Trilaksana: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Faredoka (bicara | kontrib)
Tanpa atma: -permanen +kekal
 
(141 revisi perantara oleh 31 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Buddhisme|dhamma}}'''Trilaksana''' ([[bahasa Pali|Pali]]: ''tilakkhaṇa''; [[Bahasa Sanskerta|Sanskerta]]: त्रिलक्षण, ''trilakṣaṇa''), juga dikenal sebagai '''tiga karakteristik''' atau '''tiga corak umum''', merupakan konsep [[Buddhisme]] mengenai tiga ciri umum kenyataan [[keberadaan]], yaitu ''[[anicca]]'' (ketidakkekalan), ''[[dukkha]]'' (umum diterjemahkan sebagai "penderitaan", "ketidakpuasan", "ketidaknyamanan"),{{refn|Istilah ini mungkin berasal dari ''duh-stha'', "berdiri tidak stabil".{{sfn|Monier-Williams|1899|p=483, entry note:&nbsp;}}{{sfnp|Analayo|2013}}{{sfnp|Beckwith|2015|p=30}}{{sfnp|Alexander|2019|p=36}}|group=note}} dan ''[[anatta]]'' ([[tanpa atma]]).<ref>{{cite book|author=Steven Collins|year=1998|url=https://books.google.com/books?id=Z2go_y5KYyoC|title=Nirvana and Other Buddhist Felicities|publisher=Cambridge University Press|isbn=978-0-521-57054-1|page=140}}</ref><ref name="gombrich47">{{cite book|author=Richard Gombrich|year=2006|url=https://books.google.com/books?id=jZyJAgAAQBAJ|title=Theravada Buddhism|publisher=Routledge|isbn=978-1-134-90352-8|page=47|quote=All phenomenal existence [in Buddhism] is said to have three interlocking characteristics: impermanence, dukkha and lack of soul, that is, something that does not change.}}</ref><ref name="buswelllopez42">{{cite book|author1=Robert E. Buswell Jr.|author2=Donald S. Lopez Jr.|year=2013|url=https://books.google.com/books?id=DXN2AAAAQBAJ|title=The Princeton Dictionary of Buddhism|publisher=Princeton University Press|isbn=978-1-4008-4805-8|pages=42–43, 47, 581}}</ref><ref>{{cite book|author=Carl Olson|year=2005|url=https://books.google.com/books?id=QRp-AixBLKUC|title=The Different Paths of Buddhism: A Narrative-Historical Introduction|publisher=Rutgers University Press|isbn=978-0-8135-3778-8|pages=63–4}}</ref><ref>{{Cite web|last=Anggara|first=Indra|title=AN 3.136: Uppādāsutta|url=https://suttacentral.net/an3.136/id/anggara|website=SuttaCentral|access-date=2022-09-18}}</ref> Ketiga ciri tersebut berlaku pada semua fenomena yang terkondisi (''[[saṅkhāra]]''). Ciri ketiga, yaitu [[Anatta|''anatta'']], juga menjadi ciri dari fenomena yang tidak terkondisi ([[Nirwana]]).
{{paragraf pembuka}}
Tiga Kesunyataan Mulia
 
Konsep-konsep yang menyatakan bahwa manusia tunduk pada [[Moha (Buddhisme)|delusi]] atas tiga karakteristik keberadaan, delusi tersebut mengakibatkan penderitaan, dan penghapusan delusi tersebut mengakibatkan berakhirnya ''dukkha'', merupakan tema sentral dalam [[Empat Kebenaran Mulia]]. Kebenaran mulia yang terakhir merujuk pada [[Jalan Mulia Berunsur Delapan]].
Menurut kepada tradisi [[Buddha]], semua fenomena selain dari [[Nirwana]], Sankhara ditandai oleh tiga karakter, sering kali disebut Dharma Seals [Segel Dharma], yaitu [[dukkha]] [penderitaan], [[anicca]] [ketidakkekalan], dan [[anatta]] [keakuan]
 
== Deskripsi ==
Setelah bermeditasi, sang Buddha menyimpulkan bahwa semua yang ada di dunia fisik [ditambah semua fenomena dari psychology] ditandai oleh 3 karakter ini:
Ada beberapa daftar “corak keberadaan” yang ditemukan dalam kitab-kitab suci [[Aliran Buddhis awal|aliran Buddhis awal]].<ref name=":1">Tse-fu Kuan 關則富, 'Mahāyāna Elements and Mahāsāṃghika Traces in the Ekottarika-āgama' in Dhammadina (ed.) ''Research on the Ekottarika-āgama'' (2013). Dharma Drum Publishing, Taipei.</ref>
 
=== Theravāda ===
* Dukkha
Dukkha [sanskrit ''duhkha''] atau ketidakpuasan [sering juga diterjemahkan sebagai penderitaan] walaupun artinya sedikit melenceng]. Tidak ada di dunia ini ataupun alam psikologi amn''un yang dapat memberikan kepuasan yang mendalam.
 
==== Tiga karakteristik ====
* Anicca
Dalam tradisi [[Bahasa Pali|Pali]] dari aliran [[Theravāda]], tiga karakteristik atau corak tersebut adalah:{{sfnp|Alexander|2019|p=36}}<ref name=":1" /><ref>{{cite book|last=Hahn|first=Thich Nhat|date=1999|title=The Heart of the Buddha's Teaching|location=New York|publisher=Broadway Books|page=22}}</ref>{{sfn|Walsh|1995|p=30}}
Anicca [sanskrit ''anitya''] atau ketidakkekalan. Ini menunjukan bahwa semua kondisi akan hilang atau tidak kekal, tetapi juga menunjukan semua kondisi pada situasi yang terus berputar [bayangkan sebuah daun tumbuh dari sebuah pohon, daun itu akan rontok dari pohon dan digantikan dengan daun yang baru]
 
* ''sabbe saṅkhārā aniccā'' – semua ''[[saṅkhāra]]'' (fenomena terkondisi) adalah [[Anicca|ketidakkekalan]]
* Anatta
* ''sabbe saṅkhārā dukkhā'' – semua ''saṅkhāra'' adalah [[Dukkha|penderitaan]], tidak memuaskan, tidak sempurna, atau tidak stabil
Anatta [Sanskrit ''anatman''] atau ke Tidak-akuan, impersonal, atau Tanpa-Ego, adalah antipola dari konsep "Diri" atau Ego. Dalam tradisi Hindu ada kebenaran yang mengikat segala fenomena atau zat pengikat segala hal ihwal [Sanskrit "Atman"]. Anatta merupakan suatu ciri umum yang dimiliki oleh segenap perakitan fisik dan komponen psikologis, karena semua perakitan ini secara tersendiri tunduk kepada perubahan terus menerus dan tetap, tanpa ada kontrol dari diri pengamat. Pengenalan anatta adalah apabila pengamat dapat melihat bahwa sesungguhnya segala hal-ihwal tidak memiliki inti pusat (atau inti sari)[pali "suññata"]. Karena kekosongan makna ini maka sikap yang manusia yang logis adalah tidak berpamrih.
* ''sabbe dhammā anattā'' – semua ''[[dhamma]]'' (fenomena terkondisi dan tidak terkondisi) adalah [[nonatma|tanpa-atma]] (tidak memiliki diri, roh, atau jiwa yang kekal)
 
==== ''Saṅkhāra'' vs ''dhamma'' ====
Sering kali Segel Dharma yang keempat disebutkan
[[Loka (Buddhisme)|Makhluk-makhluk]] dianggap tersusun atas [[Agregat (Buddhisme)|gugusan]] (''khandha'') yang bukan atma atau tanpa atma (''anatta''). Tradisi [[Abhidhamma Piṭaka|Abhidhamma]] menjelaskan ''saṅkhāra'', ''dhamma,'' dan hubungannya dengan gugusan (''khandha'') dalam skema:<ref>{{Cite book|last=Kheminda|first=Ashin|date=2017-09-01|url=https://books.google.co.id/books?id=vJEUEAAAQBAJ&printsec=copyright&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false|title=Manual Abhidhamma: Bab 1 Kesadaran|publisher=Yayasan Dhammavihari|isbn=978-623-94342-6-7|pages=158|language=id|url-status=live}}</ref>
Nirwana adalah damai. Nirwana adalah ‘pantai lain’ dari [[Samsara]]
 
{{Tabel hubungan agregat}}Seluruh [[Agregat (Buddhisme)|agregat]] (''khandha'') termasuk dalam kategorisasi ''saṅkhāra'', sedangkan [[Nirwana]] tidak termasuk. Kategorisasi yang mencakup ''saṅkhāra'' dan ''asaṅkhāra'' (bukan ''saṅkhāra'', seperti Nirwana) disebut sebagai ''dhamma''.
Dengan membawa ketiga [atau empat] segel pada pengalaman dari waktu ke waktu melalui kewaspadaan konsenterasi, kita akan dikatakan memperoleh [[kebijaksanaan]] – langkah ketiga dari tiga latihan yang lebih tinggi - cara keluar dari samsara. Jadi kita bisa mengidentifikasikan bahwa, menurut [[sutra]], resep atau formula untuk emninggalkan samsara adalah diperoleh dengan menganti sudut pandangan dalam melihat dunia.
 
=== DukkhaMahāyāna ===
 
==== Tiga corak ====
''Apapun yang tidak kekal adalah subjek untuk berganti, Apapun subjek yang akan berganti meupakan subjek yang menderita''
Aliran [[Sarvāstivāda]] dari [[Buddhisme Utara]] (nenek moyang aliran [[Mahāyāna]]) menjelaskan sebagai berikut dalam kitab ''Samyukta'' ''[[Āgama (Buddhisme)|Agama]]'' mereka:<ref name=":1" /><ref>Thich Nhat Hanh, ''The Heart of the Buddha's Teaching''</ref>
Sang Buddha
 
* Segala sesuatu yang terkondisi tidak kekal (''sarvasaṃskārā anityāḥ'')
Berusaha untuk mendapatkan apa yang kita inginkan, kita mungkin mengalami stress ataupun penderitaan – ''dukkha''. Mendapatkan apa yang kita inginkan, kita mungkin menemukan rasa senang dan bahagia. Kemudian, rasa tersebut akan habis dan hilang, kita akan bosan dengan hal tersebut. Bosan merupakan bentuk dari ketidakpuasan [atau penderitaan] dan untuk lepas dari hal tersebut, untuk lepas dari rasa bosan kita kan memaksa diri kita dengan bentuk kesenangan yang baru. Kadang-kadang kita masih tidak rela untuk melepaskan objek yang kita sudah tidak tertarik, kita mulai untuk mengumpulkan dan melekat pada barang dengan sifat menyerakahi daripada membaginya dengan orang lain yang mungkin lebih berguna untuknya daripada untuk kita.
* Semua dharma adalah bukan-diri (''sarvadharmā anātmānaḥ)''
* [[Nirwana|Nirvāṇa]] adalah ketenangan (''śāntaṃ nirvāṇam'')
 
==== Empat corak ====
Jika kita belum bosan, mungkin terjadi mungkin akan terjadi pergantian di dalam keinginan. Peralatan perak mungkin sudah tidak lagi mengkilap atau berkarat atau baju baru mungkin sudah tidak muat. Mungkin barang tersebut juga telah rusak sehingga menyebabkan kesedihan. Pada beberapa kasus mungkin hilang atau dicuri. Dan pada beberapa kasus, kita menjadi takut kehilangan seperti itu terjadi lagi. Suami dan istri sangat khawatir kehilangan pasangan mereka walaupun pasangan mereka sangatlah setia. Sayangnya hal tersebut menyebabkan kekhawatiran dan ketakutan sehingga kita melakukan hal yang tidak masuk akal, menyebabkan ketidakpercayaan dan pemutusan hubungan yang sangat kita cintai.
Dalam kitab ''[[Ekottara Agama|Ekottarika-āgama]]'' dan kitab-kitab [[Mahāyāna|Mahayana]] lainnya seperti ''[[Yogacara|Yogācārabhūmi-Śāstra]]'' dan ''Pertanyaan Nāga Raja Sāgara'' (''[[Sāgaranāgarājaparipṛcchā]]'')'','' dijelaskan ada empat corak atau “empat segel Dharma” (Sanskerta: ''dharmoddāna-catuṣṭayaṃ'' atau ''catvāri dharmapadāni'', [[Aksara Han|Hanzi]]: 四法印) alih-alih tiga corak:<ref name=":1" /><ref>Ulrich Timme Kragh (editor), ''The Foundation for Yoga Practitioners'': ''The Buddhist Yogācārabhūmi Treatise and Its Adaptation in India, East Asia, and Tibet, Volume 1'' Harvard University, Department of South Asian studies, 2013, p. 144.</ref><ref>{{Cite web|title=The Questions of the Nāga King Sāgara (3) &#124; 84000 Reading Room|url=https://read.84000.co/translation/toh155.html}}</ref>
 
* Semua fenomena majemuk bersifat tidak kekal (''anitya'')
Ketika kita ingin berubah seperti ingin mejadi dewasa ketika masih remaja, kita tidak suka dengan kata ''menua''. Ketika kita berusaha untuk menjadi kaya, kita takut dengan penghematan. Kita sangatlah pemilih didalam sikap kita melawan sifat fana dari semua aspek kehidupan kita. Sayangnya sifat fana adalah tidak pemilih. Kita berusaha mencoba melawan ini sejak waktu yang sangat awal, usaha kita akan hanyut dihilangkan oleh waktu. Pada hasilnya, kita memiliki pengalaman atas ketidakpuasan atau penderitaan dari ketidaktetapan ini.
* Semua fenomena yang terkontaminasi tidak memuaskan (''duḥkha'')
* Semua fenomena tidak memiliki diri (''anātman'')
* [[Nirwana]] adalah ketenangan/kedamaian (''śānta/śānti'')
 
== Penjelasan ==
Pada alam Nirwana – Aliran Mahayana – dapat ditemukan kebenaran dan kebahagiaan yang abadi. Nirwana juga merupakan lawan dari persyaratan, sifat fana, dan penderitaan [‘‘dukkha’’], sehingga hasilnya tidak berupa kekecewaan ataupun dari keadaan status kebahagiaan yang memburuk. Nirwana juga perlindungan dari tirani universal dari perubahan dan penderitaan. Menurut ajaran Buddhis yang lain, nirwana tidak dipandang sebagai akhir akan tetapi sebagai projeksi keadaan dari samsara. Menurut ajaran ini, samsara dan nirwana adalah dua sisi pada koin yang sama yang dapat kita lewati dengan latihan meditasi yang giat dan teratur.
 
=== AniccaKetidakkekalan ===
{{Main|Anicca}}
Semua gejala [hal-hal dan pengalaman] adalah berubah-ubah, goyah, dan tidak tetap. Segalanya kita dapat alami melalui pikiran kita yang terdiri dari komponen, dan bergantung pada sisi kanan kondisi-kondisi untuk keberadaannya. Segalanya merupakan perubahan terus menerus yang tetap, dan demikian kondisi-kondisi dan hal tersebut secara konstan berubah. Hal-Hal secara konstan berdiri; mendapat, dan berhenti untuk;menjadi. Tidak ada apapun yang tidak berakhir.
 
Ketidakkekalan (Pali: ''anicca'', Sanskerta: ''anitya'') berarti bahwa semua hal atau fenomena yang terkondisi (''saṅkhāra'') berada dalam keadaan yang terus berubah. Buddhisme menyatakan bahwa semua peristiwa fisik dan mental muncul dan lenyap.<ref>[http://www.britannica.com/topic/anicca Anicca Buddhism], Encyclopædia Britannica (2013).</ref> Kehidupan manusia merupakan perwujudan dari ketidakkekalan dalam proses penuaan dan [[Saṁsāra|siklus kelahiran dan kematian]] yang berulang (''saṁsāra''); tak ada yang abadi, dan semuanya dapat rusak. Ketidakkekalan juga berlaku bagi semua makhluk dan lingkungannya, termasuk makhluk yang terlahir di [[Loka (Buddhisme)#Loka surga dan loka manusia|alam surga]] dan [[Loka (Buddhisme)#Loka kemalangan|alam neraka]].<ref name="damienkeown32">{{cite book|author=Damien Keown|year=2013|url=https://books.google.com/books?id=_QXX0Uq29aoC|title=Buddhism: A Very Short Introduction|publisher=Oxford University Press|isbn=978-0-19-966383-5|pages=32–8}}</ref><ref name="Harvey2012p46">{{cite book|author=Peter Harvey|year=2012|url=https://books.google.com/books?id=u0sg9LV_rEgC|title=An Introduction to Buddhism: Teachings, History and Practices|publisher=Cambridge University Press|isbn=978-0-521-85942-4|pages=32–33, 38–39, 46–49}}</ref> Hal ini berbeda dengan [[Nirwana]], yaitu realitas yang bersifat ''nicca'', atau tidak mengenal perubahan, pembusukan, atau kematian.<ref name="DavidsStede1921p355">{{cite book|author1=Thomas William Rhys Davids|author2=William Stede|year=1921|title=Pali-EnC|publisher=Motilal Banarsidass|isbn=978-81-208-1144-7|pages=355, Article on ''Nicca''}}</ref>
Nilai yang penting di sini adalah gejala itu muncul dan berhenti menurut kondisi-kondisi kompleks dan tidak menurut sikap dan imajinasi kita. Selama kita sudah membatasi kemampuan untuk mempengaruhi perubahan kepada lingkungan dan kemelekatan kita, pengalaman memberitahukan kita bahwa usaha kita yang lemah adalah bukan jaminan bahwa hasil dari usaha kita adalah untuk kegemaran/kesukaan kita. Lebih sering daripada tidak bahwa, hasil yang kita dapat lebih rendah daripada hasil yang kita harapkan.
 
=== AnattaPenderitaan ===
{{Main|Dukkha}}
Didalam Filosofi orang India, konsep dari suatu Diri disebut atman (itu adalah, " jiwa" atau diri metafisis), yang mengacu pada suatu inti sari tak berubah-ubah/permanen yang dipahami berdasarkan atas keberadaan. Konsep ini dan konsep Brahman [Vedantic Monistic Ideal] yang dihormati sebagai suatu atman terakhir untuk semua mahluk, dan yang sangat dibutuhkan oleh orang India sebagai metafisika tendensi, logika, dan ilmu pengetahuan; untuk semua hal-hal yang nyata pada suatu dasar dan kenyataan, yang serupa dengan suatu format bersifat persaudaraan.
 
Buddha menolak semua konsep atman, menekankan tidak ada ketetapan, tetapi perubahan/tidak tetap. Ia mengajar bahwa semua konsep dari suatu diri pribadi adalah substansiil salah, dan dibentuk di dalam dunia ketidak-tahuan. Bagaimanapun juga, di dalam sejumlah besar sutra Mahayana ( e.g. Sutra Mahaparinirvana, Sutra Tathagatagarbha, Sutra Srimala, dan lainnya),
''[[Dukkha]]'' (Sanskerta: ''duhkha'') berarti "tidak memuaskan", umumnya diterjemahkan sebagai "penderitaan", "ketidakpuasan", atau "rasa sakit".<ref name="peterharvey26">{{cite book|author=Peter Harvey|year=2015|url=https://books.google.com/books?id=P_lmCgAAQBAJ|title=A Companion to Buddhist Philosophy|publisher=John Wiley & Sons|isbn=978-1-119-14466-3|editor=Steven M. Emmanuel|pages=26–31}}</ref><ref>{{cite book|author=Carol Anderson|year=2013|url=https://books.google.com/books?id=ASlTAQAAQBAJ|title=Pain and Its Ending: The Four Noble Truths in the Theravada Buddhist Canon|publisher=Routledge|isbn=978-1-136-81332-0|pages=1, 22 with note 4|quote=(...) the three characteristics of samsara/sankhara (the realm of rebirth): anicca (impermance), dukkha (pain) and anatta (no-self).}}</ref><ref>{{cite book|author=Malcolm Huxter|year=2016|url=https://books.google.com/books?id=n2qFCwAAQBAJ|title=Healing the Heart and Mind with Mindfulness: Ancient Path, Present Moment|publisher=Routledge|isbn=978-1-317-50540-2|page=10|quote=dukkha (unsatisfactoriness or suffering) (....) In the Introduction I wrote that dukkha is probably best understood as unsatisfactoriness.}}</ref> [[Mahasi Sayadaw]] menyebutnya sebagai 'tak terkelola, tak terkendali'.
 
Sebagai poin Kebenaran Mulia Pertama dalam [[Empat Kebenaran Mulia]], ''dukkha'' dijelaskan sebagai ketidakpuasan fisik dan mental terhadap perubahan kondisi seperti kelahiran, penuaan, penyakit, kematian; bertemu apa yang ingin dihindari atau tidak mendapatkan apa yang diinginkan; dan "singkatnya, lima kelompok unsur kemelekatan" (''[[khandha]]'').<ref name="peterharvey26" /><ref>{{cite book|author=Malcolm Huxter|year=2016|url=https://books.google.com/books?id=n2qFCwAAQBAJ|title=Healing the Heart and Mind with Mindfulness: Ancient Path, Present Moment|publisher=Routledge|isbn=978-1-317-50540-2|pages=1–10, Introduction}}</ref><ref>{{cite book|author=Bhikkhu Bodhi|year=2005|url=https://books.google.com/books?id=11X1h60Qc0IC|title=In the Buddha's Words: An Anthology of Discourses from the Pali Canon|publisher=Simon and Schuster|isbn=978-0-86171-491-9|pages=67–8}}</ref>
 
Hubungan antara ketiga karakteristik tersebut dijelaskan dalam [[Tripitaka Pāli|Tripitaka Pali]] sebagai berikut: "''Sesuatu yang anicca adalah dukkha. Sesuatu yang dukkha adalah anatta'' ([[Saṁyutta Nikāya]])." dan "''Sesuatu yang anicca adalah dukkha (yakni tidak dapat dibuat bertahan lama''). ''Sesuatu yang dukkha tidak kekal''."
 
=== Tanpa atma ===
{{Main|Anatta}}
 
''[[Anatta]]'' (Sanskerta: ''anatman'') mengacu pada tanpa-atma, yaitu tidak adanya hakikat yang kekal dalam sesuatu atau fenomena, termasuk makhluk hidup.<ref name="britannicaanatta">[http://www.britannica.com/topic/anatta Anatta Buddhism], Encyclopædia Britannica (2013).</ref><ref>[a] {{cite book|author=Christmas Humphreys|year=2012|url=https://books.google.com/books?id=V3rYtmCZEIEC|title=Exploring Buddhism|publisher=Routledge|isbn=978-1-136-22877-3|pages=42–3}}
 
[b] {{cite book|author=Brian Morris|year=2006|url=https://books.google.com/books?id=PguGB_uEQh4C&pg=PA51|title=Religion and Anthropology: A Critical Introduction|publisher=Cambridge University Press|isbn=978-0-521-85241-8|page=51|quote=(...) anatta is the doctrine of non-self, and is an extreme empiricist doctrine that holds that the notion of an unchanging permanent self is a fiction and has no reality. According to Buddhist doctrine, the individual person consists of five skandhas or heaps - the body, feelings, perceptions, impulses and consciousness. The belief in a self or soul, over these five skandhas, is illusory and the cause of suffering.}}
 
[c] {{cite book|author=Richard Gombrich|year=2006|url=https://books.google.com/books?id=jZyJAgAAQBAJ|title=Theravada Buddhism|publisher=Routledge|isbn=978-1-134-90352-8|page=47|quote=(...) Buddha's teaching that beings have no soul, no abiding essence. This 'no-soul doctrine' (anatta-vada) he expounded in his second sermon.}}</ref>
 
Sementara ''anicca'' dan ''dukkha'' berlaku untuk "semua fenomena yang terkondisi" (''saṅkhārā''), ''anatta'' memiliki cakupan yang lebih luas karena berlaku untuk semua ''dhamma'' tanpa kualifikasi "terkondisi, tidak terkondisi".<ref name="Gombrich2008p209">{{cite book|author1=Richard Francis Gombrich|author2=Cristina Anna Scherrer-Schaub|year=2008|url=https://books.google.com/books?id=U7_Rea05eAMC|title=Buddhist Studies|publisher=Motilal Banarsidass|isbn=978-81-208-3248-0|pages=209, for context see pp. 195–223}}</ref> Jadi, [[Nirwana]], sebagai realitas yang tidak terkondisi, juga merupakan keadaan bukan-Diri atau ''anatta''.<ref name="Gombrich2008p209" /> Frasa "''sabbe dhamma anatta''" mencakup [[Khandha|''khandha'']] (kelompok agregat, tumpukan) yang menyusun makhluk apa pun, dan keyakinan atas adanya "keakuan" adalah kesombongan yang harus disadari sebagai sesuatu yang tidak kekal dan tanpa substansi, untuk mengakhiri semua ''dukkha''.<ref>{{cite book|author=Joaquín Pérez Remón|year=1980|url=https://books.google.com/books?id=OQ6svBmxAhEC|title=Self and Non-self in Early Buddhism|publisher=Walter de Gruyter|isbn=978-90-279-7987-2|pages=218–222, 234}}</ref>
 
Ajaran ''anattā'' menolak adanya sesuatu yang kekal dalam diri seseorang yang dapat disebut Diri atau Roh; dan bahwa kepercayaan terhadap Diri atau Roh adalah sumber ''dukkha''.<ref>{{cite book|author=Peter Harvey|year=2012|url=https://books.google.com/books?id=u0sg9LV_rEgC|title=An Introduction to Buddhism: Teachings, History and Practices|publisher=Cambridge University Press|isbn=978-0-521-85942-4|pages=57–62}}</ref><ref>{{cite book|author=Peter Harvey|year=2015|url=https://books.google.com/books?id=P_lmCgAAQBAJ|title=A Companion to Buddhist Philosophy|publisher=John Wiley & Sons|isbn=978-1-119-14466-3|editor=Steven M. Emmanuel|pages=34–37}}</ref> Namun, beberapa tradisi dan cendekiawan Buddhis menafsirkan bahwa ajaran ''anatta'' hanya berlaku untuk [[Khandha|lima kelompok unsur kehidupan]] dan bukan sebagai kebenaran universal, meskipun Buddha menegaskan hal ini dalam [[Dhammacakkappavattana Sutta|diskursus pertama-Nya]].<ref name="Selves">"Selves & Not-self: The Buddhist Teaching on Anatta", by Thanissaro Bhikkhu. Access to Insight (Legacy Edition), 30 November 2013, http://www.accesstoinsight.org/lib/authors/thanissaro/selvesnotself.html {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20130204143026/http://www.accesstoinsight.org/lib/authors/thanissaro/selvesnotself.html|date=2013-02-04}}.</ref><ref>{{Cite news|last=Bhikkhu|first=Thanissaro|title=There is no self.|url=https://tricycle.org/magazine/there-no-self/|work=Tricycle: The Buddhist Review|language=en-US|archive-url=https://web.archive.org/web/20180819114904/https://tricycle.org/magazine/there-no-self/|archive-date=2018-08-19|access-date=2018-08-19|url-status=live}}</ref><ref>{{Cite book|last=Thepyanmongkol|first=Phra|date=2009|url=https://books.google.com/books?id=juEsJjocNJoC&q=Some+translate+the+phrase+sabbe+dhamma+literally+as+%22all+phenomena%22+(both+compound+and+non-compound).+This+is+not+true.+According+to+Lord+Buddha's+Teaching+in+the+Dhammapada+Pali+text,+as+interpreted+by+the+original+arahant+commentators+and+by+the+most+recent+translators+(Carter+and+Palihawadana+1987)+2,+the+words+sabbe+dhamma|title=The Heart of Dhammakaya Meditation|publisher=Wat Luang Phor Sodh|isbn=9789748097534|pages=12|language=en}}</ref> Sarjana studi agama Alexander Wynne menyebut ''anatta'' sebagai ajaran “bukan-diri” alih-alih “tanpa-diri”.<ref name=":0">{{Cite journal|last=Wynne|first=Alexander|date=2009|title=Early Evidence for the 'no self' doctrine?|url=http://ocbs.org/wp-content/uploads/2015/09/awynne2009atijbs.pdf|journal=Oxford Centre for Buddhist Studies|pages=63–64|archive-url=https://web.archive.org/web/20170602145336/http://ocbs.org/wp-content/uploads/2015/09/awynne2009atijbs.pdf|archive-date=2017-06-02|access-date=2017-04-22|url-status=live}}</ref>
 
== Penerapan ==
Dalam Buddhisme, [[ketidaktahuan]] (''[[Avijjā|avijja]]'', atau ''[[Moha (Buddhisme)|moha]]''; yaitu kegagalan untuk memahami realitas) atas tiga karakteristik keberadaan (trilaksana: ''anicca dukkha anatta'') dianggap sebagai [[Paṭiccasamuppāda|mata rantai pertama]] dalam keseluruhan proses [[Saṁsāra|samsara]], yang dengannya makhluk-makhluk tunduk pada keberadaan yang berulang dalam siklus ''dukkha'' yang tak berujung. Melenyapkan ketidaktahuan dengan [[kebijaksanaan]] atas tiga karakteristik keberadaan dikatakan akan mengakhiri samsara dan, sebagai hasilnya, ''dukkha'' itu sendiri (''dukkha nirodha'' atau ''nirodha sacca'', seperti yang dijelaskan sebagai Kebenaran Mulia Ketiga dalam [[Empat Kebenaran Mulia]]).
 
[[Siddhattha Gotama|Buddha Gotama]] mengajarkan bahwa semua makhluk yang terkondisi oleh sebab (''saṅkhāra'') memiliki sifat ketidakkekalan (''anicca'') dan penderitaan atau ketidakpuasan (''dukkha''); dan bahwa tanpa-atma, bukan-diri, atau bukan-roh (''anatta'') merupakan ciri semua fenomena apa pun (''dhamma''), yang berarti tidak ada "aku", "milikku", atau "milikku" baik dalam yang terkondisi maupun yang tidak terkondisi (yakni [[Nibbāna]]).<ref>Nārada, The Dhammapada (1978), pp. 224.</ref><ref>{{cite book|last=Bodhi|first=Bhikkhu|year=2003|title=The Connected Discourses of the Buddha: A Translation of the Samyutta Nikaya|location=Somerville, MA|publisher=Wisdom Publications|isbn=978-0-86171-331-8|page=1457}}</ref> Ajaran tentang tiga corak keberadaan dalam [[Tripitaka Pāli|Tripitaka Pali]] diyakini berasal dari [[Siddhattha Gotama|Sang Buddha]] sendiri.<ref name="Gombrich2008p209" /><ref>Dhammapada Verses 277, 278 and 279.</ref><ref>{{cite book|author=Joaquín Pérez Remón|year=1980|url=https://books.google.com/books?id=OQ6svBmxAhEC|title=Self and Non-self in Early Buddhism|publisher=Walter de Gruyter|isbn=978-90-279-7987-2|pages=210–225}}</ref>
 
== Catatan ==
<references group="note" />
== Referensi ==
{{reflist}}
 
=== Sumber-sumber ===
{{refbegin}}
<!-- A -->
* {{Citation|last=Alexander|first=James|year=2019|chapter=The State Is the Attempt to Strip Metaphor Out of Politics|editor-last=Kos|editor-first=Eric S.|title=Michael Oakeshott on Authority, Governance, and the State|publisher=Springer}}
* {{Citation|last=Analayo|year=2013|title=Satipatthana. The Direct Path to Realization|publisher=Windhorse Publications}}
<!-- B -->
* {{cite book|last=Beckwith|first=Christopher I.|year=2015|url=http://press.princeton.edu/chapters/s10500.pdf|title=Greek Buddha: Pyrrho's Encounter with Early Buddhism in Central Asia|publisher=[[Princeton University Press]]|isbn=9781400866328}}
<!-- M -->
<!-- M -->
* {{Citation|last=Monier-Williams|first=Monier|author-link=Monier Monier-Williams|year=1899|title=A Sanskrit-English Dictionary|location=London|publisher=Oxford University Press|url=http://www.sanskrit-lexicon.uni-koeln.de/scans/MWScan/MWScanpdf/mw0483-dut.pdf}}
<!-- W -->
* {{Citation|last=Walsh|first=Maurice|year=1995|title=The Long Discourses of the Buddha. A Translation of the Dīgha Nikāya|publisher=Wisdom Publications}}
{{refend}}{{Buddhisme-topik}}
 
[[Kategori:Buddhisme]]