Memetika: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika |
Fitur saranan suntingan: 3 pranala ditambahkan. Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Tugas pengguna baru Disarankan: tambahkan pranala |
||
(4 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 6:
{{Main|Meme}}
Istilah "meme" berasal dari kata [[Yunani Kuno]] μιμητής (mimētḗs)
<blockquote>
“''Mimeme” comes from a suitable Greek root, but I want a monosyllable that sounds a bit like “gene”. I hope my classicist friends will forgive me if I abbreviate mimeme to meme. If it is any consolation, it could alternatively be thought of as being related to “memory”, or to the French word même''.
<blockquote>
"''Mimeme''" berasal dari akar kata Yunani yang cocok, tapi saya butuh kata bersuku satu yang terdengar sedikit seperti "gen". Saya berharap teman-teman memaafkan saya yang menyingkat ''mimeme ''menjadi ''meme''. Jika layak, ini bisa dikaitkan dengan "memori" atau kata Prancis ''même''.</blockquote>
Baris 14:
== Aliran internalis dan eksternalis ==
Sejak awal, gerakan memetika langsung terbagi menjadi dua. Kelompok pertama adalah yang ingin tetap berpegang pada definisi Dawkins tentang meme, yaitu “sebuah unit penyebaran budaya”. Gibran Burchett, seorang memetisis lainnya, berperan dalam membantu penelitian dan menciptakan ulang istilah rekayasa memetika, bersama dengan Leveious Rolando dan Larry Lottman. Burchett menyatakan bahwa meme dapat didefinisikan, lebih tepatnya, sebagai “sebuah unit informasi kultural yang dapat disalin, yang terletak di otak”. Pemikiran ini lebih sesuai dengan definisi meme Dawkins yang kedua dalam bukunya [[''The Extended Phenotype'' (buku)|''The Extended Phenotype'']]. Kelompok kedua mendefinisikan meme sebagai artefak budaya dan perilaku yang dapat diamati. Namun, bertentangan dengan dua pendapat tersebut, Blackmore tidak menolak konsep meme eksternal maupun internal.<ref>Blackmore, Susan (2003). "Consciousness in meme machines".
Kedua aliran memetika tersebut kemudian dikenal sebagai aliran “internalis" dan "externalis.” Tokoh internalis yang menonjol adalah Lynch dan [[Richard Brodie]]; sedangkan tokoh aliran externalis yang terkemuka adalah Derek Gatherer, ahli genetika dari Liverpool John Moores University, dan William Benzon, seorang penulis di bidang evolusi budaya dan seni musik. Dasar pemikiran kaum eksternalis adalah bahwa entitas otak internal tidak dapat diamati, dan memetika tidak dapat dianggap sebagai ilmu, terutama ilmu kuantitatif, kecuali jika memetika ditekankan kepada aspek budaya yang secara langsung dapat dihitung. Kaum internalis membalas dengan berbagai argumen bahwa keadaan otak akhirnya akan bisa diamati secara langsung dengan teknologi canggih, bahwa sebagian besar antropolog budaya setuju bahwa budaya adalah soal kepercayaan dan bukan artefak, atau bahwa artefak tidak bisa menjadi tiruan yang sama seperti entitas mental (DNA). Perdebatan menjadi sengit ketika pada ''Symposium on Memetics 1998'', yang diselenggarakan sebagai bagian dari Konferensi Internasional Cybernetics ke-15, diserukan agar perdebatan mengenai definisi segera diakhiri. Pada tahun 2011, McNamara menunjukkan bahwa pembuatan profil konektivitas fungsional menggunakan alat ''neuroimaging'' memungkinkan pengamatan pengolahan meme intern (i-meme) yang merupakan reaksi e-meme eksternal.<ref>McNamara, Adam (2011).
Sebuah pernyataan lanjutan yang dikeluarkan aliran internalis muncul pada tahun 2002 dengan terbitnya buku ''The Electric Meme'', oleh Robert Aunger, seorang antropolog dari University of Cambridge. Aunger juga menyelenggarakan sebuah konferensi di Cambridge pada tahun 1999, di mana sosiolog dan antropolog terkemuka mampu menilai kemajuan bidang memetika sampai saat itu. Konferensi ini menghasilkan publikasi buku ''Darwinizing Culture: The Status of Memetics as a Science'', diedit oleh Aunger dan dengan kata pengantar oleh Dennett, pada tahun 2000.
== Kritik ==
Model transfer informasi budaya yang evolusioner ini didasarkan pada konsep bahwa unit-unit informasi, atau "meme", memiliki eksistensi yang independen, dapat menggandakan diri, dan tunduk pada evolusi selektif melalui kekuatan lingkungan.<ref>James W. Polichak,
Kritikus berpendapat bahwa ada beberapa pernyataan pendukung yang “belum teruji, belum terjamin atau tidak benar.” Luis Benitez-Bribiesca, seorang kritikus memetika, menyebutnya sebuah “''pseudo scientific dogma''” dan "sebuah gagasan berbahaya yang menimbulkan ancaman bagi kajian yang serius tentang evolusi kesadaran dan budaya". Sebagai kritik faktual, ia merujuk kepada belum adanya kode untuk meme, seperti [[DNA]] untuk gen, dan fakta bahwa mekanisme [[mutasi]] meme (yaitu, gagasan yang berpindah dari satu otak ke otak yang lain) terlalu tidak stabil (akurasi replikasi yang rendah dan tingkat mutasi yang tinggi), yang akan mengacaukan proses evolusi.<ref>Benitez-Bribiesca, Luis (2001) [http://redalyc.uaemex.mx/redalyc/pdf/339/33905206.pdf
Kritik lain muncul dari ahli [[semiotika]], (misalnya Deacon,<ref>Terrence Deacon, The trouble with memes (and what to do about it).
Mary Midgley mengkritik memetika untuk setidaknya dua alasan:<ref>Midgley, Mary. ''The Solitary Self: Darwin and the Selfish Gene''. Acumen, 2010.
Pertanyaan tersebut dapat berkembang menjadi apakah gagasan tentang "meme" adalah meme itu sendiri, atau itu adalah konsep yang benar. Pada dasarnya, memetika adalah usaha untuk menggali pengetahuan melalui metafora organik, yang merupakan pendekatan penelitian yang masih dipertanyakan, karena penerapan metafora dapat menyembunyikan apa yang tidak cocok dalam bidang metafora. Daripada mempelajari kenyataan yang sebenarnya, tanpa prasangka, memetika, seperti kebanyakan penjelasan tentang masyarakat secara sosio-biologis, percaya bahwa mengatakan bahwa apel adalah seperti jeruk adalah analisis yang valid dari apel tersebut.<ref>Stepan, Nancy L. "Race and Gender: The Role of Analogy in Science." dalam Goldberg, David Theo (ed.) ''The Anatomy of Racism''. University of Minnesota Press, 1990.</ref>
Baris 34:
Dawkins menanggapi melalui buku ''A Devil’s Chaplain'' bahwa sebenarnya ada dua jenis proses memetika yaitu kontroversial dan informatif. Proses yang pertama adalah gagasan, tindakan, atau ekspresi budaya, yang memang memiliki varian yang tinggi; misalnya, seorang mahasiswanya yang telah mewarisi beberapa perangai Wittgenstein. Namun, ia juga menjelaskan bahwa meme yang mengoreksi dirinya sendiri, sangat tahan terhadap mutasi. Sebagai contoh, mengajarkan pola [[origami]] pada anak-anak di sekolah dasar. Kecuali, dalam kasus yang jarang terjadi, yaitu meme yang disampaikan dalam urutan perintah yang pasti, atau (dalam kasus seorang anak yang pelupa) di akhir perintah. Tipe meme ini cenderung tidak berkembang, dan hanya mengalami mutasi besar dalam peristiwa langka di mana meme tersebut terjadi.
Definisi lain diberikan oleh Hokky Situngkir, mencoba menawarkan formalisme yang lebih ketat untuk meme, memeplexes, dan deme, dengan melihat meme sebagai unit budaya dalam sistem kompleks budaya. Hal ini didasarkan pada [[Algoritma|algoritme]] genetika Darwin yang telah dimodifikasi untuk menjelaskan pola evolusi berbeda yang terlihat pada gen dan meme. Dalam metode memetika sebagai cara untuk melihat kebudayaan sebagai sistem adaptif yang kompleks, ia menjelaskan cara untuk melihat memetika sebagai metodologi alternatif evolusi budaya. Namun, ada banyak definisi mungkin yang dikaitkan dengan kata "meme”. Sebagai contoh, dalam bidang simulasi komputer, istilah ''memetic algorithm'' digunakan untuk mendefinisikan sudut pandang komputasi tertentu.
Kemungkinan menganalisis meme secara kuantitatif dengan menggunakan alat ''neuroimaging'' dan pernyataan bahwa studi tersebut telah dilakukan diberikan oleh McNamara (2011).<ref>McNamara, Adam (2011).
Pada tahun 2013 akademisi Australia, JT Velikovsky mengusulkan “holon” sebagai struktur meme,<ref>[http://storyality.wordpress.com/2013/12/12/storyality-100-the-holonic-structure-of-the-meme-the-unit-of-culture/ "Holonic Structure of the Meme - The Unit of Culture".]
Memetika bisa dipahami sebagai metode untuk menganalisis evolusi budaya secara ilmiah. Namun, para pendukung memetika seperti yang dijelaskan dalam ''Journal of Memetics''-''Evolutionary Models of Information Transmission'' (diterbitkan sejak tahun 2005) percaya bahwa “memetika” memiliki potensi untuk menjadi analisis budaya yang penting dan menjanjikan dengan menggunakan kerangka konsep evolusi. Keith Henson yang menulis buku ''Memetics and the Modular-Mind'' (Analog Agustus 1987) membuat pernyataan bahwa memetika perlu memasukkan ilmu psikologi evolusioner untuk memahami sifat-sifat psikologis pelaku meme.<ref>[http://human-nature.com/nibbs/02/cults.html "''Sex, Drugs, and Cults by H. Keith Henson''".] Human-nature.com, diakses 27-04-2014</ref> Hal ini terutama berlaku pada ciri pelaku meme yang bervariasi waktunya, menjelaskan tentang meme, seperti yang mengarah ke pertentangan.<ref>[http://www.mankindquarterly.org/summer2006_henson.html "''Evolutionary Psychology, Memes and the Origin of War''".] Mankindquarterly.org, diakses 27-04-2014</ref>
Baris 50:
Penerapan lain memetika yang dilakukan secara keberlanjutan adalah Climate Meme Project yang dibiayai secara bersama-sama yang dilakukan oleh Joe Brewer dan Balasz Laszlo Karafiath pada musim semi tahun 2013. Penelitian ini didasarkan pada pengumpulan 1000 ekspresi unik berbasis teks yang dikumpulkan dari Twitter, Facebook, dan wawancara terstruktur dengan para aktivis iklim. Temuan utama pada proyek ini adalah bahwa meme pemanasan global tidak efektif untuk menyebarkan wacana tersebut karena menyebabkan tekanan emosi dalam pikiran orang-orang yang mempelajarinya. Terdapat lima ketegangan sentral yang terungkap dalam wacana tentang perubahan iklim, yang masing-masing merupakan titik resonansi di mana dialog dapat terjadi. Ketegangannya berupa “keharmonisan/ketidakharmonisan” (apakah manusia adalah bagian dari alam), “kelangsungan hidup/kepunahan” (membayangkan masa depan baik sebagai keruntuhan total peradaban atau kepunahan total ras manusia), “kerjasama/konflik” (mengenai apakah manusia dapat bekerja sama untuk memecahkan masalah global), “momentum/keragu-raguan” (tentang apakah kita membuat kemajuan pada skala kolektif untuk mengatasi perubahan iklim), dan “elitisme/heretic” (sentimen umum bahwa setiap sisi perdebatan menganggap para ahli yang ada pada pihak lawan sebagai orang yang tidak dapat dipercaya.<ref>Ben Schiller. [http://www.fastcoexist.com/1681526/using-memes-to-improve-climate-change-communication ''Using Memes to Improve Climate Change Communication''] diakses 02-05-2014</ref>
Ben Cullen, dalam bukunya, ''Contagious Ideas'',<ref>Cullen, Ben (2000).
Francis Heylighen dari Center Leo Apostel for Interdisciplinary Studies telah mendalilkan apa yang dia sebut "kriteria seleksi memetika”. Kriteria ini membuka jalan kepada bidang khusus “memetika terapan” untuk mengetahui apakah kriteria seleksi ini bisa bertahan jika diuji dengan analisis kuantitatif. Pada tahun 2003, Klaas Chielens melakukan uji ini dalam proyek tesis untuk mendapatkan gelar Master yaitu tentang kemungkinan uji bagi kriteria seleksi.
Dalam buku ''Selfish Sounds and Linguistic Evolution'',<ref>Ritt, Nikolaus (2004).
Seorang akademisi Australia, S.J. Whitty telah menyatakan bahwa manajemen proyek adalah memepleks dengan bahasa dan cerita praktisi sebagai intinya.<ref>[http://espace.library.uq.edu.au/eserv.php?pid=UQ:8801&dsID=sjw_ijpm_05.pdf ''A Memetic Paradigm of Project Management'']
Ilmuwan politik Swedia, Mikael Sandberg melawan interpretasi "[[Lamarckisme|lamarckian]]" evolusi kelembagaan dan teknologi dan mempelajari inovasi kreatif [[teknologi informasi]] dalam organisasi pemerintah dan swasta di Swedia pada tahun 1990-an dari perspektif memetika.<ref>"The Evolution of IT Innovations in Swedish Organizations: A Darwinian Critique of ‘Lamarckian’ Institutional Economics",
== Rujukan ==
{{reflist|30em}}
|