Abdurrahman Baswedan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Perbaikan kesalahan ketik Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android |
|||
(73 revisi perantara oleh 52 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Nama Arab|[[Baswedan]]}}
{{Kotak info pemegang jabatan
| honorific-prefix = <!-- Kolom ini hanya untuk gelar kenegaraan/kehormatan (bukan gelar akademis/keagamaan/profesi) -->
| honorific-suffix = <!-- Kolom ini hanya untuk gelar kenegaraan/kehormatan (bukan gelar akademis/profesi) -->
|image = File:AR Baswedan.jpeg▼
| name = Abdurrahman Baswedan
| native_name = {{Script|Arab|عبدالرحمن باسويدان}}
|caption = AR Baswedan▼
|office = [[Daftar Menteri Penerangan Indonesia|Wakil Menteri Penerangan Indonesia]]▼
|primeminister = [[Sutan Sjahrir]]▼
| order = ke-2
|president =[[Soekarno]]▼
| term_start
| term_end = 3 Juli 1947
▲| president = [[Soekarno]]
|predecessor = [[Ali Sastroamidjojo]]▼
▲| primeminister = [[Sutan Sjahrir]]
▲| predecessor = [[Ali Sastroamidjojo]]
|birth_date = {{birth date|1908|9|9}}▼
| successor = [[Sjahbudin Latif]]
|birth_place = {{flagicon|Belanda}} [[Surabaya]], [[Hindia Belanda]]▼
| office2 = [[Daftar anggota Konstituante Republik Indonesia|Anggota Konstituante Republik Indonesia]]
| constituency2 = [[Yogyakarta]]
|death_place = {{flagicon|Indonesia}} [[Jakarta]], [[Indonesia]]▼
|
| term_end2 = 5 Juli 1959
| 1blankname2 = Nomor anggota
[[Partai Masyumi]]▼
| 1namedata2 = 229
| 2blankname2 = Ketua
| 2namedata2 = [[Wilopo]]
|relations=[[Anies Baswedan]] (cucu) <br> [[Novel Baswedan]] (cucu)▼
| office3 = Anggota [[Chuo Sangi-In]]
| term_start3 = 1943
| term_end3 = 2 Juli 1945
| appointed3 = [[Pendudukan Jepang di Hindia-Belanda|Pemerintah militer Jepang]]
| 1blankname3 = Ketua
| 1namedata3 = [[Mohammad Sjafei]]
|awards = [[Pahlawan Nasional Indonesia]]▼
| 2blankname3 = Perwakilan
| 2namedata3 =
| citizenship =
| birth_name = Abdoel Rachman
▲| birth_place =
| death_date = {{Tanggal kematian dan umur|1986|3|16|1908|9|9}}<ref name="wafat">{{Cite news|url=https://www.datatempo.co/MajalahTeks/detail/ARM2018061235701/pak-ar-tiada |title=Pak AR Tiada |last=Administrator |date=1986-03-22 |work=[[Tempo.co]] |access-date=2024-05-11 |language=id }}</ref>
| death_cause = [[Diabetes]]
| resting_place = [[Taman Pemakaman Umum Tanah Kusir]]
| spouse = {{menikah|Sjaichoen<br>|1925|1948}}<br />{{menikah|[[wikidata:Q127125007|Barkah Ganis]]<br>|1950|1986}}
▲| relations = {{unbulleted list|[[Aliyah Rasyid]] (menantu)|[[Anies Baswedan]] (cucu)
| children = {{hidden begin|title={{nobold|Sjaichoen}}}}{{bulleted list|Aliyah Baswedan|Fuad Baswedan|[[wikidata:Q127132971|Rasyid Baswedan]]|Hamid Baswedan|Atikah Baswedan|Nur Baswedan|Imlati Baswedan|Lukyana Baswedan}}{{hidden end}}{{hidden begin|title={{nobold|Barkah Ganis}}}}{{bulleted list|Havied Natsir Baswedan|Ahmad Samhari Baswedan}}{{hidden end}}
| mother = Alijah
| father = Awad Baswedan
| education = [[IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta|Institut Agama Islam Negeri Jogjakarta]] (sampai 1972)
| profession = [[Wartawan]]
| party = [[Persatuan Arab Indonesia|PAI]]<br/>[[Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia|Masyumi]]
| nickname =
}}
[[Haji (gelar)|Haji]] '''Abdurrahman bin Awad Baswedan''' ({{IPA|id|/ˌɑːbdʊəˈrɑːxmɑːn baːˈswɛdaːn/|lang}}), atau populer dengan nama '''A. R. Baswedan''' ({{lahirmati|[[Kota Surabaya|Surabaya]], [[Jawa Timur]]|9|9|1908|[[DKI Jakarta|Jakarta]]|16|3|1986}}) adalah
Selain berbicara dan menulis dalam bahasa Indonesia, A.R. Baswedan juga menguasai [[
== Karier ==
=== Pejuang Kemerdekaan Indonesia ===
[[Berkas:Abdurrahman Baswedan.jpg|al=|kiri|jmpl|220x220px|AR Baswedan (1958)]]
[[Berkas:A.R. Baswedan berblangkon dan bersurjan.png|jmpl|A.R. (kanan) mengenakan blangkon dan surjan. Foto ini menjadi ilustrasi untuk tulisannya berjudul Peranakan Arab dan Totoknya di Harian Matahari, 1 Agustus 1934. Foto dan tulisan inilah yang mendorong "revolusi" dalam peranakan Arab di Indonesia.]]
A.R. Baswedan adalah seorang
Pada masa-masa revolusi, A.R. Baswedan berperan penting menyiapkan gerakan pemuda peranakan Arab untuk berperang melawan Belanda. Mereka yang terpilih akan dilatih dengan semi militer di barak-barak. Mereka dipersiapkan secara fisik untuk bertempur.<ref>{{Cite journal|last=van der Kroef|first=Justus M.|date=1953|title=The Arabs in Indonesia|url=http://www.jstor.org/stable/4322510|journal=Middle East Journal|volume=7|issue=3|pages=300–323}}</ref>
A.R. Baswedan sendiri pernah ditahan pada masa pendudukan Jepang (1942).<ref name=":0" /> Saat Indonesia merdeka, ia mengorbankan keselamatan dirinya saat membawa dokumen pengakuan kemerdekaan Indonesia dari Mesir pada 1948. Dia mendapatkan gangguan dan hambatan tak sedikit dalam menjaga dokumen ini.<ref>Suranta Abd. Rahman, 2007, "Diplomasi RI di Mesir dan Negara-Negara Arab pada Tahun 1947" dalam ''Wacana Vo. 9 No. 2'', Oktober 2007, hal. 166.
=== Jurnalis ===
A.R. Baswedan adalah seorang otodidak.<ref name=":1">{{Cite journal|last=de Jonge|first=Huub|date=2004|title=Abdul Rahman Baswedan and the Emancipation of the Hadramis in Indonesia|url=http://www.jstor.org/stable/23654530|journal=Asian Journal of Social Science|volume=32|issue=3|pages=373–400}}</ref>
Saat bekerja di ''[[Sin Tit Po]]'', ia mendapat 75 [[gulden]]—waktu itu beras sekuintal hanya 5 gulden. Ia kemudian keluar dan memilih bergabung dengan ''[[Soeara Oemoem]]'', milik dr. [[Soetomo]] dengan gaji 10-15 gulden sebulan. Setelah itu dia bekerja di ''Matahari.'' Tapi, setelah mendapatkan amanah untuk menjalankan roda organisasi Persatuan Arab Indonesia (PAI), ia meninggalkan ''Matahari'', padahal ia mendapat gaji 120 [[gulden]] di sana, setara dengan 24 kuintal beras waktu itu.
Baris 54 ⟶ 74:
Sebagai wartawan pejuang, A.R. Baswedan produktif menulis. Saat era revolusi, tulisan-tulisan A.R. kerap tampil di media-media propaganda kebangsaan Indonesia dengan nada positif dan optimis, sebagaimana terekam dalam buku [[The Crescent and the Rising Sun|''The Crescent and the Rising Sun: Indonesian Islam Under the Japanese Occupation, 1942-1945'']] karya [[Harry J. Benda]].
Suratmin dan Didi Kwartanada merangkum perjalanan AR dalam dunia jurnalistik sebagai berikut:<ref name=":0">Suratmin dan Didi Kwartanada, 2014, ''Biografi A.R. Baswedan, Membangun Bangsa, Merajut Keindonesiaan'' (Jakarta: Penerbit Buku Kompas), hal. 251
# Redaktur Harian ''Sin Tit Po'' di Surabaya (1932).
Baris 73 ⟶ 93:
Pada masa pendudukan Jepang, A.R. Baswedan diangkat sebagai anggota [[Chuo Sangi In]], semacam Dewan Penasihat Pusat yang dibentuk Penguasa Jepang. Organisasi ini diketuai langsung oleh Ir. Soekarno.
Menjelang Indonesia merdeka, A.R. Baswedan ikut menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia ([[BPUPKI
Perjuangan A.R. Baswedan berlanjut di republik baru. Bersama dengan Haji [[Agus Salim]] (Menteri Muda Luar Negeri), Rasyidi (Sekjen Kementrian Agama), [[Natsir|Muhammad Natsir]] dan St. Pamuncak, A.R. Baswedan (Menteri Muda Penerangan) menjadi delegasi diplomatik pertama yang dibentuk oleh negara baru merdeka ini. Mereka melobi para pemimpin negara-negara Arab. Perjuangan ini berhasil meraih pengakuan pertama atas eksistensi Republik Indonesia secara ''de facto'' dan ''de jure'' oleh [[Mesir]]. Lobi panjang melalui [[Liga Arab]] dan di Mesir itu menjadi tonggak pertama keberhasilan diplomasi yang diikuti oleh pengakuan negara-negara lain terhadap Indonesia, sebuah republik baru di [[Asia Tenggara]].
Pada 1950-an, A.R. Baswedan bergabung dalam [[Partai Masyumi]]. A.R. Baswedan menjadi pejabat teras partai Islam terbesar dalam sejarah Indonesia itu. Deliar Noer menyimpulkan bahwa A.R. Baswedan termasuk dalam kelompok pendukung Moh. Natsir dalam Masyumi.<ref>Deliar Noer, Partai Islam di Pentas Nasional, Kisah dan Analisis Perkembangan Politik Indonesia 1945-1965 (Bandung: Mizan), hal. 117.</ref> Ketika Partai Masyumi dibubarkan oleh Presiden Soekarno pada 15 Agustus 1960, muncul kemarahan antara golongan Islamis terhadap pemerintah.<ref name=":2">{{Cite book|last=Saputra|first=Amrizal, Wira Sugiarto, Suyendri, Zulfan Ikhram, Khairil Anwar, M. Karya Mukhsin, Risman Hambali, Khoiri, Marzuli Ridwan Al-bantany, Zuriat Abdillah, Dede Satriani, Wan M. Fariq, Suwarto, Adi Sutrisno, Ahmad Fadhli|date=2020-10-15|url=https://books.google.com/books?id=hQ4lEAAAQBAJ|title=PROFIL ULAMA KARISMATIK DI KABUPATEN BENGKALIS: MENELADANI SOSOK DAN PERJUANGAN|publisher=CV. DOTPLUS Publisher|isbn=978-623-94659-3-3|pages=156|language=id|url-status=live}}</ref> Zakaria kemudian mengatakan bahwa Soekarno mencoba untuk mengeliminasi dan membungkam partai yang memperjuangkan Islam, beserta pandangan politiknya.<ref name=":2" /> Dalam wawancara dengan Suratmin pada bulan November 1984, A.R. Baswedan mengatakan bahwa alasannya bergabung dengan Partai Masyumi karena partai tersebut sesuai dengan pandangan nasionalisme Islam yang dianutnya.<ref>{{Cite web|date=2015-10-29|title=Ideologi politik keturunan Arab: Islamis, sosialis hingga komunis|url=https://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/10/151016_indonesia_arabindonesia_sikappolitik|website=BBC News Indonesia|language=id|access-date=2024-02-02}}</ref>
=== Muballigh ===
Saat bersekolah di Hadramaut School di Surabaya, A.R. Baswedan berkenalan dengan [[Mas Mansoer|KH. Mas Mansoer]], imam dan khatib Masjid Ampel, Surabaya. KH. Mas Mansoer pernah menjadi Ketua Cabang Muhammadiyah Surabaya. Dari perkenalan itu A.R. Baswedan sering diminta KH Mas Mansoer untuk ikut berdakwah ke berbagai daerah.<ref>Muhammad Husnil, 2014, ''Melunasi Janji Kemerdekaan'' (Jakarta: Penerbit Zaman), hal. 20.</ref> Berkat kegiatan ini, komitmen keislaman mengental dan kemampuan pidato A.R. Baswedan terasah dengan baik; pada gilirannya kemampuannya ini sangat membantunya saat ia berkeliling ke berbagai daerah dan menyampaikan kampanye tentang PAI.<ref>Muhammad Husnil, 2017, ''Ketika Anies Baswedan Memimpin, Menginspirasi, Menggerakkan'' (Jakarta: Mahaka Publishing), hal. 21.
Selain berpidato, A.R. Baswedan juga berdakwah melalui tulisan-tulisannya yang tersebar di berbagai majalah dan koran Islam. Ia mengasuh kolom Mercusuana pada harian milik Muhammadiyah, ''Mercusuar'' (di kemudian hari berubah namanya menjadi ''Masa kini''). Pada akhir 40-an sampai akhir 50-an A.R. Baswedan menjadi pemimpin redaksi ''Majalah Hikmah,'' sebuah mingguan Islam popular. Dalam dewan redaksi, selain A.R. Baswedan, juga terdapat Moh. Natsir dan Buya Hamka. Para penulis majalah ini adalah tokoh-tokoh Islam terkemuka, seperti Sjafruddin Prawiranegara.
Baris 87 ⟶ 107:
== Peranakan Arab dan Totoknya ==
Foto A.R. Baswedan di majalah [[Matahari (surat kabar)|Matahari]] yang mengenakan surjan dan blangkon itu menjadi kontroversi di kalangan Arab di Hindia Belanda, terlebih karena ada tulisan A.R. Baswedan yang berjudul "Peranakan Arab dan Totoknya". Dalam tulisan itu, A.R. Baswedan mengajak keturunan Arab yang berada di Hindia Belanda saat itu untuk bersatu, membaur dengan masyarakat lainnya. Yang dimaksud dengan peranakan Arab (''muwalad'') adalah warga Arab yang lahir di negeri ini (saat itu bernama Hindia Belanda), sementara totok (''wulaiti'') adalah mereka yang lahir di kampung halamannya, di Hadramaut, Yaman. Dalam tulisan itu, A.R. Baswedan mengajak kepada peranakan Arab dan juga yang totok untuk mendukung kemerdekaan Indonesia.<ref>Hadhrami Traders, Scholars, and Statesmen in the Indian Ocean, 1750s-1960s, (Leiden: Brill), hal. 14, 1997.
Tulisan A.R. Baswedan berjudul "Peranakan Arab dan Totoknya" ini sangat kuat dan menjadi salah satu penentu perjalanan bangsa ini. Karena itu, [https://afandriadya.com/2011/11/07/majalah-tempo-d/ ''Majalah Tempo'' Edisi ''Khusus 100 Tahun Kebangkitan Nasional 1908-2008,'' "Indonesia yang Kuimpikan, 100 Catatan yang Merekam Perjalanan Sebuah Negeri"] memasukkan tulisan A.R. Baswedan tersebut sebagai salah satu catatan yang turut membentuk Indonesia.<ref>{{Cite news|url=https://store.tempo.co/majalah/detail/MC201212280005/indonesia-yang-kuimpikan-100-catatan-yang-merekam-perjalanan-sebuah-negeri-kebangkitan-nasional#.W-JAKtuB00o|title=Indonesia Yang Kuimpikan : 100 Catatan Yang Merekam Perjalanan Sebuah Negeri|last=MEDIA|first=PT TEMPO INTI|
== Sumpah Pemuda Keturunan Arab ==
Baris 96 ⟶ 116:
# Tanah Air Peranakan Arab adalah Indonesia (sebelum itu mereka berkeyakinan tanah airnya adalah negeri-negeri Arab dan senantiasa berorientasi ke sana).
# Peranakan Arab harus meninggalkan kehidupan menyendiri (mengisolasi diri).
# Peranakan Arab memenuhi kewajibannya terhadap tanah-air dan bangsa Indonesia.<ref>A.R. Baswedan, 1974, ''Beberapa Catatan tentang Sumpah Pemuda Keturunan Arab,'' (Surabaya: Penerbit Pers Nasional Surabaya) hal. 165.
== Karya ==
Baris 111 ⟶ 131:
A.R. Baswedan menyelesaikan naskah autobiografinya di Jakarta pada akhir bulan Februari [[1986]]. Sekitar 2 minggu kemudian, kondisi kesehatan A.R. Baswedan menurun dan meninggal. A.R. Baswedan dimakamkan di [[TPU Tanah Kusir]] berdampingan dengan para pejuang Indonesia yang menolak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan.
[[Berkas:Pemakaman A.R. Baswedan di Tanah Kusir, Jakarta Selatan.png|jmpl|Beberapa tokoh penting hadir saat pemakaman A.R. Baswedan: (Kiri ke kanan) Abdul Gafur (berpayung, Menteri Pemuda dan Olahraga), KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur (Ketua Umum PBNU), H. Harmoko (Menteri Penerangan), Saleh Afif (Menteri Koordinator Bidang Ekonomi dan Keuangan Indonesia).]]
Pemakamannya diiringi ribuan orang. Para pejabat tinggi, masyarakat, dan juga koleganya turut memenuhi jalan dan mengantarkannya hingga ke peristirahatan terakhirnya. Menteri Penerangan [[Harmoko|H. Harmoko]] saat mengiringi jenazah ke Tanah Kusir mengatakan bahwa A.R. ini lebih Indonesia dari orang Indonesia sendiri.
Kementerian Penerangan sehari kemudian mengadakan upacara dan apel besar untuk menghormati dan mengingat jasa-jasa A.R. Baswedan.
[[Berkas:Kumpulan obituari A.R. Baswedan.png|jmpl|Yayasan Idayu menerbitkan kumpulan obituari dan reportase dari berbagai media massa lokal dan nasional tentang wafatnya A.R. Baswedan
Obituari dan reportase tentang wafatnya A.R. Baswedan menghiasi media lokal dan nasional selama beberapa hari. Yayasan Idayu mengumpulkan obituari mengenai A.R. Baswedan ini dan menerbitkannya menjadi buku memori.
== Peninggalan ==
Baris 125 ⟶ 143:
A.R. Baswedan menikah dengan Sjaichun. Pada tahun 1948 Sjaichun meninggal dunia di [[Kota Surakarta]] karena serangan [[malaria]]. Tahun 1950 A.R. Baswedan menikah lagi dengan Barkah Ganis, seorang tokoh pergerakan perempuan, di rumah KH [[Ahmad Dahlan]] di [[Yogyakarta]], [[Natsir|Muhammad Natsir]] bertindak sebagai wali dan menikahkan mereka. Dia dikarunia 11 anak dan 45 cucu.<ref name="kesheh">{{cite book| url=https://books.google.com/books?id=c45Xvsq2q4UC&pg=PA132| title=The Hadrami Awakening: Community and Identity in the Netherlands East Indies, 1900-1942| first=Natalie |last=Mobini-Kesheh|edition=illustrated, reprint| publisher=SEAP Publications|year=1999|page=132|isbn=978-0877277279|accessdate=1 September 2014}}</ref>
Baswedan sangat sederhana dan tidak pernah memikirkan harta material. Sampai akhir hayatnya A.R. Baswedan tidak memiliki rumah. Dia dan keluarga menempati rumah pinjaman di dalam kompleks Taman Yuwono di Yogyakarta, sebuah kompleks perumahan yang dipinjamkan oleh [[Haji Bilal Atmojoewana]] untuk para pejuang revolusi saat
Cucunya, [[Anies Baswedan]] adalah [[Daftar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia|Menteri Kebudayaan, Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia]] pada [[Kabinet Kerja]]
== Penghargaan dan Tanda Jasa ==
Baris 135 ⟶ 153:
# Pada 9 November 1992, negara mengakui dan menghargai kontribusi besar A.R. Baswedan yang turut menyusun UUD 1945 dalam BPUPKI. Karena itu, negara menganugerahkan [[Bintang Mahaputra Utama]] kepada A.R. Baswedan dan 44 anggota BPUPKI lainnya.
# Pada Juli 1995 Duta Mesir untuk Indonesia, Sayed K El Masry memberikan penghargaan kepada A.R. Baswedan berupa piagam dari bahan papirus, yang berisikan naskah Perjanjian Persahabatan RI-Kerajaan Mesir pada 10 Juni 1947 dalam bahasa Indonesia dan bahasa Arab.
# Pada 23 Desember 1995, Aljazair memberikan medali kepada A.R. Baswedan atas pertemanannya dengan para tokoh Aljazair dan memberikan bantuan moril atas peristiwa Revolusi Aljazair 1 November 1954.<ref>{{Cite news|url=http://
# Pada 2013, Presiden Soesilo Bambang Yoedhoyono juga menganugerahi A.R. Baswedan [[Bintang Mahaputra Adipradana]] pada 10 Agustus 2013.<ref>{{Cite web|url=http://www.nabilfoundation.org/artikel/18/bintang-mahaputra-adipradana-untuk-tokoh-pejuang-a-r-baswedan|title=Bintang Mahaputra Adipradana untuk Tokoh Pejuang A.R. Baswedan - Artikel|last=haidarpesebe|first=Nabil Foundation by|website=Nabil Foundation|language=en|access-date=2018-11-08}}</ref>
# Pada 8 November 2018, negara memberikan anugerah Pahlawan Nasional kepada A.R. Baswedan atas jasa-jasanya dalam kemerdekaan Indonesia.<ref>{{Cite
== Pahlawan Nasional ==
Pada 2011-2013,<ref>{{Cite news|url=https://www.republika.co.id/berita/kolom/wacana/18/11/08/phujmu385-ar-baswedan-dan-kasman-singodimedjo-menjadi-pahlwan-nasional|title=AR Baswedan dan Kasman Singodimedjo Menjadi Pahlwan Nasional {{!}} Republika Online|newspaper=Republika Online|access-date=2018-11-08}}</ref> Drs. [[Eddie Lembong]] melalui Yayasan Nation Building (Nabil) menginisiasi gelar pahlawan kepada A.R. Baswedan.<ref name=kompas>Susilo, Nina (9 November 2018). "Indonesia Rumah Bersama". ''[[Kompas (surat kabar)|Kompas]]''. Hlm.1 dan 15.</ref> Ada 6 pertimbangan Yayasan Nabil mengusulkan A.R. Baswedan sebagai pahlawan nasional:
# Sebagai salah seorang pembentuk bangsa (''nation builder'').
Baris 146 ⟶ 164:
# Ikut berjasa dalam Pengakuan Diplomatik Pertama bagi RI.
# Salah seorang perintis Pers Nasional Indonesia.
# Tokoh Multikultural yang memperjuangkan kesetaraan
# Seniman dan agamawan.
Dalam rangka proses ini Yayasan Nabil mengadakan diskusi di sejumlah universitas dan tempat dan di beberapa daerah.<ref>{{Cite web|url=http://www.nabilfoundation.org/news/44/peluncuran-dan-diskusi-biografi-ar-baswedan|title=Peluncuran dan Diskusi Biografi AR Baswedan - Berita|last=haidarpesebe|first=Nabil Foundation by|website=Nabil Foundation|language=en|access-date=2018-11-08}}</ref>
Selain Yayasan Nabil, ada juga upaya yang dilakukan AM Fatwa dalam proses penganugerahan ini sejak 2015.
[[Berkas:Piagam Gelar Pahlawan Nasional untuk A.R. Baswedan.jpg|jmpl|Piagam Penghargaan Gelar Pahlawan Nasional untuk A.R. Baswedan yang ditandatangani Presiden Joko Widodo pada 6 November 2018.
Pada hari Kamis 8 November 2018 Abdurrahman Baswedan, kakek dari [[Anies Baswedan]] dan [[Novel Baswedan]], diberi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Republik Indonesia Ir. [[Joko Widodo]], di Istana Kepresidenan Jakarta.<ref>[https://news.detik.com/berita/d-4292914/jokowi-anugerahi-gelar-pahlawan-nasional-ke-6-tokoh]</ref>
== 100 Tahun A.R. Baswedan ==
Baris 162 ⟶ 178:
* {{Id}} ''Majalah Tempo'' edisi 23 Desember 2008 menurunkan rubrik "Intermezo". Menampilkan 5 tulisan tentang AR Baswedan, ''Tempo'' menelusuri kiprah dan arti perjuangan AR bagi kaum Arab di Indonesia dan juga peran penting AR dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
* {{Id}} ''Majalah Madina'' No. 09/Th. I September 2008 juga menurunkan tulisan khusus untuk menyambut 100 tahun A.R. Baswedan.
* {{id}} [http://www.jawapos.com/halaman/index.php?act=detail&nid=23074 Harian JAWA POS (INDO POS): Seabad A.R. Baswedan, Pahlawan dan Perintis Pers Asal Kampung Ampel (1 dari 2): Gugah Semangat Warga Arab lewat Koran Tionghoa] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160304030820/http://www.jawapos.com/halaman/index.php?act=detail&nid=23074 |date=2016-03-04 }}
* {{id}} [http://www.jawapos.com/halaman/index.php?act=detail&nid=23325 Harian JAWA POS (INDO POS): Seabad A.R. Baswedan, Pahlawan dan Perintis Pers Asal Ampel, Surabaya (2 dari 2): Gara-gara Pentas Fatimah, Warga Arab Mengadu ke Polisi] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160304064159/http://www.jawapos.com/halaman/index.php?act=detail&nid=23325 |date=2016-03-04 }}
* {{id}} [http://jurnalnasional.com/?media=KR&cari=baswedan&rbrk=&id=64565&detail=LAZUARDI%20RAMADAN Harian Jurnal Nasional: AR Baswedan dan PAI]
* Selain itu, {{Id}} ''Majalah Gatra'' pada 2012 juga menulis edisi khusus Tokoh Lintas Agama Perumus Indonesia dan memasukkan A.R. Baswedan sebagai "Pluralis dari Kampung Ampel".<ref>{{Cite web|url=http://arsip.gatra.com/2012-08-13/majalah/artikel.php?pil=23&id=152410|title=Majalah Gatra :: Artikel|website=arsip.gatra.com|access-date=2018-11-06}}</ref>
* {{Id}} ''Majalah Historia'' No. 15 Tahun II 2013 saat mengulas tentang orang Arab di Nusantara, juga menulis panjang tentang A.R. Baswedan dan kiprahnya dalam proses pembentukan kesadaran nasionalisme Indonesia.<ref>{{Cite web|url=https://historia.id/persona/articles/ar-baswedan-perajut-keindonesiaan-P4Yj6|title=AR Baswedan Perajut Keindonesiaan|website=Historia - Obrolan Perempuan Urban|language=id-ID|access-date=2018-11-06}}</ref>
Baris 172 ⟶ 187:
* {{En}} Natalie Mobini-Kesheh,''The Hadrami Awakening: Community and Identity in the Netherlands East Indies, 1900–1942,'' Itacha, N.Y.: Southeast Asia Program Publications, Southeast Asia Program, Cornell University, 1999.<ref>{{Cite book|url=http://www.cornellpress.cornell.edu/book/?GCOI=80140100697120|title=The Hadrami Awakening: Community and Identity in the Netherlands East Indies, 1900–1942|last=Mobini-Kesheh|first=Natalie|date=1999|publisher=Cornell University Press|isbn=9780877277279|location=Ithaca, NY}}</ref>
* {{en}} Huub De Jonge, ''Abdul Rahman Baswedan and the Emancipation of the Hadramis in Indonesia'', Asian Journal of Social Science, Volume 32, Number 3, 2004
* {{Id}} Husain Haikal, 2002, ''Indonesia-Arab dalam Pergerakan Kemerdekaan'' (Semarang: CV Aini).
* {{id}} Alwi Shahab, Sumpah Pemuda Arab, republika.co.id, 16 September 2007.
Baris 180 ⟶ 195:
* {{id}} Alwi Shahab, "Partai Arab Indonesia", ''Republika.co.id'', 6 Januari 2002.
* {{id}} "Pendahuluan" oleh Djohan Efendi dalam ''Pergolakan Pemikiran Islam, Catatan Harian Ahmad Wahib'' (Jakarta: LP3ES, cet. keenam, Februari 2003).
* {{id}} [
* {{id}} [http://alwishahab.wordpress.com/2007/09/14/sumpah-pemuda-arab/ Sumpah Pemuda Arab]
* {{id}} [http://www.kompas.com/kompas-cetak/0505/28/utama/1778711.htm Aljazair Anugerahkan Medali kepada 13 Tokoh RI]
Baris 191 ⟶ 206:
{{Kotak_mulai}}
{{s-off}}
{{Kotak_suksesi |jabatan = [[Daftar Menteri Muda Penerangan Indonesia|Wakil Menteri Penerangan Indonesia]] |tahun = 1946 - 1947|pendahulu = [[Ali Sastroamidjojo]] |pengganti = Tidak ada}}
{{Kotak_selesai}}
{{Anies Baswedan}}
{{BPUPKI}}
{{Pahlawan Nasional Indonesia}}
<references />{{
[[Kategori:
[[Kategori:
▲[[Kategori:Politikus Partai Masyumi]]
[[Kategori:Wakil menteri Indonesia]]▼
[[Kategori:Penerima Bintang Mahaputera Adipradana]]
[[Kategori:Penerima Bintang Mahaputera Utama]]
[[Kategori:Arab-Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh dari Surabaya]]
[[Kategori:
▲[[Kategori:Wartawan Indonesia]]
▲[[Kategori:Wakil menteri Indonesia]]
▲[[Kategori:Kelahiran 1908]]
▲[[Kategori:Kematian 1986]]
▲[[Kategori:Anggota Konstituante]]
▲[[Kategori:Tokoh dari Yogyakarta]]
|