Pangkalan TNI Angkatan Udara Muljono: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tarigan Tag: Penambahan gelar ( ? ) [ * ] VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(34 revisi perantara oleh 25 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox military unit
| unit_name = Pangkalan
| image = [[Berkas:
| caption = Lambang Lanud
| start_date =
| country = {{flagicon|Indonesia}} [[Indonesia]]
| allegiance =
| branch = [[Berkas:
| type = [[Pangkalan Udara Militer]]
| role =
| size =
| command_structure = [[Komando Operasi
| garrison =
| garrison_label =
Baris 29:
| disbanded =
| flying_hours =
| website = [http://
}}
'''Pangkalan
Dalam melaksanakan tugas pokoknya Lanud Surabaya mempunyai fungsi yaitu # Menyelenggarakan pembinaan dan pinyiapan satuan dan jajarannya
# Mengumpulkan dan merekam data guna penyempurnaan taktik atau
# Melaksanakan pembekalan dan pengadaan materiil bagi satuan jajarannya
# Menyelenggarakan pembinaan potensi dirgantara
# Menyelenggarakan pemeliharaan sarana dan prasarana serta fasilitas pendukung yang menjadi tanggung jawabnya
# Mengadakan koordinasi dengan badan-badan dan instansi terkait di dalam dan di luar Lanud
# Mengajukan saran dan pertimbangan kepada
saat ini Pangkalan Udara Surabaya berstatus type "A".
Baris 45 ⟶ 47:
== Sejarah ==
=== Periode Penjajahan ===
Awal keberadaan pangkalan Udara Surabaya adalah pada masa penjajahan Belanda, pada tahun 1926-1929. pada waktu itu Pemerintahan Hindia Belanda mendirikan Marine Viegkamp Morokrembangan (MVKM) yaitu markas Penerbangan Angkatan Laut Kerajaan Belanda di Morokrembangan, berlokasi di teluk Surabaya. Pada awal berdirinya MVKM tersebut dilengkapi dengan pesawat terbang serba guna jenis Pesawat Terbang Air dengan single engine, buatan pabrik Fokker yang dapat landing dan take off dari perairan teluk Surabaya. Tahun 1935-1937 Pemerintah Hindia Belanda membangun fasilitas bagi pesawat militer yaitu pembangunan landasan dan taxy way yang menghubungkan Morokrembangan dengan landasan Pangkalan Udara Perak Serta menambah Armada berupa pesawat jenis Typer Dornier-X Three engine dan catalina twin engine. Pada tahun 1938 Pemerintah Hindia Belanda membentuk Marine Luchtvaart Dienst (MLD) yaitu dinas penerbangan Angkatan Laut yang berbasis di Morokrembangan. Untuk mendukung peranan MDL tersebut melakukan mobilisasi beberapa penerbangan dan ground crew serta merekrut perwira penerbang cadangan baik dari etnis Belanda maupun pribumi.<ref>
Tetapi pada tahun 1942 dengan jatuhnya penguasa sekutu terhadap Jepang, maka Pangkalan Udara Surabaya yang berada di Morokrembangan termasuk landasan dan seluruh aset-asetnya di kuasai oleh Jepang dan di manfaatkan sebagai Markas Kaigun Kokhuso dengan tidak mengubah status maupun fungsi bangunan dan fasilitas yang ada. Kaigun Kokhuso juga memanfaatkan Morokrembangan sebagai depo logistik onderdil pesawat terbang dan persenjataannya. Disamping itu dibangun juga gudang-gudang di luar Morokrembangan dalam bentuk gua-gua di antaranya didaerah Suci Gresik dengan `13 buah gua, di Pogol Purwodadi Lawang yang di gunakan sebagai penimbunan 1.500 buah bom, peluru mitraliur, senapan LE dan 112 peti propeler serta 20 buah motor pesawat terbang dan motor boat.
=== Periode Kemerdekaan ===
Sebagai tindak lanjut Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, di Jakarta membentuk Komite Nasional Indonesia (KNI) dan di Surabaya dibentuk [[Badan Komite Nasional Indonesia]] (BKNI) yang diketuai oleh Bapak Doel Arnowo. Setiap jawatan dianjurkan membentuk KNI dan diinstruksikan agar setiap KNI mengambil alih kekuasaan masing-masing dari kekuasaan Jepang. Atas instruksi tersebut Morokrembangan membentuk KNI yang di ketuai oleh Bapak JP Asmanoe dan Bapak Soenarjo, mulai mengambil alih kekuasan Jepang. Pengambil alihan di Morokrembangan mengalami hambatan, karena tentara Jepang masih mempertahankan diri dengan memblokir jalan masuk Morokrembangan. Dengan melalui
Setelah Morokrembangan dikuasai Dewan Penerbangan Angkatan Laut Surabaya, maka seluruh Pemuda eks Yoseiko dan pegawai MLD serta Kaigun Kokhuso mulai kembali bekerja pada bidangnya masing-masing. Dewan pengurus kemudian membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR) Dengan tugas baru menginventarisir peralatan yang ditinggalkan oleh Jepang dengan hasil ; Pesawat terbang 20 buah, kendaraan yang tersebar di Morokrembangan, 275 buah mitraliur beserta amunisi serta ratusan senapan laras panjang jenis LE beserta amunisinya.
Baris 57 ⟶ 59:
Sebagai tindak lanjut penyerahan anggota mantan PAULRI yang berjumlah 200 orang kepada [[AURI]] pada tanggal [[1 Februari]] [[1950]] dengan dasar Keputusan [[KASAL]] dan [[KASAU]], maka diatur penempatan anggota yang disesuaikan bidangnya masing-masing, antara lain, anggota staf dipindahkan ke Surabaya, sementara anggota Pasukan dipindahkan ke [[Bandar Udara Halim Perdanakusuma|Lanud Cililitan]] [[Jakarta]] dan anggota teknik dipindahkan ke [[Bandar Udara Internasional Husein Sastranegara|Lanud Andir]] [[Bandung]] serta Surabaya. Pada akhir perang dunia ke II AURI di [[Surabaya]] membentuk markas Pangkalan Udara Surabaya yang bertempat di jalan Sindoe Negara, Ketabang, Surabaya, dan dalam perkembangan selanjutnya dipindahkan ke jalan Progo 12 Surabya dengan Komandan Pangkalan Udara Surabaya yang pertama adalah saudara Mantiri yang kemudian diserah terimakan kepada Kapten Udara Soeryono. Pangkalan Udara Surabaya beranggotakan 2 pleton termasuk eks PAULRI yang sudah diangkat sebagai militer berdasarkan surat Keputusan pada tanggal 1 Januari 1951. Kemudian setelah Morokrembangan diserahkan Belanda kepada ALRIS, Markas Pangkalan Udara Surabaya dipindahkan ke Morokrembangan yang berdampingan dengan Markas Angkatan Laut. Bersama dengan pemindahan tersebut ALRIS juga menyerahkan 14 buah pesawat terbang jenis Dakota lengkap dengan spere partnya, selain itu juga di serahkan sekitar 800 orang personel eks Marine Vieg Kamp serta materiil dan peralatan Penerbangan lainnya.
Tetapi pada akhir tahun 1953 komplek yang ditempati [[AURI]] diminta kembali oleh [[TNI AL|ALRI]], dan tanpa persiapan yang matang asrama Pasukan Pertahanan Pangkalan (PPP) dijadikan Markas Detasemen Udara Surabaya dan Peralatan teknik dipindahkan ke Skadron 5 [[Malang]]. Dalam perkembangannya Lanud Surabaya mengalami proses perubahan, di antaranya dipindahkannya Lanud dari Morokrembangan Tanjung Perak ke Kawasan Juanda, yaitu di desa Sedati Agung, [[Sidoarjo]], berdasarkan Surat Perintah Panglima Komando Daerah IV Nomor
==
{{col|2}}
#
# Letnan
# Letnan kolonel PLLU Wimboharjo (1965—1967)
# Mayor
# Letnan Kolonel Mat Maxum Surya
# Mayor Nav Soedarsono
# Letnan Kolonel Pnb Soegiantoro
# Mayor Pnb Rachmat Somadinata
# Letnan Kolonel
# Letnan Kolonel Pnb
# Letnan Kolonel Pnb
# Letnan Kolonel Pnb
# Letnan Kolonel Pnb
# Letnan Kolonel Pnb
# Letnan Kolonel Pnb
# Letnan Kolonel Pnb
# Letnan Kolonel Pnb [[Eddy Suyanto|Eddy Suyanto, S.T.]] (1997—1998)⭐⭐
# Kolonel
# Kolonel
# Kolonel
# Kolonel Pnb
# Kolonel Pnb
# Kolonel Pnb
# Kolonel Pnb [[
# Kolonel Pnb
# Kolonel Pnb
# Kolonel Pnb
# Kolonel Pnb
# Kolonel Pnb [[Fachrizet|Fachrizet, S.Sos.]] (2015—2016)⭐⭐
# Kolonel Pnb [[Rudy Iskandar]] (2016—2018)⭐
# Kolonel Pnb [[Budi Ramelan]] (2018—2019)
# Kolonel Pnb [[Muhammad Somin|M. Somin, S.Sos.]] (2019—2021)⭐
# Kolonel Pnb [[Moh. Apon|Moh. Apon, S.T., M.P.A.]] (2021—2022)
# Kolonel Pnb [[Sugeng Budiono|Sugeng Budiono, S.Sos., M.A.P.]] (2022—2023)
# Kolonel Pnb [[Ahmad Putra Utama Tarigan, M.Han.]] (2023—Sekarang){{End-col}}
== Referensi ==
Baris 96 ⟶ 105:
[[Kategori:Bandar udara di Jawa Timur|Surabaya]]
[[Kategori:
[[Kategori:
|