tradisi agama Yahudi. Sebagai gantinya, umat Yahudi memberi tzedakah, yang berarti 'kebenaran' dan 'keadilan.' Bilamana seorang Yahudi menyumbangkan uang, waktu, dan sumber-sumber daya yang ia miliki kepada orang yang membutuhkannya, ia tidak sedang bersikap welas asih, murah hati, atau 'dermawan.' Ia hanya sekadar bertindak benar dan adil." [http://www.chabad.org/library/article_cdo/aid/1079/jewish/The-Myth-of-Charity.htm Tzedakah vs The Myth of Charity]; oleh [[Yanki Tauber]]; Diakses 03-11-2012.</ref> Pemberian tzedakah yang dilakukan sekarang ini dianggap sebagai kelanjutan dari praktik [[Mama'ser Aniani]] atau persepuluhanpenyisihan sepersepuluh dari hasil bumi bagi fakir miskin, serta praktik-praktik kedermawanan lain yang diamanatkan dalam Alkitab, seperti mengizinkan fakir miskin menuai hasil bumi yang tumbuh di sudut-sudut ladang, dan membiarkan siapa saja menikmati hasil bumi yang tumbuh selama [[tahun sabat|Smitah]] (tahun sabat). Tzedakah, disertai doa dan pertobatan, dianggap sebagai penawar bagi imbas dariganjaran perbuatan buruk.
 
Dalam agama Yahudi, tzedakah (kedermawanan) dipandang sebagai salah satu perbuatan termulia yang dapat dilakukan oleh manusia.<ref>?</ref> Para petani Yahudi dilarang memanen hasil bumi yang tumbuh di sudut-sudut ladangnya maupun memungut panenan yang terjatuh, sehingga dapat dimanfaatkan oleh fakir miskin.
 
UlamaRohaniwan besar Yahudi, [[Moses Maimonides|Musa bin MaymunMaimun]], pernah menyusun sebuah daftar tindakan kedermawanan. Menurut Musa bin MaymunMaimun, tindakan kedermawanan yang paling benar adalah memampukan seseorangsi untukpenerima menjadi pribadi yang mandiri sehingga mampu menjadibertindak dermawan bagiterhadap orang lain. Tindakan-tindakan kedermawanan dalam daftar yang disusunnya adalah sebagai berikut:<ref>http://www.chabad.org/library/article_cdo/aid/45907/jewish/Eight-Levels-of-Charity.htm</ref>
# MemampukanMemandirikan si penerima menjadi mandiri
# Memberi bilamana si pemberi dan si penerima tidak saling kenal
# Memberi bilamana si pemberi mengenal si penerima, tetapi si penerima tidak mengenal si pemberi
Baris 20 ⟶ 74:
# Memberi sebelum diminta
# Memberi sesudah diminta
# Memberi kurang dari yang mampu diberikan, tetapi dilakukan dengan senang hatirela
# Memberi dengan bersungut-sungut
 
== Agama Islam ==
{{utama|Zakat|Sedekah}}
Dalam agama Islam, konsep kedermawanan pada umumnya konsep kedermawanan dibedakan menjadi [[sedekah|Sadaqahsadaqah]] yangdan [[zakat]]. Sadaqah berarti memberibederma dengansecara suka rela, dansementara [[Zakat]] yangzakat berarti memberibederma menurut ketentuan [[fikih|syariat Islam]] demi menunaikan kewajiban selaku pemeluk agama Islam dan warga masyarakat. Oleh karena itu, meskipun Zakatzakat memainkan peranan yang lebih besar bagi karya amal Islam, agaknya Sadaqahsadaqah yang lebih semakna dengan 'derma'.
 
Zakat adalah rukun (saka guru) ketiga dari [[rukun Islam|Limalima Rukunrukun Islam]].<ref>{{cite web |url=https://www.pbs.org/empires/islam/faithpillars.html |title=Five Pillars |publisher=PBS |accessdate=2010-11-17}}</ref><ref>{{cite web|url=http://www.wsu.edu/~dee/GLOSSARY/5PILLARS.HTM |title=arkan ad-din the five pillars of religion |publisher=[[Washington State University]] |first=Richard |last=Hooker |date=14 Juli 1999 |accessdate=2010-11-17 |archiveurl=https://web.archive.org/web/20101203124633/http://www.wsu.edu/~dee/GLOSSARY/5PILLARS.HTM |archivedate=2010-12-03 |deadurl=yes |df= }}</ref> Ada berbagai aturan terkait pelaksanaan zakat, tetapi secara umum, orang diwajibkan untuk menyerahkan 2,5% dari jumlah simpanan dan pendapatan usahanya, serta 5–10% dari hasil panennya kepada fakir miskin. Para penerima zakat meliputi orang-orang yang nyaris tidak memiliki apa-apa, orang-orang yang berpenghasilan sangat rendah, orang-orang yang tidak sanggup membayar utang, orang-orang yang kehabisan dana dalam perjalanan, dan pihak-pihak lain yang memerlukan bantuan. Prinsip umum zakat adalah ''zakaah'', yakni yang kaya harus memberi kepada yang miskin. Salah satu prinsip penting dalam agama Islam adalah ajaran bahwa segala sesuatu merupakan milik Allah, sehingga harta kekayaan hanya boleh disimpan sebagai titipan untuk dikelola.
 
Arti harfiah dari kata zakat adalah "memurnikan", "mengembangkan", dan "memicu pertumbuhan". Menurut syariat Islam, zakat adalah ibadah. Harta kekayaan seorang Muslim dimurnikan melalui tindakan memisahkan sebagian dari harta kekayaan itu bagi orang-orang yang membutuhkannya, sebagaimana tanaman dipangkas guna meremajakannya dan merangsang tumbuhnya tunas-tunas baru.
 
Zakat adalah sejumlah uang yang wajib diserahkan oleh setiap Muslim dewasa, pria maupun wanita, yang waras (bermental sehat rohani), merdeka, dan mampu secara finansial, untuk digunakan sebagai bantuan dana bantuan bagi pihak-pihak tertentu.
 
Pihak-pihak tertentu ini diperinci dalam surah At-Taubah ayat 60:
{{quote|"Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana." (Al-Qur'an 9:60).}}
 
Baris 43 ⟶ 97:
Zakat menjadi wajib bilamana jumlah uang telah mencapai atau melebihi batas tertentu yang disebut nisab. Zakat tidak wajib jika jumlah uang yang dimiliki masih di bawah nisab. Nisab (atau jumlah terendah) untuk emas dan alat tukar dari emas adalah 20 miskal, yakni sekitar 85&nbsp;gram emas murni. Satu miskal kurang lebih setara dengan 4,25&nbsp;gram. Nisab untuk perak dan alat tukar dari perak adalah 200 dirham, yakni sekitar 595&nbsp;gram perak murni. Nisab untuk jenis uang dan alat tukar lainnya disesuaikan dengan nisab untuk emas; nisab untuk uang setara dengan harga 85&nbsp;gram emas 999 (emas murni) pada hari pembayaran Zakat.
 
Zakat menjadi wajib setelah uang berada dalam penguasaan pemiliknya sepanjang satu tahun kamariah. Jika telah memenuhi persyaratan waktu penguasaan ini, maka pemilik uang wajib merelakan 2,5% (atau 1/40) dari uangnya sebagai Zakat (satu tahun kamariah terdiri atas kurang lebih 355 hari). Pemilik uang harus terlebih dahulu mengurangkan jumlah uang yang dikuasainyaia simpan dengan jumlah uang yang dipinjamnyaia pinjam dari orang lain; jika jumlah yang tersisa sudah mencapai nisab, barulah dihitung Zakat yang harus dibayar.<!--
 
Jika si pemilik uang memiliki uang dalam jumlah yang sudah mencapai nisab pada awal tahun kamariah, namun jumlah kekayaannya kemudian meningkat sepanjang tahun itu, maka si pemilik uang harus menambahkan jumlah peningkatan kekayaannya pada jumlah uang yang sudah mencapai nisab pada awal tahun, barulah kemudian menghitung zakat yang harus ia bayar, yakni 2,5% dari jumlah keseluruhan uang yang ia miliki pada akhir tahun kamariah. Ada sejumlah perbedaan kecil di antara mazhab-mazhab fikih mengenai cara menghitung zakat. Tiap-tiap Muslim menghitung sendiri jumlah zakat yang harus dibayarnya. Nyaris semua perhitungan zakat mencakup pula pembayaran tahunan sebesar 2,5% dari jumlah modal yang dimiliki seseorang.
If the owner had enough money to satisfy the nisab at the beginning of the year, but his wealth in any form increased, the owner needs to add the increase to the nisab amount owned at the beginning of the year, then pay Zakat, 2.5%, of the total at the end of the lunar year. There are minor differences between fiqh school on how this is to be calculated. Each Muslim calculates his or her own Zakat individually. For most purposes, this involves the payment each year of two and a half percent of one's capital.
 
Orang yang saleh dapat pula bederma sekehendak hatinya dalam bentuk sadaqah, dan dianjurkan untuk melakukannya secara diam-diam. Meskipun dapat diartikan sebagai "sumbangan sukarela", kata "sadaqah" sebenarnya mengandung makna yang luas. Nabi Muhammad diriwayatkan pernah mengajarkan bahwa sekadar berwajah cerah ketika berjumpa dengan saudara seiman sudah merupakan suatu sadaqah.
A pious person may also give as much as he or she pleases as sadaqa, and does so preferably in secret. Although this word can be translated as 'voluntary charity' it has a wider meaning. The Prophet said 'Even meeting your brother with a cheerful face is charity.'
 
{{quote|Nabi bersabda, "tiap muslim wajib bersadaqah." Para sahabat bertanya, "bagaimana kalau ia tidak memiliki sesuatu?" Nabi menjawab, "bekerja dengan keterampilan tangannya untuk kemanfaatan bagi dirinya lalu bersadaqah." Mereka bertanya lagi, "bagaimana kalau ia tidak mampu?" Nabi menjawab, "menolong orang yang membutuhkan yang sedang teraniaya." Mereka bertanya lagi, "bagaimana kalau ia tidak melakukannya?" Nabi menjawab, "beramar ma'ruf." Mereka bertanya lagi, "bagaimana kalau ia tidak melakukannya?" Nabi menjawab, "mencegah diri dari berbuat kejahatan itulah sadaqah." (HR. Bukhari dan Muslim)}}
The Prophet said: 'Charity is a necessity for every Muslim.' He was asked: 'What if a person has nothing?' The Prophet replied: 'He should work with his own hands for his benefit and then give something out of such earnings in charity.' The Companions asked: 'What if he is not able to work?' The Prophet said: 'He should help poor and needy persons.' The Companions further asked 'What if he cannot do even that?' The Prophet said 'He should urge others to do good.' The Companions said 'What if he lacks that also?' The Prophet said 'He should check himself from doing evil. That is also charity.'
 
== Agama BuddhaKristen ==
[[Berkas:Alms Bag taken from some Tapestry in Orleans Fifteenth Century.png|jmpl|Gambar pundi-pundi derma yang ditampilkan dalam sehelai tenunan [[dewangga]] di [[Orléans]], abad ke-15.]]
{{Lihat pula|Dāna}}
Bederma adalah adalah [[karya amal|amal kasih]] terhadap orang-orang yang kurang beruntung. Pada [[Zaman Apostolik|masa hidup rasul-rasul Yesus]], umat Kristen diajari bahwa bederma adalah ungkapan cinta kasih yang pertama-pertama diungkapkan oleh Allah melalui pengorbanan diri Yesus selaku suatu amal kasih demi keselamatan umat beriman.<ref name="james">{{Alkitab|Yakobus 1:27}} "Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia."</ref> [[persembahan (Kristen Katolik)|Persembahan]] adalah bagian dari [[Misa|perayaan Misa Katolik Roma]], [[teologi ekaristi Anglikan|ibadat Ekaristi Anglikan]], dan [[Kebaktian Protestan|kebaktian Lutheran]] manakala derma dikumpulkan. Sejumlah denominasi Kristen Protestan, seperti [[gereja Baptis]] atau [[gereja Methodis|gereja Metodis]], juga melakukan pengumpulan derma, namun lebih sering menyebutnya sebagai pengumpulan "[[persepuluhan]] dan persembahan". Sejumlah denominasi Kristen mempraktikkan pengumpulan derma khusus secara teratur yang disebut [[persembahan kasih]] demi membantu fakir miskin, orang-orang yang tertimpa kemalangan atau bencana seperti kebakaran rumah atau biaya pengobatan yang besar. Menurut tradisi, para diakon bertanggung jawab mendistribusikan dana yang terkumpul kepada para janda, yatim piatu, dan pihak-pihak lain yang memerlukan bantuan. Banyak umat Kristen yang mendukung karya amal yang dilakukan oleh berbagai organisasi amal, meskipun tidak semuanya berkaitan dengan denominasi Kristen tertentu. Banyak lembaga pendidikan dan pengobatan Amerika yang didirikan oleh paguyuban-paguyuban Kristen melalui pengumpulan derma.
[[Berkas:Almsbowl2.jpg|thumb|Mangkuk derma yang dibawa para [[bhiksu|biku]] bilamana berkeliling mengumpulkan derma.]]
[[Berkas:Three monks chanting in Lhasa, 1993.jpg|thumb|Tiga orang biarawan mengumpulkan derma di [[Lhasa]], Tibet (1993).]]
Dalam agama Buddha, derma merupakan wujud dari penghormatan seorang [[Householder (Buddhism)|lay Buddhist]] kepada seorang [[bhiksu|biarawan]], [[bhiksuni|biarawati]], spiritually-developed person or other sentient being. It is not charity as presumed by Western interpreters. It is closer to a symbolic connection to the spiritual realm and to show humbleness and respect in the presence of the secular society.<ref group="note">Indicative of the mutual nature of the almsgiving exchange, in some Theravada countries, if a monk were to refuse alms from someone—a gesture known as "turning over the rice bowl"—this would be interpreted as an act of excommunication of the almsgiver by the monk. An example of such a refusal the refusal of Buddhist monks to accept offerings by military personnel in military-occupied [[Myanmar]] (Mydans, 20 September 2007, NYT).</ref> The act of alms giving assists in connecting the human to the monk or nun and what he/she represents. As the Buddha has stated:
{{Quote|<poem>
Householders & the homeless or charity [monastics]
in mutual dependence
both reach the true Dhamma....
</poem>|[[Itivuttaka]] 4.7<ref>Thanissaro (2001).[http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/kn/iti/iti.4.100-112.than.html#iti-107 Accesstoinsight.org]</ref><ref group="note">Almsgiving is also commended by the Buddha in a less prominent way in various other canonical texts such as the [[Dighajanu Sutta]].</ref>}}
 
[[Berkas:Collecting the Offering in a Scottish Kirk by John Phillip YORAG 384.jpg|jmpl|''Pengumpulan persembahan di sebuah Kirk Skotlandia'' karya [[John Phillip]]]]
In [[Theravada]] Buddhism, nuns ([[Pāli]]: ''[[bhikkhuni]]s'') and monks ([[Pāli]]: ''[[bhikkhu]]s'') go on a daily almsround (''pindacara'') to collect food (''piṇḍapāta''). This is often perceived as giving the laypeople the opportunity to make merit (Pāli: [[Merit (Buddhism)|puñña]]). Money cannot be accepted by a Theravadan Buddhist monk or nun in lieu of or in addition to food, as the [[Patimokkha]] training rules make it an offence worth forfeiture and confession.<ref>[http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/vin/sv/bhikkhu-pati.html#np-part2 Thanissaro (2007)]</ref>
Di [[Gereja Ortodoks Timur|Gereja-Gereja Ortodoks Timur]] dan [[Ritus Timur|Gereja-Gereja Katolik Timur]], pengumpulan derma dan sumbangan persepuluhan tidak disatukan dengan upacara persembahan dalam ibadat. Meskipun demikian, meletakkan piring persembahan di [[narteks]] gereja atau mengedarkannya selama ibadat berlangsung tidak jarang pula dilakukan. Dalam [[teologi Ortodoks]], bederma merupakan bagian penting dari hidup rohani, dan [[puasa|berpuasa]] selayaknya selalu dilakukan bersama-sama dengan berdoa dan bederma.<ref>{{Cite book
 
In countries that follow [[Mahayana]] Buddhism, the practice of a daily alms round has mostly died out. In China, Korea and Japan, local cultures resisted the idea of giving food to 'begging' clerics, and there was no tradition of gaining 'merit' by donating to practitioners. After periods of persecution, monasteries were situated in remote mountain areas in which the distance between the monastery and the nearest towns would make a daily alms round impossible. In Japan, the practice of a weekly or monthly [[takuhatsu]] replaced the daily round. In the Himalayan countries, the large number of bikshus would have made an almsround a heavy burden on families. Competition with other religions for support also made daily almsrounds difficult and even dangerous; the first Buddhist monks in the [[Silla]] dynasty of Korea were said to be beaten due to their minority at the time.{{citation needed|date=June 2012}}
 
In Buddhism, both "almsgiving" and, more generally, "giving" are called "[[Dana (Buddhism)|dāna]]" (Pāli).<ref>Nyanatiloka (1980), entry for "dāna". [http://www.budsas.org/ebud/bud-dict/dic3_d.htm Budsas.org]</ref> Such giving is one of the three elements of the path of practice as formulated by the [[Gautama Buddha|Buddha]] for laypeople. This path of practice for laypeople is: [[Dana (Buddhism)|dāna]], [[Śīla|sīla]], [[Samādhi (Buddhism)|bhāvanā]].<ref>Nyanatiloka (1980), entry for "dāna" [http://www.budsas.org/ebud/bud-dict/dic3_d.htm Budsas.org]; and, PTS (1921–25), entry for "Puñña" (merit)[http://dsal.uchicago.edu/cgi-bin/philologic/getobject.pl?c.2:1:3017.pali Uchicago.edu].</ref>
 
The paradox in Buddhism is that the more a person gives – and the more one gives without seeking something in return – the wealthier (in the broadest sense of the word) one will become.{{citation needed|date=April 2013}} By giving one destroys those acquisitive impulses that ultimately lead to further suffering. Generosity is also expressed towards other sentient beings as both a cause for merit and to aid the receiver of the gift. In [[Mahayana]] Tradition it is accepted that although the [[Three Jewels|three jewels of refuge]] are the basis of the greatest merit, by seeing other sentient beings as having Buddhanature and making offerings towards the aspirational Buddha to be within them is of equal benefit. Generosity towards other sentient beings is greatly emphasised in Mahayana as one of the perfections ([[paramita]]) as shown in [[Je Tsongkhapa|Lama Tsong Khapa's]] 'The Abbreviated Points of the Graded Path' (Tibetan: ''lam-rim bsdus-don''):
 
{{Quote|<poem>
Total willingness to give is the wish-granting gem for fulfilling the hopes of wandering beings.
It is the sharpest weapon to sever the knot of stinginess.
It leads to [[bodhisattva]] conduct that enhances self-confidence and courage,
And is the basis for universal proclamation of your fame and repute.
Realizing this, the wise rely, in a healthy manner, on the outstanding path
Of (being ever-willing) to offer completely their bodies, possessions, and positive potentials.
The ever-vigilant lama has practiced like that.
If you too would seek liberation,
Please cultivate yourself in the same way.<ref>Tsongkhapa & Berzin (2001), verse 15.</ref>
</poem>}}
 
In [[Buddhism]], giving of alms is the beginning of one's journey to [[Nirvana (concept)|Nirvana]] (Pali: ''nibbana''). In practice, one can give anything with or without thought for [[Nibbana]]. This would lead to [[saddha|faith]] (Pali: ''saddha''), one [[Five Powers|key power]] (Pali: ''bala'') that one should generate within oneself for the [[Gautama Buddha|Buddha]], [[Dhamma]] and [[Sangha (Buddhism)|Sangha]].
 
The motives behind giving play an important role in developing spiritual qualities. The suttas record various motives for exercising generosity. For example, the Anguttara Nikaya (A.iv,236) enumerates the following eight motives:<ref>[http://www.accesstoinsight.org/lib/authors/various/wheel367.html Accesstoinsight.org]</ref>
 
# Asajja danam deti: one gives with annoyance, or as a way of offending the recipient, or with the idea of insulting him.
# Bhaya danam deti: fear also can motivate a person to make an offering.
# Adasi me ti danam deti: one gives in return for a favor done to oneself in the past.
# Dassati me ti danam deti: one also may give with the hope of getting a similar favor for oneself in the future.
# Sadhu danan ti danam deti: one gives because giving is considered good.
# Aham pacami, ime ne pacanti, na arahami pacanto apacantanam adatun ti danam deti: "I cook, they do not cook. It is not proper for me who cooks not to give to those who do not cook." Some give urged by such altruistic motives.
# Imam me danam dadato kalyano kittisaddo abbhuggacchati ti danam deti: some give alms to gain a good reputation.
# Cittalankara-cittaparikkarattham danam deti: still others give alms to adorn and beautify the mind.
 
According to the [[Pali canon]]:
{{Quote|Of all gifts [alms], the gift of [[Dhamma]] is the highest.|[[Dhammapada|Dhp.]] XXIV v. 354){{refn|In Pali, this line is: "''Sabba danam, Dhamma danam jinati''." This line can be found in the ''[[Dhammapada]]'', Chapter 24, verse 354. Thanissaro (1997)<ref>[http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/kn/dhp/dhp.24.than.html#dhp-354 Accesstoinsight.org]</ref> translates this entire verse as:
{{Quote|<poem>
A gift of Dhamma conquers all gifts;
the taste of Dhamma, all tastes;
a delight in Dhamma, all delights;
the ending of craving, all suffering
& stress.
</poem>}}|group=note}}}}
 
==Christianity==
[[Berkas:Alms Bag taken from some Tapestry in Orleans Fifteenth Century.png|thumb|Alms bag taken from a [[tapestry]] in [[Orléans]], fifteenth century]]
The giving of alms is an act of [[Charity (practice)|charity]] toward those less fortunate. In the [[Apostolic age]], Christians were taught that giving alms was an expression of love which was first expressed by God to them in that Jesus sacrificed himself as an act of love for the salvation of believers.<ref name="james">The Book of James, chapter 1:27 (NIV) "Religion that God our Father accepts as pure and faultless is this: to look after orphans and widows in their distress and to keep oneself from being polluted by the world."</ref> The [[offertory]] is the traditional moment in [[Mass_(Catholic_Church)|Roman Catholic Mass]], [[Anglican eucharistic theology|Anglican Eucharist]], and [[Divine Service (Lutheran)|Lutheran Divine Services]] when alms are collected. Some Protestant groups, such as [[Baptist]]s or Methodists, also engage in alms, although it is more commonly referred to as "[[tithe]]s and offerings" by the church. Some fellowships practice regular giving for special purposes called [[Love Offerings]] for the poor, destitute or victims of catastrophic loss such as home fires or medical expenses. Traditionally, Deacons and Deaconesses are responsible for distributing these gifts among widows, orphans, and others in need. Many Christians support a plethora of charitable organizations not all of which claim a Christian religious affiliation. Many American Educational and Medical Institutions were founded by Christian fellowships giving alms.
 
[[Berkas:Collecting the Offering in a Scottish Kirk by John Phillip YORAG 384.jpg|thumb|''Collecting the Offering in a Scottish Kirk'' by [[John Phillip]]]]
In the [[Eastern Orthodox Church]] and the [[Eastern Catholic Churches]], the collection of alms and tithes has not been formally united to the offertory in any liturgical action. However, either having a collection plate in the [[narthex]] or passing it unobtrusively during the service is not uncommon. In [[Orthodox theology]], almsgiving is an important part of the spiritual life, and [[fasting]] should always be accompanied by increased prayer and almsgiving.<ref>{{Cite book
| last =Kallistos (Ware)
| first =Bishop
Baris 135:
| accessdate =
| postscript =
}}</ref> Bederma atas nama orang yang sudah wafat juga sering kali dilakukan bersama-sama dengan pelaksanaan [[doa bagi orang-orang yang telah wafat]]. Orang-orang yang tidak mampu bederma dengan uang boleh bederma dengan cara lain, misalnya dengan [[doa syafaat|berdoa syafaat]] dan [[karya belas kasih|tindakan-tindakan welas asih]].
}}</ref> Almsgiving in the name of the deceased also frequently accompanies [[prayer for the dead]]. Those whose financial circumstances do not permit the giving of monetary alms may give alms in other ways, such as [[intercessory prayer]] and [[Works of Mercy|acts of mercy]].
 
Sebagian besar denominasi Kristen melakukan pengumpulan "persepuluhan dan persembahan" untuk mendanai misi, belanja, pelayanan, dan penyantunan fakir miskin yang dilakukan oleh denominasi yang bersangkutan sebagai salah satu tindakan [[kedermawanan]] Kristiani yang penting dan dipersatukan dengan doa seluruh jemaat.
 
Di beberapa Gereja, "piring persembahan" atau "keranjang persembahan" diletakkan di atas [[altar]] untuk menunjukkan bahwa persembahan itu ditujukan kepada Allah, dan merupakan tanda ikatan kasih Kristiani.<ref group="note">{{Alkitab|Matius 5:23–24}}</ref> Selain itu, tindakan-tindakan kedermawanan yang dilakukan secara pribadi, yang hanya dianggap mulia jika tidak dilakukan demi mendapatkan pujian orang, dipandang sebagai salah satu kewajiban seorang pemeluk agama Kristen.
In the majority of Christian forms of worship and denominations, a collection of "tithes and offerings" is given for the support of the church's mission, budget, ministry, and for its relief of the poor, as an important act of Christian [[Charity (virtue)|charity]], united to communal prayer.
In some churches the "offering plate" or "offering basket" is placed upon the [[altar]], as a sign that the offering is made to God, and a sign of the bond of Christian love.<ref group="note">Cf. {{bibleverse||Matthew|5:23–24|KJV}}</ref> In addition, private acts of charity, considered virtuous only if not done for others to admire, are seen as a Christian duty.
 
{{Quote|Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga.|{{Alkitab|Matius 6:1}}}}
{{Quote|Be careful not to do your 'acts of righteousness' in front of others, to be seen by them. If you do, you will have no reward from your Father in heaven.|{{bibleverse||Matthew|6:1}}}}
 
TheSisi outwardlahiriah anddan anbatiniah inwarddari givingtindakan of almsbederma:<br />
Yesus mengutamakan motif-motif di balik tindakan bederma, yang seharusnya adalah kasih.
Here Jesus places the primary focus on the motives behind such acts, which should be love.
{{Quote|RatherAkan tetapi, giveberikanlah asisinya almssebagai whatsedekah isdan inside,sesungguhnya andsemuanya thenakan everythingmenjadi willbersih be clean for you!bagimu.|{{bibleverse||LukeAlkitab|Lukas 11:41}}}}
 
[[Berkas:Gospel of Luke Chapter 21-4 (Bible Illustrations by Sweet Media).jpg|thumbjmpl|JesusYesus commendsmemuji thisperempuan pooryang butmiskin generousnamun womandermawan ini.]]
GivingDerma oforang thekaya richdibanding versusderma theorang poormiskin:<br />
Yesus membandingkan derma dari orang kaya dengan derma dari orang miskin
Here Jesus contrasts the giving of the rich and the poor
{{Quote|Ketika Yesus mengangkat muka-Nya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan. Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu. Lalu Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak daripada semua orang itu. Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya."|{{Alkitab|Lukas 21:1–4}}}}
{{Quote|He looked up and saw the rich putting their gifts into the treasury. And He saw a poor widow putting in two small copper coins. And He said, 'Truly I say to you, this poor widow put in more than all of them; for they all out of their surplus put into the offering; but she out of her poverty put in all that she had to live on.'|{{bibleverse||Luke|21:1–4}}}}
 
GivingBedermalah outkarena ofcinta Lovekasih, andbukan notkarena out of dutydiwajibkan:<br />
{{quote|HeMaka willIa reply,akan 'Imenjawab tellmereka: youAku theberkata truthkepadamu, whateversesungguhnya segala sesuatu yang youtidak didkamu notlakukan dountuk forsalah oneseorang ofdari theyang leastpaling ofhina theseini, youkamu didtidak notmelakukannya dojuga foruntuk meAku.'|{{Alkitab|MatMatius 25:45}}}}-->
 
== Agama Hindu ==
{{utama|Dāna}}
[[Berkas:RaviMandodari Varma-Ladybased Givingon AlmsRaja atRavi Varma's thepainting Temple(cropped).jpg|rightka|thumbjmpl|Wanita Bederma di Kuil, karya [[Raja Ravi Varma]], (1848–1906)]]
 
Dāna ([[bahasa Sanskerta]]: दान) adalah gagasan kuno mengenai tindakan bederma dari [[Weda|Zaman Weda]] dalam agama Hindu.<ref name=shahsoulful>Shah dkk. (2013), Soulful Corporations: A Values-Based Perspective on Corporate Social Responsibility, Springer, {{ISBN|978-8132212744}}, halaman 125, Kutipan: "Gagasan Daana (kedermawanan) berasal dari Zaman Weda. [[RigwedaRegweda]] mengajarkan kedermawanan sebagai tugas dan tanggung jawab setiap warga negara."</ref> Kata yang digunakan dengan makna "derma" dalam kesusastraan Weda adalah ''Bhiksyabhiksya'' (भिक्षा).<ref>[http://spokensanskrit.de/index.php?tinput=dakSiNA&direction=SE&script=HK&link=yes&beginning=0 bhikSA] Kamus Sanskerta Inggris, Universitas Koeln, Jerman</ref><ref>Alberto Garcia Gomez dkk. (2014), Religious Perspectives on Human Vulnerability in Bioethics, Springer, {{ISBN|978-9401787352}}, halaman 170-171</ref> Pembahasan tertua mengenai ''dāna'' dalam [[Weda]] termaktub dalam [[RigwedaRegweda]], dan berisi penjabaran alasan-alasan untuk berbuat baik dengan cara bederma.<ref name=rhdana>R Hindery, Comparative ethics in Hindu and Buddhist traditions, The Journal of the International Association of Buddhist Studies, Jilid 2, Nomor 1, Halaman 105</ref><!--
 
{{Quote|
<poem>
Para Dewa tidaktak menakdirkanmenggariskan kelaparan menjadi sebab ajal kita: bahkan orang-orang yang makan dengankenyang baik sekalipunpun menemui ajalnyaajal dengan berbagai macam cara,
KekayaanHarta orang-orang yang merelakannyarela tidakmelepaskannya bakaltidaklah tersia-siakanterbuang percuma, tetapi orang yang tidak mau memberi tidaktak akan menemukan apa-apa yang dapatketentraman menenangkannyahati,
Orang yang menyimpan makanan di lumbung, yang bilamana orang miskin dalam kesukaran datang meminta makanan, tega membiarkan orang miskin itu kelaparan, bila tua kelak, tidak akantak ada orang yang menenangkannyamenentramkan hatinya.
 
Berlimpahlah rezeki orang yang memberi makan kepada peminta-minta yangmakanan, datangdan memintamenyantuni makananwhoorang comes to him in want of food, and theyang feeblelemah,
Kejayaan menyertainya dalam gemuruh sorak pertempuran. Ia mendapatkan sahabat di kala susah kelak,
Success attends him in the shout of battle. He makes a friend of him in future troubles,
Tanpa sahabatlah orang yang tak memberi apa-apa bilamana sahabat dan handai tolan datang meminta makanan.
No friend is he who to his friend and comrade who comes imploring food, will offer nothing.
 
Hendaklah orang kaya mencukupi orang miskin yang datang meminta-minta, dan mengarahkan pandangannya ke jalan yang lebih jauh ke depan,
Let the rich satisfy the poor implorer, and bend his eye upon a longer pathway,
Kekayaan sekarang jatuh ke tangan seseorang, lalu ke tangan orang lain, terus-menerus berputar laksana roda-roda kereta,
Riches come now to one, now to another, and like the wheels of cars are ever rolling,
Bodohlah orang yang mendapatkan makanan dengan kerja yang tak berfaedah: sesungguhnya kukatakan, makanan itu adalah biang kehancurannya,
The foolish man wins food with fruitless labour: that food – I speak the truth – shall be his ruin,
Ia tidak memberi makan sahabat tepercaya, tak ada orang yang mengasihinya. Bersalah sungguh orang yang makan tanpa ditemani orang lain.
He feeds no trusty friend, no man to love him. All guilt is he who eats with no partaker.
</poem>
|[[RigvedaRegweda]], X.117|<ref name=rthg>[[s:The Rig Veda/Mandala 10/Hymn 117|The Rig VedaRegweda]], Mandala 10, HymnSeloka 117, [[Ralph T. H. Griffith]] (Translatorpenerjemah)</ref>}}
 
Kitab-kitab [[Upanisad]] terdahulu, yakni yang disusun sebelum 500 SM, juga membahas tentang kebajikankemuliaan bederma. [[BrihadaranyakaSebagai Upanishad]]contoh, in verseseloka 5.2.3 fordalam example,[[Brihadaranyakopanisad]] statesmengajarkan thatbahwa threetiga characteristicsciri ofdari aorang good,yang developedbaik persondan aremaju self-restraintadalah pengendalian diri (damah), compassionwelas orasih loveterhadap forsegala allmakhluk sentient lifehidup (daya), anddan charitybederma (dāna).<ref name=kane>PV Kane, [https://archive.org/stream/historyofdharmas029210mbp#page/n61/mode/2up Samanya Dharma], History of Dharmasastra, VolJld. 2, PartBagian 1, pagehlm. 5</ref><ref>[http://sanskritdocuments.org/all_sa/brinew-proofed_sa.html Brihadaranyaka Upanishad]</ref><ref>[https://archive.org/stream/Brihadaranyaka.Upanishad.Shankara.Bhashya.by.Swami.Madhavananda#page/n843/mode/2up Brihadaranyaka Upanishad], TranslatorPenerjemah: S Madhavananda, pagehlm. 816, Foruntuk discussionpembahasannya: pageshlmn. 814-821</ref> Demikian pula parwa III dari [[Chandogya UpanishadCandogyopanisad]], Bookmengajarkan III,bahwa similarly,kehidupan statesyang thatberbudi apekerti virtuous life requires:memerlukan [[Tapas (Sanskrit)|tapastapa]] (meditationsemadi, asceticismbertarak), [[dāna]] (charitybederma), [[arjavaarjawa]] (straightforwardnesstulus, non-hypocrisytidak munafik), [[ahimsa]] (non-violencetidak melakukan kekerasan, non-injury totidak allmelukai sentinentmakhluk beingslain) anddan [[satya]]vacanawacana (truthfulnessjujur).<ref>अथ यत्तपो दानमार्जवमहिँसा सत्यवचनमिति ता अस्य दक्षिणाः SourceSumber: [https://sa.wikisource.org/wiki/छान्दोग्योपनिषद्_१ Chandogya Upanishad (Sanskritbahasa Sanskerta)] Verseseloka 3.17.4, Wikisource<br>TranslationTerjemahan: NowJadi [[Tapas (Sanskrit)|TapasTapa]] (austeritybertarak, meditationsemadi), [[Dāna]] (charityberamal baik, alms-givingbederma), [[Ārjava|ArjavaArjawa]] (sincerityterus terang, uprightnesstulus, andtidak non-hypocrisymunafik), [[Ahimsa]] (non-violencetidak melakukan kekerasan, don'ttidak harmmembahayakan otherssesama), anddan [[Satya|Satya-vacanamwacanam]] (truthfulnessjujur), thesesemuanya are theadalah [[DakshinaDaksina]] (giftshadiah, paymentpembayaran kepada topihak otherslain) heyang givesdipersembahkannya [inselama lifehidup]. – Chandogya Upanishad 3.17.4</ref><ref>Robert Hume, [https://archive.org/stream/thirteenprincipa028442mbp#page/n233/mode/2up Chandogya Upanishad] 3.17, The Thirteen Principal Upanishads, Oxford University Press, pageshlmn. 212-213</ref><ref>[https://archive.org/stream/Shankara.Bhashya-Chandogya.Upanishad-Ganganath.Jha.1942.English#page/n179/mode/2up Chandogya Upanishad with Shankara Bhashya] Ganganath Jha (Translatorpenerjemah), pageshlmn. 165-166</ref>
 
[[Bhagavad GitaBhagawadgita|agawadgita]] describesmenggambarkan thebentuk-bentuk rightyang andbenar wrongdan formssalah ofdari ''dāna'' indalam versesseloka 17.20 throughsampai seloka 17.22.<ref>Christopher Key Chapple, The Bhagavad Gita: Twenty-fifth–Anniversary Edition, State University of New York Press, {{ISBN|978-1438428420}}, pageshlmn. 653-655</ref> TheDalam adyaya (bab) 91 dari ''[[Adi ParvaAdiparwa]]'' of(kitab thepertama), salah satu parwa dalam wiracarita Hindu Epic, ''[[MahabharataMahabarata]]'', indiajarkan Chapterbahwa 91,manusia stateshendaknya thatpertama-tama amengumpulkan personkekayaan mustdengan firstcara acquireyang wealth by honest meansjujur, then embarkbarulah onia charitybederma; bebersikap hospitableramah-tamah toterhadap thoseorang-orang whoyang comedatang to himpadanya; nevertidak inflictmenyakiti painmakhluk onhidup anylain; livingdan being;memberi andsebagian sharedari aapa portionsaja withyang othersia whatevermakan hekepada consumesorang lain.<ref>MN Dutt (Translatorpenerjemah), [https://archive.org/stream/aproseenglishtr00duttgoog#page/n143/mode/2up Adi ParvaAdiparwa], ChapterAdyaya XCI, versesseloka 3-4, pagehlm. 132</ref> In theDalam ''[[Vana ParvaWanaparwa]]'' (kitab rimba), Chapteradyaya 194, theMahabarata Mahabharatamenganjurkan recommendsagar thatorang one mustharus, "conquermengalahkan thekekejaman meandengan by charitykedermawanan, the untruthfulketidaktulusan bydengan truthketulusan, theorang-orang wickedjahat bydengan forgivenesspengampunan, anddan dishonestyketidakjujuran bydengan honestykejujuran".<ref>MN Dutt (Translatorpenerjemah), [https://archive.org/stream/aproseenglishtr00duttgoog#page/n737/mode/2up Vana ParvaWanaparwa], Chapteradyaya CXCIV, verseseloka 6, pagehlm. 291</ref> The ''[[Bhagavata PuranaBagawatapurana]]'' discussesmembahas whententang bilamana dāna isitu properpatut anddan whenbilamana ittidak ispatut improperdilakukan. InDalam Bookparwa 8, Chapteradyaya 19, verseseloka 36, itdiajarkan statesbahwa thatkedermawanan charitytidak ispatut inappropriatedilakukan ifbilamana itmembahayakan endangersdan andmelumpuhkan cripplespenghidupan modestseisi livelihoodrumah ofsi one'spenderma biologicalatau dependentspenghidupan orsi ofpenderma one’s ownsendiri. Charity[[Purana]] frommenganjurkan surplustindakan incomemendermakan abovepenghasilan thatyang requiredmasih fortersisa modestsesudah livingdikurangi isjumlah recommendedyang insecukupnya theuntuk [[Puranas]]dipakai hidup secara sederhana.<ref>Sanjay Agarwal (2010), Daan and Other Giving Traditions in India,{{asin|B00E0R033S}}, pagehlm. 43</ref>
 
Dāna hastelah beendidefinisikan defineddalam inkarya-karya traditionaltulis textstradisional assebagai anysegala actionmacam oftindakan relinquishingpelepasan thekepemilikan ownershipatas ofbarang whatyang onedianggap consideredseseorang orsebagai identified as one's ownmiliknya, anddan investingmenyerahkannya thekepada sameseorang inpenerima atanpa recipientmengharapkan withoutapa-apa expecting anything insebagai returnbalasannya.<ref name=kandm3>Krishnan & Manoj (2008), Giving as a theme in the Indian psychology of values, in Handbook of Indian Psychology (Editors: Rao et al.), Cambridge University Press, {{ISBN|978-8175966024}}, pageshlmn. 361-382</ref> WhileJika dāna islazimnya typicallyditujukan givenkepada tosatu oneorang personatau orsatu familykeluarga, Hinduismmaka alsodalam discussesagama charityHindu orada givingpula aimedpembahasan atmengenai publictindakan benefit,kedermawanan sometimesatau calledbederma demi kepentingan umum yang kadang-kadang disebut ''utsarga''. ThisTindakan aimskedermawanan atini largerditujukan projectsbagi suchproyek-proyek asyang buildinglebih abesar misalnya restproyek house,pembangunan schoolpetirahan, drinkingpembangunan watersekolah, orpenggalian irrigationsumber well,air plantingminum treesatau irigasi, andpenanaman buildingpohon, caredan facilitypembangunan amongfasilitas othersperawatan.<ref>Sanjay Agarwal (2010), Daan and Other Giving Traditions in India,{{asin|B00E0R033S}}, pagehlmn. 54-62</ref>
 
[[Al-Biruni|Abū RayḥānRaiḥān alAl-Bīrūnī]], thesejarawan 11thPersia centurypada Persianabad historian,ke-11 whoyang visitedpernah andtinggal livedselama in16 Indiatahun fordi 16India yearssejak from aboutsekitar 1017 CEM, mentionsmencatat thetentang practicepraktik ofbederma charitydan andkedermawanan almsgivingdi amongkalangan Hindusumat asHindu heyang ia saksikan selama observedberada duringdi hisnegeri stayitu. HeAl-Biruni wrote,menulis bahwa "Itsudah ismerupakan obligatorykewajiban withbagi themmereka (Hindusumat Hindu) every day to giveuntuk almssetiap ashari muchbederma assebanyak possiblemungkin."<ref name=birunihind>Alberuni's India (vJld. 2), [http://www.columbia.edu/cu/lweb/digital/collections/cul/texts/ldpd_5949073_002/pages/ldpd_5949073_002_00000157.html?toggle=image&menu=maximize&top=&left= ChapterBab LXVII, On Alms and how a man must spend what he earns], Columbia University Libraries, London : Kegan Paul, Trübner & Co., (1910), pageshlmn. 149-150</ref>
 
{{quote|AfterSelain theuntuk taxesmembayar pajak, thereada areberbagai differentpendapat opinionslain onmengenai howbagaimana tocara spendorang theirmemanfaatkan incomepenghasilannya. SomeSebagian destineorang one-ninthmenyisihkan sepersembilan ofdari itpenghasilannya foruntuk almsdidermakan.<ref>Al Biruni statesmeriwayatkan thatbahwa anothersepesembilan one-ninthlagi isditabung, putdan intosepersembilan savings/reserve,lainnya one-ninthdiinvestasikan in(diusahakan) investment/tradeuntuk formendapatkan profitslaba</ref> OthersSebagian yang dividelain thismembagi incomepenghasilannya (aftersesudah taxesdikurangi pajak) intomenjadi fourempat portionsbagian. OneSeperempat fourthbagian isyang destinedpertama fordisisihkan commonuntuk expensesmembiayai kebutuhan hidup sehari-hari, theseperempat secondbagian foryang liberalkedua worksdisisihkan ofuntuk akarya-karya noblebebas minddari pujangga berakal mulia, theseperempat bagian yang ketiga thirddisisihkan foruntuk almsdidermakan, anddan theseperempat fourthbagian foryang beingkeempat keptdisisihkan inuntuk reserveditabung.| Abū Rayḥān alAl-Bīrūnī, Tarikh Al-Hind, 11thabad centuryke-11 ADM<ref name="birunihind"/>}}
 
Alms-givingTindakan isbederma helddihargai assebagai aperbuatan nobleyang deedmulia indalam Hinduismagama Hindu, todan bedianjurkan doneuntuk withoutdilakukan expectationtanpa ofmengharapkan anybalas returnbudi fromdari thosepihak whoyang receive the charitymenerimanya.<ref name=kandm3/> SomeSejumlah textskarya reasontulis, referringdengan tomengacu thepada naturehakikat ofkehidupan social lifebermasyarakat, thatmengemukakan charitybahwa iskedermawanan aadalah formsalah ofsatu goodbentuk karma thatbaik affectsyang one'sberpengaruh futurepada circumstanceskeadaan anddan environment,lingkungan andhidup thatseseorang gooddi charitablemasa deedsdepan leadskarena to good future life because of theberlakunya [[ReciprocityTimbal balik (socialpsikologi psychologysosial)|reciprocityasas principletimbal balik]].<ref name=kandm3/> OtherDalam karya-karya tulis Hindu textslainnya, such asmisalnya ''VyasaWyasa Samhita'', statediajarkan thatbahwa reciprocityasas maytimbal bebalik innatemungkin insaja humanmerupakan naturebawaan andlahir socialdan functionskelaziman butdalam masyarakat namun dāna isdengan asendirinya virtuemerupakan insuatu itselfkebajikan, askarena doingperbuatan goodbaik liftsmemuliakan thefitrah nature of one who givespelakunya.<ref>MN Dutt (1979), {{Google books|tws7AAAAMAAJ|The Dharma-shastras}}, VolumesJld. 3, Cosmo Publishers, pageshlmn. 20-29</ref> TheNaskah-naskah textsini dotidak notmenganjurkan recommendtindakan charitykedermawanan toterhadap unworthyorang-orang recipientsyang ortidak wherepatut charitymenerimanya mayatau harmjika orderma encouragedapat injurymembahayakan topenerimanya, ormerangsang byorang theuntuk recipient.melukai Dānapenerimanya, thusatau merangsang penerimanya untuk melukai orang lain. Jadi, isdāna aadalah suatu tindakan [[dharma|dharmicdarma]] act, requiresyang idealistic-normativememerlukan approachpendekatan idealistik-normatif, anddan hasyang spiritualmemiliki andkonteks philosophicalrohaniah contextdan filsafati.<ref name=kandm3/> SomeSejumlah medievalpujangga eraAbad authorsPertengahan statemengemukakan thatbahwa ''dāna'' issebaiknya bestdilakukan done withdengan ''shraddhasrada'' (faithrasa percaya), whichyang isdiartikan defineddengan asberniat being inbaik, goodriang willgembira, cheerful,menyambut welcomingsi thepenerima recipientderma, ofdan thebederma charity and giving withouttanpa ''anasuya'' (findingmencari-cari faultskesalahan in thesi recipientpenerima).<ref name=bilimoriadaana/> TheseMenurut scholarsKohler, ofpara Hinduism,cerdik statespandai Kohler,Hindu suggestini thatmenyiratkan charitybahwa iskedermawanan mostakan effectivesangat whenefektif itbilamana isdilakukan donedengan withsenang delighthati, asuatu sense"keramahtamahan oftanpa "unquestioning hospitalityragu-ragu", wheredi themana ''dāna'' ignoresmenafikan thekelemahan-kelemahan shortjangka termpendek weaknessesserta askeadaan wellsi aspenerima thedan circumstancesmenggunakan of the recipient and takes acara longpandang termjangka viewpanjang.<ref name=bilimoriadaana>P Bilimoria et al. (2007), Dana as a Moral Category, in Indian Ethics: Classical traditions and contemporary challenges, VolumeJld. 1, {{ISBN|978-0754633013}}, pageshlmn. 196-197 withdisertai catatan footnoteskaki</ref>
 
''SatramsSatram'', also called ''Dharamsalacatram'', oratau ''Chathramsdaramsala'' indi partsIndia ofmerupakan India,salah havesatu beensarana oneuntuk meansbederma ofdalam alms-givingagama in HinduismHindu. SatramsSatram areadalah shelterspondokan (restatau house)rumah forsinggah travelersbagi andpara themusafir poor,dan withfakir manymiskin. servingBanyak waterdi andantaranya freemenyediakan foodair dan makanan secara cuma-cuma. TheseSatram-satram wereini usuallylazimnya establisheddibangun alongdi thesepanjang roadsjalan connectingyang majormenghubungkan situs-situs [[Hindukuil templeHindu]] sitesutama in southdi Asia Selatan, asdan welljuga asdi nearbangun majordi dekat kuil-kuil templesbesar.<ref>KN Kumari (1998), History of the Hindu Religious Endowments in Andhra Pradesh, {{ISBN|978-8172110857}}, pagehlm. 128</ref><ref>Kota Neelima (2012), Tirupati, Random House, {{ISBN|978-8184001983}}, pageshlmn. 50-52; Prabhavati C. Reddy (2014), Hindu Pilgrimage: Shifting Patterns of Worldview of Srisailam in South India, Routledge, {{ISBN|978-0415659970}}, pagehlm. 190</ref><ref>[http://www.thehindu.com/todays-paper/tp-features/tp-sundaymagazine/sanctuaries-of-times-past/article487938.ece Sanctuaries of times past] The Hindu (June27 27,Juni 2010)</ref>
 
[[Kuil Hindu|Kuil-kuil templeHindu]]s havetelah serveddiberdayakan assebagai institutionslembaga-lembaga forkarya alms-givingamal.<ref>SK Aiyangar, Ancient India: Collected Essays on the Literary and Political History, Asian Educational Services, {{ISBN|978-8120618503}}, pageshlmn. 158-164</ref><ref name=burste/> The ''dānaDāna'' thepersembahan templesumat receivedHindu fromyang Hindusterkumpul weredi usedkuil-kuil todigunakan feeduntuk peoplememberi inmakanan distresskepada asorang-orang wellyang asmembutuhkan, fundserta publicuntuk projectsmendanai suchproyek-proyek aspekerjaan irrigationumum and landseperti pengerjaan irigasi dan lahan reclamationreklamasi.<ref name=burste>[[Burton Stein]], The Economic Function of a Medieval South Indian Temple, The Journal of Asian Studies, VolJld. 19 (FebruaryFebruari, 1960), pphlmn. 163-76</ref><ref>Burton Stein (February4 4,Februari 1961), The state, the temple and agriculture development, The Economic Weekly Annual, pphlmn. 179-187</ref> OtherBentuk-bentuk formslain ofdari alms-givingtindakan inbederma Hinduismdalam includesagama donatingHindu meansmeliputi ofpemberian economicsumbangan activityberupa andsarana-sarana foodkegiatan source.ekonomi Fordan examplepenyediaan sumber pangan, misalnya ''Go Dāna'' (donationsumbangan ofberupa aseekor cowlembu),<ref>Padma (1993), The Position of Women in Mediaeval Karnataka, Prasaranga, University of Mysore Press, pagehlm. 164</ref> Bhu''bu Dānadāna'' (भू दान), (donationsumbangan of landlahan), and ''Vidyawidya Dānadāna'' oratau ''[[Jnana|Jňananyana]] Dānadāna'' (विद्या दान, atau ज्ञान दान):, giftsumbangan ofilmu knowledgepengetahuan anddan skillsketerampilan), ''Aushadhāausadā Dānadāna'': Charity(sumbangan ofpengobatan carebagi fororang thesakit sickdan andpemberantasan diseasedwabah penyakit), ''Abhayabaya Dānadāna'': Giving(sumbangan freedomperlindungan fromdari fearrasa (asylum,takut protectionbagi toorang someoneyang facingsedang imminentterancam injurybahaya), anddan ''Annaana Dānadāna'' (अन्ना दान):, Givingsumbangan foodmakanan tokepada thefakir poormiskin, needyorang andyang allkelaparan, visitorsdan para musafir).<ref>Abbe Dubois and Henry Beauchamp (2007), Hindu Manners, Customs and Ceremonies, {{ISBN|978-1602063365}}, pageshlmn. 223, 483-495</ref> BetweenMenurut givingkarya-karya foodtulis andagama giving knowledgeHindu, Hindusumbangan textsilmu suggestpengetahuan thejauh giftlebih ofmulia knowledgedaripada issumbangan superiormakanan.<ref>Maria Heim (2004), Theories of the Gift in South Asia: Hindu, Buddhist, and Jain Reflections, Routledge, {{ISBN|978-0415970303}}, pageshlmn. xv-xxvi, 141-149 anddan Chapterbab 2</ref><ref>[http://www.chitrapurmath.net/sanskrit/subhashitas/Subhashita%206.%20The%20Gift%20of%20Knowledge..pdf The Gift of Knowledge] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150926034428/http://www.chitrapurmath.net/sanskrit/subhashitas/Subhashita%206.%20The%20Gift%20of%20Knowledge..pdf |date=2015-09-26 }} Chitrapur Matha, India</ref>
-->
 
== Lihat pula ==
* [[Bhiksa]]
* [[Freeganisme|Freegan]]
* [[Mendikan|Tarekat pengemisfakir Kristen]]
* [[Mesulah]]
* [[Qardul Hasan]]