Cerita Panji: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k ←Suntingan Bourbourdo (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh HsfBot
Tag: Pengembalian
k Cerita
 
(59 revisi perantara oleh 17 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
[[Berkas:Panji Asmoro Bangun Keong Emas.JPG|thumbjmpl|rightka|300px|Raden Panji Asmarabangun tengah mencari isterinya yang hilang, Dewi Sekartaji.]]
{{rapikan}}
{{wikify|date=Desember 2009}}
[[Berkas:Panji Asmoro Bangun Keong Emas.JPG|thumb|right|300px|Raden Panji Asmarabangun tengah mencari isterinya yang hilang, Dewi Sekartaji.]]
'''Cerita Panji''' ialah sebuah kumpulan cerita yang berasal dari [[Jawa]] periode klasik, tepatnya dari era [[Kerajaan Kadiri]]. Isinya adalah mengenai kepahlawanan dan cinta yang berpusat pada dua orang tokoh utamanya, yaitu Raden Inu Kertapati (atau Panji Asmarabangun) dan Dewi Sekartaji (atau Galuh Candrakirana). Cerita ini mempunyai banyak versi, dan telah menyebar di beberapa tempat di [[Nusantara]] (Jawa, [[Bali]], [[Kalimantan]], [[Malaysia]], [[Thailand]], [[Kamboja]], [[Myanmar]], dan [[Filipina]]).
 
'''Cerita Panji [[Aksara Jawa]]: ꦕꦼꦫꦶꦠꦥꦤ꧀ꦗꦶ''' atau '''Lingkup Cerita Panji''' merupakan sekumpulan cerita yang berkisar pada, atau memiliki keterkaitan dengan, dua tokoh utamanya, yaitu '''Raden Panji Inu Kertapati''' (atau Kudawaningpati atau Asmarabangun), seorang [[pangeran]] dari [[Kerajaan Janggala]], dan '''Dewi Sekartaji''' (atau Galuh Candrakirana), seorang puteri dari [[Kerajaan Kadiri]].<ref name=":0">{{Cite web|url=https://www.museumnasional.or.id/en/panji-cerita-asli-indonesia-1836|title=Panji Cerita Asli Indonesia|last=Mawaddatul Khusna R.|first=Mawaddatul|last2=Wardhani|first2=Fifia|date=28 Januari 2019|website=Museum Nasional Indonesia|others=Original article: Warta Museum Tahun XIII No. 13 Tahun 2018|access-date=30 April 2020}}{{Pranala mati|date=September 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> Kedua bangsawan tersebut saling mencinta dan cerita-cerita sering kali berakhir dengan persatuan cinta tersebut. Karena cerita-cerita tersebut saling berdiri sendiri dengan banyak variasi atau kembangan, tidak disatukan dalam suatu cerita induk, namun selalu berkisar pada dua tokoh utama tersebut, dapat dikatakan bahwa cerita-cerita Panji merupakan suatu lingkup sastra (''literary cycle'').
Beberapa cerita rakyat seperti [[Keong Mas]], [[Ande-ande Lumut]], dan [[Golek Kencana]] juga merupakan turunan dari cerita ini. Karena terdapat banyak cerita yang saling berbeda namun saling berhubungan, cerita-cerita dalam berbagai versi ini dimasukkan dalam satu kategori yang disebut "Lingkup Panji" (''Panji cycle'').
 
Tema klasik cerita ini terutama terkait dengan petualangan dari dua tokoh utama tersebut, meskipun juga ada yang mengenai perjuangan hidup tokoh lain. Asal-muasal cerita Panji tidak diketahui tetapi jelas memiliki latar belakang era [[Kerajaan Kadiri]], ketika para pujangga mulai merangkai karya sastra dengan cerita yang tidak lagi India-sentris, melainkan bernafaskan kehidupan lokal Jawa. Cerita-cerita Panji mencapai kepopuleran pada era [[Majapahit]], dan mendapat posisi didaktik yang tinggi, sehingga sejumlah candi peninggalan kerajaan ini berhiaskan relief yang mengabadikan tidak hanya epik cerita dari India, seperti [[Ramayana]] dan [[Mahabharata]], namun juga kisah-kisah dari lingkup cerita Panji maupun yang sezaman.
== Lakon Panji ==
 
Pada masa Majapahit akhir dan setelahnya, cerita-cerita Panji mulai dijadikan karya sastra dalam bentuk puisi maupun prosa berbagai keraton dan dituturkan secara lisan di kalangan umum, sehingga beberapa di antaranya menjadi cerita rakyat populer, seperti cerita '''Keong Emas''', [[Ande Ande Lumut]], [[Cindelaras|Cinde Laras]], '''Enthit''', dan '''Golek Kencana'''.<ref>{{Cite web|url=https://festivalpanji.id/2018/04/04/apa-itu-cerita-panji/|title=Apa Itu Cerita Panji?|last=Admin|first=|date=4 April 2018|website=Festival Panji Nusantara 2019|access-date=3 Mei 2020|archive-date=2020-09-11|archive-url=https://web.archive.org/web/20200911064355/https://festivalpanji.id/2018/04/04/apa-itu-cerita-panji/|dead-url=yes}}</ref> Berbagai cerita ini lalu menyebar sampai sejumlah kerajaan di [[Nusantara]] (Indonesia dan [[Malaysia]]), bahkan kemudian sampai ke Siam ([[Thailand]]), Khmer ([[Kamboja]]), Birma ([[Myanmar]]), dan mungkin pula [[Filipina]]. Di kawasan [[Indocina]], cerita Panji diadaptasi sesuai dengan situasi setempat. Tokoh Raden Inu Kertapati diadaptasi dalam karya sastra dan drama tari dengan nama yang bervariasi, seperti ''Inao/อิเหนา'' (Siam), ''Inav/Eynao'' (Khmer), atau ''E-naung'' (Birma), sementara Dewi Sekartaji dikenal sebagai Bussaba/Bessaba. Di Sulawesi, ada cerita panji yang ditulis dalam [[bahasa Makassar]], yang disebut ''Hikayat Cekele'' (Bahasa Melayu: ''Cekel'').<ref>Lihat contohnya, Dr. Cense (1889). ''Band. Tijdschr. V. Ind. Taal, Land-en Volkenkunde 32'', h. 424; Poerbatjaraka (1968). ''Tjerita Pandji dalam Perbandingan''. h. 410; Nugroho, Irawan Djoko (2011). ''Majapahit Peradaban Maritim''. h. 42 dan 355.</ref>
Cerita-cerita dalam Lingkup Panji banyak digunakan dalam berbagai pertunjukan tradisional. Di Jawa, Cerita Panji digunakan dalam pertunjukan [[Wayang Gedog]]. Di Bali, yang dikenal di sana sebagai "Malat", pertunjukan [[Arja]] juga memakai lakon ini. Kisah ini juga menjadi bagian tradisi dari [[Suku Banjar]] di [[Kalimantan Selatan]] meskipun kini mulai kurang dikenal oleh masyarakat. Di Thailand terdapat seni pertunjukan klasik yang disebut "Inao" (Bahasa Thai:อิเหนา) yang berasal dari nama "Inu"/"Ino". Begitu pula Kamboja yang mengenal lakon ini sebagai "Eynao".
 
Sejak tahun 2017, berbagai naskah (manuskrip) cerita Panji telah dimasukkan oleh [[Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa|UNESCO]] ke dalam [[Warisan Ingatan Dunia]], setelah setahun sebelumnya diajukan oleh berbagai perpustakaan dari [[Kamboja]], Indonesia, [[Belanda]], Malaysia, dan [[Britania Raya]].<ref>{{Cite web|url=http://www.unesco.org/new/en/communication-and-information/memory-of-the-world/register/full-list-of-registered-heritage/registered-heritage-page-7/panji-tales-manuscripts/|title=Panji Tales Manuscripts|last=UNESCO|first=|date=|website=Memory of the World|access-date=2 mEI 2020}}</ref>
=== Nama Pelakon (Tokoh) dalam Cerita Panji ===
 
=== Nama Pelakon (Tokoh) dalam Cerita Panji ===
# Raden Inu (atau Ino atau Hino) Kertapati / Panji Asmara Bangun / Kuda (atau Cekel) Wanengpati
Penamaan "cerita Panji" didasarkan pada beberapa tokohnya, termasuk tokoh utamanya, yang memakai gelar "Panji". Ini adalah gelar kebangsawanan di Jawa yang sudah dikenal sejak masa Kediri. Istilah tersebut merupakan nama gelar atau jabatan yang masih berhubungan dengan lingkungan istana yang mengacu kepada tokoh ksatria laki-laki yaitu seorang raja, putra, mahkota, pejabat tinggi kerajaan, kepala daerah, dan pemimpin pasukan. Istilah “panji” atau ‘apanji” atau “mapanji” ini terus digunakan secara umum hingga masa Singhasari dan Majapahit.<ref name=":0" /> Gelar [[Raden Panji]] masih digunakan sampai sekarang di kalangan bangsawan Jawa Timur.
# Dewi Sekartaji / Galuh Candra Kirana
 
# Panji Semirang / Kuda Narawangsa (Dewi Sekartaji dalam penyamaran)
=== Tokoh-tokoh utama atau dasar ===
# Klana Sewandana / Klana Tunjung Seta
# Raden Panji Inu (atau Ino atau Hino) Kertapati / Panji Asmara BangunAsmarabangun / Kuda (atau Cekel) Wanengpati / Ande-ande Lumut / Enthit
# Dewi Sekartaji / Galuh Candra KiranaCandrakirana
# Panji Semirang / Kuda Narawangsa (Dewi Sekartaji dalam penyamaran sebagai lelaki)
# Ragil Kuning / Dewi Onengan
# [[Dewi Kili Suci]]
# Prabu Gunung Sari
# Klana Sewandana / Klana Tunjung Seta
 
=== Tokoh-tokoh pendukung ===
{{Div col|colwidth=30em}}
# Panji Sinom Pradapa
# Panji Brajanata
Baris 27 ⟶ 32:
# Lembu Amijaya
# Wirun
# Kilisuci
# Resi Gatayu
# Bremanakanda
Baris 53 ⟶ 57:
# Retna Cindaga
# Surya Wisesa
{{Div col end}}
 
=== Tokoh-tokoh kembangan ===
== Cerita Panji dalam Relief Candi ==
* [[Sri Tanjung]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Prins Panji in een hof met drie vrouwen. TMnr 2110-1.jpg|thumb|right|300px|Lukisan Bali menggambarkan Pangeran Panji bertemu tiga orang perempuan di hutan.]]
* [[Timun Mas]]
Relief cerita Panji yang dapat diketahui secara pasti hanyalah terdapat pada beberapa candi saja dalam masa Majapahit. Seringkali orang menyatakan bahwa ciri utama tokoh Panji dalam penggambaran [[relief]] dan [[arca]] adalah jika ada figur pria yang digambarkan memakai topi tekes, topi mirip [[blangkon]] Jawa, tetapi tanpa tonjolan di belakang kepala (lebih mirip dengan blangkon gaya Solo/Surakarta). Badan bagian atas tokoh tersebut digambarkan tidak mengenakan pakaian, sedangkan bagian bawahnya digambarkan memakai kain yang dilipat-lipat hingga menutupi paha. Pada beberapa relief atau arca ada yang digambarkan membawa [[keris]] yang diselipkan di bagian belakang pinggang, atau ada juga yang digambarkan membawa senjata seperti tanduk kerbau (sebagaimana yang dipahatkan pada Kepurbakalaan (Kep.) XXII/C.Gajah Mungkur Penanggungan) (Bernet Kempers 1959:325-6).
 
== Lakon Panji ==
Jika berpegangan pada tolok ukur bahwa tokoh Panji selalu digambarkan bertopi tekes, maka akan banyak tokoh Panji yang dijumpai dalam relief-relief candi jawa Timur. Karena tokoh Sidapaksa suami Sri Tanjung yang dipahatkan di Candi Surawarna, dan Jabung akan dianggap sebagai tokoh Panji. Demikian Pula tokoh Sang Satyawan yang dipahatkan pada pendopo teras II Panataran dan dua figur pria dalam relief cerita Kunjarakarna di Candi Jago akan dapat dianggap sebagai tokoh Panji.
Cerita-cerita dalam Lingkup Panji banyak digunakan dalam berbagai pertunjukan tradisional. Di Jawa, Cerita Panji digunakan dalam pertunjukan [[Wayang Gedog]], wayang orang, dan [[kethoprak]]. Di Bali, yang dikenal di sana sebagai "Malat", pertunjukan [[Arja]] juga memakai lakon ini. Kisah ini juga menjadi bagian tradisi dari [[Suku Banjar]] di [[Kalimantan Selatan]] meskipun kini mulai kurang dikenal oleh masyarakat. Di Thailand terdapat seni pertunjukan klasik yang disebut "Inao" (Bahasa Thai:อิเหนา) yang berasal dari nama "Inu"/"Ino". Begitu pula Kamboja yang mengenal lakon ini sebagai "Eynao".
 
== Cerita Panji dalampada Reliefrelief Candicandi ==
Lalu bagaimana penggambaran relief tokoh Panji yang dikenal dalam cerita Panji? [[W.F.Stutterheim]] (1935) secara gemilang telah berhasil menjelaskan satu panel relief dari daerah Gambyok, Kediri yang nyata-nyata menggambarkan tokoh Panji beserta para pengiringnya. Pendapat Stutterheim tersebut didukung oleh para sarjana lainnya, seperti [[Poerbatjaraka]] (1968) dan [[Satyawati Suleiman]] (1978).
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Prins Panji in een hof met drie vrouwen. TMnr 2110-1.jpg|thumbjmpl|rightka|300px|Lukisan Bali menggambarkan Pangeran Panji bertemu tiga orang perempuan di hutan.]]
Relief cerita Panji yang dapat diketahuiditemukan secarapada pastibeberapa hanyalahcandi terdapatdi padaJawa beberapaTimur candiyang sajadibangun dalam masa Majapahit. SeringkaliArkeolog orang'''Agus menyatakanAris bahwaMunandar''' ciribahkan utamamengatakan tokohbahwa cerita Panji dalammerupakan penggambaran"Kisah Nasional Majapahit" karena seringnya digambarkan pada relief dinding candi di masanya. [[reliefCandi Penataran]] di [[Kabupaten Blitar]], [[candi Mirigambar]] di [[Kabupaten Tulungagung]], dan [[arcacandi Surawana]] adalahdi jika[[Kabupaten adaKediri]] figurmemiliki priarelief yang digambarkanmenceritakan memakaitokoh topiPanji. tekes,Ciri topikhas miriptokoh Panji dalam penggambaran [[blangkonrelief]] Jawa,adalah tetapifigur tanpapria tonjolanyang didigambarkan belakangmemakai kepala''tekes'' (lebihpenutup miripkepala denganserupa [[blangkon]] Jawa gaya SoloSala/[[Kota Surakarta)|Surakarta]]. Badan bagian atas tokoh tersebut digambarkan tidak mengenakan pakaian, sedangkan bagian bawahnya digambarkan memakai kain yang dilipat-lipat hingga menutupi paha. Pada beberapaBeberapa relief atau arca adamenggambarkan yang digambarkanPanji membawa [[keris]] yang diselipkan di bagian belakang pinggang, atau ada juga yang digambarkan membawa senjata seperti tanduk kerbau (sebagaimana yang dipahatkan pada '''Candi Gajah Mungkur''' di lereng [[Gunung Penanggungan]] (Kepurbakalaan (Kep.) XXII/C.Gajah Mungkur Penanggungan) (Bernet Kempers 1959:325-6).
 
Meskipun demikian, tidak semua tokoh bertekes menggambarkan Panji, karena tokoh Sidapaksa (suami Sri Tanjung dalam cerita Sri Tanjung) yang dipahatkan di Candi Surawana dan Jabung, atau tokoh Sang Satyawan yang dipahatkan pada pendopo teras II kompleks Panataran, serta dua figur pria dalam relief cerita Kuñjarakarna di Candi Jago, juga digambarkan mengenakan tekes.
Penggambaran relif Panji Gambyok tersebut menurut Poerbatjaraka sesuai dengan salah satu episode kisah Panji Semirang, yaitu saat Panji bertemu dengan kekasihnya yang pertama, Martalangu, di dalam hutan (1968:408). Pada panil digambarkan adanya tokoh pria bertopi tekes yang sedang duduk di bagian depan kereta, tokoh itu tidak lain ialah Panji. Sementara tokoh yang duduk di hadapannya di atas tanah ialah Prasanta. Tokoh paling depan di antara empat orang yang berdiri ialah Pangeran Anom, di belakangnya ialah Brajanata, saudara Panji berlainan ibu. la digambarkan tinggi besar dengan rambutnya yang keriting tetapi dibentuk seperti telces. Dua tokoh berikutnya adalah para kudeyan yaitu Punta dan Kertala. Dalam relief digambarkan bahwa keretanya belum dilengkapi kuda, karena sesuai dengan cerita bahwa mereka baru merencanakan akan membawa Martalangu ke kota malam itu. Sementara sikap kedinginan yang ditunjukkan oleh para tokoh adalah sesuai juga dengan cerita, yaitu mereka berada di luar saat malam yang dingin (Poerbatjaraka 1968:408).
 
Lalu bagaimana penggambaran relief tokoh Panji yang dikenal dalam cerita Panji? [['''W.F.Stutterheim]]''' (1935) secara gemilang telah berhasil menjelaskan satu panel relief dari daerah Gambyok, Kediri yang nyata-nyata menggambarkan tokoh Panji beserta para pengiringnya. Pendapat Stutterheim tersebut didukung oleh para sarjana lainnya, seperti [[Poerbatjaraka]] (1968) dan [[Satyawati Suleiman]] (1978).
== Penyebaran Cerita Panji ==
 
Penggambaran relifrelief Panji Gambyok tersebut menurut Poerbatjaraka sesuai dengan salah satu episode kisah Panji Semirang, yaitu saat Panji bertemu dengan kekasihnya yang pertama, Martalangu, di dalam hutan (1968:408). Pada panil digambarkan adanya tokoh pria bertopi tekes yang sedang duduk di bagian depan kereta, tokoh itu tidak lain ialah Panji. Sementara tokoh yang duduk di hadapannya di atas tanah ialah Prasanta. Tokoh paling depan di antara empat orang yang berdiri ialah Pangeran Anom, di belakangnya ialah Brajanata, saudara Panji berlainan ibu. la digambarkan tinggi besar dengan rambutnya yang keriting tetapi dibentuk seperti telces. Dua tokoh berikutnya adalah para kudeyan yaitu Punta dan Kertala. Dalam relief digambarkan bahwa keretanya belum dilengkapi kuda, karena sesuai dengan cerita bahwa mereka baru merencanakan akan membawa Martalangu ke kota malam itu. Sementara sikap kedinginan yang ditunjukkan oleh para tokoh adalah sesuai juga dengan cerita, yaitu mereka berada di luar saat malam yang dingin (Poerbatjaraka 1968:408).
Sebagai suatu karya sastra yang berkembang dalam masa Jawa Timur klasik, kisah Panji telah cukup mendapat perhatian para ahli. Ada yang telah membicarakannya dari segi kesusasteraannya (Cohen Stuart 1853), dari segi kisah yang mandiri (Roorda 1869), atau diperbandingkan dengan berbagai macam cerita Panji yang telah dikenal (Poerbatjaraka 1968), serta dari berbagai segi yang lainnya lagi'.
 
== Naskah-naskah Panji ==
Menurut C.C.Berg (1928) masa penyebaran cerita Panji di Nusantara berkisar antara tahun 1277 M (Pamalayu) hingga ± 1400 M. Ditambahkannya bahwa tentunya telah ada cerita Panji dalam Bahasa Jawa Kuno dalam masa sebelumnya, kemudian cerita tersebut disalin dalam bahasa Jawa Tengahan dan Bahasa Melayu. Berg (1930) selanjutnya berpendapat bahwa cerita Panji mungkin telah populer di kalangan istana raja-raja Jawa Timur, namun terdesak oleh derasnya pengaruh [[Hinduisme]] yang datang kemudian. Dalam masa selanjutnya cerita tersebut dapat berkembang dengan bebas dalam lingkungan istana-istana Bali'.
Hingga sekarang tidak ditemukan naskah-naskah Panji berangka tahun dari periode Majapahit, meskipun berbagai relief candi yang didirikan pada masa kerajaan itu mengabadikan cerita-cerita tersebut. Penulisan cerita Panji baru dilakukan jauh setelahnya.<ref name=":0" /> Naskah Panji tertua yang tersimpan di Indonesia adalah naskah asal Palembang berjudul ''Panji Angren''i.<ref name=":0" /> Naskah ini berangka tahun 1795 TM ini dikoleksi oleh Perpustakaan Nasional RI.<ref>{{Cite journal|last=Saputra|first=K.H.|year=2010|title=Cerita Panji: Representasi Laku Orang Jawa|url=http://i-lib.ugm.ac.id/jurnal/download.php?dataId=1455|journal=Jumantara|volume=1|issue=1|pages=61 - 81|doi=}}</ref>
 
Perpustakaan [[Universitas Leiden]] menyimpan 260 naskah cerita Panji dalam delapan bahasa.<ref>{{Cite journal|last=Tol|first=Roger|year=2020|title=The wonderful UNESCO collection of Panji tales in Leiden University Libraries|url=http://wacana.ui.ac.id/index.php/wjhi/article/view/746|journal=Wacana: Jurnal Ilmu Pengetahuan Budaya|volume=20|issue=1|pages=|doi=10.17510/wacana.v20i1.746|access-date=2020-05-03|archive-date=2021-01-28|archive-url=https://web.archive.org/web/20210128093150/http://wacana.ui.ac.id/index.php/wjhi/article/view/746|dead-url=yes}}</ref> The [[British Library]] mengoleksi berbagai naskah Panji dalam sejumlah bahasa:<ref>{{Cite web|url=https://blogs.bl.uk/asian-and-african/2015/06/panji-stories-in-malay.html|title=Panji stories in Malay|last=Gallop|first=Annabel|date=29 Juni 2015|website=Asian and African Studies blog|access-date=3 Maret 2020}}</ref> terdapat delapan naskah berbahasa Jawa (mulai dari yang bertanggal 1785 M) serta sepuluh naskah berbahasa Melayu yang kebanyakan diperoleh dari daerah Semenanjung yang memiliki tradisi wayang kulit (Kelantan dan Kedah), dengan naskah berangka tahun tertua 1787 M.
R.M.Ng. Poerbatjaraka membantah pendapat Berg tersebut, berdasarkan alasan bahwa cerita Panji merupakan suatu bentuk revolusi kesusastraan terhadap tradisi lama (India). Berdasarkan relief tokoh Panji dan para pengiringnya yang diketemukan di daerah Gambyok, Kediri, Poerbatjaraka juga menyetujui pendapat W.F.Stutterheim yang menyatakan bahwa relief tersebut dibuat sekitar tahun 1400 M. Akhirnya Poerbatjaraka menyimpulkan bahwa mula timbulnya cerita Panji terjadi dalam zaman keemasan Majapahit (atau dalam masa akhir kejayaan kerajaan tersebut) dan ditulis dalam Bahasa Jawa Tengahan (1968:408–9). Penyebarannya ke luar Jawa terjadi dalam masa yang lebih kemudian lagi dengan cara penuturan lisan.
 
== Penyebaran Cerita Panji ==
Sebagai suatu karya sastra yang berkembang dalam masa Jawa Timur klasik, kisah Panji telah cukup mendapat perhatian para ahli. Ada yang telah membicarakannya dari segi kesusasteraannyakesusastraannya (Cohen Stuart 1853), dari segi kisah yang mandiri (Roorda 1869), atau diperbandingkan dengan berbagai macam cerita Panji yang telah dikenal ([[Poerbatjaraka]] 1968), serta dari berbagai segi yang lainnya lagi'.
 
Menurut [[C.C.Berg]] (1928) masa penyebaran cerita Panji di Nusantara berkisar antara tahun 1277 M ([[Ekspedisi Pamalayu|Pamalayu]]) hingga ± 1400 M. Ditambahkannya bahwa tentunya telah ada cerita Panji dalam Bahasabahasa Jawa Kuno dalam masa sebelumnya, kemudian cerita tersebut disalin dalam bahasa Jawa Tengahan dan Bahasa Melayu. Berg (1930) selanjutnya berpendapat bahwa cerita Panji mungkin telah populer di kalangan istana raja-raja Jawa Timur, namuntetapi terdesak oleh derasnya pengaruh [[Hinduisme]] yang datang kemudian. Dalam masa selanjutnya cerita tersebut dapat berkembang dengan bebas dalam lingkungan istana-istana Bali'.
 
R.M.Ng. Poerbatjaraka membantah pendapat Berg tersebut, berdasarkan alasan bahwa cerita Panji merupakan suatu bentuk revolusi kesusastraan terhadap tradisi lama (India). Berdasarkan relief tokoh Panji dan para pengiringnya yang diketemukan di daerah Gambyok, Kediri, Poerbatjaraka juga menyetujui pendapat [[Willem Frederik Stutterheim|W.F. Stutterheim]] yang menyatakan bahwa relief tersebut dibuat sekitar tahun 1400 M. Akhirnya Poerbatjaraka menyimpulkan bahwa mula timbulnya cerita Panji terjadi dalam zaman keemasan Majapahit (atau dalam masa akhir kejayaan kerajaan tersebut) dan ditulis dalam Bahasa Jawa Tengahan (1968:408–9). Penyebarannya ke luar Jawa terjadi dalam masa yang lebih kemudian lagi dengan cara penuturan lisan.
 
== Hubungan dengan Sejarah ==
Cerita di dalam lakon panji berhubungan dengan tokoh-tokoh nyata dalam sejarah Jawa (terutama Jawa Timur). Tokoh Panji Asmarabangun dihubungkan dengan '''Sri [[Kamesywara]]''', raja yang memerintah Kediri sekitar tahun 1180 hingga 1190-an. Permaisuri raja ini memiliki nama '''Sri Kirana''' adalah puteri dari Jenggala, dan dihubungkan dengan tokoh Candra Kirana. Selain itu ada pula tokoh seperti Dewi Kilisuci yang konon adalah orang yang sama dengan '''[[Sanggramawijaya Tunggadewi]]''', puteri mahkota [[Airlangga]] yang menolak untuk naik tahta{{Butuh rujukan}}.
 
== Rujukan ==
Cerita di dalam lakon panji berhubungan dengan tokoh-tokoh nyata dalam sejarah Jawa (terutama Jawa Timur). Tokoh Panji Asmarabangun dihubungkan dengan '''Sri [[Kamesywara]]''', raja yang memerintah Kediri sekitar tahun 1180 hingga 1190-an. Permaisuri raja ini memiliki nama '''Sri Kirana''' adalah puteri dari Jenggala, dan dihubungkan dengan tokoh Candra Kirana. Selain itu ada pula tokoh seperti Dewi Kilisuci yang konon adalah orang yang sama dengan '''[[Sanggramawijaya Tunggadewi]]''', puteri mahkota Airlangga yang menolak untuk naik tahta.
{{reflist}}
 
== Pranala luar ==
* [http://ppanji.org Ppanji.org: Sumber, publikasi dan daftar rekaman bertema Panji]
== Rujukan ==
 
=== Bacaan ===
* CBariedBaried, Siti Baroroh Dkkdkk. 1987. ''Panji: Citra Pahlawan Nusantara''. Jakarta: DepdibudDepdikbud.
* Bernet Kempers, A.J. 1959 Ancient Indonesia Art, Cambridge, Massachusetts: Harvard University Press.
* DumarqayBernet Kempers, A.J. 19861959. The''Ancient TemplesIndonesia of JavaArt''. SingaporeCambridge, Massachusetts: OxfordHarvard University Press.
* Dumarqay, J. 1986. ''The Temples of Java''. Singapore: Oxford University Press.
* Galestin, Th.P. 1936 Houtbouw op Ost-Javaansche tempel-reliefs. Distertasi, Leiden.
* KromGalestin, NTh.JP. 19231936. Inleiding''Houtbouw totop De HindoeOst-Javaansche Kunst IIItempel-reliefs''. 's Gravenhage: MartinusDistertasi, NijhoffLeiden.
* Krom, N.J. 1923 ''Inleiding tot De Hindoe-Javaansche Kunst III''. 's Gravenhage: Martinus Nijhoff.
* Poerbatjaraka, R.M.Ng. 1968 ''Tjerita Pandji dalam Perbandingan''. Diterjemahkan oleh Zuber Usman, Djakarta: Gunung Agung.
* Quaritch Wales, H.G. 1953. ''The Mountain of God: A Study in Early Religion and Kingship''. London:
* Romondt, V.R. van, 1951. ''Peninggalan-peninggalan Purbakala di Gunung Penanggungan''. 1951 Djakarta: Dinas Purbakala Republik Insonesia.
* oepomoSoepomo, S. "1972. Lord of The Mountains in The Fourteenth Century Kakawin", ''BKI''. No. 128 hal 281–95. 1972
* Stutterheim,W.F. ",1935. Enkele Interessante t 'Reliefs van Oost-Java",. ''Djawa'', halaman 139—dst, 1935
 
[[Kategori:Wiracarita]]
[[Kategori:Cerita rakyat Jawa Timur]]
[[Kategori:Warisan Ingatan Dunia]]