Masjid Tua Patimburak: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k ←Suntingan Nanangsumpena (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh HsfBot Tag: Pengembalian |
Merapikan artikel. Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(34 revisi perantara oleh 12 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 3:
|caption = Masjid Tua Patimburak
|building_name = Masjid Tua Patimburak
|location =[[Patimburak, Kokas, Fakfak|Patimburak]], [[Kokas, Fakfak|Kokas]], [[Fakfak]], [[Papua Barat]], [[Indonesia]]
|religious_affiliation = [[Islam]]
|website =
Baris 20:
}}
'''Masjid
== Sejarah ==
Menurut catatan sejarah, masjid ini telah berdiri lebih dari 100 tahun yang lalu, bahkan merupakan masjid tertua di Kabupaten Fakfak. Bangunan yang masih berdiri kokoh dan berfungsi hingga saat ini dibangun pada tahun 1870.<ref name="Wanggai 2008">{{cite thesis |last=Wanggai |first=Tony V.M. |date=2008 |title=Rekonstruksi Sejarah Islam di Tanah Papua |publisher=UIN Syarif Hidayatullah|url=https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7292/1/Toni%20Victor%20M.%20Wanggai_Rekonstruksi%20Sejarah%20Umat%20Islam%20di%20Tanah%20Papua.pdf|access-date=13 Maret 2022|language=id}}</ref> Ada dua versi tentang pendiri masjid yang pertama orang bernama [[Abuhari Kilian]] yang merupakan imam pertama masjid tersebut<ref name="kompas">{{cite web |title=Meniti Jejak Islam di Kokas |url=https://edukasi.kompas.com/read/2009/04/06/2047536/meniti.jejak.islam.di.kokas |website=Kompas.com |access-date=31 January 2021}}</ref> atau raja ke-7 [[Kerajaan Wertuar|Petuanan Wertuar]].<ref name="beritasatu">{{cite news |last1=Suteja |first1=Jaja |title=Masjid Tua Patimburak Bukti Keberagaman di Fakfak |url=https://www.beritasatu.com/nasional/453816/masjid-tua-patimburak-bukti-keberagaman-di-fakfak |work=BeritaSatu |access-date=31 January 2021}}</ref><ref name="Wanggai 2008"/>
Pada masa penjajahan, masjid ini bahkan pernah diterjang bom tentara [[Penjajahan Jepang|Jepang]]. Hingga kini, kejadian tersebut menyisakan lubang bekas peluru di pilar masjid.<ref name="kemenag">{{cite web |title=MASJID TUA PATIMBURAK |url=https://simas.kemenag.go.id/index.php/profil/masjid/81283/ |website=Mosque Information System (Simas), [[Kementerian Agama Republik Indonesia|Kemenag]] |access-date=31 January 2021}}</ref>
Menurut Musa Heremba, penyebaran Islam di
Berdasarkan Musa Heremba, banguban masjid sudah mengalami beberapa perubahan. Walau bentuknya sama, yang tidak berubah adalah empat tiang pendukung di dalam masjid.<ref name="kemenag" />
== Kondisi masjid ==▼
Aura tradisional muncul saat menyambangi lokasi masjid tua ini. Di kampung yang dihuni tak lebih dari 35 kepala keluarga tersebut didapati kesederhanaan yang menyatu dari bangunan masjid dan kehidupan masyarakatnya.▼
Sekilas bangunan masjid seluas tidak lebih dari 100 meter persegi ini tampak biasa. Namun coba perhatikan lebih saksama. Masjid ini memiliki keunikan pada arsitekturnya, yaitu perpaduan bentuk masjid dan gereja. Musa Heremba, imam Masjid Patimburak mengaku bangunan masjid ini telah mengalami beberapa kali renovasi. Meski mempertahankan bentuk aslinya, namun material asli yang belum diganti adalah empat buah pilar penyangga yang terdapat di dalam masjid.▼
▲Aura tradisional muncul saat menyambangi lokasi masjid tua ini. Di kampung yang dihuni tak lebih dari 35 kepala keluarga tersebut didapati suasana kesederhanaan yang menyatu dari bangunan masjid dan kehidupan masyarakatnya.
▲Sekilas bangunan masjid seluas tidak lebih dari 100 meter persegi ini tampak biasa. Namun coba perhatikan lebih saksama. Masjid ini memiliki keunikan pada arsitekturnya, yaitu perpaduan bentuk masjid dan [[gereja]]. Musa Heremba
Di pelataran masjid, sebuah pohon [[mangga]] kokoh berdiri. Namun, bukan sembarang pohon mangga. Dari ukuran batangnya, bisa dipastikan usia pohon raksasa ini tak terpaut jauh dengan usia masjid. Syahdan, perlu empat rentang tangan orang dewasa untuk merengkuh keseluruhan batang pohon ini.▼
▲Di pelataran masjid, sebuah pohon
== Aksesibilitas ==▼
Masjid Tua Patimburak memiliki arsitektur yang dipengaruhi arsitektur [[Budaya Belanda|Belanda]] dan [[Budaya Jawa|Jawa]] yang sangat kental, hal ini dapat dilihat pada kubah masjid yang menyerupai model atap gereja-gereja di [[Eropa]], ventilasi masjid juga berbentuk lingkaran, dan kayu di dinding masjid seperti bangunan kolonial. Di dalam masjid juga terdapat empat buah tiang penyangga yang diprediksikan telah berusia lebih dari satu abad yang tentunya tidak terlepas dari pengaruh ajaran Islam. Adapun bangunan yang khas berbetuk segi enam melambangkan [[rukun iman]] dalam kepercayaan Islam sebagai pondasi dalam beragama, sedangkan atas kubahnya berbentuk segi delapan yang melambangkan delapan arah mata angin, dimana mata angin barat ditandai dengan [[mihrab]] sebagai kiblat salat dalam ajaran agama Islam.<ref>{{Cite web|url=https://www.inibaru.id/islampedia/masjid-patimburak-masjid-dari-tanah-papua-yang-mengajarkan-toleransi|title=Masjid Patimburak, Masjid Dari Tanah Papua yang Mengajarkan Toleransi|last=Baru|first=Ini|date=24/09/2018|website=Ini Baru Islamepedia|access-date=27 Februari 2020|archive-date=2020-02-27|archive-url=https://web.archive.org/web/20200227020659/https://www.inibaru.id/islampedia/masjid-patimburak-masjid-dari-tanah-papua-yang-mengajarkan-toleransi|dead-url=yes}}</ref>
Pemandangan selama 1 jam mengendarai long boat.Jika menggunakan long boat, pengunjung yang ingin menuju Masjid Tua Patimburak bisa menikmati keindahan pulau-pulau karang yang masih perawan di sepanjang perjalanan<ref>[http://banjarkuumaibungasnya.blogspot.com/2010/01/sejarah-awal-islam-maluku-papua.html Sejarah awal Islam di Maluku dan Papua]</ref>.▼
Masjid Tua Patimburak juga dibangun oleh masyarakat setempat secara gotong royong. Selain mendapat julukan masid tertua di Tanah Papua masjid ini juga menjadi wujud filosofi ''[[satu tungku tiga batu]]'' yang merupakan sebuah konsep toleransi antar umat beragama di Kabupaten Fakfak. Adapun filosofi tiga batu menjadi lambang tiga agama besar di Kabupaten Fakfak yang hidup berdampingan yakni, Islam, [[Protestanisme|Kristen Protestan]], dan [[Katolik]]. Ketiga batu tersebut menjadi tungku dan diletakkan secara melingkar dan berjarak. Ketiganya harus seimbang untuk menopang kehidupan dalam keluarga yang diibaratkan sebuah periuk.
▲== Aksesibilitas ==
▲
== Referensi ==
|