Nawa Cita: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Penambahan konteks dan maksud penulis Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(19 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
'''''Nawa Cita''''' atau '''''Nawacita''''' adalah istilah umum yang diserap dari bahasa [[Sanskerta]], ''nawa'' (sembilan) dan ''cita'' (harapan, agenda, keinginan). Dalam konteks perpolitikan [[Indonesia]] menjelang [[Pemilu]] [[Presiden]] [[2014]],
Adapun intisari dari Program Nawa Cita tersebut adalah
# Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara, melalui politik luar negeri bebas aktif, keamanan nasional yang
# Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan
# Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
# Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan
# Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan dengan program "Indonesia Pintar"; serta peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan program "Indonesia Kerja" dan "Indonesia Sejahtera" dengan mendorong ''land reform'' dan program kepemilikan tanah seluas 9 hektar, program rumah kampung deret atau rumah susun murah yang disubsidi serta jaminan sosial untuk rakyat
# Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.
# Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.
Baris 12:
# Memperteguh kebhinnekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia melalui kebijakan memperkuat pendidikan kebhinnekaan dan menciptakan ruang-ruang dialog antarwarga.
Salah satu agenda dalam Nawa Cita yang paling banyak dibahas bahkan diperdebatkan oleh publik adalah poin nomor 8 yakni, revolusi karakter bangsa atau lazim disebut revolusi mental.<ref>Ibid</ref>
▲== [[Revolusi mental]] ==
▲Salah satu agenda dalam Nawa Cita yang paling banyak dibahas bahkan diperdebatkan oleh publik adalah poin nomor 8 yakni, revolusi karakter bangsa atau lazim disebut revolusi mental<ref>Ibid</ref>. Pembahasan hangat tentang revolusi mental berlangsung sejak masa kampanye [[Pemilu]] [[Presiden]] [[2014]], bahkan sempat menjadi ''trending topic'' di jejaring sosial<ref>Lih. Dahana Radhar Panca, "Salah Tafsir Jokowi", Kompas, 17 Oktober 2014, hlm. 4. Versi digitalnya bisa dilihat di http://nasional.kompas.com/read/2014/10/20/11305861/Salah.Tafsir.Jokowi</ref>. Dalam sebuah tulisan di harian [[nasional]], [[Jokowi]] menjelaskan bahwa arti dari revolusi mental yang dia gagas adalah menggalakkan pembangunan karakter untuk mempertegas kepribadian dan jadi diri bangsa sesuai dengan amanat [[Trisakti]] [[Soekarno]]. Untuk mencapai tujuan tersebut, menurut [[Jokowi]], sistem pendidikan harus diarahkan untuk membantu membangun identitas bangsa Indonesia yang berbudaya dan beradab, yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral agama yang hidup [[Indonesia]]. Akses ke pendidikan dan layanan kesehatan masyarakat yang terprogram, terarah dan tepat sasaran oleh negara dapat membantu membangun kepribadian sosial dan budaya [[Indonesia]]<ref>Widodo Joko, "Reovolusi Mental", Kompas 10 Mei 2014, hlm. 5. Versi digitalnya dapat dilihat di http://nasional.kompas.com/read/2014/05/10/1603015/Revolusi.Mental </ref>.
== Kabinet Kerja ==
Setelah terpilih menjadi Presiden, Jokowi menerapkan Nawa Cita ke dalam progam-program pemerintahannya melalui
sebuah kabinet yang disebut [[Kabinet Kerja]]. Komposisi dan strutur [[Kabinet Kerja]] dirancang untuk mengakomodir agenda-agenda yang termuat dalam Nawa Cita.<ref>"[http://Bentuk%20Tim%20Transisi,%20Jokowi-JK%20Ingin%20Percepat%20Nawa%20Cita Bentuk Tim Transisi, Jokowi-JK Ingin Percepat Nawa Cita]{{Pranala mati|date=Desember 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}", dalam Kompas.com, 4 Agustus 2014.</ref>
# [[Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman]], dibentuk untuk menggalakkan pembangunan serta menegakkan kedaulatan Indonesia di bidang kemaritiman karena dalam Nawa Cita ditegaskan bahwa Indonesia pada dasarnya adalah negara maritim. Hal ini dapat dibuktikan secara geografis dan historis. Sebagian besar wilayah Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau, terhubung oleh laut dan sejak berabad-abad yang lalu nenek moyang Indonesia telah dikenal dunia sebagai pelaut-pelaut tangguh. Selama ini, pembangunan bidang kemaritiman kurang mendapat perhatian dan kekayaan bahari Indonesia belum dieksplorasi secara maksimal, bahkan sering mengalami pencurian oleh negara lain.<ref>Bdk. "[http://Agenda%20Besar%20Wujudkan%20Negara%20Poros%20Maritim Agenda Besar Wujudkan Negara Poros Maritim]", dalam http://www.harnas.co {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150315004314/http://www.harnas.co/ |date=2015-03-15 }}, diakses 6 Mei 2015.</ref>
# [[Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan]], dibentuk untuk mengkoordinir pembangunan karakter berlandaskan budaya bangsa sesuai dengan agenda Nawa Cita.
# [[Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah]], dipisahkan dari Bidang Pendidikan tinggi yang sebelumnya merupakan satu kesatuan agar pembangunan karakter dan budaya bangsa melaui pendidikan dapat ditangani secara lebih serius sesuai dengan semangat Nawa Cita.<ref>Bdk. Zubaidah Sitti, "[http://Analisa%20Kebijakan%20Nawicita%20Jokowi-JK
# Kementerian Pariwisata dipisahkan dari bidang ekonomi kreatif agar kedua bidang tersebut dikelola secara lebih serius dan dapat menjadi salah satu andalan Indonesia dalam mewujudkan kemandirian ekonomi sesuai dengan amanat Nawa Cita.<ref>Ibid</ref>
== Referensi ==
Baris 30 ⟶ 28:
[[Kategori:Kata dan frasa Sanskerta]]
[[Kategori:Pemilihan umum Presiden Indonesia 2014]]
[[Kategori:Joko Widodo]]
|