Kerajaan Muna: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k ←Suntingan 114.125.169.225 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh 114.125.180.79
Tag: Pengembalian
Kakei Yukata (bicara | kontrib)
 
(87 revisi perantara oleh 33 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 3:
|conventional_long_name = Kerajaan Muna
|common_name = Kerajaan Muna
|region = [[Kesultanan Buton, Indonesia, Asia Tenggara]]
|country = [[Indonesia]]
|continent = Asia
|religion = [[Animisme]] dan [[Dinamisme]] <small>(13711210 - 1527)</small><br />[[Islam]] <small>(1527 - sekarang)</small>
|image_flag = Bendera Kerajaan Muna.jpgpng
|image_coat =
|symbol_type =
Baris 14:
|s1 = Indonesia
|s2 =
|flag_p1 = Bendera Kerajaan Muna.jpg
|flag_p2 =
|flag_s1 = Flag of Indonesia.svg
|year_start = 13711210
|year_end = 1956
|date_start =
Baris 23:
|event_start = [[Pengangkatan La Eli menjadi Raja]]
|event_end =
|image_map = Lokasi Sulawesi Tenggara Kabupaten Muna.svg
|image_map_caption = Wilayah Kerajaan Muna (pada peta berwarna merah)
|capital = [[Kotano Wuna]]
|common_languages = [[Bahasa Muna|Muna]]
|government_type = [[Monarki]] [[Kerajaan mutlak]]
|title_leader = Raja
|leader1 = La Eli gelar Bheteno ne Tombula
|year_leader1 = 1371-13951210
 
|leader2 = Lakilaponto
|year_leader2leader2 = 1517-1520La Ode Pandu
|leader3 year_leader2 = La Ode Pandu1947-1956
|year_leader3 = 1947-1956
|currency =
|footnotes =
}}
 
[['''Kerajaan Singhasari|Kerajaan]] Muna''' atau '''Wuna''' merupakan salah satu kerajaan besar yang beradasaat ini berlokasi di wilayahProvinsi [[Sulawesi Tenggara]]. yangdan didirikan pada tahun 1371 hinggasekitar tahun 19561210. Kerajaan ini terletak di Bagianbagian Utarautara [[Pulau Muna]] dan beribukota di Kotano Wuna / Keraton Muna/ Kota Muna (kini [[Tongkuno, Muna|Kecamatan Tongkuno]]), dengan Raja pertamanyapertama seorang Bangsawan Melayu keturunan Bani Abasiah bernama Syekh Al Wahid alias [[La Eli]] alias Baidhuldhamani gelar Bheteno ne Tombula Alias Remang Rilangiq yang menikah dengan WatandriabengWatandiabe (We Tendriabeng) adik sawerigadingSawerigading (Epic I lagaligo).
 
== Sejarah Awal Kerajaan Muna ==
Sebelum terbentuknya kerajaan
Baris 47:
dalam sebuah ‘Union’ dengan mengangkat Mieno
Wamelai sebagai pemimpin tertinggi.
. Kedelapan kampung itu kemudian dibagi menjadi dua wilayah utama yang terdiri atas 4 kampung.
Empat kampung pertama dipimpin oleh
kamokula, terdiri atas:
Baris 61:
# Lembo,pemimpinnya bergelar Mieno Lembo
# Ndoke. Pemimpinnya bergelar Mieno Ndoke.
 
[[Berkas:Peta Kotano Wuna.jpg|jmpl|ka|300px|Peta Kotano Wuna]]
[[Berkas:Masjid Muna.jpg|jmpl|ka|300px|Masjid Kota Muna Yang terletak di dalam benteng Kota Muna]]
[[Berkas:Rumah Adat Kerajaan Muna.jpg|jmpl|ka|300px|Rumah Adat Kerajaan Muna]]
[[Berkas:Raja Muna.jpg|jmpl|ka|300px|Raja Muna La Ode Pandu 1947]]
 
== Terbentuknya Kerajaan Muna ==
Sejarah
peradaban manusia di muna dimulai di Liangkobori yang dihuni oleh Suku Tomuna. Suku Tomuna adalah ras Wedoid yang berasal dari Srilanka. Suku Tomuna merupakan salah satu suku penghuni awal nusantara. Ketika Sawerigading dan pengikutnya yang berjumlah
peradaban manusia di muna dimulai ketika
Sawerigading dan pengikutnya yang berjumlah
40 orang terdampar di suatu daratan di [[Pulau Muna]] yang saat ini di kenal dengan nama
'Bahutara'.
‘Bahutara’.
 
<br> Sawerigading dan para pengikutnya, kemudian berbaur dengan penduduk yang telah dahulu menetap dan membentuk komunitas di Pulau Muna yaitu Suku Tomuna . Lama kelamaan komunitas itu berkembang. Sawerigading dan empat puluh pengkutnyapengikutnya di
 
Daratan Muna telah membawa nuansa baru
dalam pembangunan peradaban dalam
Baris 112 ⟶ 108:
== Daftar Raja-Raja Muna ==
 
# [[La Eli]] alias BaidhuldhamaniBaiduzzaman Gelar Bheteno Ne Tombula,alias Remang Rilangiq (Menjadi Raja Luwuk Purba sebagai Soloweta Raja = Raja Pengganti/ sementara di Kerajaan Luwuk Purba Menggantikan Sawerigading (1371 –tahun 1395).1210
# La Patola/ La Aka Tamparasi/ Kaghua Bangkano Fotu Gelar [[Sugi Patola]] ( 1395 – 1420).
# La MbonaBhoka Ombo Gelar [[Sugi Ambon]]a ( 1420 – 1455)
# La Patani gelar [[Sugi Patani]] ( 1455 – 1470)
# Sugi La Ende (1470-1501)
# [[Sugi Manuru]] gelar Omputo Mepasokino Adhati( 1501-1517)
# [[Lakilaponto|La kilaponto]] Alias( Murhum1517 di-1520). ButonJuga ataumenjadi La TolalakaSultan di KendariButon ( 1517 1520-15201564), Menjadidengan gelar Sultan ButonMurhum Idan denganjuga namadikenal Sultandi KaimuddinKendari Khalifatulsebagai Khamis (1520-1564)Haluoleo.
# [[La Posasu]] gelar Sultan Kobangkuduno ( 1520-1551).
# RampeisombaRempoi gelarSomba KarawawonoSultan Fahrisi ( 1551-1600).
# [[Titakono|Titakono / Sultan Muhammad Idrus (]] 1600- 1625 )
# [[La Ode Sa’adudin]] ( 1625-1626 )
# [[La Ode Ngkadiri]] gelar Sangia Kaindea ( 1626-1667) - ditangkap Belanda, diasingkan ke Ternate
# [[Wa Ode Wakelu]] (Permaisuri Sangia Kaindea, 1667 - 1668).
# La Ode Muh.Muhammad Idris. (SolowetaOrang RajaButon ditunjuk oleh Belanda) (1668 - 1671).
# La Ode Abd.Ngkadiri Rahman(1971) gelarPeriode Sangiakedua, Latughosetelah (Kembali 1671-1716dari pengasingan. )
# [[La Ode Husaini]]Abdul gelarRahman Omputo(La Ode Tuga) gelar Sangia Latugho Sultan Abdul Rahman ( 17161671-1758,1716 1764-1767)
# [[La Ode SaeteHusaini]] gelar Omputo Sorano MasigiSangia ( 18161716-1830 1758)
# La Ode Pontimasa Kapitalao Wolowa di Buton(Soloweta Raja)( 40 hari )
# La Ode Kentu Koda gelar Omputo Kantolalo (1758-1764 )
# Laode Husaini (1764 - 1767) Periode Ke-2
# Laode Muhammad Ali (1767)
# [[La Ode Pulu]]Harisi (19141767 -1919 ?)
# La Ode Umara gelar Omputo Nigege
# La Ode MursaliMurusali gelar Sangia Gola
# La Ode SumaeliSumaili gelar Omputo Nisombo
# La Ode Tumowu Kapitalao Lakologou di Buton (Soloweta Raja)
# La Ode RereSaete gelar Omputo AroSorano WunaMasigi (1926 1816-19281830 ), melawan Belanda
# La Ode Ngkumabusi (Soloweta Raja)
# [[La Ode Bulae]] gelar Sangia Laghada (1830-1861 ), ditangkap Belanda, diasingkan ke Bengkulu
# La Ode Sumaeli gelar Omputo Nisombo
# La Aka (1861 - 1864) Pelaksana Raja
# [[La Ode Saete]] gelar Omputo Sorano Masigi ( 1816-1830 )
# La Ode MaleiAli, gelar Sangia Rahia (Soloweta1864 - Raja1870)
# [[La Ode Bulae]]Huse gelar(1870 Sangia Laghada (1830-1861 ?)
# La Ode Ali gelar Sangia RahiaTao ( Soloweta Raja? 1861-1864 1866)
# La Ode NgkailiKaili ( 1866-1906)
# La Aka Alias Yaro Kapala (Bhonto Balano / Perdana Mentri Merangkap Raja Wuna 1864-1866)
# La Ode Ahmad Maktubu gelar Omputo Milano we Kaleleha (1906 - 1914)
# La Ode Ngkaili ( 1866-1906)
# La Ode Pulu (1914 - 1918) melawan Belanda, (1918 - 1920) kosong dikuasai Belanda
# La Ode Ahmad Maktubu gelar Omputo Milano we Kaleleha (1906 – 1914)
# La Ode Afiuddin( 1920-1924) melawan Belanda. (1924 - 1926) kembali dikuasai Belanda
# [[La Ode Pulu]] (1914-1919)
# La Ode SafiuRere gelar OputaOmputo MotembanaAro KaroonaWuna /(1926-1928 Oputa), Moilana Yi Waaraselanjutnya (1928 1919-1922 1930), Sultankembali Butondikuasai ke 36 (1922-1924)Belanda
# La Ode Dika gelar Omputo Komasigino ( 1930- 1938 ). (1938-1947) Kosong, Muna terus melawan, hingga Indonesia merdeka. Putera La Ode Dika, bernama La Ode Kaimoeddin menjadi Gubernur Sulawesi Tenggara (1992 - 2002)
# La Ode Rere gelar Omputo Aro Wuna (1926-1928 )
# [[La Ode Pandu]] gelar Omputo Milano te Kosundano ( 1947-1956). Putera dari La Ode Pandu, bernama La Ode Baharuddin, menjadi Bupati Muna (2010 - 2015). Menantunya, bernama Ir. RIdwan, BAE menjadi bupati Muna (2000 - 2010) dan menjadi anggota DPR-RI (2014 - 2024)
# La Ode Dika gelar Omputo Komasigino ( 1930- 1938 ). 1938-1947 terjadi Kekosongan kekuasaan di Kerajaan Muna
# [[La Ode Pandu]]Sirad gelarImbo Omputo(2012-Sekarang). MilanoPutera tedari KosundanoLa (Ode 1947-1956)Dika.
# La Ode Sirad Imbo (Pelaksana Sementara) (2012-Sekarang)
 
== Sejarah Perjuangan Menentang Penjajahan ==
Kerajaan Muna melakukan konfrontasi dengan Penjajah di mulai dengan keterlibatan Lakilaponto Raja Muna ke VII (1517-1520) menumpas Armada bajak laut Banggai Labolontio yang selalu menggangu keamanan kerajaan-kerajaan tetangga disekitarnya. selainSelain itu, Lakilaponto juga Setelah Bertahta di Buton tahun (1520-1564) dan Mememeluk Islam yang dibawah oleh Syeid Abdul wahid dari Mekah ( Daulah Turky UsmaniUtsmani), dia berperan aktif menghalau Portugis di Tenggara Sulawesi, Banggai, selayar, Maluku, dan Solor NTT, sehingga Penjajahan Portugis tidak terlihat di Tenggara Sulawesi . Pada Masa Raja Wuna ke X La Titakono (1600-625) Kerajaan Muna menolak Campur tangan VOC di Buton karena dapat mengancam keutuhan dan persatuan Kesultanan Butuni Darusalam setalah mengetahui gelagat VOC di Buton. Namun pada akhirnya Sultan Buton tetap melakukan perjanjian Abadi tersebut pada tahun 1613 di bawah pimpinan Sultan Dayanu Iksanudin alias Laelangi. Dampak dari perjajian tersebut merenggangkan hubungan persaudaraan yang telah dibina oleh para pendahulu kedua kerajaan ini. Efek domino dari kerja sama tersebut Menimbulkan peperangan antara Muna dan Buton di Bawah pimpinan Raja Muna XII Sangia Kaendea (1626-1667). Mula-mula Kerajaan Muna memenangi Peperanga tersebut, namun setelah Buton mendapat bantuan dari VOC maka pasukan kerajaan Muna harus mundur. Selang beberapa waktu pasukan buton yang diperkuat oleh armada Kapal VOC berlabu di peraiaran pulau lima tepatnya di depan lohia. Pihak Bunton dan VOC mengirim utusan untuk menemui Raja Wuna dengan alasan perundingan perdamaian di antara kedua bela pihak. Mula-mula La Ode Ngakdiri/ Sangia Kaendea meragukan hal tersebut, namun karena terbujuk oleh alasan persaudaraan akhirnya iapun turut serta dalam melakukan perundingan itu. Sesampainya di pulau lima Raja Wuna tersebut tidak diajak untuk berunding seperti apa yang diberitahukan semula, dia ditangkap dengan tipu muslihat oleh Buton dan VOC dan diasingkan keternate, setelah beberapa lama kemudian Raja wuna tersebut diselamtkan kembali oleh Pihak kerajaan Muna dan kembali menduduki tahta Kerajaan Muna. Perlawanan Raja Muna berikutnya dilakukan oleh La Ode Saete (1816-1630) yang melakukan peperangan dengan pihak Belanda dan Buton sehingga banyak menghancurakan kapal-kapal Belanda dan Buton di Muna. selain itu Raja Muna tersebut mengorganisir semua kekuatan tempur yang ada dan melakukan perang semesta melawan penjajah sehingga dia mampu mempertahankan kerajaan Muna dari serangan musuh yang datang bertubi-tubi. Perjuangan Kerajaan Muna berikutnya dipelopori oleh La Ode Pulu (1914-1918), dia menentang keras perjanjian Korte Verklaring Tahun 1906 Antara Buton dan Belanda. Raja Muna mengagap perjanjian tersebut adalah Ilegal dan sepihak yang tidak sesui dengan Peraturan Adat di Muna sehingga dia melakukan perlawanan Rakyat secara gerilya dan banyak mematahkan serangan pasukan Belanda. Walau demikian dia akhirnya tetap terbunuh dalam peperangan tersebut karena minimnya jumlah persenjataan dan logistik perang. Hal tersebut menandai awal runtuhnya kedaulatan Kerajaan Muna dan makin kuatnya cengkaraman Belanda dan Buton di Muna. Walau demikian, para Raja-Raja Wuna berikutnya tetap Menolak Isi Perjanjian tersebut sehingga pergantian Raja-raja Muna berikutnya selalu tidak berlangsung lama. Perjuangan Rakyat Muna terus bergolak menentang penjajahan Belanda hingga akhirnya membentuk banyak laskar-laskar Rakyat dan beberapa Batalion tempur diantaranya Batalion Sadar yang merupakan embrio berdirinya KODAM WIRABUANA di Makssar dan Mendukung Kesepakatan Malino untuk bergabung dengan Pemerintahan Pusat di Jakarta dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
 
Struktur Pemerintahan Kerajaan Muna
== Urutan Formasi Sarano Wuna(Pasangkululi) ==
 
* Regu Pogala ialah regu perintis yang bersenjatakan tombak pemungkas (Gala). Sebagai regu perintis jalan, mereka memperagakan tarian perang, yang diperagakan oleh 4 orang prajurit pilihan. Seorang pemegang Tombi (bendera), seorang memainkan Gala, dan dua orang lainnya memukul gendang Pomani (gendang perang).
* Omputo (Raja) : sebagai kotubu (kutub kekuasaan) : ia memakai peci poporoki (Daster Kebesaran) dan dipayungi dengan Pau (Payung Kebesaran). Sebagai Ulil’amri, ia mengenakan kostum Balahadhadha (simbol dari perlindungan segenap warga); disapa dengan Waompu (Kromo Inggil). BersenjatakanPasatimpo (Keris Pusaka) yang diselip pada lilitanSulepe (Pending). Berjalan diapit oleh 2 orang Kapitalao (Laksamana); disebelah kanannya Kapitalao Matagholeo (Laksamana Armada Timur); disebelah kirinya Kapitalao Kansoopa (Laksamana Armada Barat).
* Kapitalao (Laksamana) : pimpinan sayap militer Sarano Wuna. Membawahi 4 komando daerah masing-masing 1 Kapita dan 3 Bharata (Bharata Tolu Peleno). Memakai daster dan baju kebesaran militer seorang Laksamana, kedua orang Kapitalao mengapit Omputo. Kapitalo Matagholeo memegang pedang kebesaran yang dijuluki La wiira ninggai meharono tapuaka (si penangkal isu, si penyapu bagai tsunami).
* Sambil memegang pedang kebesaran dengan Ewa Wuna (Pencak Silat Khas Muna) dengan suara menggelegar ia berkata : ‘Turu, turu,turu; laha lahae somogilino wampanino, bisaramo nando aitu; ainihae la wiira ninggai meharono tapuaka; turu, turu, turu (tunduk, tunduk, tunduk; siapa-siapa yang ingin menentang, katakanlah sekarang juga; ini dia si penangkal isu, si penyapu bagai tsunami).
* Kapitalao Kansoopa memegang Pandanga (Tombak Kebesaran) dalam sikap siaga penuh menunggu kalau-kalau ada penantang.
* Bhonto Bhalano (Mangkubumi); ia adalah penyelenggara kekuasaan pemerintahan. Membawahi 4 Ghoera (Wilayah Besar) dan 8 orang Bobato (Adi Pati). Memakai daster dan baju kebesaran seorang Mangkubumi. Disebelah kirinyaMintarano Bhitara (Hakim Tinggi), berjalan sejajar. Pasangan itu diapit oleh Fato Ghoerano 94 pimpinan wilayah besar) : Koghoerano Tongkuno dan Lawa disebelah kanan Bhonto Bhalano, Koghoerano Kabhawo dan Katobu disebelah kiri Mintarano Bhitara. Keenam orang ini adalah anggota Majelis Tinggi diketuai oleh Bhonto Bhalano. Merekalah yang berhak memilih Raja dan Kapitalao. Di belakang barisan bersaf mereka, berjejer Fato Lindono (4 orang staf) pribadi Raja). Mereka adalah personifikasi dari filosofi kemasyarakatan : Kainsitala(Kesejajaran/kesetaraan), Kaura-ura (KreatifitasKreativitas), Bhalembo-lembo (perkumpulan/persatuan) dan Ndoke (cerdas dan tangkas).
* Bharata Tolu Peleno menggunakan pakaian kebesaran militer Sarano Wuna, mereka adalah pimpinan komando daerah militer di 3 Bharata : Laghontoghe, Loghia, dan Wasolangka.
* Bobato Oaluno; dengan pakaian kebesaran seseorang Adipati merekalah ini adalah pimpinan di delapan Bobato : Labhoora, Lakologou, Lagadi, Watumelaa, Lasehao, Kasaka, Mantobua dan Tobea.
* Sara Hukumu (Hukamah) terdiri dari :
* Kino Agama (Ketua Ulama); berdiri disebelah kiri Raja. Pasangan ini mempersonifikasikan harmoni ulama dan umara. Memakai jubah kebesaran dan sorban Kino Agama, jubah ini adalah simbol perlindungan segenap warga.
* Imamu (Imam Mesjid Raya); memakai jubah dan sorban seorang imim. Pakaian itu adalah simbol dari perlindungan segenap warga terhadap adhala hu yaitu ajal yang disebabkan oleh petaka kemanusiaan mulai dari ubun-ubun hingga leher manusia.
* Hatibi Ruduano (Pasangan Hatib); memakai jubah dan sorban seorang hatib. Keduanya mengapit imam di kanan kirinya. Khatib Tongkuno di kanan dan Khatib Lawa di kiri. Pakaian kedua Khatib adalah simbol perlindungan segenap warga dari adhala ha yaitu ajal yang disebabkan oleh petaka kemanusiaan mulai dari bahu hingga pinggul manusia.
* Modhi Kamokula popaano (4 Moji Senior); memakai juba dan sorban Moji senior, berjejer di belakang Imam. Juba dan sorban mereka adalah simbol perlindungan segenap warga dari Adhala Hi yaitu ajal yang disebabkan oleh petaka kemanusiaan yang menimpa keempat anggota tubuh manusia.
* Barisan inilah yang disebut Kolambu Rayati (Kelambu Rakyat). Zaman Kerajaan dahulu Raja dan Sara Hukumu bertanggung jawab apabila (bencana) kemanusiaan menimpa warga. Bila pertanggung jawabannya tidak beralasan cukup, Mahkamah Sarano Wuna berhak memberhentikan mereka.
* Modhi Anahi Popaano (4 Moji Yunior) juga memakai jubah dan sorban. Mereka adalah aparat yang sewaktu-waktu menggantikan tugas-tugas Modhi Kamokula bila mereka berhalangan.
* Sara Hukumu bertugas melantunkan takbiru (Takbir khas Muna) di dalam setriap kirab
* Modhi Popaano Loghia (4 orang Moji dari mesjid Loghia); memakai jubah dan sorban seorang Mijo Bharata. Tugas mereka adalah Tambi yaitu menopang Takbiru yang dilantunkan oleh Sara Hukumu. Barisan mereka bersaf di belakang barisan modhi anahi.
* Bhelo Bharuga (Aparat Keraton) terdiri dari :
* Bhelo Bharuga (Aparat Keraton) terdiri dari :
* Wangkaawi (Regu pembawa senjata Kerajaan) berjumlah 12 orang terdiri dari: Tunani (perwira) 4 orang. Firisi (Opsir) 4 orang, Siriganti (Bintara) 4 orang. Jejeran Tunani didepan, Firisi di tengah dan Siriganti di belakang.
* Kapita (Pimpinan Komando kawal Keraton); berpakaian kebesaran selaku Perwira Militer, bersenjata keris, berjalan disebelah kanan Wangkaawi.
Baris 229 ⟶ 221:
 
=== Bhontono liwu dan Kamokula ===
Mereka mempunyai tugas antara lain :
* Mengurus semua keperluan ladang. Inilah tugas utama mereka.
* Menyampaikan perintah dari kino atau mino kepada penduduk kampung dan mengusahakan agar perintah ini ditaati.
Baris 238 ⟶ 230:
== Pertahanan ==
 
Pertahanan Kerajaan Muna menjadi tanggung jawab Kapitalao yakni Kapitalao Matagholeo(Kapten Armada Laut Timur) dan Kapitalao Kansoopa(Kapten Armada Laut Barat) keduanya bertugas menjaga wilayah pantai Kerajaan Muna dari serangan musuh. Kapitalao ini dipilih dari kepala kampung (Kino) yang bergelar Bobato Oaluno yakni Kino Tobea,Kino Kasaka,Kino Labora, Kino Lakologou,Kino Mantobua,Kino Lagadi,Kino Watumela,Kino Lasehao. Kapitalao Matagholeo berkedudukan di daerah Loghia, dan Kapitalao Kansoopa berkedudukan di daerah Wasolangka. Dalam menjaga wilayah pantai Kapitalao dibantu oleh Kino Barata yakni Kino Wasolangka,Kino Loghia,Kino Lahontohe dan Kino Marobea. Sedangkan keamanan wilayah ibukotaibu kota dan Istana Kerajaan menjadi tanggung jawab Kapita (Kapten) yang dibantu oleh prajurit kerajaan. Pejabat yang berperan dalam pertahanan Kerajaan Muna antara lain :
 
=== Kapitalao ===
Baris 251 ⟶ 243:
 
=== Lotenani ===
Lotenani adalah penjaga utama Raja Muna. Bila di dalam ibukotaibu kota terjadi suatu kejahatan dan pelaku-pelakunya melarikan diri lewat darat, maka lotenani akan mengejarnya. Untuk itu lotenani dapat menggunakan satu firisi, satu siriganti, satu bhonto kapili,
Lotenani dipilih dari golongan anangkolaki
 
Baris 268 ⟶ 260:
Setiap tahun pada bulan Maulud, setiap ghoera (Semacam Provinsi) harus menghasilkan suatu pajak sebesar 40 bhoka= Rp 96. Jadi jumlahnya 160 bhoka = Rp 384. Jumlah uang ini harus dihasilkan oleh semua orang maradika dan wesembali, jadi hanya orang yang tinggal di luar Kota Muna. Golongan La Ode dan Walaka dalam hal ini dibebaskan. Pajak ini, yang dinamakan wulusau, dapat berupa uang atau barang, seperti beras, kain putih, sarung dan seterusnya. Pajak ini dibayarkan pada bhonto bhalano, yang harus membaginya pula dengan Raja Muna, mintarano bhitara, kedua kapitalao, keempat ghoerano serta semua kino dan mino. Cara membaginya sama dengan yang berlaku pada wawontobho. Selanjutnya, pada zaman dahulu di ghoera Kabawo pada setiap bulan puasa dibayar pajak gula yang dibuat dalam sebelumnya. Bila orang membuat gula, maka di dalam hutan dibuat sebuah pondok kecil pada tempat bekerja, bhantea namanya. Pada setiap bhantea bekerja 10 sampai 30 orang. Pajak setiap bhantea adalah 300 potong gula yang dihasilkan oleh para maradika dan wesembali. Penghasilan total pajak gula ini dibagi dalam tiga bagian, yaitu satu bagian untuk Raja Muna, satu bagian untuk bhonto bhalano bersama-sama dengan mintarano bhitara, dan satu bagian lagi untuk ghoerano Kabawo bersama dengan kino, mino, imam, khatib dan semua modhi dari Ghoera Kabawo. Bila pada saat pembayaran pajak ini, kapitalao berada di kota Muna, maka merekapun mendapat sebagian. Juga bilamana hasil hutan mau diekspor, maka harus dibayar suatu pajak, yang biasanya ditentukan sebesar 10% dari harganya. Harga pajak ini dibayarkan pada kino, yang harus membaginya dengan Syarat Muna.
 
== GaleryGaleri ==
<gallery>
Berkas:Prajurit Muna.jpg|Para Prajurit Muna
<!--Berkas:Barisan Kerajaan Muna.jpg-->
Berkas:Prajurit Kerajaan Muna.jpg|Prajurit Kerajaan Muna
Berkas:Perangkat Kerajaan Muna.jpg|Perangkat Kerajaan Muna
Berkas:Peta Kotano Wuna.jpg|Peta Kotano Wuna
</gallery>
Baris 283 ⟶ 271:
* Rustam E Tamburaka, 2007, Sejarah dan Kebudayaan Sulawesi Tenggara, Badan Riset Daerah Sulawesi Tenggara
* La Kimi Batoa, 1991, Sejarah Muna, CV Astri Raha
* J.Couvreur,Rene Van Den Berg ,2001, Sejarah dan Kebudayaan Kerajaan Muna, Artha Wacana Press Kupang
 
== Pranala Luarluar ==
* {{id icon}} [http://wisata-muna.blogspot.com Pariwisata Muna] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20191021165652/http://wisata-muna.blogspot.com/ |date=2019-10-21 }}
* {{id icon}} [http://sultansinindonesieblog.wordpress.com Sultan's and Raja's in Indonesia]
* {{id icon}} [http://formuna.wordpress.com For Muna]