Gua Selarong: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Indra Janu (bicara | kontrib)
Penambahan Lokasi
k ~
 
(30 revisi perantara oleh 13 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{More citations needed}}{{Infobox cave|name=Gua Selarong|other_name=|photo=|photo_width=|photo_alt=|photo_caption=|map=|map_width=|map_alt=|map_caption=|mapframe=<!-- set to "yes" to show an interactive map -->|location=[[Guwosari, Pajangan, Bantul]], [[Daerah Istimewa Yogyakarta]], Indonesia|land_registry_number=|grid_ref_UK=|grid_ref_Ireland=|grid_ref=|coords=|coords_ref=|depth=|length={{convert|2,9|m|ft|abbr=on}}|height_variation={{convert|1,12|m|ft|abbr=on}}|elevation=|discovery=|geology=|entrance_count=|entrance_list=|difficulty=Mudah|hazards=|access=|show_cave=|show_cave_length=|lighting=|visitors=|features={{hlist|Gua|air terjun}}|survey=|survey_format=}}
== Lokasi Goa Selarong ==
Goa Selarong berada di Kabupaten Bantul, tepatnya di Dusun Kembangputihan, Pajangan, Bantul, Jogja. Untuk menuju Goa Selarong wisata Jogja ini teman- teman bisa menggunakan kendaraan pribadi/ carteran karena tidak ada angkutan umum yang melintasi obyek wisata sejarah ini. Namun demikian, jangan khawatir, karena jalan menuju ke tempat wisata di Jogya ini berupa jalan aspal yang mulus.
 
'''Gua Selarong''' ({{lang-jv|ꦒꦸꦮꦱꦼꦭꦫꦺꦴꦁ|Guwa Selarong}}) atau bisa disebut '''Gua Diponegoro''', adalah gua [[sejarah|bersejarah]] sekaligus [[tempat wisata]] [[alam]] dan [[religi]] yang terletak di [[Pajangan, Bantul|Pajangan]], [[Kabupaten Bantul|Bantul]], [[Daerah Istimewa Yogyakarta]], Indonesia.
Untuk mengunjungi gua yang juga dikenal dengan nama Goa Diponegoro ini, teman- teman dapat melalui beberapa rute. Namun yang lebih mudah adalah melalui rute Masjid Agung Bantul ke arah barat, kemudian menuju ke jalan Selarong.
 
Gua Selarong memiliki panjang 2,9 m, tinggi 1,12 m, serta lebar 92&nbsp;cm. Terdapat dua gua pada Gua Selarong, yakni Gua Kakung untuk Pangeran [[Diponegoro]], dan Gua Putri untuk selirnya Raden Ayu Ratnaningsih.<ref>{{Cite web|last=Yogyakarta|first=Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi D. I.|date=2018-02-08|title=Gua Selarong|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbyogyakarta/gua-selarong/|website=Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta|language=en-US|access-date=2022-11-01|archive-date=2022-11-01|archive-url=https://web.archive.org/web/20221101103909/https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbyogyakarta/gua-selarong/|dead-url=no}}</ref>
 
== Perjuangan Pangeran Diponegoro di Selarong ==
Pada tanggal 21 Juli 1825, pasukan Belanda pimpinan asisten [[Residen Chevallier]] mengepung rumah [[Pangeran Diponegoro]] di [[Tegalrejo]] untuk menangkap [[Pangeran Diponegoro]]. Akan tetapi [[Pangeran Diponegoro]] berhasil meloloskan diri dan menuju ke Selarong. Di tempat tersebut secara diam-diam telah dipersiapkan untuk dijadikan markas besar. Selarong sendiri merupakan desa ''strategis'' yang terletak di kaki [[bukit|bukit kapur]], berjarak sekitar enam pal (sekitar 9 &nbsp;km) dari kota[[Kota Yogyakarta]]. Setelah Peristiwa di [[Tegalrejo]] sampai ke [[Kraton Yogyakarta|Kraton]], banyak kaum [[bangsawan]] yang meninggalkan [[istana]] dan bergabung dengan [[Pangeran Diponegoro]]. Mereka adalah anak cucu dari [[Sultan Hamengkubuwono I]], [[Hamengkubuwono II]], dan [[Hamengkubuwono III]] yang berjumlah tidak kurang dari 77 orang dan ditambah pengikutnya.
 
Dengan demikian pada akhir Juli 1825 di Selarong telah berkumpul bangsawan-bangsawan yang nantinya menjadi panglima dalam pasukan [[Pangeran Diponegoro]]. Mereka adalah [[Pangeran Mangkubumi]], [[Adinegoro|Pangeran Adinegoro]], [[Pangeran Panular]], [[Adiwinoto Suryodipuro]], [[Blitar]], [[Kyai MojoModjo]], [[Ronggo|Pangeran Ronggo]], [[Ngabei Mangunharjo]], dan [[Pangeran Surenglogo]].
[[Pangeran Diponegoro]] juga memerintahkan [[Joyomenggolo]], [[Bahuyudo]], dan [[Honggowikromo]] untuk memobilisasi penduduk desa sekitar Selarong dan bersiap melakukan perang. Di tempat ini juga disusun strategi dan langkah-langkah untuk memastikan sasaran yang akan diserang. Pada tanggal 31 Juli 1825 [[Pangeran Diponegoro]] dan [[Pangeran Mangkubumi]] menulis surat kepada masyarakat Kedu agar bersiap melakukan [[perang]]. Dalam surat itu dia mengatakan bahwa sudah saatnya Kedu kembali ke wilayah [[Kasultanan Yogyakarta]] setelah dirampas oleh [[Belanda]].
 
Di Selarong dibentuk beberapa [[batalyon]] yang dipimpin oleh [[Ing Ngabei Joyokusumo]], [[Pangeran Prabu Wiromenggolo]], dan [[Sentot Prawirodirjo]] dengan pakaian dan atribut yang berbeda. Sepanjang bulan Juli 1825 hampir seluruh pinggiran kota diduduki oleh pasukan [[Diponegoro]]. Markas besar [[Pangeran Diponegoro]] di Selarong dipimpin oleh lima serangkai yang terdiri dari [[Pangeran Diponegoro]] sebagai ketua markas, [[Pangeran Mangkubumi]] merupakan anggota tertua sebagai penasehatpenasihat dan pengurus rumah tangga, Pangeran [[Angabei Jayakusuma]] sebagai panglima pengatur siasat dan penasehatpenasihat di medan perang [[Sentot Alibasah|Alibasah Sentot Prawirodirjo]] yang sejak kecil dididik di Istana dan setelah [[perang Diponegoro]] bergabung dengan [[Pangeran DiponergoroDiponegoro]] dan [[Kyai MajaModjo]] sebagai penasehatpenasihat rohani pasukan [[Pangeran Diponegoro]].
 
Pada tanggal 7 Agustus 1825 Pasukan Diponegoro dengan kekuatan sekitar 6.000 orang menyerbu [[Negara Yogyakarta]] dan berhasil menguasainya. Meski demikian [[Pangeran Diponegoro]] tidak menduduki kota Yogyakarta dan Sri[[Hamengkubuwono V|Sultan HBHamengkubuwono V]] berhasil diselamatkan dan diamankan di [[Benteng Vredeburg]] dengan pengawalan ketat dari Kraton[[Keraton Yogyakarta|Keraton]].
 
Peristiwa 21 Juli 1825 di Yogyakarta sampai kepada Komisaris Jenderal [[van Der Capellen]] pada tanggal 24 Juli 1825. Selanjutnya diputuskan untuk mengangkat LentanLetnan [[Jenderal H.M. De Kock]] sebagai komisaris pemerintah untuk [[Kasultanan Yogyakarta]] dan [[Kasunanan Surakarta]] yang diberikan hak istimewa di bidang militer maupun sipil.
 
Berbagai upaya dilakukan oleh [[Jenderal De Kock]] antara lain menulis surat kepada P.[[Pangeran Diponegoro]] yang isinya mengajak [[Pangeran Diponegoro]] untuk berdamai. Tetapi ajakan berunding tersebut ditolak secara tegas oleh [[Pangeran Diponegoro]]. Dengan penolakan tersebut maka Jenderal [[De Kock]] memerintahkan untuk menyerbu Selarong. Akan tetapi ketika pasukan Belanda tiba di Selarong, desa itu sepi karena pasukan [[Pangeran Diponegoro]] sudah berpencar di berbagai arah. Menurut babad, selanjutnya [[Pangeran Diponegoro]] mendirikan markas di [[Dekso]] yang berlangsung kurang lebih 10 bulan dari tanggal 4 November 1825 sampai dengan 4 Agustus 1826.
 
Selama bermarkas di Selarong pasukan [[Belanda]] telah melakukan penyerangan tiga kali Serangan pertama pada tanggal 25 Juli 1825 yang dipimpin oleh [[Kapten Bouwes]]. Serangan ini merupakan aksi perlawanan [[Pangeran Diponegoro]] di Logorok dekat Pisangan [[Yogyakarta]], yang mengakibatkan 215 pasukan [[Belanda]] menyerah. Serangan kedua pada bulan September 1825 di bawah pimpinan Mayor [[Sellwinj]] dan Letnan Kolonel [[Achenbac]] dan serangan ketiga tanggal 4 November 1825. Setiap pasukan [[Belanda]] menyerang Selarong maka Pasukan Pangeran Diponegoro menghilang di goa-goa sekitar Selarong.
 
== Lihat pula ==
* [[Pangeran Diponegoro]]
* [[Makam Pangeran Diponegoro]]
* [[Keraton Yogyakarta]]
 
== Referensi ==
{{Reflist}}
 
== Pranala luar ==
* [http://www.jogjatrip.com/id Panduan Pariwisata Yogyakarta dan sekitarnya]{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
* [http://masbei.com/goa-selarong-jogja/ Wisata Goa Selarong] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20230328015453/https://masbei.com/goa-selarong-jogja/ |date=2023-03-28 }}
 
{{Topik Yogyakarta}}
 
[[Kategori:Gua di Indonesia|Selarong]]
[[Kategori:Tempat wisata di Yogyakarta]]
[[Kategori:Kabupaten Bantul]]
[[Kategori:Tempat wisata di YogyakartaBantul]]
[[Kategori:Gua di Indonesia|Selarong]]
[[Kategori:Pajangan, Bantul]]