Pong Tiku: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Magioladitis (bicara | kontrib)
k Referensi: Persondata now moved to wikidata, removed: {{Persondata |NAME = Tiku, Pong |ALTERNATIVE NAMES = |SHORT DESCRIPTION = Guerrilla fighter |DATE OF BIRTH = 1846 |PLACE OF BIRTH = Near Rantepao, Sulawesi |DATE O
 
(62 revisi perantara oleh 18 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{periksaterjemahan|en|Pong Tiku}}
{{Infobox person
| honorific_prefix =
| name = Pong Tiku
| honorific_suffix =
| native_name = =
| native_name_lang = =
| image = Pong = Tiku.jpg
| image_size =
| alt =
| caption =
| birth_name =
| birth_date = 1846
| birth_place = Dekat [[RantepaoRindingallo, Toraja Utara]], [[Sulawesi]]
| death_date = {{BirthDeathAge |df=yes| | 1846| | |1907 |07| 10|}}
| death_place = {{negara|Hindia Belanda}} Tondon, [[Makale, Tana Toraja]], [[Hindia Belanda]]
| death_cause = Ditembak mati
| body_discovered =
| resting_place = Tondon, Tana Toraja
| resting_place_coordinates = <!-- {{Coord|LAT|LONG|type:landmark|display=inline}} -->
| monuments =
| nationality =
| other_names =
| ethnicity = [[Toraja]]<!-- Ethnicity should be supported with a citation from a reliable source -->{{sfn|Tangdilintin|1976|p=1}}
| citizenship =
| occupation = Pemimpin, gerilyawan
| years_active = 1880–1907
| religion =
| spouse =
| partner =
| children =
| parents =
| relatives =
}}
'''Pong Tiku''' (ataujuga dieja '''Pontiku''' dan '''Pongtiku'''; 1846&nbsp; – 10 Juli 1907), yang dikenal dengandi antara sekutu [[Bugis]]nya namasebagai '''Ne' Baso''', adalah seorang pemimpin dan gerilyawan [[Toraja]] dan pejuang gerilya yang beroperasi di [[Sulawesi]] bagian selatan, sekarang bagian dari [[Indonesia]].
 
TikuPutra adalah putradari penguasa Pangala'. Setelah, Tiku mendudukimerebut kerajaan tetangga yang bernama Baruppu', iadan menjadi rajapemimpinnya, lalusetelah menguasaikematian Pangala'ayahnya, setelahia ayahnyajuga meninggalmemerintah duniaPangala'. LewatKarena perdagangan kopi dan persekutuanbersekutu dengan [[Sukusuku Bugis]] di dataran rendah, Tiku mendapatkanmampu memperoleh kekayaan, tanah, dan kekuasaan yang besar. SemasaSelama [[Perang Kopi]] (1889–1890), kotaibu kotanya di Tondon diserangdihancurkan oleh penguasa lain, namun dapat direbut kembali pada hari yang sama. Ketika [[Hindia Belanda|pasukankolonial Belanda]], menyerbuyang berbasis di [[SulawesiJawa]], menginvasi Sulawesi pada awal 1900-an, Tiku dan pasukannyatentaranya melancarkanmemanfaatkan seranganbenteng dariuntuk benteng.bertahan Iadan ditangkapbasis padauntuk bulanmelancarkan serangan. Ditangkap pada Oktober 1906., Bulannamun pada Januari 1907, ia kaburberhasil melarikan diri dan menjaditetap buronanburon sampaihingga Juni tahun itu. IaDia dieksekusi mati beberapa hari setelah tertangkapkemudian.
 
Tiku merupakanadalah pemimpin pemberontakanperlawanan terlamapaling lama di Sulawesi., sehingga [[Daftar Gubernur Jenderal Hindia Belanda|Gubernur Jenderal]] [[J. B. van Heutsz]] menganggapmenganggapnya Tikuperusak sebagaistabilitas ancaman bagi kestabilan pemerintahankontrol Belanda diatas kawasanwilayah itu.Sulawesi Van Heutszdan mengutusmengirim Gubernur Sulawesi untuk memimpinmengawasi penangkapannya. Sejak kematiannya, Tiku menjaditelah digunakan sebagai simbol pemberontakanperlawanan Toraja. IaPanjang diangkatdiperingati di Sulawesi, ia resmi dinyatakan sebagai [[Pahlawan Nasional Indonesia]] pada tahun [[2002]].
 
== Kehidupan awal dan naik ke tampuk kekuasaan ==
Tiku lahir di dekat [[Rantepao]], di dataran tinggi [[Sulawesi]] (sekarang bagian dari [[Kabupaten Toraja Utara]], [[Sulawesi Selatan]]) pada tahun 1846.{{sfn|Draeger|1992|p=218}} WaktuPada saat itu, Sulawesi Selatanselatan merupakanadalah pusat bagi perdagangan kopi yang berkembang pesat dan dikuasaidikendalikan oleh beberapabanyak panglima perang. Tiku adalahyang merupakan anak terakhir dari enam bersaudara yang lahir dari salah satu keluarga panglima perang tersebutini, penguasa Pangala'. Ia merupakan putraanak bungsu dari Siambe'enam Karaeng,bersaudara penguasakeluarga PangalaSiambo', Karaeng dan istrinya, Leb'ok. Sebagai Tiku adalah pemuda yang atletis,{{sfn|Tangdilintin|1976|p=1}} Tikudan sangatbersahabat ramahbaik terhadapdengan para pedagang kopi yang mengunjungiberkunjung ke desanya.{{sfn|Tangdilintin|1976|p=2}}
 
Pada tahun 1880, pecahterjadi perang antara Pangala' dan Baruppu', negara tetangga yang dikuasaidipimpin oleh Pasusu. Tiku punberperan memimpinaktif serangandalam kekampanye negaramelawan tetangganya.Baruppu', dan Setelahketika Pasusu dikalahkan, Tiku menggantikannya sebagai penguasa Baruppu'.{{sfn|Tangdilintin|1976|p=2}} Kerajaan yang baru dicaplokdianeksasi ini memilikikaya akan [[sawah]] yang luas dan amanmudah sehinggadipertahankan, memberi Tiku memiliki kekuasaan yang besar. MeskiMeskipun sukuorang Toraja umumnyasecara lebihtradisional menghargai tenaga manusia dan membunuhberusaha oranguntuk secukupnyatidak sajamembunuh tawanan perang, sejarah lisan Baruppu' mendeskripsikanmenggambarkan Tiku sebagai sosok pembunuh yang tidak memandang pria, wanita, ataudan anak-anak tanpa ampun.{{sfn|Bigalke|2005|p=43}}
 
TakKetika, tidak lama kemudian, ayah Tiku meninggal dunia., Tiku naikjuga sebagaimenjadi penguasapemimpin Pangala'. Sebagai pemimpin, Tiku berusahabekerja untuk memperkuat ekonomi setempat dengan meningkatkan perdagangan kopi dan persekutuanmembentuk aliansi strategis dengan suku-sukupenduduk dataran rendah yang didominasi orang [[Bugis]] di dataran rendah. KesuksesanKeberhasilan ekonomi iniyang dibawanya membuat para penguasa di sekitarnyaterdekatnya menghormati dan mengagumiiri pada Tiku.{{sfn|Tangdilintin|1976|p=3}}{{sfn|Bigalke|2005|p=27}}
 
== Kopi dan perang saudara ==
Khawatir akan persaingan dari kerajaan [[Luwu]] dan [[KesultananKerajaan Bone|Bone]] di Utarautara dan SidenrengSidareng dan Sawitto di Selatanselatan, Tiku berupayaberusaha memperkuat pertahanan negaranya. Kerajaan yangakhirnya dipimpinnya menyepakatimencapai beberapa perjanjian dagangperdagangan.{{sfn|Tangdilintin|1976|p=3}} Akan tetapiNamun, masuknya sukuperambahan Bugis memicumenyebabkan ketegangan antarnegarabaru antara negara bagian, yang memuncakmencapai padapuncaknya dalam [[Perang Kopi]] pada tahun 1889. Tiku berpihak padamemihak kerajaan-kerajaan selatan yang dipengaruhi Bugis.{{sfn|Tangdilintin|1976|pp=4–5}}
 
Pemimpin militer Bone, Petta Panggawae, dan pasukanprajurit Songko' Borrong{{efn|MengambilDinamai namadari dariciri-ciri topi mereka, yang berwarna merah. Dalam bahasa lokalsetempat, ''songko{{'}}'' artinyaberarti topi dan ''borrong'' artinyaberarti merah.}} pimpinannya menyerbu Pangala' dan bersekutu denganmemihak Pong Maramba', seorang penguasabangsawan kecil. Panggawae mendudukimengambil alih ibu kota Tiku di Tondon dan menjarahnya.meruntuhkan kota, membuat Tiku dan wargapenduduk sipil terpaksa meninggalkan wilayahdaerah tersebut. Tiku, dibantuyang berpihak pada pemimpin Sidenreng, Andi Guru, berhasil merebut kembali sisa-sisa Tondonibu kota malam itu juga.{{sfn|Tangdilintin|1976|p=6}} Perang berakhir pada tahun 1890.{{sfn|Tangdilintin|1976|pp=4–5}} setelahAtas utusan Belanda&nbsp;– mewakiliperintah [[Hindia Belanda|pemerintah kolonial]] di [[Jawa]]&nbsp;–, tibapasukan diBelanda merangsek sampai Bone. Namun demikian, negara-negara bagian yang masihtersisa berdirisegera saatmemulai ituserangkaian mulaiperjuangan berebut kekuasaanlain atas perdagangan [[perdaganganindustri senjata|senjata]] dan [[perdagangan budak|budak]]; setiap. Negara-negara salingkemudian menukarkanmenukar senjata dengan budak. Tiku juga terlibatberpartisipasi dalam perdagangan ini.{{sfn|Tangdilintin|1976|p=7}}
 
Tiku akhirnya bersekutumembentuk aliansi dengan para pemimpin Bugis diterdekat, sekitarnya agaryang mengurangi ketegangan dan meningkatkan perdagangan.;{{sfn|Tangdilintin|1976|pp=8–9}} Iaia juga mempelajari [[aksaraAlfabet LontaraLontar|sistem penulisan]] dan [[bahasaBahasa Bugis|bahasa]] merekakelompok tersebut, sehingga Tikuia dapat berkomunikasidengan mudah berkorespondensi dengan para pemimpin Bugis.{{sfn|Bigalke|2005|pp=34–35}} Pada waktusaat itu,ini Tiku sudahtelah menguasaimerebut sejumlahbanyak wilayah.{{sfn|Bigalke|2005|p=44}} Untuk menghindari terulangnyapengulangan penyerbuanpenghancuran Tondon, Tiku mulaimemulai membangunpembangunan tujuh benteng di tanahnya, serta beberapa pos pemantaupengawasan dan gudang di wilayahnya.{{sfn|Tangdilintin|1976|pp=8–9}} Benteng-benteng Toraja ini dirancang untuk mencegah serbuan kemasuknya lembah yang mengarah kemenuju pusat penduduk.populasi, Bentengdan milikbenteng Tiku tersebardibagi antara wilayahbagian timur dan barat kerajaannyatanahnya.{{sfn|Bigalke|2005|p=57}} IaDia menerapkan sistem pajak untuk mendanai pertahananlangkah-langkah kerajaan.defensif Pemilikini: pemilik sawah wajibdiwajibkan menyerahkanuntuk dikenakan pajak dua perpertiga tigadari hasil buminyapanen mereka, sedangkansementara petani lainnyalain menyerahkandikenai sepuluhpajak persennyasepuluh sajapersen.{{sfn|Bigalke|2005|p=44}}
 
== Serbuan Belanda ==
Pada tahun 1905, tanah-tanah Bugis dan Toraja yang sebelumnya terfragmentasi telah disatukanbersatu dalammenjadi empat wilayah utama, yang salah satunya dibawahberada di kepemimpinanbawah Tiku.{{sfn|Bigalke|2005|p=51}} Pada bulan Juli tahun tersebutitu, raja [[Gowa]], sebuah negara tetangga, mulai mengumpulkan prajurittentara untuk bertarung melawan para tukang invasipenjajah dan mempertahankanmencegah sisa-sisa tanah Toraja dari penaklukanditaklukkan. Ma'dika Bombing, seorang pemimpin dari negara wilayah selatan, menunjukmeminta Tikubantuan sebagai asistennyaTiku. Sebulan setelah para pengirim kabarutusan disebarbubar, para pemimpin berkumpul di Gowa untuk membukamembuat rencana aksi. Hasilnya, adalah para penguasa lokal harus berhenti berperang satudi samaantara lainmereka sendiri dan berfokusfokus pada Belanda, yang memiliki kekuatan lebih unggul;{{sfn|Tangdilintin|1976|pp=10–13}} namun, konflik-Walau begitu konflik internal takini, secaratidak keseluruhansepenuhnya mereda.{{sfn|Bigalke|2005|pp=53–54}} Pada saat sebuah pertemuan dilangsungkanditangguhkan, Belanda sudah mulai membuat penyerduan kemenyerang Luwu. Tiku, memerintahkanditugaskan pengusiranuntuk mengalihkan Belanda dari kota pertahanan Rantepo denganyang sulit untuk dipertahankan, mulai menghimpunmembangun pasukannya dan menempatkan pada pertahanan-pertahanannya.{{sfn|Tangdilintin|1976|p=14}}{{sfn|Bigalke|2005|p=52}}
 
Pada bulan Januari 1906, Tiku mengirim para pengintai ke Sidareng dan Sawitto, sementara Belanda yang melakukandiserbu invasiBelanda, menyelidikiuntuk caramengamati bertempurjalannya merekapertempuran. Ketika para pengintai melaporkan bahwakekuatan luar biasa pasukan Belanda memilikidan kekuatan magis yang besardigunakan dan tampaknya menggunakan kekuatan sihir saatuntuk melawan pasukantentara Bugis, iadia memerintahkan para pasukan di benteng-bentengnya untuk bersiapmeningkatkan kesiapan dan mulai mengumpulkan cadangan makanan berupamenimbun beras;{{sfn|Tangdilintin|1976|p=14}}{{sfn|Bigalke|2005|p=52}} sebulanbulan kemudianitu, Luwu jatuh ke tangan pasukan Belanda, yang membuatkemudian pasukanbergerak Tikulebih berpindahjauh ke tempat yang lebih pelosokpedalaman. Pada bulan Februari, paraanak pasukanbuah Tiku, yang dikirim keuntuk memperkuat kerajaan-kerajaan selatan, mengabarkanmelaporkan bahwa taktidak lamaada lagi kepemimpinan yang koheren dan duabahwa kedua kerajaan kalah melawan bangsa Eropa. KabarIni tersebut membuatmeyakinkan Tiku menghimpununtuk pasukan yangmelatih lebih banyak lagipasukan dan membentuk dewan militer yang beranggotakan sembilan orang, dengan dirinya sendiri sebagai pemimpinnya.{{sfn|Tangdilintin|1976|p=16-17}}
 
Pada Maret 1906, kerajaan-kerajaan lainnya semuanyatelah runtuhjatuh, meninggalkan Tiku sebagai penguasa Toraja terakhir.{{sfn|Tangdilintin|1976|p=16-17}} Belanda mengambil alihmerebut Rantepao tanpa perlawanan, tanpa menyadari bahwa penyerahan kota tersebuttelah diaturdirencanakan oleh Tiku. Melalui sebuah surat, Kapten komandanPanglima Belanda Kapten Kilian memintamenyuruh Tiku untuk menyerah, sebuah permintaaantuntutan yang enggantidak ditepatidipenuhi oleh Tiku.{{sfn|Tangdilintin|1976|p=18}} MenyadariSadar bahwaakan pasukan Tiku memilikiyang pasukansudah terkumpul dan sejumlahbanyaknya benteng, Kilian tidak berniat untukmencoba melakukan serangan secara langsung. SehinggaSebaliknya, pada April 1906, ia mengirim sebuahrombongan kelompok ekspedisionerekspedisi ke Tondon. NamunMeskipun pendekatangerakan kelompokpasukan tersebutini ditolaktidak dilawan, setelah padamalam tengah malamtiba pasukan Tiku menyerang kamp Belanda di Tondon; peristiwa tersebutini memaksa pasukan Belanda untuk mundur ke Rantepao sementaradan dikejar oleh pasukan Tiku, mengejaryang serta membuatmengakibatkan banyak korban menderitadari pihak Belanda di sepanjang jalanperjalanan.{{sfn|Tangdilintin|1976|pp=19–20}}
 
Aksi militerStrategi Tiku berdasarkandidasarkan pada pengalamannyapengalaman bertarungyang dengandiperolehnya penguasasaat lainmelawan panglima perang lainnya.{{sfn|Bigalke|2005|p=56}} Sementara itu, Belanda dan pasukan [[pribumipenduduk asli Indonesia|pribumi]] campuran mereka,{{efn|Pasukan pribumi tersebut utamanyaterutama terdiri dari wajib militer [[suku Ambon]], [[Batak (Indonesia)|Batak]], [[orang Jawa|Jawa]], dan [[Timor]].{{sfn|Bigalke|2005|p=58}}}} takdi berhasilsisi mengalahkanlain, meremehkan pasukan Tiku dan taktidak tahanmampu beradaptasi dengan cuaca dingin yangdi terbilangdataran tinggi.{{sfn|Bigalke|2005|p=58}}
 
== PerlawananPerjuangan pertamaawal ==
PasukanEkspedisi ekspedisioneryang gagal melakukanmenyebabkan kesepakatanperang terbuka antara Tiku, yang bersembunyi di bentengnya di Buntu Batu, dan pasukan Belanda. Tiku mengirimmemiliki mata-mata kepada pasukan Belanda di Rantepao. Pada tanggal 22 Juni, mata-matamereka melaporkan bahwa pada malam sebelumnya sebuah batalionbatalyon Belanda yang terdiri dari sekitarkira-kira 250 priaorang dan 500 pengangkutkuli berangkattelah kemeninggalkan desa tersebutpada malam sebelumnya, berjalanmengarah ke atas selatan menuju arah benteng Tiku di Lali' Londong. Tiku memerintahkan agar jalananjalan tersebut disabotase, disehingga manamemperpanjang perjalananwaktu pada saat itu membutuhkan waktutempuh dari satu sampaihari menjadi lima hari. Pada malam tanggal 26 Juni, pasukan Tiku menyerang pasukan Belanda di luar Lali' Londong, sebuah serangan diyang manatidak Belandadiprediksi belumoleh mempersiapkanBelanda. apapun;Namun, tidak ada yang dibunuhtewas padadalam serangan tersebutitu. PagiKeesokan berikutnyapaginya, Belanda mempersiapkan sebuahmemulai pengepungan di Lali' Londong,{{sfn|Tangdilintin|1976|pp=21–26}} menggunakan [[granat tangan]] dan tangga. MeskipunKarena tidak biasanyamampu pasukanmenghadapi granat, senjata baru Belanda yang tidak menggunakandigunakan granatmelawan terhadappanglima pemimpinperang wilayahlain lainnyasebelumnya, padasore siang harinya,itu benteng tersebutitu ditaklukanberhasil direbut pasukan Belanda.{{sfn|Tangdilintin|1976|pp=27–28}}{{sfn|Bigalke|2005|p=58}}
 
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Studioportret van Luitenant-Generaal J.B. van Heutsz TMnr 60039070.jpg|jmpl|lurus|Gubernur-Jenderal [[J. B. van Heutsz]] memerintahkan Gubernur Sulawesi untuk menangkap Tiku karena gerilyawankehilangan tersebutmuka menyebabkanakibat wajahnya tercorenggerilya.]]
Pasukan ekspedisioner gagal melakukan kesepakatan terbuka antara Tiku, yang bersembunyi di bentengnya di Buntu Batu, dan pasukan Belanda. Tiku mengirim mata-mata kepada pasukan Belanda di Rantepao. Pada 22 Juni, mata-mata melaporkan bahwa pada malam sebelumnya sebuah batalion Belanda yang terdiri dari sekitar 250 pria dan 500 pengangkut berangkat ke desa tersebut, berjalan ke atas selatan menuju benteng Tiku di Lali' Londong. Tiku memerintahkan agar jalanan disabotase, di mana perjalanan pada saat itu membutuhkan waktu dari satu sampai lima hari. Pada malam 26 Juni, pasukan Tiku menyerang pasukan Belanda di luar Lali' Londong, sebuah serangan di mana Belanda belum mempersiapkan apapun; tidak ada yang dibunuh pada serangan tersebut. Pagi berikutnya, Belanda mempersiapkan sebuah pengepungan di Lali' Londong,{{sfn|Tangdilintin|1976|pp=21–26}} menggunakan [[granat tangan]] dan tangga. Meskipun tidak biasanya pasukan Belanda tidak menggunakan granat terhadap pemimpin wilayah lainnya, pada siang harinya, benteng tersebut ditaklukan.{{sfn|Tangdilintin|1976|pp=27–28}}{{sfn|Bigalke|2005|p=58}}
 
Kekalahan tersebutini mendorongmembuat Tiku memperkuat pasukannyaanak buahnya.{{sfn|Tangdilintin|1976|p=32}} Para pasukanPasukan Toraja dipersenjatai dengan senapan, tombak, batu besar, pedang, dan ekstrak lada cabai,{{sfn|Adams|2006|p=143}} yang disemprotkan ke mata lawanmusuh dengan menggunakan sebuah pipaalat yang disebut ''tirik lada'' , atau [[sumpit (senjata)|sumpitsumpitan]], untuk membutakan mereka. Tiku sendiri dipersenjatai dengan sebuah senapan Portugis, tombak, dan ''labo'' Portugis. Dia mengenakan baju besi pelindung, sebuah ''sepu'' (penjaga selangkangan), dan [[Songkok/Peci|songkok]] dengan tonjolan yang berbentuk tanduk kerbau, dan membawa perisai yang dihiasidihias. Bersama denganDengan tentaranya, Tiku menggali lubang yang diisi dengan tiang bambu yang dibuattajam di sepanjang rute pasokan Belanda;. sehingga orang-orangMereka yang berjalan di atas lubang akan jatuh dan tertusuk. {{sfn|Draeger|1992|p=218}}{{sfn|Friend|2003|p=352}} Namun, hal tersebutini tidak cukup untuk menghentikan penyerbuankemajuan Belanda. Pada 17 Oktober 1906, dua benteng lainnya,bernama Bamba Puang dan Kotu, runtuhjatuh,{{sfn|Tangdilintin|1976|p=30}} setelah beberapa kali serangan gagal Belanda sejak bulan Juni.{{sfn|Tangdilintin|1976|pp=33–36}} SebagaiKarena kampanye melawan Tiku, yangberlangsung menjadilebih kampanyelama yangdaripada sangatsebagian panjangbesar ketimbangkampanye kebanyakan kampanyependudukan lainnya, padahal masaini penjajahan, yangdianggap menggerogotimelemahkan otoritas Belanda di Sulawesi, [[Daftar Gubernur- Jenderal Hindia Belanda|Gubernur- Jenderal]] [[J. B. van Heutsz]] memerintahkanmengirim Gubernur Sulawesi Swart untuk memimpin serangan secara pribadi.{{sfn|Bigalke|2005|p=58}}
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Studioportret van Luitenant-Generaal J.B. van Heutsz TMnr 60039070.jpg|jmpl|lurus|Gubernur-Jenderal [[J. B. van Heutsz]] memerintahkan Gubernur Sulawesi untuk menangkap Tiku karena gerilyawan tersebut menyebabkan wajahnya tercoreng.]]
 
Setelah pengepungan yang lama, Andi Guru dan mantan letnan Tiku, Tandi Bunna'&nbsp;– keduanya saat itu sudah bekerja untuk Belanda&nbsp;– menghadapmendekati Tiku pada tanggal 26 Oktober dan menawarkan gencatan senjata. MeskipunMeski awalnya enggantidak mau, Tiku dikabarkandilaporkan memenuhidiyakinkan permintaanoleh masyarakatwarga sipil yang mengingatkannya bahwa ibunya&nbsp;– yang tewastelah meninggal dalam pengepungan tersebut&nbsp;– butuhperlu dikuburkan.{{sfn|Bigalke|2005|p=60}} Setelah tiga hari masagencatan damaisenjata, pada malam 30 Oktober, pasukan Belanda mengambil alih benteng tersebut, mencegatmengambil seluruhsemua senjata, dan menangkap Tiku. IaDia dan para prajuritnyatentaranya dipaksaterpaksa pergikabur ke Tondon.{{sfn|Tangdilintin|1976|pp=47–50}}
Kekalahan tersebut mendorong Tiku memperkuat pasukannya.{{sfn|Tangdilintin|1976|p=32}} Para pasukan Toraja dipersenjatai dengan senapan, tombak, pedang, dan ekstrak lada cabai,{{sfn|Adams|2006|p=143}} yang disemprotkan ke mata lawan dengan menggunakan sebuah pipa yang disebut ''tirik lada'', atau [[sumpit (senjata)|sumpit]], untuk membutakan mereka. Tiku sendiri dipersenjatai dengan sebuah senapan Portugis, tombak, dan ''labo''. Dia mengenakan baju besi pelindung, sebuah ''sepu'' (penjaga selangkangan), dan [[songkok]] dengan tonjolan yang berbentuk tanduk kerbau, dan membawa perisai yang dihiasi. Bersama dengan tentaranya, Tiku menggali lubang yang diisi dengan bambu yang dibuat di sepanjang rute pasokan Belanda; sehingga orang-orang yang berjalan di atas lubang akan jatuh dan tertusuk. {{sfn|Draeger|1992|p=218}}{{sfn|Friend|2003|p=352}} Namun, hal tersebut tidak menghentikan penyerbuan Belanda. Pada 17 Oktober 1906, dua benteng lainnya, Bamba Puang dan Kotu, runtuh,{{sfn|Tangdilintin|1976|p=30}} setelah beberapa serangan gagal Belanda sejak bulan Juni.{{sfn|Tangdilintin|1976|pp=33–36}} Sebagai kampanye melawan Tiku, yang menjadi kampanye yang sangat panjang ketimbang kebanyakan kampanye lainnya pada masa penjajahan, yang menggerogoti otoritas Belanda di Sulawesi, [[Daftar Gubernur-Jenderal Hindia Belanda|Gubernur-Jenderal]] [[J. B. van Heutsz]] memerintahkan Gubernur Sulawesi Swart untuk memimpin serangan secara pribadi.{{sfn|Bigalke|2005|p=58}}
 
Setelah pengepungan yang lama, Andi Guru dan mantan letnan Tiku, Tandi Bunna'&nbsp;– keduanya bekerja untuk Belanda&nbsp;– menghadap Tiku pada 26 Oktober dan menawarkan gencatan senjata. Meskipun awalnya enggan, Tiku dikabarkan memenuhi permintaan masyarakat yang mengingatkannya bahwa ibunya&nbsp;– yang tewas dalam pengepungan tersebut&nbsp;– butuh dikuburkan.{{sfn|Bigalke|2005|p=60}} Setelah tiga hari masa damai, pada malam 30 Oktober, pasukan Belanda mengambil alih benteng tersebut, mencegat seluruh senjata, dan menangkap Tiku. Ia dan para prajuritnya dipaksa pergi ke Tondon.{{sfn|Tangdilintin|1976|pp=47–50}}
 
== Perlawanan kedua dan kematian ==
Di Tondon, Tiku memulai persiapan pemakaman ibunya, denganpersiapan menggunakanyang adatdalam budaya Toraja selamamemakan waktu beberapa bulan. SesambilSaat mengadakanmengurus persiapan tersebut, iadia mendapatkanmenyuruh seorang penasihat yang mengumpulkan senjata secara rahasiadiam-diam sementara yang lainnyalain menginginkandisuruhnya pergi ke benteng-bentengnya di Alla' dan Ambeso.{{sfn|Tangdilintin|1976|pp=51–52}} Tiku kemudian membuat persiapan untuk melarikan diri dari penangkapantahanan Belanda; iadia juga mengembalikan seluruhsemua harta bendaproperti yang iadia ambil ketika ia menjadisebagai penguasatuan, karena iadia tahu bahwadia tidak akan lama menggunakannya lagi. Ketika beradaSelama di Tondon, pasukan Belanda memperdayadianggap seorangmelecehkan pemimpinPong TorajaTiku.{{sfn|Bigalke|2005|p=60}} Malam sebelum pemakaman ibunya, pada Januari 1907, Tiku dan 300 pengikutnya melarikan diri dari Tondon untuk, menuju ke arah selatan.{{sfn|Tangdilintin|1976|pp=54–55}}
 
Setelah iadia dikabaridiberitahu bahwa Belanda mengikutinyatelah mengejarnya, Tiku memerintahkan sebagian besar pengikutnya untuk kembali ke Tondon sementara iadia dan sekelompok lima belas orang lainnya, termasuk dua istrinya, melanjutkan perjalananterus ke selatan.{{sfn|Tangdilintin|1976|p=56}} Mereka awalnyapertama singgahkali tiba di Ambeso, namuntetapi bentengnyabenteng runtuhitu jatuh beberapa hari kemudian, sehinggadan kemudiansaat itu mereka melarikan dirimengungsi ke Alla'. Benteng tersebutini runtuhpula jatuh pada akhir Maret 1907 dan Tiku mulai berjalan kembali ke Tondon melalui hutan. IaDia dan para pemimpin lainnya, yang beretnisbaik Bugis danmaupun Toraja, mulai terlacakdikejar oleh pasukan Belanda.{{sfn|Tangdilintin|1976|pp=60–61}} PemimpinPara pemimpin lainnya ditangkapmenyerah olehkepada Belanda dan dijatuhi hukuman tiga tahun penjara di [[Makassar]] atau diasingkan ke [[Buton]].{{sfn|Tangdilintin|1976|p=62}} Sementara ituTiku, Tikusementara itu, tetap bersembunyi di hutan.{{sfn|Tangdilintin|1976|p=63}}
 
Pada tanggal 30 Juni 1907, Tiku dan dua pasukannyaanak buahnya ditangkap oleh pasukan Belanda; iadia menjadiadalah pemimpin gerilya terakhir yang ditangkap. Setelah beberapa hari ditahandi penjara,{{sfn|Tangdilintin|1976|p=64}} pada 10 Juli 1907 Tiku ditembak dan dibunuhmati oleh pasukantentara Belanda di dekat Sungai Sa'dan; beberapa laporan menyatakan bahwa ia sedang mandi pada waktusaat itu.{{sfn|Adams|2006|p=143}} Ia dikuburdimakamkan dibersama peristirahatanseluruh keluarganya di Tondol, meskipunsementara sepupunya Tandibua' menjadi penguasa asli Pangala', ia menjabat dibawahdi kepemimpinanbawah Belanda.{{sfn|Tangdilintin|1976|pp=65–66}}
 
== Warisan ==
Setelah kematian Tiku, pemerintah kolonial berharap iadia segera dilupakan, namunsebuah harapan yang terjaditidak justru sebaliknya.terwujud;{{sfn|Adams|2006|p=143}} Tandibua' memberontak pada tahun 1917, dan kantongpemberontakan perlawananlokal kecillainnya bertahanmuncul di sejumlahberbagai wilayahdaerah di Sulawesi hinggasampai kaburnya Belanda terusir akibatsetelah [[pendudukanPendudukan Jepang di Indonesia|pendudukanPendudukan Jepang]].{{sfn|Tangdilintin|1976|pp=65–66}} Pada masaSelama pendudukan, pasukan Jepang menggunakan Tiku sebagai simbol perjuangan Toraja terhadapmelawan agresi kolonial, danbekerja berusahauntuk menyatukan rakyat untuk melawan bangsa Eropa. Akan tetapi,Walau strategihal ini gagalkurang diterima di wilayah-wilayahdaerah taklukan Tiku seperti Baruppu'{{sfn|Bigalke|2005|p=199}} dan Sesean. yangDi mengenangsana, Tiku dikenang sebagai sosokpria pembunuhyang danmembunuh penculikorang lain untuk mencuri istri orangmereka. {{sfn|Volkman|1985|p=27}}
 
Pemerintah [[Kabupaten Tana Toraja]] mengangkatmendeklarasikan Tiku sebagai pahlawan nasional pada tahun 1964.{{sfn|Friend|2003|p=352}} TahunPada tahun 1970, tugusebuah penghormatanmonumen Tikuuntuknya didirikandibangun di tepi sungai Sa'dan.{{sfn|Adams|2006|p=143}} Tiku dinyatakan sebagai [[Pahlawan Nasional Indonesia]] melaluidengan DekretKeputusan KepresidenanPresiden 073/TK/2002 pada tanggal 6 November 2002.{{sfn|Indonesian Social Ministry, Daftar Nama Pahlawan}} Pada hari peringatan kematian Tiku, upacara khususperingatan diselenggarakandiadakan di ibuibukota kota Sulawesi Selatan,provinsi [[Makassar]].{{sfn|Adams|2006|p=143}} Selain beberapa jalan raya, [[Bandar UdaraBandara Pongtiku|bandara]] di Tana Toraja jugadinamai diberiberdasarkan nama Pong Tikunamanya.{{sfn|Volkman|1985|p=166}}
 
{{Clear}}
Pemerintah [[Kabupaten Tana Toraja]] mengangkat Tiku sebagai pahlawan nasional pada tahun 1964.{{sfn|Friend|2003|p=352}} Tahun 1970, tugu penghormatan Tiku didirikan di tepi sungai Sa'dan.{{sfn|Adams|2006|p=143}} Tiku dinyatakan sebagai [[Pahlawan Nasional Indonesia]] melalui Dekret Kepresidenan 073/TK/2002 tanggal 6 November 2002.{{sfn|Indonesian Social Ministry, Daftar Nama Pahlawan}} Pada hari peringatan kematian Tiku, upacara khusus diselenggarakan di ibu kota Sulawesi Selatan, [[Makassar]].{{sfn|Adams|2006|p=143}} Selain jalan raya, [[Bandar Udara Pongtiku|bandara]] di Tana Toraja juga diberi nama Pong Tiku.{{sfn|Volkman|1985|p=166}}
 
== Catatan ==
Baris 117:
* {{cite web
|title=Daftar Nama Pahlawan Nasional Republik Indonesia
|url= http://www.depsos.go.id/modules.php?name=Pahlawan&opsi=mulai-2
|work=Awards of the Republic of Indonesia
|publisher=Indonesian Social Ministry
|archiveurl=httphttps://www.webcitation.org/67uvgCfPt?url=http://www.depsos.go.id/modules.php?name=Pahlawan
|archivedate=25 May 2012-05-25
|accessdate=25 May 2012
|ref={{sfnRef|Indonesian Social Ministry, Daftar Nama Pahlawan}}
|dead-url=no
}}
* {{cite book
|url=http://books.google.ca/books?id=g3FLFtThkU0C
Baris 171 ⟶ 172:
 
{{Pahlawan Indonesia}}
 
{{Artikel pilihan}}
 
{{lifetime|1846|1907|}}
 
{{Persondata
|NAME = Tiku, Pong
|ALTERNATIVE NAMES =
|SHORT DESCRIPTION = Guerrilla fighter
|DATE OF BIRTH = 1846
|PLACE OF BIRTH = Near [[Rantepao]], [[Sulawesi]]
|DATE OF DEATH = 10 July 1907
|PLACE OF DEATH = Tondon, Tana Toraja, Dutch East Indies
}}
{{DEFAULTSORT:Tiku, Pong}}
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]]