Jurnalisme sastra: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika |
Fitur saranan suntingan: 3 pranala ditambahkan. |
||
(13 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
[[Berkas:Wolfe at White House.jpg|jmpl|ka|200px|Tom Wolfe mencetuskan gerakan ''New Journalism'' yang kemudian melahirkan jurnalisme sastra]]'''Jurnalisme sastra''' adalah jenis tulisan [[jurnalistik]] yang
== Sejarah ==
Jurnalisme sastra memang berbentuk seperti fiksi,
Jurnalisme sastra muncul sebagai bagian dari gerakan ''New Journalism'' yang dicetuskan oleh [[Tom Wolfe]].<ref name="junalisme" /> Namun, pada tahun 1700 sebenarnya sudah muncul [[esai]]-esai [[narasi|naratif]] yang ditulis oleh penulis seperti [[Ernest Hemingway]], [[A.J. Liebling]] dan [[Joseph Mitchell]].<ref name="junalisme" /> Di Amerika, jurnalisme sastra mulai dikenal lewat karya jurnalistik [[Tom Wolfe]] pada tahun 1960. Pada saat itu, terjadilah aliran baru dalam jurnalistik dengan mencampurkan sastra dan jurnalistik. Wolfe mulai memperkenalkan karyanya sebagai sebuah bentuk jurnalisme baru. Wolfe mengembangkan karya jurnalistiknya selama lebih dari 7 tahun. Ia terus mengumpulkan bukti-bukti dan wawancara ketika menyusun karya jurnalistiknya.
Baru pada tahun 1970 sampai 1980-an istilah jurnalisme sastra berkembang dalam masyarakat. Pelopornya adalah [[John McPhee]], [[Richard Rhodhes]], [[Mark Singer]], dan beberapa tokoh lain.<ref name="junalisme" /> Jurnalisme sastra masuk ke dalam bermacam wilayah penulisan, seperti pariwisata, [[memoar]], esai-esai historis dan [[etnografis]], bahkan berita-berita mengenai peristiwa nyata.<ref name="junalisme" /> Sebenarnya adanya gaya penulisan sastra dalam tulisan membuat sebuah laporan menjadi janggal.<ref name="junalisme" /> Akan tetapi, jurnalisme sastra menjadi sarana penolakan terhadap jurnalisme lama.<ref name="junalisme" /> Memang jurnalisme sastra pada akhirnya berbentuk mirip fiksi,
Tokoh-tokoh jurnalistik sastrawi memperkenalkan gaya penulisan narasi dan peliputan reportase dalam karyanya. Setelah Wolfe, terdapat banyak pemikir jurnalistik yang mulai mengembangkan jurnalisme sastra. Pada tahun 1970-an, tokoh-tokoh seperti John McPhee, John Hoagland, dan Richard Rhodes mulai memperluas cangkupan jurnalisme sastra. Selanjutnya, pada tahun 1980, muncul tokoh-tokoh baru yang saling bekerja sama untuk menyebarkan dan mengembangkan jurnalisme sastra di berbagai daerah. Tokoh-tokoh tersebut diantaranya: Tracy Kidder dan Mark Singer, Richard Preston dan Adrian Nicole LeBlanc. Mereka mulai mengembangkan gaya penulisan seperti
== Jurnalisme sastra di Indonesia ==
Jurnalisme sastra di Indonesia baru mulai dikenal pada tahun 1990-an. Majalah ''Tempo'' disebut-sebut sebagai salah satu media yang menjadi inisiator dalam penerapan jurnalisme sastra di Indonesia. Saat berdiri, ''Tempo''
Kemudian, media lain mulai mengikuti ''Tempo''. Ketidakraguan ''Tempo'' dalam mengadopsi “jurnalistik baru” ini disebabkan karena para awak ''Tempo'' didominasi oleh sastrawan. Sehingga apa yang mereka tulis dan laporkan, ikut terpengaruh gaya sastra. Mereka adalah Goenawan Mohamad, Putu Wijaya, Eka Budianta, Fikri Jufri, Lelila Chudori, dan Bondan Winarno serta kolumnis lainnya yang juga merupakan jurnalis-sastrawan.
Baris 18:
Sekitar tahun 2010, perguruan tinggi juga mulai aktif mengambil bagian dalam pengembangan dan sosialisasi jurnalisme sastra, namun tidak secara terang-terangan sebagai bagian dari kajian ilmu. Hal tersebut terlihat dari materi kuliah yang masih memandang bahwa jurnalisme sastra dan ''feature'' hanyalah pelengkap sebuah berita.
Istilah jurnalisme sastra dalam [[bahasa Indonesia]] adalah terjemahan dari istilah ''literary journalism'' ([[Inggris]]).<ref name="salemba">
== Jurnalisme sastra sebagai jurnalisme baru ==
Baris 56:
* Sudut pandang pengisahannya unik.
Berdasarkan proses peliputannya teknik pelaporan Jurnalisme Sastra bisa dibilang penuh dengan
== Gaya publikasi ==
Jurnalisme sastra berfokus untuk menggabungkan jurnalisme dengan tulisan kreatif [[Nonfiksi|non-fiksi]]. Bergantung pada gaya publikasi dan kesamaan teknik penulisan, jurnalisme sastra memiliki kesamaan dengan beberapa jenis tulisan kreatif non-fiksi lainnya.
Karya tulis non-fiksi memiliki tenggat waktu, unsur dan kaidah kreatif yang berbeda-beda, diantaranya:
Baris 73:
=== Artikel ''Feature'' ===
Artikel ''feature''
=== Non-fiksi Naratif ===
Baris 84:
== Jurnalisme sastra dan masyarakat ==
Jurnalisme sastra dengan segala elemennya, tentu akan lebih mudah dimengerti apabila mereka yang membaca memiliki referensi sebelumnya, atau setidaknya sempat membaca karya sastra yang berkualitas. Sehingga melaui bacaan itu akan menghasilkan tulisan yang berkualitas pula.
Kegiatan jurnalistik merupakan kegiatan yang juga ditujukan untuk membangun masyarakat. Oleh karena itu, diharapkan pendidikan jurnalistik dapat dirancang untuk memenuhi kebutuhan industri serta masyarakat. == Pranala luar ==
Baris 96 ⟶ 98:
== Bacaan lanjut ==
* Azwar. (2018). ''4 Pilar Jurnalistik: Pengetahuan Dasar Belajar Jurnalistik Edisi Pertama''. Jakarta: Prenadamedia Group. Hlm. 12 ISBN 978-602-422-235-2
{{Authority control}}
[[Kategori:
[[Kategori:Sastra]]
|