Megibung: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
kTidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(10 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
[[Berkas:
'''Megibung'''
== Tata cara ==
warga menyiapkan makanan di atas nampan yang sudah dialasi daun pisang. Nasi putih yang diletakkan di wadah itu disebut gibungan, sedangkan lauk dan sayurnya disebut karangan atau selaan.
Secara tradisi, dibentuk sela (kelompok) berisi 5-8 orang. Mereka duduk bersila dalam lingkaran. Tiap kelompok dipimpin seorang pepara yang bertugas menuang nasi dan lauk dalam wadah. Lauk yang pertama diturunkan adalah sayur sedangkan daging merupakan lauk terakhir yang diturunkan.
Etika makan yang perlu diperhatikan. Yaitu harus mencuci tangan terlebih dahulu, saat makan tidak boleh menjatuhkan sisa makanan dari suapan, tidak boleh mengambil makanan yang ada di sebelah kita, apabila ada yang sudah kenyang tidak boleh meninggalkan tempat atau meninggalkan temannya.
Air minumnya disediakan dalam kendi tanah liat. Cara meminumnya diteguk dari ujung kendi sehingga bibir tidak menyentuh kendi disebut ''nyeret''. Namun sekarang lebih praktis, air kendi diganti dengan air mineral kemasan.<ref>{{citation |url=https://m.detik.com/food/info-kuliner/d-3457890/begini-tradisi-orang-bali-megibung-makan-bersama-untuk-kekeluargaan |title=Begini Tradisi Orang Bali Megibung, Makan Bersama untuk Kekeluargaan |author=Maya Safira |publisher=Detik Food |date=27 Maret 2017 |access-date=21 Juni 2019 }}{{Pranala mati|date=Juni 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>
== Sejarah ==
Tradisi Megibung diperkenalkan oleh [[Raja Karangasem]] yaitu [[I Gusti Agung Anglurah Ketut Karangasem]] sekitar tahun [[1614]] [[Caka]] atau [[1692]] [[Masehi]].<ref name="Bali Tours Club">
== Referensi ==
{{reflist}}
[[Kategori:Budaya
|