Bangsa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
Mrbearxx (bicara | kontrib)
 
(46 revisi perantara oleh 26 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Bangsa''' adalah suatu kelompok manusia yang memiliki identitas bersama, dan mempunyai kesamaan [[bahasa]], [[ideologi]], [[budaya]], [[sejarah]], dan tujuan.<ref name="Triwamwoto">Petrus Citra Triwamwoto.2004.Kewarganegaraan. Jakarta:Grasindo.118</ref> Mereka umumnya dianggap memiliki asal usul keturunan yang sama.<ref name="Mely G">Mely G.2008. Etnis Tionghoa di Indonesia. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia.43</ref> Disebutkan juga sebagai "kelompok etnik yang sepenuhnya termobilisasi atau terlembaga".<ref name=":2">{{Cite book|last=Eller|first=|date=1997|title=Eller, Jack David (1997). "Ethnicity, Culture, and "The Past"". Michigan Quarterly Review. 36 (4). hdl:2027/spo.act2080.0036.411.|url-status=live}}</ref> Sebagian dari bangsa disebut setara dengan kelompok etnik (lihat [[nasionalisme etnik]] dan [[negara bangsa]]) dan beberapa juga dianggap setara dengan sebuah afiliasi konstitusi sosial dan politik (lihat [[nasionalisme sipil]] dan [[multikulturalisme]]).<ref name=":2" /> Sebuah bangsa didefinisikan juga sebagai komunitas politik-budaya yang telah sadar akan [[otonomi]], persatuan, dan kesamaan kepentingan.<ref>{{Cite book|title=Anthony D. Smith (8 January 1991). The Ethnic Origins of Nations. Wiley. p. 17. ISBN 978-0-631-16169-1.|url-status=live}}</ref> Dalam [[hukum internasional]] bangsa adalah terminologi dari [[negara berdaulat]].
[[Berkas:Kewarganegaraan.jpg|jmpl|225px|ka|Sampul buku Praktik Belajar [[Kewarganegaraan]] diterbitkan oleh ''Center for Civic Education'' bekerja sama dengan Depdiknas]]
 
'''Bangsa''' adalah suatu kelompok [[manusia]] yang dianggap '''Nasional''' memiliki identitas bersama, dan mempunyai kesamaan [[bahasa]], [[ideologi]], [[budaya]], [[sejarah]], dan [[tujuan yang sama]].<ref name="Triwamwoto">Petrus Citra Triwamwoto.2004.Kewarganegaraan. Jakarta:Grasindo.118</ref> Mereka umumnya dianggap memiliki asal usul keturunan yang sama.<ref name="Mely G">Mely G.2008. Etnis Tionghoa di Indonesia. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia.43</ref>
Peneliti politik dari Amerika Serikat bernama [[Ben Anderson]] mencirikan bangsa sebagai "[[komunitas terbayang]]",<ref>{{Cite journal|title=Anderson, Benedict (1983). Imagined Communities. London:|journal=Verso Publications}}</ref> dan akademikus dari Australia bernama [[Paul James (akademikus)]] melihatnya sebagai "komunitas abstrak".<ref>{{Cite book|title=James, Paul (1996). Nation Formation: Towards a Theory of Abstract Community. London: Sage Publications. p. 34. A nation is at once an objectively abstract society of strangers, usually connected by a state, and a subjectively embodied community whose members experience themselves as an integrated group of compatriots.|url-status=live}}</ref> Bangsa adalah [[komunitas terbayang]] dalam arti bahwa kondisi material ada untuk memperluas bayangan dan hubungan bersama dan secara obyektif impersonal, bahkan jika setiap individu di negara itu mengalami diri mereka sendiri sebagai bagian subyektif dari bagian kesatuan dengan orang lain. Untuk hampir semua bagian, anggota dari sebuah bangsa tetap menjadi orang tidak kenal bagi satu sama lain dan kemungkinan tidak akan pernah bertemu.<ref>{{Cite journal|title=James, Paul (2006). Globalism, Nationalism, Tribalism: Bringing Theory Back In.|journal=London: Sage Publications.}}</ref> Oleh karena frasenya, "bangsa yang asing" digunakan penulis seperti jurnalis Amerika Serikat [[Vance Packard]]. Jadi bangsa adalah realitas [[intersubjektivitas]] dan hadir semata-mata dalam pikiran bayangan masyarakat. Bahkan jika seseorang akhirnya percaya bahwa bangsa itu tidak ada, bangsa akan tetap tidak terancam, sebab bangsa bukan realitas [[subjektivisme]] yang hadir dalam pikiran satu orang. Hanya jika banyak sekali orang yang percaya bahwa bangsa itu tidak ada dan mengakhiri validitasnya membuat bangsa menjadi tidak ada.<ref>{{Cite news|title="End of nations: Is there an alternative to countries?". New Scientist. Retrieved 10 May 2017.}}</ref><ref>{{Cite book|title=homo deus by Yuval Noah Harari|url-status=live}}</ref><ref>{{Cite book|title=Packard, Vance (1968). A Nation of Strangers. Retrieved 8 November 2018.|url-status=live}}</ref>
 
== Definisi ==
Definisi bangsa menurut para ahli.<ref name="Chotib,suharno,Abubakar,Catio ">Chotib, M. Dhazali, Tri suharno, Suardi Abubakar, Muchis Catio.2006. Kewarganegaraan 1 menuju Masyarakat Madani. Jakarta:Yudhistira.5-6</ref>
* Menurut [[Ernest Renan]] ([[PerancisPrancis]])
Bangsa adalah sekelompok [[manusia]] yang berada dalam suatu ikatan batin yang dipersatukan karena memiliki persamaan [[sejarah]], serta cita-cita yang sama.<ref name="Priyono">B.Herry-Priyono.2010.Guru-Guru keluhuran. Jakarta:PT Kompas Media Nusantara.67</ref>
* Menurut [[Otto Bauer]] ([[Jerman]])
Baris 12 ⟶ 13:
* Menurut [[Hans Kohn]]
Bangsa itu terjadi karena adanya persamaan [[ras]], [[bahasa]], adat istiadat dan [[Agama]] yang menjadi pembeda antara bangsa satu dan bangsa lain.<ref name="Listyarti">Retno Listyarti.2008.Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta:Erlangga.3</ref>
 
== Etimologi dan Terminologi ==
Kata ''nation'' pertama kali muncul dari bahasa [[Perancis Kuno]] yaitu nacion – yang berarti kelahiran (naissance), "tempat kelahiran" -, yang didapat awalnya dari bahasa [[Bahasa Latin|Latin]] yaitu [[natio]] (nātĭō) yang mempunyai arti literal yaitu kelahiran.<ref>{{Cite book|title=Harper, Douglas. "Nation". Online Etymology Dictionary. Retrieved 5 June 2011..|url-status=live}}</ref>
 
[[Kamus hukum Black]] menjelaskan arti bangsa yaitu:<blockquote>nation, n. (14c) '''1'''. Sekelompok manusia yang berjumlah banyak yang mempunyai kesamaan asal, bahasa dan tradisi yang kemudian mengkonstitusikan entitas politik. constituting a political entity. Saat sebuah bangsa secara kebetulan berdampingan dengan negara, karena itu disebut juga dengan istilah nation-state atau bangsa dan negara.
 
...
 
'''2.''' Sebuah himpunan manusia yang hidup di dalam area teritori yang sudah terdefinisi dan terorganisir di bawah sebuah pemerintahan yang independen; sebuah negara yang memiliki kedaulatan dalam berpolitik.<ref>{{Cite book|title=Garner, Bryan A., ed. (2014). "nation". Black's Law Dictionary (10th ed.). p. 1183. ISBN 978-0-314-61300-4.|url-status=live}}</ref></blockquote>Kata "nation" terkadang digunakan sebagai persamaan kata untuk:
 
* [[Negara (pemerintahan)]] atau [[Negara berdaulat|Negara Berdaulat]]: sebuah pemerintahan yang mengontrol sebuah teritori spesifik tertentu, yang mungkin atau tidak mungkin berkaitan dengan grup etnis tertentu.
* [[Country]]: sebuah teritori geografis, yang mungkin atau tidak mungkin memiliki afiliasi dengan pemerintah atau grup etnis.
 
Jadi frase "nations of the world" bisa jadi direferensikan kepada tingkat tertinggi dari pemerintahan (sama seperti nama untuk [[Perserikatan Bangsa-Bangsa]]), berbagai teritori geografis yang besar, atau berbagai grup etnis yang besar. Tergantung pada arti kata “nation” digunakan kapan, arti “[[Negara kebangsaan|Negara Kebangsaan]]” sendiri dapat digunakan juga untuk membedakan wilayah negara yang lebih besar dari [[Negara kota]] di negara tersebut, atau juga membedakan negara yang memiliki [[Negara Multinasional]] dari mereka yang memiliki satu grup etnis.
 
== Bangsa Abad Pertengahan ==
Dalam bukunya yang berjudul Kingdoms and Communities in Western Europe 900-1300, [[Susan Reynolds]] menyatakan bahwa banyak kerajaan abad pertengahan Eropa adalah bangsa-bangsa yang sudah dapat dikatakan modern. [[Adrian Hastings]] dalam bukunya yang berjudul The Construction of Nationhood:<ref>{{Cite book|title=Susan Reynolds, Kingdoms and Communities in Western Europe 900–1300, Oxford, 1997.|url-status=live}}</ref> ethnicity, Religion and Nationalism menyatakan bahwa Raja Inggris Anglo Saxon memobilisasi kebangsaan penduduk dalam kesulitan mereka mengusir Norse invasions. Dia berargumen bahwa [[Alfred yang Agung]], khususnya pada nasionalisme biblikal, dengan menggunakan bahasa alkitabiah di dalam pasal hukum dan pada saat kekuasaanya buku Alkitab pilihan ditranslasikan menjadi bahasa [[Bahasa Inggris Kuno]] untuk menginspirasi masyarakat kebangsaan inggris untuk melawan penjajah Norse. Hastings berargumen untuk pembaharuan untuk kebangsaan inggris (mengikuti hiatus setelah [[Penaklukan Inggris oleh Norman]]) awal dari peristiwa [[Alkitab Wycliffe]], kemudian membuat [[nasionalisme Inggris]] dan bangsa Inggris berdiri sejak itu.<ref>{{Cite book|title=Adrian Hastings, The Construction of Nationhood: Ethnicity, Religion and Nationalism. Cambridge: Cambridge University Press, 1997|url-status=live}}</ref>
 
Salah satu contoh lain dari Bangsa abad pertengahan ialah [[Deklarasi Arbroath|Deklarasi Arboath]], dokumen yang ditulis oleh bangsawan Skotlandia dan klerus pada saat [[Perang Kemerdekaan Skotlandia]]. Tujuan dari dokumen ini adalah untuk mendomenstrasikan kepada Paus, bahwa Skotlandia adalah sebuah bangsa yang berdiri sendiri, dengan budaya yang unik, sejarah dan bahasa dan juga merupakan bangsa yang lebih tua dari Inggris. Dokumen menjustifikasi perbuatan dari [[Robert the Bruce|Robert Bruce]] dan satuannya pada saat menolak penjajahan dan untuk mencela penjajahan Inggris dan rekognisi Independensi Skotlandia dalam bagian dari mahkota Inggris. Dokumen ini dilihat oleh masyarakat luas sebagai contoh awal dari kedua [[Nasionalisme Skotlandia]] dan [[Teori kedaulatan rakyat|Teori Kedaulatan Rakyat]].
 
[[Anthony Kaldellis]] dalam ''Hellenism in Byzantium'' (2008) itu disebut juga [[Kekaisaran Romawi Timur]] adalah Kekaisaran Roma yang ditransformasi menjadi [[negara kebangsaan]] pada abad pertengahan.
 
Azar Gat adalah satu dari banyak sarjana yang beragurmen bahwa [[Cina]], [[Korea]] dan [[Jepang]] adalah bangsa pada waktu Abada Pertengahan Eropa.<ref>{{Cite book|title=Azar Gat, Nations: The Long History and Deep Roots of Political Ethnicity and Nationalism, Cambridge: Cambridge University Press. 2013, China, p. 93 Korea, p. 104 and Japan p., 105.|url-status=live}}</ref>
 
=== Penggunaan istilah ''nationes'' oleh universitas abad pertengahan dan institusi abad pertengahan lainnya ===
{{Main article|Bangsa (universitas)}}
Awal penggunaan kata nation, sebagai natio, muncul di [[Universitas Abad Pertengahan]] <ref>{{Cite web|title=nation (university)|url=https://en.wiki-indonesia.club/wiki/Nation_(university)}}</ref> untuk menjelaskan rekan-rekan kolega di universitas atau pelajar, diantara semua pada [[Universitas Paris]], siapa yang terlahir masih dalam upah, berbicara bahasa yang sama dan diprediksi untuk memerintah berdasarkan hukum yang familiar. Pada 1383 dan 1385, selama melakukan studi teologi di Paris, [[Jean Gerson]] terpilih dua kali sebagai jaksa bagi ''natio'' dari Perancis. [[Universitas Charles di Praha]] menadopsi divis pelajar menjadi nationes: mulai dari pembukaan di tahun 1349 the ''[[studium generale]]'' yang mengandung unsur Bohemian, Bavarian, Saxon, dan Silesian nations.
 
Dengan cara yang serupa, the nationes diasingkan oleh [[Kesatria Hospitaller]], yang mengatur di [[Rodos]] hostels dikenal juga dengan nama ”''where foreigners eat and have their places of meeting, each nation apart from the others, and a Knight has charge of each one of these hostels, and provides for the necessities of the inmates according to their religion''”, tertullis oleh penjelalajah Spanyol [[Pedro Tafur]] pada tahun 1436.<ref>{{Cite web|title=Pedro Tafur, Andanças e viajes.|url=http://depts.washington.edu/silkroad/texts/tafur.html#ch5}}</ref>
 
== Awal Mula Bangsa Modern ==
Lihat pula: [[Negara kebangsaan|Negara Kebangsaan]]
 
Dalam artikelnya yang berjudul "Th''e Mosaic Moment: An Early Modernist Critique of the Modernist Theory of Nationalism''", [[Philip S. Gorski]] berpendapat bahwa bangsa modern yang pertama kali terbentuk adalah [[Republik Belanda]] yang dibangun oleh politik nasionalisme modern yang berakar dari [[nasionalisme biblikal]].<ref>{{Cite book|title=Philip S. Gorski, "The Mosaic Moment: An Early Modernist Critique of the Modernist Theory of Nationalism", American Journal of Sociology 105:5 (2000), pp. 1428–68.|url-status=live}}</ref> Pada tahun 2013, dalam artikelnya yang berjudul "''Biblical nationalism and the sixteenth-century states''", [[Diana Muir Appelbaum]] memperluas argumen [[Philip S. Gorski|Gorski]] untuk menerapkan bangsa yang baru, Protestan dan pada abad keenam belas.<ref>{{Cite book|title=Diana Muir Appelbaum, Biblical nationalism and the sixteenth-century states, National Identities, 2013|url-status=live}}</ref> Pendapat yang serupa dikemukakan oleh [[Anthony D. Smith]] dalam bukunya yang berjudul “''Chosen Peoples: Sacred Sources of National Identity and Myths and Memories of the Nation''”.<ref>{{Cite book|title=Anthony D. Smith, Chosen Peoples: Sacred Sources of National Identity (Oxford University Press, 2003) and Myths and Memories of the Nation (Oxford University Press, 1999).|url-status=live}}</ref>
 
Dalam bukunya yang berjudul "''Nationalism: Five Roads to Modernity''", [[Liah Greenfeld]] memberikan argumen bahwa nasionalisme ditemukan di Inggris pada tahun 1600. Menurut [[Liah Greenfeld|Greenfeld]], Inggris merupakan bangsa pertama yang ada di dunia.<ref>{{Cite book|title=Steven Guilbert, The Making of English National Identity, http://www.cercles.com/review/R12/kumar7.htm|url-status=live}}</ref><ref>{{Cite book|title=Liah Greenfeld, Nationalism: Five Roads to Modernity, Harvard University Press, 1992.|url-status=live}}</ref>
 
== Ilmu Sosial ==
Pada akhir abad ke 20, banyak ahli ilmu sosial berargumen bahwa ada 2 tipe bangsa, yaitu [[nasionalisme sipil]], sebagai contoh adalah Perancis dan [[nasionalisme etnis]], sebagai contoh adalah Jerman. Tradisi warga Jerman dikonseptualisasi oleh filsuf awal abad 19 seperti [[Johann Gottlieb Fichte]], dan ditunjukan kepada manusia yang memiliki kesamaan bahasa, agama, budaya, sejarah dan [[Kelompok etnik|kelompok etnis]], itulah pembeda mereka dari manusia dari bangsa lain.<ref>{{Cite book|title=Rogers Brubaker, Citizenship and nationhood in France and Germany, Harvard University Press, 1992, ISBN 978-0-674-13178-1|url-status=live}}</ref> Ini adalah visi, diantara lain adalah [[Ernest Renan]].<ref name=":0">{{Cite book|title=Noiriel, Gérard (1992). Population, immigration et identité nationale en France:XIX-XX siècle. Hachette. ISBN 2010166779.|url-status=live}}</ref>
 
Analisis masa kini cenderung berdasarkan studi sosio-sejarah tentang pembangunan sentimen [[identitas nasional]], mencoba untuk menindetifikasi individu dan mekanisme kolektif, baik sadar atau tidak, sengaja atau tidak. Menurut beberapa dari studi ini, dapat dilihat bahwa [[Negara (pemerintahan)]] sering kali mempunyai peran yang signifikan, dan komunikasi, terutama dari segi ekonomi, juga mempunyai signifikasi yang tinggi.<ref name=":0" />
 
== Debat mengenai potensi sebuah bangsa pada masa yang akan datang ==
Lihat pula: [[Benturan Peradaban|Benturan peradaban]], [[Negara kota]], [[Komunitas maya]], [[suku digital]], [[Kewarganegaraan global]], [[mobilitas geografis]], [[Transnasionalisme]], [[pagar geografis]], [[Desentralisasi]], [[Penyelesaian masalah]] dan [[Pengembangan budaya]].
 
Ada sebuah debat yang sedang berlangsung mengenai masa depan sebuah bangsa - mengenai apakah kerangka kerja ini akan tetap bertahan atau ada alternatif lain yang dapat dikembangkan.<ref name=":1">{{Cite book|title="End of nations: Is there an alternative to countries?". New Scientist. Retrieved 10 May 2017.|url-status=live}}</ref>
 
Teori [[Benturan Peradaban|benturan peradaban]] sangat kontras dengan teori [[Kosmopolitanisme|kosmopolitan]] mengenai dunia yang semakin terhubung dan tidak lagi membutuhkan negara kebangsaan. Menurut [[ilmuwan politik]] [[Samuel Huntington]], [[identitas]] budaya dan agama dari sebuah masyarakat akan menjadi sumber utama konflik di dunia pasca- [[Perang Dingin]].
 
Teori ini pertama kali dirumuskan pada kuliah tahun 1992 di [[American Enterprise Institute]] <ref>{{Cite book|title="U.S. Trade Policy — Economics". AEI. 15 February 2007. Archived from the original on 29 June 2013. Retrieved 20 February 2013.|url-status=live}}</ref> yang kemudian dikembangkan pada tahun 1993 dalam artikel [[Foreign Affairs]] yang berjudul "''The Clash of Civilizations?''". Hal tersebut dilakukan dalam rangka memberi respon pada buku yang ditulis oleh [[Francis Fukuyama]] yang berjudul ''[[The End of History and the Last Man]]''.<ref>{{Cite book|title=Official copy (free preview): "The Clash of Civilizations?". Foreign Affairs. Summer 1993. Archived from the original on 29 June 2007.|url-status=live}}</ref> Huntington lalu mengembangkan [[tesis]]<nowiki/>nya pada buku yang berjudul "T''he Clash of Civilizations and the Remaking of World Order''" pada tahun 1996.
 
Huntington mulai memikirkan teorinya dengan melakukan beberapa survei berbeda mengenai sifat politik global pada pasca- [[Perang Dingin]]. Beberapa ahli teori berargumen bahwa [[hak asasi manusia]], [[demokrasi liberal]] dan ekonomi [[pasar bebas]] menjadi satu-satunya alternatif ideologis yang tersisa bagi negara-negara di dunia pasca-Perang Dingin. Secara spesifik, [[Francis Fukuyama]] berargumen bahwa dunia telah mencapai "akhir sejarah" [[Georg Wilhelm Friedrich Hegel|Hegelian]], dalam bukunya yang berjudul "The End of History and the Last Man".
 
Huntington percaya bahwa saat dimana masa [[ideologi]] telah berakhir, dunia kembali ke keadaan normal yang ditandai dengan konflik budaya. Dalam tesisnya, Huntington mengemukakan bahwa poros utama konflik yang akan terjadi di masa depan adalah perihal kultur dan agama. [[Pascanasionalisme]] adalah sebuah proses atau tren dimana sebuah negara kebangsaan dan identitas nasional kehilangan kepentingannya terhadap entitas supranasional dan global. Beberapa faktor yang mendukung hal tersebut adalah [[globalisasi ekonomi]], meningkatnya kepentingan [[perusahaan multinasional]], internasionalisasi pasar keuangan, transfer [[Kekuasaan|kekuatan sosial-politik]] dari otoritas nasional ke entitas supranasional, seperti perusahaan multinasional, [[Perserikatan Bangsa-Bangsa|Perserikatan Bangsa]] - [[Uni Eropa|Bangsa dan Uni Eropa]] serta munculnya teknologi informasi baru seperti [[Internet]]. Meskipun begitu, keterkaitan terhadap kewarganegaraan dan identitas nasional menjadi hal yang penting.<ref>{{Cite book|title=R. Koopmans and P. Statham; "Challenging the liberal nation-state? Postnationalism, multiculturalism, and the collective claims making of migrants and ethnic minorities in Britain and Germany"; American Journal of Sociology 105:652–96 (1999)|url-status=live}}</ref><ref>{{Cite book|title=R.A. Hackenberg and R.R. Alvarez; "Close-ups of postnationalism: Reports from the US-Mexico borderlands"; Human Organization 60:97–104 (2001)|url-status=live}}</ref><ref>{{Cite book|title=I. Bloemraad; "Who claims dual citizenship? The limits of postnationalism, the possibilities of transnationalism, and the persistence of traditional citizenship"; International Migration Review 38:389–426 (2004)|url-status=live}}</ref>
 
Jan Zielonka dari University of Oxford menyatakan bahwa "Struktur masa depan dan latihan dari kekuatan politik akan menyerupai model abad pertengahan dibandingkan dengan model Westphalian", yang pada akhirnya menjadi "pemusatan kekuasaan, kedaulatan dan identitas yang jelas" dan [[Medievalisme baru|neo-medievalisme]] yang berarti "otoritas yang tumpang tindih, kedaulatan yang terbagi, berbagai identitas dan lembaga pemerintahan dan batas yang tidak jelas".<ref name=":1" />
 
== Faktor-Faktor Pembentukan Bangsa Menurut Dasar Identitas ==
Faktor-faktor pembentukan suatu bangsa sangat berkaitan dengan identitas yang menyatukan [[masyarakat]].<ref name="Chotib,suharno,Abubakar,Catio"/> Faktor tersebut antara lain sebagai berikut :
* ''Primordial'' yang termasuk dalam faktor ini yaitu ikatan kekerabatan, kesamaan [[suku bangsa]], daerah, [[bahasa]] dan adat istiadat.<ref name="Chotib,suharno,Abubakar,Catio"/>
* ''Sakral'' dalam faktor ini yaitu adanya kesamaan [[agama]] yang dianut oleh [[masyarakat]] dan dalam hal ini [[agama]] dapat membentuk suatu [[ideologi]] doktrin yang kuat dalam [[masyarakat]], sehingga keterkaitannya dapat menimbulkan bangsa.<ref name="Chotib,suharno,Abubakar,Catio"/>
Baris 20 ⟶ 77:
* ''Sejarah'' merupakan salah satu faktor pembentukan bangsa karena [[sejarah]] dan pengalaman masa lalu seperti penderitaan akan melahirkan solidaritas sehingga memungkinkan untuk membentuk satu tekad dan satu tujuan antar kelompok [[masyarakat]].<ref name="Chotib,suharno,Abubakar,Catio"/>
* ''Perkembangan Ekonomi'' dikatakan sebagai faktor pembentukan bangsa karena semakin meningkatnya perkembangan [[ekonomi]] semakin beragam pula kebutuhan [[masyarakat]] sehingga membuat [[masyarakat]] semakin ketergantungan satu sama lain dan secara tidak langsung akan membuat [[masyarakat]] ingin membentuk satu kesatuan yaitu bangsa sebagai jalan untuk memenuhi kebutuhan satu sama lain.<ref name="Chotib,suharno,Abubakar,Catio"/>
 
== Kebangsaan Indonesia ==
=== Sejarah Indonesia Sebagai Bangsa ===
Bangsa [[Indonesia]] tumbuh sebagai hasil interaksi [[masyarakat]] yang terjadi secara alamiah.<ref name="Boangmanulu J">Boangmanulu J.2008. Pendidik,Missionaris,& Motivator. Jakarta:Gunung Mulia.328-329</ref> Di sini ada kehendak yang tumbuh karena [[sejarah]] yang sama untuk jadi satu kesatuan bangsa yang merdeka.<ref name="Boangmanulu J"/> Akan tetapi [[Ernest Renan]] berpendapat bahwa tidak ada satu hal yang mutlak sama.<ref name="Boangmanulu J"/> Di dalam [[masyarakat]] selalu ada perbedaan-perbedaan, maka dalam [[masyarakat]] selalu ada toleransi dalam setiap intaraksi yang tujuannya agar tidak ada [[konflik]].<ref name="Boangmanulu J"/>
Kapan bangsa [[Indonesia]] tumbuh? secara alamiah bangsa [[Indonesia]] tumbuh atau muncul sebagai hasil intaraksi antara [[masyarakat]] [[Indonesia]] yang [[majemuk]] dan hal ini menjadi roh bangsa, seperti halnya bangsa [[Jerman]] yang sering menyebutnya dengan roh rakyat.<ref name="Boangmanulu J"/> Para filsuf [[Jerman]] mengaitkan roh bangsa dengan menyatukan [[masyarakat]] dengan alam yang satu.<ref name="Boangmanulu J"/> Namun, berbeda dengan [[Indonesia]], [[Jerman]] bersatu karena perang penyatuan wilayah alamnya, sedangkan [[Indonesia]] bersatu karena adanya nasib yang sama.<ref name="Boangmanulu J"/> Tepatnya pada tanggal [[28 Oktober 1928]], secara sadar pemimpin kita merumuskan [[sumpah pemuda]], yang pada dasarnya adalah sumpah bangsa.<ref name="Boangmanulu J"/> Jadi secara [[politis]] dinyatakan dasar bangsa [[Indonesia]] berdiri pada saat [[sumpah pemuda]] tersebut.<ref name="Boangmanulu J"/> Bangsa [[Indonesia]] yang tampil kemudian menegara pada tanggal [[17 agustus 1945]].<ref name="Boangmanulu J"/> Bangsa dan [[negara]] itu kemudian menjadi satu kesatuan, [[Ernest Renan]] berpendapat bahwa ada bangsa dan [[negara]] yang tidak menjadi satu.<ref name="Boangmanulu J"/> Contohnya yang sering kita dengar adalah sebutan negara [[Australia]] tidak ada bangsa [[Australia]].<ref name="Boangmanulu J"/>
 
=== Faktor-Faktor Pembentukan Bangsa Indonesia ===
Berikut ini merupakan faktor-faktor penting bagi pembentukan bangsa [[Indonesia]].<ref name="Abdulkarim">Aim Abdulkarim.2004.Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta:Grasindo.147-149</ref>
* Persamaan asal keturunan [[etnis]].
* Persamaan pola [[kebudayaan]].
* Persamaan tempat tinggal yang disebut dengan khas tanah air.
* Persamaan [[sejarah]].
* Persamaan cita-cita.
 
=== Faktor-Faktor Pemersatu Bangsa Indonesia ===
Berikut ini merupakan faktor-faktor pemersatu bangsa [[Indonesia]] sebagai perekat persatuan.<ref name="Abdulkarim"/>
* [[Pancasila]].
* UUD 1945.
* Bendera kebangsaan merah putih.
* Lagu kebangsaan Indonesia Raya.
* Bahasa [[Indonesia]].
* Satu wilayah [[Indonesia]].
* Satu pemerintahan [[Negara]].
 
== Lihat pula ==
Baris 52 ⟶ 86:
* [[Kelompok etnis]]
* [[Etnisitas]]
* [[Identitas]]
* [[Bangsa berdaulat|Kebangsaan yang berdaulat]]
* [[Lambang negara Indonesia|Lambang Negara Indonesia]]
* [[Nasionalisme Indonesia|Nasionalisme]]
* [[Rakyat]]
* [[Pemerintah]]
* [[Separatisme]]
* [[Iredentisme|Irredentisme]]
* [[Masyarakat]]
* [[Suku]]
* [[Republik]]
* [[Republikanisme]]
 
== Bacaan lanjutan ==