Sunan Giri: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Raden Salman (bicara | kontrib)
Perbaikan Data sesuai hasil Itsbat nasab dari Maroko
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(155 revisi perantara oleh 62 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{lindungidarianon2}}
'''Sunan Giri''' adalah nama salah seorang [[Walisongo]] dan pendiri kerajaan [[Giri Kedaton]], yang berkedudukan di daerah [[Kabupaten Gresik|Gresik]], [[Jawa Timur]]. Sunan Giri membangun Giri Kedaton sebagai pusat penyebaran agama Islam di [[Jawa]], yang pengaruhnya bahkan sampai ke [[Pulau Madura|Madura]], [[Lombok]], [[Kalimantan]], [[Sulawesi]], dan [[Maluku]]. Sunan Giri memiliki beberapa nama panggilan, yaitu '''Raden Paku''', '''Prabu Satmata''', '''Sultan Abdul Faqih''', '''Raden 'Ainul Yaqin''' dan '''Joko Samudro'''. Ia lahir di [[Blambangan]] tahun [[1442]], dan dimakamkan di [[Giri, Kebomas, Gresik|desa Giri]], [[Kebomas, Gresik|Kebomas]], Gresik.
{{pp-protected|reason=vandals|small=yes}}
 
{{Infobox Ulama Muslim|honorific_prefix=As-Syekh Syarif Muhammad 'Ainul Yaqin|image=Sunan Giri, member of Walisongo.webp|caption=Lukisan potret Sunan Giri|title=Sunan Giri|kunya=|name=|nasab=bin Maulana Ya'qub|nisbah=Al Qadiri|parents=[[Syarif Ya'qub]] (ayah) [[Dewi Sekardadu|Retna Sabodi]] (ibu)|relatives=|spouse={{unbulleted list
== Silsilah ==
|*Dewi Murtasiyah <br> (Putri [[Sunan Ampel]])
[[Berkas:Komplek pemakaman Sunan Giri.jpg|300px|jmpl|Pemakaman Sunan Giri]]
|*Dewi Wardah
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De gespleten poort bij het graf van Sunan Giri TMnr 60048931.jpg|300px|jmpl|Tangga dan [[candi bentar]] masuk ke pemakaman Sunan Giri pada tahun 1932]]
}}|children={{collapsible list|title=Pernikahan dengan Dewi Murtasiyah:
|Ratu Gede Kukusan
|[[Sunan Dalem]]
|Sunan Tegalwangi
|Nyai Ageng Selulur
|Sunan Kidul
|Nyai Ageng Sawo
|Sunan Kulon
|Sunan Waruju
}}
{{collapsible list|title=Pernikahan dengan Dewi Wardah
|Pangeran Pasirbata
|Siti Rohbayat
}}|birth_name=Joko Samudera|birth_date=1442|birth_place=[[Kerajaan Blambangan|Blambangan]], [[Majapahit]]|death_date=1506|death_place=[[Kedatuan Giri|Giri Kedaton]], [[Demak]]|death_cause=|resting_place=[[Kebomas, Kebomas, Gresik]]|other_names=Raden Paku <br> Sunan Giri I <br> Prabu Satmata <br> Sang Hyang Giri Nata|nationality=[[Kerajaan Majapahit]] <br> [[Kesultanan Demak]]|era=|region=|occupation=~ Mufti [[Walisongo]] Ke - 3 <br>
~ Pendiri [[Kedatuan Giri|Giri Kedaton]]|denomination=[[Sunni]]|jurisprudence=|creed=|movemet=|main_interests=|notable_ideas=|notable_works=|alma_mater=|disciple_of=[[Sunan Ampel]], [[Syarif Ya'qub]], [[Syekh Ismail Malaka]],
[[Sunan Giri#Guru-gurunya|Dan Guru-guru lainnya]]|awards=|influences=|influenced=[[Sunan Dalem]], [[Sunan Kidul]], [[Sunan Kulon]], [[Sunan Giri#Murid-muridnya|Dan Murid-murid Lainnya]]|module=|signature=|office1=Pendiri [[Kedatuan Giri|Giri Kedaton]]|term1=1481 - 1506|predecessor1=Setelah [[Kertabhumi]] lengser, Giri Kedaton Lepas dari [[Majapahit]]|successor1=[[Sunan Dalem]]}}
 
'''Sunan Giri''' lahir di [[Kerajaan Blambangan|Blambangan]] tahun 1442 M dan meninggal tahun 1506 dimakamkan di desa Giri, [[Kebomas, Gresik|Kebomas Gresik]].<ref>{{Cite web|last=Liputan6.com|date=2022-06-19|title=Terungkap Nama Kecil Sunan Giri Hingga Cara Unik Mengajar Islam|url=https://www.liputan6.com/jatim/read/4990140/terungkap-nama-kecil-sunan-giri-hingga-cara-unik-mengajar-islam|website=liputan6.com|language=id|access-date=2023-12-29}}</ref> Adalah anggota [[Wali Sanga|Walisongo]] dan pendiri kerajaan [[Giri Kedaton]] yang berkedudukan di daerah [[Kabupaten Gresik]]. Sunan Giri membangun Giri Kedaton sebagai pusat penyebaran agama Islam di Pulau Jawa yang pengaruhnya sampai ke [[Pulau Madura|Madura]], [[Pulau Lombok|Lombok]], [[Kalimantan]], [[Sulawesi]] dan [[Maluku]].<ref>{{Cite web|last=Liputan6.com|date=2022-06-19|title=Terungkap Nama Kecil Sunan Giri Hingga Cara Unik Mengajar Islam|url=https://www.liputan6.com/jatim/read/4990140/terungkap-nama-kecil-sunan-giri-hingga-cara-unik-mengajar-islam|website=liputan6.com|language=id|access-date=2023-12-29}}</ref>
Beberapa babad menceritakan pendapat yang berbeda mengenai silsilah Sunan Giri. Sebagian [[babad]] berpendapat bahwa ia adalah anak Maulana Ishaq, seorang mubaligh yang datang dari [[Asia Tengah]]. Maulana Ishaq diceritakan menikah dengan Dewi Sekardadu, yaitu putri dari Menak Sembuyu penguasa wilayah Blambangan pada masa-masa akhir kekuasaan Majapahit.
 
Nama Giri sendiri yang digunakan oleh Sunan Giri dalam menamakan tempat tinggalnya di Gresik itu diambil dari nama tempat ibukota Kerajaan Blambangan saat itu. Kota Giri saat ini menjadi sebuah kecamatan di [[Kabupaten Banyuwangi|Banyuwangi]], [[Jawa Timur]].<ref>{{Cite web|last=Riza|first=M. Fakhru|date=2020-01-24|title=Asal-Usul dan Nasab Sunan Giri; Cucu Raja Blambangan dan Anak dari Maulana Ishak|url=https://www.pecihitam.org/asal-usul-dan-nasab-sunan-giri/|website=Pecihitam.org|language=en-US|access-date=2023-12-29}}</ref>
Pendapat lainnya yang menyatakan bahwa Sunan Giri juga merupakan keturunan Rasulullah SAW, yaitu melalui jalur keturunan [[Husain bin Ali]], [[Ali Zainal Abidin]], [[Muhammad al-Baqir]], [[Ja'far ash-Shadiq]], [[Ali Uraidhi|Ali al-Uraidhi]], Muhammad an-Naqib, Isa ar-Rumi, [[Ahmad al-Muhajir]], Ubaidullah, Alwi Awwal, Muhammad Sahibus Saumiah, Alwi ats-Tsani, Ali Khali' Qasam, [[Syekh Muhammad Shahib Mirbath|Muhammad Shahib Mirbath]], Alwi Ammi al-Faqih, Abdul Malik (Ahmad Khan), Abdullah (al-Azhamat) Khan, Ahmad Syah Jalal (Jalaluddin Khan), [[Jamaluddin Akbar al-Husaini]] (Maulana Akbar), Ibrahim Zainuddin Al-Akbar As-Samarqandy (Ibrahim Asmoro), Maulana Ishaq, dan Ainul Yaqin (Sunan Giri). Umumnya pendapat tersebut adalah berdasarkan riwayat pesantren-pesantren Jawa Timur, dan catatan nasab Sa'adah BaAlawi Hadramaut.
 
== SilsilahKeluarga ==
Dalam [[Hikayat Banjar]], Pangeran Giri (alias Sunan Giri) merupakan cucu Putri Pasai (Jeumpa?) dan Dipati Hangrok (alias [[Brawijaya VI]]). Perkawinan Putri Pasai dengan Dipati Hangrok melahirkan seorang putera. Putera ini yang tidak disebutkan namanya menikah dengan puteri Raja Bali, kemudian melahirkan Pangeran Giri. Putri Pasai adalah puteri Sultan Pasai yang diambil isteri oleh Raja Majapahit yang bernama Dipati Hangrok (alias [[Brawijaya VI]]). Mangkubumi Majapahit masa itu adalaha [[Patih Udara|Patih Maudara]].
'''Sunan Giri''' memiliki beberapa nama lain yakni '''Raden Paku''', '''Prabu Satmata''', '''Sang Hyang Giri Nata, Sultan Abdul Faqih''', '''Raden 'Ainul Yaqin''' dan '''Jaka Samudra'''.
 
Sunan Giri merupakan buah pernikahan dari Maulana Ishaq, seorang mubaligh Islam dari Malaka, dengan [[Dewi Sekardadu]] atau Dewi Sabodi, putri Prabu Menak Sembuyu penguasa wilayah Blambangan pada masa-masa akhir Majapahit.<ref>{{Cite web|date=2023-05-24|title=KELUARGA BESAR BANI BATOKOLONG: SILSILAH SUNAN GIRI DAN ANAK ANAKNYA|url=https://banibatokolong.blogspot.com/2018/02/silsilah-sunan-giri-dan-anak-anaknya.html|website=KELUARGA BESAR BANI BATOKOLONG|access-date=2023-12-29}}</ref>
== Kisah ==
Sunan Giri merupakan buah pernikahan dari [[Maulana Ishaq]], seorang mubaligh Islam dari Asia Tengah, dengan [[Dewi Sekardadu]], putri Prabu [[Menak Sembuyu]] penguasa wilayah Blambangan pada masa-masa akhir Majapahit. Namun kelahirannya dianggap telah membawa kutukan berupa wabah penyakit di wilayah tersebut. Maka ia dipaksa ayahandanya (Prabu [[Menak Sembuyu]]) untuk membuang anak yang baru dilahirkannya itu. Lalu, Dewi Sekardadu dengan rela menghanyutkan anaknya itu ke laut/selat bali sekarang ini.
 
Di saat kelahirannya bayi Sunan Giri dituduh sebagai biang keladi masalah atas wabah yang melanda Blambangan oleh Patih Bajul Sengata. Patih Bajul Sengata menyarankan Prabu Menak Sembuyu untuk membunuh putra dari Dewi Sekardadu. Namun upaya itu tidak terjadi, sebab Sunan Giri dilarung ke laut [[Blambangan, Muncar, Banyuwangi|Blambangan]] oleh ibunya, sebagai aksi penyelamatan dari rencana pembunuhan dari Senopati Blambangan.
Versi lain menyatakan bahwa pernikahan Maulana Ishaq-Dewi Sekardadu tidak mendapat respon baik dari dua patih yang sejatinya ingin menyunting dewi sekardadu (putri tunggal Menak sembuyu sehingga kalau jadi suaminya, merekalah pewaris tahta kerajaan. Ketika Sunan Giri lahir, untuk mewujudkan ambisinya, kedua patih membuang bayi sunan giri ke laut yang dimasukkan ke dalam peti.{{fact}}
 
Saat ditengah laut antara Blambangan dan Gili Manuk, bayi anak Dewi Sekardadu itu diselamatkan oleh awak kapal bernama Abu Hurairoh, anak buah dari Nyi Ageng Pinatih dari Gresik, janda kaya raya bekas istrinya Koja Mahdum Syahbandar. Peristiwa itu ditulis oleh [[Thomas Stamford Raffles]] dalam bukunya History of Java.<ref>{{Cite book|last=Raffles|first=Thomas Stamford|date=2019-01-01|url=https://books.google.com/books?id=JIG3EAAAQBAJ&newbks=0&hl=id|title=The History of Java|publisher=Media Pressindo|language=id}}</ref>
Kemudian, bayi tersebut ditemukan oleh sekelompok awak kapal (pelaut) - yakni sabar dan sobir - dan dibawa ke Gresik. Di Gresik, dia diadopsi oleh seorang saudagar perempuan pemilik kapal, Nyai Gede Pinatih. Karena ditemukan di laut, dia menamakan bayi tersebut Joko Samudro.
 
Ini pula dikuatkan oleh catatan [[H.J. de Graaf|H.J. De Graaf]] dan [[Theodoor Gautier Thomas Pigeaud|Th. Pigeaud]] dalam buku Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa Peralihan dari Majapahit ke Mataram. Keduanya memastikan bahwa bayi anak Dewi Sekardadu yang diberi nama Jaka Samudra itu diselamatkan oleh Nyi Ageng Pinatih, setelah itu dari Jaka samudra dirubah namanya Raden Paku (sesuai pemberian nama dari ayahnya) lalu diganti dengan Maulana Ainul Yaqin oleh gurunya yaitu Syekh Sayyid Ali Rahmatullah atau [[Sunan Ampel]].
Ketika sudah cukup dewasa, Joko Samudro dibawa ibunya ke Ampeldenta (kini di [[Kota Surabaya|Surabaya]]) untuk belajar agama kepada [[Sunan Ampel]]. Tak berapa lama setelah mengajarnya, Sunan Ampel mengetahui identitas sebenarnya dari murid kesayangannya itu. Kemudian, Sunan Ampel mengirimnya beserta Makdhum Ibrahim ([[Sunan Bonang]]), untuk mendalami ajaran Islam di Pasai. Mereka diterima oleh Maulana Ishaq yang tak lain adalah ayah Joko Samudro. Di sinilah, Joko Samudro yang ternyata bernama Raden Paku mengetahui asal-muasal dan alasan mengapa dia dulu dibuang.
 
== DakwahAsal dan kesenianUsul ==
Ada Bukti Otentik tentang asal usul dari Sunan Giri baik nama ayah maupun kisah kisah yang berbeda-beda. Salah satu nya bisa dilihat pada manuskrip filologi yaitu Serat Walisana, dengan tulisan langgam Pucung, Pupuh V bait 20-25, menjelaskan asal usul Sunan Giri.
 
Berikut cuplikan bait di serat walisana ;
Setelah tiga tahun berguru kepada ayahnya, Raden Paku atau lebih dikenal dengan Raden 'Ainul Yaqin kembali ke Jawa. Ia kemudian mendirikan sebuah ''[[pesantren]] giri'' di sebuah perbukitan di [[Sidomukti, Kebomas, Gresik|desa Sidomukti]], Kebomas. Dalam [[bahasa Jawa]], ''giri'' berarti gunung. Sejak itulah, ia dikenal masyarakat dengan sebutan Sunan Giri.
 
''“Nateng Blambangan/ prabu Sadmudha wewamgi/rimangkana kataman sungkawa dahat/marma tyas duh margi saking Puterini pun/Nandang gerah barah/madal sanggayaning usadi/apanengeran sang Retno Sabodi Rara/Suwarna yu Samana sang nata ngerungu/lamun ing wuhara/wonten Janma nembe prapti/adedukuh mencil ahlul tapabrata /pan wus kabul mumpuni salwiring kawruh/dadya tinimbalan/prapta kinen ngusadani/katarima waluya grahe sang Retna/suka sukur ya ya wau sangha prabu/nenggih puteranira/pinaringaken tumuli/lajeng panggih lan Sayyid Yaqub Samana/atut runtut tan ana sangsayanipun/pinarengan nama maruwanira Ki/apanengeran pangeran Raden Wali Lanang/”.''<ref>{{Cite book|last=Giri II|first=Susuhunan Sunan|date=2020|url=https://yudhartapress.yudharta.ac.id/wp-content/uploads/2020/09/Serat-Wali-Sana-Babad-Parawali.pdf|title=SERAT WALI SANA (BABAD PARAWALI)|location=Pasuruan|publisher=Yudharta Press|isbn=978-623-7817-04-8|pages=Pupuh V bait 20-25|url-status=live}}</ref>
Pesantren Giri kemudian menjadi terkenal sebagai salah satu pusat penyebaran agama Islam di [[Jawa]], bahkan pengaruhnya sampai ke [[Pulau Madura|Madura]], [[Lombok]], [[Kalimantan]], [[Sulawesi]], dan [[Maluku]]. Pengaruh Giri terus berkembang sampai menjadi kerajaan kecil yang disebut ''Giri Kedaton'', yang menguasai Gresik dan sekitarnya selama beberapa generasi sampai akhirnya ditumbangkan oleh [[Sultan Agung]].
 
Catatan dalam Serat Walisana tersebut menggunakan bahasa [[semiotika]], menunjukkan [[lambang]] yang punya makna, dan di setiap peristiwa dibahasakan dengan [[sengkala]] yang juga mengandung arti waktu peristiwa tersebut.
Terdapat beberapa karya [[seni tradisional]] Jawa yang sering dianggap berhubungkan dengan Sunan Giri, diantaranya adalah permainan-permainan anak seperti ''Jelungan'', dan ''Cublak Suweng''; serta beberapa ''gending'' (lagu instrumental Jawa) seperti ''Asmaradana'' dan ''Pucung''.
 
Dalam Babad Ing Giri kedhaton disebutkan :
== Pranala luar ==
* [http://sunan-giri.blogspot.com Sunan Giri]
 
''"punika pretelan sejarahipun kanjeng nabi muhammad sallallahualaihi wasalam ,manka maulana ishaq apeputra kanjeng susuhunan prabu sadmata ingkang ndalem giri kedhaton ,manka susuhunan prabu satmata menggah garwa padminipun anenggih putrane pangeran ing bungkul negari surapringga (surabaya) ,manka susuhunan prabu satmata apeputra Sunan Dalem ,nuli apeputra mas Kartosuro" ( Babad giri Kedhaton : 113 - 116)''
{{Walisongo}}
 
Berbeda dengan di [[Babad Tanah Jawi]], dalam catatan Prof. Agus Sunyoto di bukunya Atlas Wali Songo ( hlm.172)<ref>{{Cite book|last=Sunyoto|first=Agus|date=2007|url=https://archive.org/details/atlaswalisongo|title=Atlas Wali Songo|location=Depok|publisher=Pustaka Ilman|isbn=9786028648097|pages=172|url-status=live}}</ref> menyebut nama ayah Sunan Giri adalah Maulana Ishaq, sedangkan di Serat Walisana disebutkan bahwa ayahnya Sunan Giri adalah Sayyid Yaqub atau Pangeran Raden Wali Lanang. Ibunya Sunan Giri yang ditulis dalam Serat Walisana adalah Retno Sabodi, sementara yang tertulis di Babad Tanah Jawi adalah Dewi Sekardadu.
{{lifetime|1442|1506|}}
 
{{indo-bio-stub}}
Perbedaan sebutan ini tidak berarti kerancuan, tetapi hanya beda panggilan saja, karena tetap merujuk pada satu orang perempuan ibu dari Sunan Giri yang valid sebagai anak dari Prabu Menak Sembuyu, seorang cucu Prabu Hayam Wuruk dari jalur selir. Ini tidak ada bantahan, bahwa betul Sunan Giri adalah anak dari pertemuan seorang keturunan Rosulullah Saw dengan anak keturunan [[Raja]] [[Majapahit]].<ref>{{Cite web|last=says|first=Abi Haila|date=2023-02-01|title=Tinjauan Filologis Sejarah Sunan Giri Sayyid Maulana Ainul Yaqin, Mursyid Tarekat Syattariyah Abad 15 Masehi|url=https://rminubanten.or.id/tinjauan-filologis-sejarah-sunan-giri-sayyid-maulana-ainul-yaqin-mursyid-tarekat-syattariyah-abad-15-masehi/|website=RMI PWNU Banten|language=id|access-date=2023-12-31}}</ref>
 
Sementara itu dari data silsilah yang tersimpan di pesantren-pesantren Jawa Timur menyebutkan jika Sunan Giri adalah keturunan Nabi Muhammad SAW dari jalur Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Silsilah ini bisa ditelusuri dari nasab para penguasa Kesultanan Samudera Pasai yang ternyata bersambung dengan penguasa Dinasti Ayubbiah. Dinasti Ayubbiyah sendiri mempunyai hubungan yang sangat erat dengan Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Karena dari jalur Syekh Abdul Qadir al-Jailani maka Sunan Giri termasuk dalam bagian keluarga Al-Qadiri al Hasani.
 
== Pendidikan dan Pengembangan Keilmuan ==
Bayi yang tersangkut di kapal itu diambil oleh awak kapal dan diserahkan kepada Nyai Pinatih yang kemudian memungutnya menjadi anak angkat. Karena ditemukan di laut, maka bayi itu dinamai Jaka Samudra.
 
Menurut [[Hoesein Djajadiningrat]] dalam ''Sadjarah Banten'' (1983), Nyai Pinatih adalah janda kaya raya di Gresik, bersuami Koja Mahdum Syahbandar, seorang asing di Majapahit. Nama Pinatih sendiri sejatinya berkaitan dengan nama keluarga dari Ksatria Manggis di Bali (Eiseman, 1988), yang merupakan keturunan penguasa Lumajang, Menak Koncar, salah seorang keluarga Maharaja Majapahit yang awal sekali memeluk Islam.<ref>Agus Sunyoto, ''Atlas Walisongo,'' Depok: Pustaka Iman, 2016, 206.</ref>
 
== Dakwah dan Kesenian ==
 
Setelah tiga tahun berguru kepada ayahnya, Raden Paku atau lebih dikenal dengan Raden 'Ainul Yaqin kembali ke Giri. Dalam [[Babad Tanah Jawi]], dikisahkan bahwa Raden Paku dan Raden Mahdum Ibrahim pernah bermaksud pergi ke Mekkah untuk menuntut ilmu sekaligus berhaji. Namun, keduanya hanya sampai di Malaka dan bertemu dengan Maulana Ishak, ayah kandung Raden Paku. Keduanya diberi pelajaran tentang berbagai macam ilmu keislaman, termasuk ilmu tasawuf.
 
SetelahDi tigadalam tahunsumber berguruyang kepadadicatat ayahnyapada silsilah Bupati Gresik pertama bernama Kyai Tumenggung Pusponegoro, terdapat silsilah tarekat Syathariyah yang menyebut nama Syaikh Maulana Ishak dan Raden Paku atauSunan lebihGiri dikenalsebagai denganguru RadenTarekat 'AinulSyathariyah, Yaqinyang kembalimenunjuk kebahwa Jawa.aliran Iatasawuf kemudianyang diajarkan Maulana Ishak dan Raden Paku adalah Tarekat Syathariyah.udian mendirikan sebuah ''[[pesantren]] giri'' di sebuah perbukitan di [[Sidomukti, Kebomas, Gresik|desa Sidomukti]], Kebomas. Dalam [[bahasa Jawa]], ''giri'' berarti gunung. Sejak itulah, ia dikenal masyarakat dengan sebutan Sunan Giri.
 
Pesantren Giri kemudian menjadi terkenal sebagai salah satu pusat penyebaran agama Islam di [[Jawa]], bahkan pengaruhnya sampai ke [[Pulau Madura|Madura]], [[Lombok]], [[Kalimantan]], [[Sulawesi]], [[Sumatera]] (terutama bagian selatan) dan [[Maluku]]. Pengaruh Giri terus berkembang sampai menjadi kerajaan kecil yang disebut ''Giri Kedaton'', yang menguasai Gresik dan sekitarnya selama beberapa generasi sampai akhirnya ditumbangkan oleh [[Sultan Agung]].
 
Terdapat beberapa karya [[seni tradisional]] Jawa yang sering dianggap berhubungkan dengan Sunan Giri, diantaranya adalah permainan-permainan anak seperti ''Jelungan'', dan ''Cublak Suweng''; serta beberapa ''gending'' (lagu instrumental Jawa) seperti ''Asmaradana'' dan ''Pucung''.<ref>{{Cite web|last=Liputan6.com|date=2022-06-19|title=Terungkap Nama Kecil Sunan Giri Hingga Cara Unik Mengajar Islam|url=https://www.liputan6.com/jatim/read/4990140/terungkap-nama-kecil-sunan-giri-hingga-cara-unik-mengajar-islam|website=liputan6.com|language=id|access-date=2023-12-29}}</ref>
 
== KisahKutipan ==
{{reflist}}
 
== Referensi ==
* [[Serat Walisana]] (Babad Para Wali), Karya Sunan Dalem. Diterjemahkan oleh Ki Tarka Sutarahardja. Penyadur R. Tanojo. Editor Naqobah Ansab Awliya’ Tis’ah (NAAT). Cetakan Pertama 2020. ISBN : 978-623-7817-04-8. Penerbit : Yudharta Press [[Pasuruan]] [[2020]].
 
{{S-start}}
{{s-reg}}
{{Succession box|before=<small>Kesunanan didirikan|title=[[Kesunanan Giri]]|years=1481–1506|after=[[Sunan Dalem]]}}
{{S-end}}
{{Walisongo}}
 
[[Kategori:Walisongo|GiriWali Sanga]]
[[Kategori:TokohUlama penyebar Islam di Indonesia|Sunan GiriNusantara]]
[[Kategori:Tokoh dari Banyuwangi|Sunan Giri]]
[[Kategori:Tokoh dari Tuban|Sunan Giri]]
[[Kategori:Tokoh Jawa Timur|Sunan Giri]]
[[Kategori:Tokoh dari Jawa|Sunan Giri]]
[[Kategori:Ulama Nusantara|Sunan Giri]]
[[Kategori:Sunan|Giri]]