Qadariyah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (- di hari + pada hari)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(17 revisi perantara oleh 13 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Ensiklopedia Islam|Muhammad}}
'''Qadariyah''' ({{lang-ar|قدارية|qadariyah}}) atau '''قدرية}}Qidiriyah''') adalah sebuah ideologi dan sekte bid'ah[[bidah]] di dalam akidah Islam yang muncul pada pertengahan abad pertama Hijriah di [[Basrah]], [[Irak]]. Tokohnya adalah [[Ma'bad Al-Juhani]].<ref>{{Cite book|last=Jawas|first=Yazid bin Abdul Qodir|date=1441 H/2020|title=Mulia Dengan Manhaj Salaf|location=Bogor|publisher=Pustaka At-Taqwa|isbn=9789791661133|pages=541|url-status=live}}</ref> Kelompok ini memiliki keyakinan [[mengingkari takdir]], yaitu bahwasanya perbuatan makhluk berada di luar kehendak Allah dan juga bukan ciptaan Allah. Para hamba [[kehendak bebas|berkehendak bebas]] menentukan perbuatannya sendiri dan makhluk sendirilah yang menciptakan amal dan perbuatannya sendiri tanpa adanya andil dari Allah.<ref>http://www.fatwaislam.com/fis/index.cfm?scn=fd&ID=1357</ref><ref>http://islamqa.info/en/158488</ref>
 
== Ideologi ==
[[Ideologi]] Qadariyah murni adalah mengingkari takdir. Yakni tidak ada takdir, semua perkara yang ada merupakan sesuatu yang baru (terjadi seketika), di luar takdir dan ilmu Allah. Allah baru mengetahuinya setelah perkara itu terjadi.<ref>lihat kitab Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim, karya Imam an-Nawawi, 1/138</ref>
 
Namun paham Qadariyah yang murni dapat dikatakan telah punah, akan tetapi masih bisa dijumpai derivasinya pada masa sekarang, yaitu mereka tetap meyakini bahwa perbuatan makhluk adalah kemampuan dan ciptaan makhluk itu sendiri, meskipun kini menetapkan bahwa Allah sudah mengetahui segala perbuatan hamba tersebut sebelum terjadinya. [[Imam Al-Qurthubi]] berkata, “Ideologi ini telah sirna, dan kami tidak mengetahui salah seorang dari muta’akhirin (orang sekarang) yang berpaham dengannya. Adapun Al-Qadariyyah pada hari ini, mereka semua sepakat bahwa Allah Maha Mengetahui segala perbuatan hamba sebelum terjadi, namuntetapi mereka menyelisihi As-Salafush Shalih (yaitu) dengan menyatakan bahwa perbuatan hamba adalah hasil kemampuan dan ciptaan hamba itu sendiri.”<ref>[[Fathul Bari]], karya al-Hafizh [[Ibnu Hajar]], 1/145</ref>
 
Generasi pertama dari Qadariyah menolak sifat-sifat yang telah ditetapkan oleh Allah di dalam Al-Qur'an maupun sunnah. Pengingkaran ini mengenai keyakinan bahwa Allah dapat dilihat pada hari kiamat dengan [[penglihatan]] manusia. Mereka juga meyakini bahwa Al-Qur'an adalah makhluk. Pengingkaran lainnya mengenai pendahuluan ilmu Allah sebelum segala sesuatu yang baru belum terjadi. Sementara itu, golongan kedua dari Qadariyah meyakini bahwa Allah bukan merupakan pencipta dari tindakan-tindakan manusia. Golongan ini telah menetapkan keilmuan, tetapi menolak tingkatan penciptaan perbuatan manusia.<ref>{{Cite book|last=Al-'Aqil|first=Muhammad bin A. W.|date=2018|title=Manhaj Aqidah Imam Asy-Syafi'i|location=Jakarta|publisher=Pustaka Imam Syafi'i|editor-last=Bamuallim, M., dan al-Faiz, M. S.,|pages=559|translator-last=Idris, N., dan Zuhri, S.|url-status=live}}</ref>
 
== Sejarah ==
Pelopornya sekte ini adalah [[Ma'bad al-Juhani]], seorang penduduk kota Bashrah dan muridnya [[Ghailan ad-Dimasyqi]]. Paham bid'ah ini tersebar di Bashrah dan mempengaruhi banyak penduduknya ketika tokoh kota tersebut, ‘Amr bin ‘Ubaid mengikuti paham ini.
 
[[Al-Auza'i|Imam Al-Auza'i]] mengatakan, “Yang pertama kali mencetuskan paham mengingkari takdir adalah Susan, seorang penduduk Irak. Ia awalnya adalah seorang Nasrani yang masuk Islam, (namun) kemudian kembali kepada agamanya semula. Ma’bad al-Juhani menimba (paham ini) darinya, kemudian Ghailan bin Muslim ad-Dimasyqi menimbanya dari Ma’bad.”<ref>[[Syarh Ushul I’tiqad Ahlis Sunnati wal Jama’ah]], karya [[Al-Lalika'i]], 4/827</ref> [[Imam Muslim]] meriwayatkan dalam [[Shahih Muslim|Kitab Shahih]]-nya dari Yahya bin Ya’mar, ia berkata, “Yang pertama kali memelopori (menyebarkan) paham ingkar takdir di Bashrah adalah Ma’bad al-Juhani.”
“Penduduk Bashrah banyak yang terpengaruh dengan paham sesat ini setelah melihat ‘Amr bin ‘Ubaid mengikutinya.” <ref>lihat perkataan Al-Imam as-Sam’ani dalam kitab [[Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim]], karya [[Imam An-Nawawi]], 1/137.</ref>
 
== Lihat pula ==
* [[JabriyahJabariyah]]
 
== Catatan kakiRujukan ==
{{reflist|2}}
;Rujukan
{{reflist}}
 
[[Kategori:AqidahAkidah]]
[[Kategori:Bidah]]
[[Kategori:Teologi Islam]]
[[Kategori:Cabang Islam]]