Jatinangor, Sumedang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Perapihan artikel, perbaikan |
Koreksi Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
(21 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 3:
|dati2=Kabupaten
|nama dati2=Sumedang
|luas= 262
|penduduk=
|penduduktahun=2017
|kelurahan=12 Kelurahan/Desa{{sfn|BPS|2018|page=1}}▼
|pendudukref={{sfn|BPS|2018|page=11}}
|
|nama camat= Herry Dewantara{{cn|date=September 2024}}
|provinsi=Jawa Barat
}}
'''Jatinangor''' adalah sebuah [[kecamatan]] di [[Kabupaten Sumedang]], [[Jawa Barat|Provinsi
== Penamaan<ref name=":0">{{Cite web|last=Nurman|first=Iman|date=2021-12-29|title=Baru Tahu, Ini Asal Muasal Nama Jatinangor yang Sekarang jadi Kawasan Pendidikan|url=https://inisumedang.com/baru-tahu-ini-asal-muasal-nama-jatinangor-yang-sekarang-jadi-kawasan-pendidikan/|website=IniSumedang.Com|language=id-ID|access-date=2022-01-08}}</ref> ==
Ada dua versi terkait asal nama Jatinangor
Menurut Tokoh masyarakat Jatinangor yang juga mantan Anggota [[Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sumedang|DPRD Sumedang]] dari [[Partai Golongan Karya|Partai Golkar]] periode 1999-2004 Ismet Suparmat, nama Jatinangor bisa diambil dari nama pohon jati putih yang banyak tersebar di kawasan Kiarapayung sebelum dibabat habis menjadi kawasan pendidikan. Sedangkan nama Nangor bisa dari kata ‘Cangor’ belum masak atau ‘ngora’ (muda, red). Sehingga jika digabungkan Jatinangor berarti pohon jati muda.
Namun, menurut Ismet pula, sebetulnya tanaman keras yang mendominasi di Jatinangor itu adalah pohon karet dan teh. Akan tetapi, mungkin sebagian kecil terdapat pohon jati. Meskipun masyarakat awam mengklaim jika semua pohon yang namanya pohon keras itu Jati.
Sementara itu, menurut Kasi Pemerintahan Kecamatan Jatinangor, Endang Rohmayudi mengatakan nama Jatinangor itu diambil dari kata pohon Jati, sedangkan nangor itu dari kata nangoh atau nagog atau menghadap ke bawah. Berada di atas makam sesepuh Jatinangor bernama Embah Nangoh yang sekarang berlokasi di belakang kampus IKOPIN.
Menurut Endang sebetulnya kecamatan Jatinangor sudah lahir tahun 1935 sebelum Indonesia merdeka. Sehingga jika ditambahkan usianya dengan sekarang, berarti kecamatan Jatinangor itu sudah berusia 86 tahun meskipun nama Jatinangor berubah dari [[Cikeruh, Jatinangor, Sumedang|Kecamatan Cikeruh]] tahun 2000.<ref name=":0" />
== Sejarah ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De theeonderneming 'Djatinangor' ten oosten van Bandung TMnr 60009530.jpg|jmpl|
Pada masa penjajahan, Jatinangor merupakan kawasan perkebunan [[teh]] dan [[Karet|pohon karet]] yang dikuasai oleh perusahaan swasta milik [[Belanda]], ''Maatschappij tot Exploitatie der Baud-Landen'' yang berdiri tahun 1841, dengan luas saat itu mencapai 962 hektar, membentang dari tanah—yang saat ini merupakan kawasan [[Institut Pemerintahan Dalam Negeri]] (IPDN) hingga [[Gunung Manglayang]]. Perusahaan tersebut dimiliki oleh seorang pria berkebangsaan [[Jerman]], bernama Willem Abraham Baud (1816–1879) atau lebih terkenal di masyarakat dengan sebutan Baron Baud.<ref>{{cite web |url=http://himaper.fib.unpad.ac.id/sejarah-jatinangor/ |title=Sejarah Jatinangor |website=Himpunan Mahasiswa Sastra Prancis Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran |date=23 September 2014 |accessdate=25 September 2014 |archive-date=2018-10-25 |archive-url=https://web.archive.org/web/20181025150135/http://himaper.fib.unpad.ac.id/sejarah-jatinangor/ |dead-url=yes }}</ref> Untuk mengontrol perkebunannya yang luas, Baron Baud membangun sebuah menara. Menara ini dilengkapi dengan sebuah lonceng yang terletak di puncak menara dan tangga untuk sampai ke puncaknya. Menara ini kemudian dikenal sebagai [[Menara Loji]].<ref>{{cite web|url=https://www.jatinangorku.com/menara-loji-saksi-sejarah-jatinangor-yang-terabaikan.html|title=Menara Loji: Saksi Sejarah Jatinangor yang Terabaikan |date=28 Maret 2012 |accessdate=29 Maret 2012 |website=Jatinangorku}}</ref>
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Aanleg van de spoorweg bij Djatinangor TMnr 60052200.jpg|jmpl|Pembangunan [[jalur kereta api Rancaekek–Tanjungsari]] tahun 1916.]]
Untuk memperlancar transportasi hasil perkebunan tersebut, pada tahun 1916 dibangun [[Jalur kereta api Rancaekek–Tanjungsari|jalur rel kereta api]] yang menghubungkan [[Rancaekek, Bandung|Rancaekek]] ke [[Tanjungsari, Sumedang|Tanjungsari]] dalam program proyek rel kereta api Rancaekek-Tanjungsari-Citali sepanjang 15
Kemudian,
[[Berkas:Cikuda Railway Bridge.jpg|jmpl|
Memasuki [[Revolusi Nasional Indonesia|masa kemerdekaan Indonesia]], tanah perkebunan karet Jatinangor tersebut [[Nasionalisasi|dinasionalisasikan]], dan menjadi milik Pemerintah Daerah (Pemda) Sumedang. Sayangnya, Pemda tidak melakukan penjagaan yang baik terhadap situs ini. Pada tahun 1980, lonceng Menara Loji dicuri. Hingga kini, kasus pencurian ini belum terselesaikan.<ref>{{
Pada tahun 1990, area perkebunan dialihfungsikan menjadi kawasan pendidikan dengan dibangunnya empat [[perguruan tinggi]], yakni [[Institut Pemerintahan Dalam Negeri]] (IPDN), [[Institut Manajemen Koperasi Indonesia]] (Ikopin), [[Universitas Padjadjaran
Pada tahun 2015, Kecamatan Jatinangor menjadi salah satu wilayah yang ditetapkan sebagai kawasan kota metropolitan [[Bandung Raya]].<ref>{{
== Geografi dan administrasi ==
=== Batas-batas wilayah ===
[[File:West side aerial view of Mount Geulis, cloudy day 2021.jpg|jmpl|Gunung Geulis, bentang alam yang menjadi salah satu batas wilayah Kecamatan Jatinangor]]
Dengan luas wilayah 262 km²,{{sfn|BPS|2018|page=3}} Kecamatan Jatinangor memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:{{sfn|BPS|2018|page=7}}▼
Dengan luas wilayah 262 km²,{{sfn|BPS|2018|page=3}} Kecamatan Jatinangor terletak di [[koordinat]] antara 6°53'43,3"–6°57'41" [[Lintang Selatan|LS]] dan 107°45'8,5"–107°48'11" [[Bujur Timur|BT]].
▲
{{Batas_USBT
|utara=Kecamatan [[Sukasari, Sumedang|Sukasari]] dan [[Tanjungsari, Sumedang|Tanjungsari]]
|selatan=Kecamatan [[Rancaekek, Bandung|Rancaekek]]
|barat=Kecamatan [[Cileunyi, Bandung|Cileunyi]]
|timur=Kecamatan [[Tanjungsari, Sumedang|Tanjungsari]] dan [[Cimanggung, Sumedang|Cimanggung]].
}}
Baris 46 ⟶ 62:
! No !! Nama Desa/Kelurahan !! Luas Wilayah{{sfn|BPS|2018|page=3}}
|-
| 1 || [[Cibeusi, Jatinangor, Sumedang|Cibeusi]] || 18,4
|-
| 2 || [[Cikeruh, Jatinangor, Sumedang|Cikeruh]] || 21,3
|-
| 3 || [[Cilayung, Jatinangor, Sumedang|Cilayung]] || 34,8
|-
| 4 || [[Cileles, Jatinangor, Sumedang|Cileles]] || 32,0
|-
| 5 || [[Cinta Mulya, Jatinangor, Sumedang|Cinta Mulya]] || 13,4
|-
| 6 || [[Cipacing, Jatinangor, Sumedang|Cipacing]] || 17,9
|-
| 7 || [[Cisempur, Jatinangor, Sumedang|Cisempur]] || 16,0
|-
| 8 || [[Hegarmanah, Jatinangor, Sumedang|Hegarmanah]] || 33,1
|-
| 9 || [[Jatimukti, Jatinangor, Sumedang|Jatimukti]] || 19,0
|-
| 10 || [[Jatiroke, Jatinangor, Sumedang|Jatiroke]] || 20,9
|-
| 11 || [[Mekargalih, Jatinangor, Sumedang|Mekargalih]] || 12,0
|-
| 12 || [[Sayang, Jatinangor, Sumedang|Sayang]] || 23,2
|}
Baris 77 ⟶ 93:
Berkas:JATOS - Jatinangor Town Square - panoramio.jpg|Jatinangor Town Square, pusat perbelanjaan di Jatinangor.
Berkas:Rectorate of University of Padjadjaran.jpg|Rektorat [[Universitas Padjadjaran]] Kampus Jatinangor.
Berkas:Railway Bridge, Jatinangor - panoramio.jpg|Jembatan Cikuda
</gallery>
Baris 90 ⟶ 106:
* {{citation|author=Silitonga, P. H.|year=1993 |title=Peta Geologi Lembar Bandung, Djawa |publisher=Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi |location=Bandung |oclc=1038279594}}
* {{citation|author=Tia & Aci |year=2004 |chapter=Saksi sejarah nan Terabaikan |title=dJatinangor |edition=XIV, tahun VII |date=September 2004 |page=15 |publisher=Lembaga Penerbitan Pers Mahasiswa dJatinangor Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran |location=Jatinangor}}
{{Jatinangor, Sumedang}}
{{Kabupaten Sumedang}}
{{Authority control}}
|