Tony Wen: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Mengedit beberapa bagian dan menambahkan referensi penting |
kTidak ada ringkasan suntingan |
||
(31 revisi perantara oleh 15 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{
{{Chinese|t=温敬多||p=Wēn Jìng Duō |phfs = Vûn Kin-tô | ind = Boen Kin To}}
'''Tony Wen''' (
== Pendidikan dan Pekerjaan ==
[[File:Tony Wen Home in Sungailiat.jpg|thumb|right|Rumah Tony Wen di Sungailiat, Bangka.]]
Setelah menyelesaikan sekolah menengah di Sungailiat, dia kemudian meneruskan studinya di [[Singapura]], lalu U Ciang University, [[Shanghai]] hingga Liang Nam University, [[Kanton|Canton]]. Setelah kembali ke [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta (Batavia)]], ia menjadi guru olahraga di sekolah Pa Hoa (T.H.H.K.). Ia juga seorang pemainan sepak bola nasional yang sangat handal, gesit, dan cergas dalam pertandingan. Sebelum [[Perang Dunia II]] meletus, ia menjadi pemain sepak bola terkenal kesebelasan [[UMS 1905|UMS (Union Makes Strength)]].<ref name=":0" /><ref name=":1">{{Cite
=== Masa Organisasi (Pra-Kemerdekaan dan Revolusi Fisik) ===
Disamping kegemarannya dengan dunia olahraga, ia banyak mengambil peran dalam berbagai organisasi yang terkait. Pada [[Sejarah Nusantara (1942–1945)|masa pendudukan Jepang]], ia bekerja sebagai juru bahasa di kantor urusan Hoa Kiao (Kakyo Hanbu) yang merupakan salah satu bagian pusat intelijen [[Jepang]] (Sambu Beppan).
Setelah Jepang menyerah, ia menghilang dari Jakarta dan menetap di [[Kota Surakarta|Solo]] memimpin Barisan Pemberontak Tionghoa. Kemudian, Ia menjadi pembantu R.P. Suroso dalam membentuk kantor urusan minoritas di [[Kementerian Dalam Negeri|Departemen Dalam Negeri]]. Pada akhir masa perjuangan fisik, Tony Wen menjadi pembantu Mukarto, kepala ''Opium en Zoutregie'', dan ia sering bolak-balik ke Singapura untuk menukar [[candu]] dengan senjata yang diselundupkan ke daerah Republik.
Tony Wen telah memperjelas dukungannya kepada Republik, setidaknya sejak April 1946. Ia banyak menyibukkan diri dalam menggalang masyarakat Tionghoa menunjang kegiatan revolusi dibawah bendera nasionalis bimbingan [[Soekarno|Bung Karno]]. Ketika Presiden Soekarno dan para pemimpin lainnya dibuang ke [[Pulau Bangka]], ia menyediakan seluruh keperluan para pemimpin tersebut. “Ia terang-terangan menjawab keragu-raguan masyarakat Tionghoa dengan menyatakan berkiblat ke Republik yang baru,” tulis mantan menteri [[Oei Tjoe Tat]] dalam ''Memoar Oei Tjoe Tat: Pembantu Presiden Soekarno'' (1992:52). “Ia menyatakan tekadnya untuk lebih memperhatikan kepentingan rakyat kecil, khususnya kaum buruh.”<ref name=":2" />
Baris 17 ⟶ 19:
Pada masa itu, Indonesia yang baru saja meraih kemerdekaan memiliki kondisi ekonomi yang buruk apalagi ditambah dengan adanya blokade oleh Belanda dari segala penjuru membuat Indonesia semakin kesulitan melakukan perdagangan dengan negara lain untuk mengisi kas negara. Di sinilah Tony Wen berperan besar dalam membantu mengisi kas negara.
Kurangnya kas negara untuk biaya operasional pemerintahan menyebabkan [[Daftar Menteri Keuangan Indonesia|Menteri Keuangan]] [[Alexander Andries Maramis|A.A. Maramis]] menyarankan menjual candu ke luar negeri. Dengan keahlian Tony Wen di Solo yang menyuplai logistik dan senjata untuk pejuang di sana,ia dipercaya untuk menjual candu-candu mentah dari pabrik candu di [[Salemba]]. Mukarto Notowidagdo ditunjuk sebagai koordinator tim sementara Tony Wen menjadi pelaksana. Ia kemudian menghubungi temannya di [[Singapura]] yang memiliki jaringan distribusi candu dan operasi itu pun dilaksanakan.
Soal penyelundupan ke Singapura itu dicatat oleh Sam Setyautama dalam ''Tokoh-tokoh Etnis Tionghoa di Indonesia'' (2008:24). Pada 1948, Tony bersama Soebeni Sosrosepoetro, Karkono Partokusumo ([[Kamadjaja]]), dan dibantu Lie Kwet Tjien menyelundupkan candu ke Singapura untuk dibelikan senjata bagi Republik Indonesia. Dengan naik perahu, Tony Wen membawa setengah ton candu dari [[Pantai Popoh]] di [[Kabupaten Kediri|Kediri]] dan melintasi pantai selatan Jawa ke [[Selat Lombok]] untuk menghindari patroli [[Belanda]] dalam perjalanannya ke Singapura. Operasi lanjutan ini kemudian dilaksanakan oleh [[John Lie|Laksamana John Lie]] dengan menggunakan pesawat amphibi Catalina. Dengan pesawat ini, Indonesia berhasil melakukan pengiriman sebanyak dua kali dan membawa 4 ton candu ke Singapura. Akan tetapi, operasi ini akhirnya diketahui oleh [[Belanda]] sehingga Tony Wen ditangkap oleh polisi [[Britania Raya|Inggris]] di Singapura.<ref name=":2" /><ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/53361234|title=Peranakan idealis : dari Lie Eng Hok sampai Teguh Karya|last=Yunus.|first=Yahya,|date=2002|publisher=Kepustakaan Populer Gramedia|isbn=979902384X|edition=Cet. 1|location=Jakarta|oclc=53361234}}</ref><ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/312440590|title=Tokoh-tokoh etnis Tionghoa di Indonesia = [Yinni Hua zu ming ren ji]|last=1938-|first=Setyautama, Sam,|date=2008|publisher=Kepustakaan Populer Gramedia bekerjasama dengan Chen Xingchu Foundation|isbn=9789799101259|edition=Cet. 1|location=Jakarta|oclc=312440590}}</ref>
=== Mengikuti Brigade Internasional ===
Tony juga tergabung dalam ''International Volunteers Brigade'' (IVB) alias Brigade Internasional, kesatuan tentara yang terdiri dari orang-orang (keturunan) berbagai macam bangsa Asia (
Dalam arsip yang sama dituliskan, Brigade yang sekretariatnya berada di Jalan Poncowinatan 50, [[Kota Yogyakarta|Yogyakarta]] ini terdiri atas bagian ketentaraan, ekonomi, sosial dan penerangan meskipun tidak seluruhnya aktif di front pertempuran. Dari golongan tadi, orang-orang India-lah yang tergolong aktif bertempur. “Yang sudah turut berperang di medan [[Gombong, Kebumen|Gombong]] semua orang-orang India, sedang pasukan Tionghoa di bawah Tony Wen sampai sekarang (20 Oktober 1947) hanya menjalankan latihan belaka,” tulis laporan Kementerian Pertahanan Bagian V itu.<ref name=":2" />
=== Masa Setelah Kemerdekaan ===
Pada tahun 1950-an ia diangkat menjadi anggota [[Komite Olimpiade Indonesia]] dan pengurus [[Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia|PSSI]]. Pada tahun 1952, ia masuk menjadi anggota [[Partai Nasional Indonesia|PNI]]. Sejak Agustus 1954 sampai Maret 1956, ia diangkat menjadi anggota DPR ([[konstituante]]) mewakili [[Partai Nasional Indonesia|PNI]] untuk daerah pemilihan [[Sumatera Selatan|
=== Wafat ===
Tony Wen meninggal dunia karena sakit pada 30 Mei
== Peristiwa Surabaya ==
{{rapikan}}
Keterangan dari Henry Boen, keponakan Tony Wen (Siauw Giok Tjhan
Apakah Almarhum Tony Wen menjadi salah satu pemrakarsa merobek bagian biru dari bendera
Untuk menanggulanginya, Go Gien Tjwan sebagai jurubicara Angkatan Muda Tionghoa (AMT) mengucapkan pidato yang menekankan bahwa musuh rakyat Indonesia bukan etnis Tionghoa melainkan Belanda. Ia juga menyatakan bahwa etnis Tionghoa juga menjadi korban penjajahan Belanda dan tidak menginginkan kembalinya penjajahan Belanda.
[[Siauw Giok Tjhan|Siaw Giok Tjhan]] bersama
== Referensi ==
<references />
{{Authority control}}{{URUTANBAKU:Wen, Tony}}
[[Kategori:Tokoh Kepulauan Bangka Belitung]]
[[Kategori:Pejuang kemerdekaan Indonesia]]
[[Kategori:
▲[[Kategori:Tionghoa-Indonesia]]
▲[[Kategori:Kelahiran 1911]]
▲[[Kategori:Kematian 1962]]
▲[[Kategori:Tokoh Bangka]]
[[Kategori:Politikus Partai Nasional Indonesia]]
[[Kategori:
[[Kategori:Keluarga Wen dari Bangka]]
|