Buruan, Blahbatuh, Gianyar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
Angayubagia (bicara | kontrib)
 
(33 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{untuk|[[desa]] di [[Kabupaten Tabanan]]|Buruan, Penebel, Tabanan}}
{{Coord|-8.543564|115.302729|display=title}}
{{Desa
| nama = Buruan
| peta =
| foto = Pura Dalem Kutri.jpg
|keterangan = Kori di Pura Dalem Kutri, salah satu pura di Buruan
| provinsi = Bali
| dati2 provinsi = KabupatenBali
|dati2 nama dati2 = GianyarKabupaten
|nama dati3 dati2 = KecamatanGianyar
|dati3 kecamatan = BlahbatuhKecamatan
|kecamatan = Blahbatuh
| nama pemimpin = I Gusti Ngurah Aryawan<ref>{{cite web |url= https://desamandara.baliprov.go.id/desa-buruan-2/ |title= Desa Mandara Bali Desa Buruan |access-date= 20 November 2018 }}{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>
| kode pos = 80581
| luas = 4,21 km²<ref>[https://gianyarkab.bps.go.id/publication/2017/09/20/b4b51ad3adc7f205835f657e/kecamatan-blahbatuh-dalam-angka-2017.html Kecamatan Blahbatuh dalam Angka 2017], hal.5</ref>
|luas = 4,21 km²<ref name="BPS Blahbatuh 2016"/>
| penduduk = 6.714 jiwa(2015)<ref>[https://gianyarkab.bps.go.id/publication/2016/07/29/b17e53fb4f3ad3041d7b1ecb/kecamatan-blahbatuh-dalam-angka-2016.html Kecamatan Blahbatuh dalam Angka 2016], hal.19</ref>
|penduduk = 6.714 jiwa(2015)<ref name="BPS Blahbatuh 2016"/><br/> 6.488 jiwa(2010)<ref name="BPS 2010">[{{cite web|url=https://www.bps.go.id/website/fileMenu/Penduduk-Indonesia-Menurut-Desa-2010.pdf |title=Penduduk Indonesia Menurut Desa 2010], hal.1378|publisher= Badan Pusat Statistik |year=2010 |page=132 |language=id |access-date= 14 Juni 2019}}</ref>
| kepadatan = 1.542 jiwa/km²(2010)
| kemendagri = 51.04.02.2006
| RT =
| RW =
| KK = 1.342
|APBDesa = Rp. 897.444.000 (2019)<ref name="APBDesa 2019">{{cite web |url= https://pddi.kemendesa.go.id/kemenkeu/realisasi_pagu?tahun=2019 |title= Realisasi Pagu APBDesa 2019 |publisher= Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia |access-date= 13 Juni 2020 |archive-date= 2020-06-13 |archive-url= https://web.archive.org/web/20200613054347/https://pddi.kemendesa.go.id/kemenkeu/realisasi_pagu?tahun=2019 |dead-url= yes }}</ref>
| APBDesa =
| situs web = {{URL|http://desamandara.baliprov.go.id/desa-buruan-2/}}
}}
'''Buruan''' adalah salah satu [[desa]] yang berada di [[Blahbatuh, Gianyar|kecamatan Blahbatuh]], [[Kabupaten Gianyar]], provinsi [[Bali]], [[Indonesia]].<ref name="Permendagri-137-2017">{{cite web|url= https://archive.org/details/PermendagriNo.137Tahun2017 |title= Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan |publisher= Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia |access-date= 3 Oktober 2019 |archive-url= https://archive.org/details/PermendagriNo.137Tahun2017/mode/2up |archive-date= 29 Desember 2018}}</ref><ref name="Permendagri-72-2019">{{cite web|url= http://jdih.setjen.kemendagri.go.id/pm/Permendagri%20No%2072%20Th%202019+lampiran.pdf |title= Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan |archive-url= https://archive.org/details/permendagriindonesia722019 |archive-date= 25 Oktober 2019 |publisher= Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia |access-date= 15 Januari 2020}}</ref><ref name="Kepmendagri-050-145-2022">{{Cite web |last= Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia |date= 2022-02-14 |url= https://jdih.kpu.go.id/data/data_kepkpu/2022kpt274.pdf |title= Keputusan Menteri Dalam Negeri Indonesia Nomor 050-145 Tahun 2022 tentang Pemberian dan Pemutakhiran Kode, Data Wilayah Administrasi Pemerintahan dan Pulau tahun 2021 |publisher= Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia |archive-url= https://web.archive.org/web/20220807035020/https://jdih.kpu.go.id/data/data_kepkpu/2022kpt274.pdf |archive-date= 2022-08-07 |access-date= 2022-12-29 |dead-url= unfit }}</ref> Desa Buruan termasuk desa tua karena berdiri semenjak awal abad ke-11 Masehi dengan didirikannya Candi Bhurwan di hutan Kutri. Desa ini memiliki luas wilayah 4,21&nbsp;km² (421 Ha) dengan jumlah penduduk sebanyak 6.488 jiwa (Sensus BPS 2010).
 
== Sejarah Desa Adat Buruan ==
'''Buruan''' adalah salah satu [[desa]] yang berada di [[Blahbatuh, Gianyar|kecamatan Blahbatuh]], [[Kabupaten Gianyar]], provinsi [[Bali]], [[Indonesia]]. Desa Buruan memiliki luas wilayah 421 Ha dengan jumlah penduduk sebanyak 6.488 jiwa (Sensus BPS 2010).
Pada awal abad ke -11, pada ''icaka warsa leng angapit lawang'' atau tahun caka 929., (''Leng'' artinya 9 (sembilan lubang), ''apit'' artinya dua, ''lawang'' artinya 9 (lawang berarti pintu atau dwara-dwara sanga).), Atauatau pada tahun 1007 M, semenjak '''[[Mahendradatta|Sri Ratu Bali Pulina Sri Gunapria Darmapatmi]]''' wafat, abunya didarmakandi''dharma''kan danatau dicandikandisemayamkan di Candi Bhurwan di hutan Kutri (''Datu Lumaheng Buruan''). Nama desa Buruan itu mengambil nama candi tersebut yaitu ''Bhurwan'' yang berasal dari [[Bahasa Sanskerta|bahasa sanskerta]] (''Bhur'' berarti tanah dan ''Wan'' berarti mulia atau suci). Karena perubahan pengucapan disesuaikan dengan kemampuan lafal orang Bali lama kelamaan menjadi ''Buruan''. Sebagai suatu candi, raja Bali menempatkan prajurunya''prajuru'' (pengurus) dan ''pengayah'' (pembantu) untuk mengurus candi Bhurwan tersebut yang kemudian bermukim di sana. Lama kelamaan menjadi sebuah pemukiman yang semula belum menetap meskipun hanya beberapa kubon saja.
Saat ini, dipimpin oleh I Gusti Ngurah Aryawan yang menggantikan I Ketut Sumarda.
 
Pada icaka ''icaka Leng Panca Nawa'' (tahun caka 959), di sebelah timur Buruan ini berdiri pesraman seorang Pendetapendeta yang bernama ''Empu Kidul''. Asramanya tersebut didirikan pada ''Ceruk'' (lekukan atau gua) sehingga tempat ini sampai sekarang dikenal bernama desa ''Celuk''.
== Sejarah Desa Adat Buruan ==
Pada awal abad ke 11, pada ''icaka warsa leng angapit lawang'' atau tahun caka 929. ''Leng'' artinya 9 (sembilan lubang), ''apit'' artinya dua, ''lawang'' artinya 9 (lawang berarti pintu atau dwara-dwara sanga). Atau pada tahun 1007 M, semenjak Sri Ratu Bali Pulina Sri Gunapria Darmapatmi wafat, abunya didarmakan dan dicandikan di Candi Bhurwan di hutan Kutri (''Datu Lumaheng Buruan''). Nama desa Buruan itu mengambil nama candi tersebut yaitu ''Bhurwan'' yang berasal dari bahasa sanskerta (''Bhur'' berarti tanah dan ''Wan'' berarti mulia atau suci). Karena perubahan pengucapan disesuaikan dengan kemampuan lafal orang Bali lama kelamaan menjadi Buruan. Sebagai suatu candi, raja Bali menempatkan prajurunya dan pengayah untuk mengurus candi Bhurwan tersebut yang kemudian bermukim di sana. Lama kelamaan menjadi sebuah pemukiman yang semula belum menetap meskipun hanya beberapa kubon saja.
 
Pada abad ke 14 M, sewaktu [[Gajah Mada]] menyerang [[kerajaan Bedahulu]], beliau menyusun rencana (siasat) di padukuhan dukuh Dangka (''kedangkan'') di sebelah barat Buruan yang lazim disebut ''Kedangan''.
Pada icaka ''Leng Panca Nawa'' (tahun caka 959), di sebelah timur Buruan ini berdiri pesraman seorang Pendeta yang bernama Empu Kidul. Asramanya tersebut didirikan pada Ceruk (lekukan atau gua) sehingga tempat ini sampai sekarang bernama desa Celuk.
 
Pada abad ke 16 M, tatkala I Gusti Ngurah Jelantik pindah dari [[Gelgel, Klungkung, Klungkung|Gelgel]] ke [[Tojan, Klungkung, Klungkung|Tojan]], diantar oleh [[Kerajaan Buleleng#I Gusti Anglurah Panji Sakti|Ki Gusti Panji Sakti dari Den Bukit]] yangdengan berkendaraanmengendarai [[gajah]]. Selama beberapa hari, Ki Gusti Panji Sakti beberapa hari berada di daerah Tojan untuk mengisi waktu menghibur diri. Ki Gusti Panji Sakti bersama I Gusti Ngurah Jelantik berburu,kemudian kebetulanmemutuskan lokasi perburuan beradaberburu di dekat Candi Bhurwan. YangBinatang yang diburunya bukanlah binatang besar tetapiadalah binatang kecil seperti ''kelesih'' (trenggiling), landak dan biawak yang banyak terdapat di tempat itu. TempatDi berburusebelah ituselatan amattempat indah sekali dan di sebelah selatannyaberburu terdapat kumpulan pohonpepohonan mangga (''getes'') yang menghutan. Karena itu, tempat ini juga diberi nama Buruan. Sedangkan Gajahgajah Ki Gusti Panji Sakti digembalakan di sebelah barat tempat berburu ini yang diberi nama ''Angon Liman''. ''Angon'' berarti mengembala dan ''Liman'' berarti Gajah. Lama-kelamaan lebih dikenal dengan nama ''Bangunliman''.
Pada abad ke 14 M, sewaktu [[Gajah Mada]] menyerang [[kerajaan Bedahulu]], beliau menyusun rencana (siasat) di padukuhan dukuh Dangka (''kedangkan'') di sebelah barat Buruan yang lazim disebut Kedangan.
 
Melalui proses yang panjang, terjadilah pemukiman dengan pola menetap. Karena penduduk semakin banyak dan tempat memenuhi kebutuhan hidup sudah ada serta terdorong oleh persamaan nasib dan penderitaan berdirilah ''pekraman'' yang berangsur-angsur mempunyai pura ''parahyangan'' (kahyangan tiga). Pekuburannya terletak di sebelah selatan Pura Dalem Buruan. Kemudian, terjadi lagi perpindahan penduduk dari [[Bedulu, Blahbatuh, Gianyar|desa Bedahulu]] (penyungsung [[Pura Samuan Tiga]]) bermukim disebelah selatan desa. Disana mendirikan pemujaan berbentuk [[Lingga (arca)|Lingga]] dan Yoni, Ratu Panji dan lain-lain. Ditempat mendirikan pemujaan prahyangan itu ada pohon ''embacang'' (pakel) yang besar. Sehingga parhyangan itu disebut '''Pura Penataran Batan Pakel'''. Sedangkan wilayah pemukiman penyungsungnya disebut '''Hyang Angga Yoni''' atau Yangloni.
Pada abad ke 16 M, tatkala I Gusti Ngurah Jelantik pindah dari Gelgel ke Tojan, diantar oleh Ki Gusti Panji Sakti dari Den Bukit yang berkendaraan gajah. Ki Gusti Panji Sakti beberapa hari berada di daerah Tojan untuk mengisi waktu menghibur diri. Ki Gusti Panji Sakti bersama I Gusti Ngurah Jelantik berburu, kebetulan lokasi perburuan berada di dekat Candi Bhurwan. Yang diburunya bukanlah binatang besar tetapi binatang kecil seperti ''kelesih'' (trenggiling), landak dan biawak yang banyak terdapat di tempat itu. Tempat berburu itu amat indah sekali dan di sebelah selatannya terdapat kumpulan pohon mangga (''getes'') yang menghutan. Karena itu, tempat ini juga diberi nama Buruan. Sedangkan Gajah Ki Gusti Panji Sakti digembalakan di sebelah barat tempat berburu ini yang diberi nama ''Angon Liman''. ''Angon'' berarti mengembala dan ''Liman'' berarti Gajah. Lama-kelamaan lebih dikenal dengan nama Bangunliman.
 
Beberapa puluhPuluhan tahun kemudian, tatkalasaat keturunan I Gusti Ngurah Jelantik sudah menetap di Blahbatuh dan memegang tampuk kekuasaan, beliauia berunding dengan Ida I Dewa Pemayun didari Puri Agung Blahbatuh untuk meminta salah seorang putranya memimpin desa Buruan (sebagai Kepala Desa (''pacek''), maka disetujuilah salah seorang putranya menjadi pacek di Buruan yang kemudian disebut sebagai ''I Dewa Buruan saha iringan panjak'' dari Blahbatuh dan tombak pusaka ''luk telu''. Mulailah pekraman itu ditata lebih baik. Untukuntuk memperkuat kedudukan I Gusti Ngurah Jelantik disebelah utara dibentuklah prajurit yang disebut ''bekelan'' yaitu :
Melalui proses yang panjang, terjadilah pemukiman dengan pola menetap. Karena penduduk semakin banyak dan tempat memenuhi kebutuhan hidup sudah ada serta terdorong oleh persamaan nasib dan penderitaan berdirilah ''pekraman'' yang berangsur-angsur mempunyai pura ''parahyangan'' (kahyangan tiga). Pekuburannya terletak di sebelah selatan Pura Dalem Buruan. Kemudian terjadi lagi perpindahan penduduk dari desa Bedahulu (penyungsung Pura Samuan Tiga) bermukim disebelah selatan desa. Disana mendirikan pemujaan berbentuk [[Lingga (arca)|Lingga]] dan Yoni, Ratu Panji dan lain-lain. Ditempat mendirikan pemujaan prahyangan itu ada pohon ''embacang'' (pakel) yang besar. Sehingga parhyangan itu disebut '''Pura Penataran Batan Pakel'''. Sedangkan wilayah pemukiman penyungsungnya disebut '''Hyang Angga Yoni''' atau Yangloni.
* ''Bekelan Teruna'' (pasukan tempur pelopor) diberi bagian tanah ''awinih sibak'' (kurang lebih 25 are).
* ''Bekelan Senapang'' (pasukan bedil) diberi tanah ''awinih tenah'' (kurang lebih 36 are).
* ''Bekelan Manca'' (pengawal) diberi tanah ''awinih tenah''.
 
Dengan demikian, mulailah ''pekraman itu'' ditata dengan tertib serta pembagian tanah dikelompokkan menjadi [[subak]]. Karena tata pemukiman semakin baik dengan jalan dan lorongnya, maka [[setra]] ( kuburan disebelah selatan Pura Dalem Buruan) dipandang kurang tepat letaknya, kemudian dipindahkan ke sebelah timur.
Beberapa puluh tahun kemudian, tatkala keturunan I Gusti Ngurah Jelantik sudah menetap di Blahbatuh dan memegang tampuk kekuasaan, beliau berunding dengan Ida I Dewa Pemayun di Puri Agung Blahbatuh untuk meminta salah seorang putranya memimpin desa Buruan (sebagai pacek), maka disetujuilah salah seorang putranya menjadi pacek di Buruan yang kemudian disebut sebagai ''I Dewa Buruan saha iringan panjak'' dari Blahbatuh dan tombak pusaka luk telu. Mulailah pekraman itu ditata lebih baik. Untuk memperkuat kedudukan I Gusti Ngurah Jelantik disebelah utara dibentuklah prajurit yang disebut ''bekelan'' yaitu :
* Bekelan Teruna (pasukan tempur pelopor) diberi bagian tanah awinih sibak (kurang lebih 25 are).
* Bekelan Senapang (pasukan bedil) diberi tanah awinih tenah (kurang lebih 36 are).
* Bekelan Manca (pengawal) diberi tanah awinih tenah.
 
Semakin lama menjalani proses, pekraman itu semakin baik termasuk penataan pura. Merajapati yang semula terletak di lokasi Pura Dalem, dipindahkan sesuai dengan fungsinya yaitu di setra Buruan, sedangkan pejenengan bekas mrajapati itu disebut Ratu Sekar Pule. Demikianlah proses menuju pembaharuan sesuai dengan perkembangan jamanzaman berjalan terus. Sampai dengan jamanzaman pemerintahan Belanda masih tetap disebut Krama Desa (desa pekraman). Hanya bedanya sudah mulai nampaktampak perbedaan tampuk pimpinan, ada ''kelian'' yang mengurus dinas dan ''Bendesa '' yang mengurus urusan adat.<ref>{{cite web|url= http://mangayucute.blogspot.com/2015/08/sejarah-desa-adat-buruan.html |title= Sejarah Desa Adat Buruan |access-date= 2 Januari 2019}}</ref>
Dengan demikian, mulailah pekraman itu ditata dengan tertib serta pembagian tanah dikelompokkan menjadi subak. Karena tata pemukiman semakin baik dengan jalan dan lorongnya, maka setra ( kuburan disebelah selatan Pura Dalem Buruan) dipandang kurang tepat letaknya, kemudian dipindahkan ke sebelah timur.
 
== Pemerintahan ==
Semakin lama menjalani proses, pekraman itu semakin baik termasuk penataan pura. Merajapati yang semula terletak di lokasi Pura Dalem, dipindahkan sesuai dengan fungsinya yaitu di setra Buruan, sedangkan pejenengan bekas mrajapati itu disebut Ratu Sekar Pule. Demikianlah proses menuju pembaharuan sesuai dengan perkembangan jaman berjalan terus. Sampai dengan jaman pemerintahan Belanda masih tetap disebut Krama Desa (desa pekraman). Hanya bedanya sudah mulai nampak perbedaan tampuk pimpinan, ada ''kelian'' yang mengurus dinas dan ''Bendesa '' yang mengurus urusan adat.
=== Daftar kepala desa ===
Saat ini, dipimpin oleh I Gusti Ngurah Aryawan yang menggantikan I Ketut Sumarda.
 
=== Pembagian Administratif ===
Setelah masa kemerdekaan Indonesia barulah nama desa adat itu menjadi jelas. Terlebih setelah lahirnya [[Orde Baru|orde baru]], maka fungsi desa adat dan dinas menampakkan perbedaan yang jelas.<ref>{{cite web|url= http://mangayucute.blogspot.com/2015/08/sejarah-desa-adat-buruan.html |title= Sejarah Desa Adat Buruan |access-date= 2 Januari 2019}}</ref>
 
== Pembagian Administratif ==
Desa ini tersebar di 7 Banjar dinas yaitu:
# Kutri
Baris 60 ⟶ 61:
Sementara dalam konteks pemerintahan adat, wilayah Desa Buruan terbagi dalam 8 Desa Pekraman wilayah subak. Disamping kondisi wilayah yang sangat strategis, Desa Buruan juga memiliki potensi-potensi di luar sektor pertanian seperti, Peternakan, Kerajinan, Kesenian, Pariwisata, Koperasi dan Jasa Lainnya.
 
=== Tempat WisataAPBDesa ===
Pagu anggaran APBDesa tahun 2019 di desa ini sebesar Rp.897.444.000,-. Pada tahun 2018, sebesar Rp.722.232.000,-. Pada tahun 2017, sebesar Rp.840.992.000,-.<ref name="APBDesa 2019">{{cite web|url= https://pddi.kemendesa.go.id/kemenkeu/realisasi_pagu?tahun=2019 |title= Realisasi Pagu APBDesa 2019 |publisher= Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia |access-date=13 Juni 2020}}</ref>
 
== Tempat terkenal ==
=== Pura Bukit Dharma Durga Kutri Gianyar ===
{{utama|Pura Bukit Dharma Durga Kutri}}
{{noref}}
BerdasaranBerdasarkan prasasti di berbagai wilayah di Bali yang menunjuk keberadaan pura ini, ''Pura Bukit Dharma Durga Kutri'' diperkirakan sudah berdiri sejak 835 caka. Pada saat itu, Pulau Bali diperintah oleh ''RakaRaja [[Sri Kesari Warmadewa'']]. Lokasi pura berada di lingkungan Banjar Kutri, di samping jalan utama menuju Blahbatuh, Gianyar. Yang unik adalah pada bagian mandala utama terdapat bukit yang diselimuti hutan kecil. Pada puncaknya itulah distanakan arca ''Durga Mahisamardini Astabuja''.<ref>{{Cite web|date=2012-01-01|title=Mengenal Pura Bukit Dharma Durga Kutri Gianyar|url=https://balebengong.id/6704/|website=BaleBengong.id|language=en-US|access-date=2023-07-07}}</ref><ref>{{Cite web|last=Blahbatuh|first=Pesona|title=Sejarah Pura Bukit Dharma Durga Kutri - Article|url=https://www.pesonablahbatuh.com/article/sejarah-pura-bukit-dharma-durga-kutri|website=Pesona Blahbatuh|access-date=2023-07-07}}</ref>
 
Pura ini berawal dan berkembang sebagai sebuah kahyangan jagat dari pemerintahan ''[[Sri Kesari Warmadewa|Sri Kesari Warmadewa, Ugrasena, Tabanendra, Jayasingha, Mahadewi, Udayana]]''. Pada saat pemerintahan Udayana, beliau ditemani permaisuri ''[[Gunapriya Dharmapatni]]'' sehingga disebut sebagai raja sejoli. Beliau berkuasa sekitar abad ke 10 M. Kekuasaan kerajaan Bali pada saat itu hingga mencapai [[Timor Timur]]. Prasasti yang mendukung keberadaan pura ini adalah ''Prasasti Peguyangan'', ''Tengkulak'', ''Trunyan'', dan ''Prangsada'', dsb.
 
Dalam ''prasasti Prangsada'' disebutkan: ''Sang Ari Anak Wungsu'', ''Kunang Sira Sang Ibu Murwa Sira Mantuking Suryatmaka Dinarma Sira Ring Candi Ibu'' yang artinya Prabu Anak Wungsu meyakini ibunya Ratu Mahendradatta Udayana setelah wafat kembali ke inti Surya yaitu Wisnu, bersatu secara simbolis (Arcanam) di tempat pemujaan beliau (Candi Burwan). Dari prasasti tersebut dapat dijabarkan makna yang terkandung di dalamnya, yaitu Raja dan umat pada saat itu merupakan Pemuja Surya (Wisnu) dan Pura Bukit Dharma sudah ada pada masa Ratu Mahendradatta memerintah, di mana terdapat suatu benda dalam bentuk ''Arca Durga Ma'' (Ibu Durga). Hal ini terlihat pada kalimat ''beliau bersatu dengan yang dipuja di tempat beliau memuja''. Yang dimaksud dengan dipuja di tempat beliau memuja adalah ''Suryatmaka'' (Inti Surya yaitu Wisnu), ''Hyang Widhi'' (Tuhan) dalam fungsi memelihara jagat raya. Dengan demikian Pura Bukit Dharma adalah ''Kahyangan Widhi''.
Baris 71 ⟶ 75:
Prasasti lain yang mendukung adalah ''Prasasti Peguyangan''. Prasasti ini menjabarkan keagungan Tuhan yang dipuja di Buruan dijadikan dasar hidup bernegara dan beragama oleh masyarakat di bawah kekuasaan ''Ratu Mahendradata Udayana''. Barang siapa yang sudah melaksanakan hidup bermasyarakat ''Grahasta'', diwajibkan menjalani hidup bernegara dan beragama seperti yang ditetapkan oleh pemerintah pada saat itu.
 
Apabila dalam hidup inikehidupan umat berjalan di jalandijalan ''dharma '' (kebaikan) sesuai dengan apa yang dipujapemujaan di Pura Bukit Dharma maka beliau akan selalu memberkati. ''Arca Durga Mahesamardini Astabuja'' yang disimbolkan dalam bentuk arca seorang wanita cantik bertangan delapan berkendaraan lembu memiliki makna perwujudan [[Gayatri]]. Arca tersebut simbol dari penyatuan kekuatan [[Brahma]], [[Wisnu]], dan [[Siwa]] (''Utpeti, Stiti, Pralina''). Penataan Pura Bukit Dharma ditata dengan konsep ''Tri Loka'', ''Bru Loka'' (Pura Manik Tirtha), ''Bhuah Loka'' (Pura Pentaran Agung), dan ''Swah Loka'' (Pura Pucak Dharma). Pada pucak inilah diistanakan arca tersebut. Konsep Tri Mandala juga tertuang dalam penataan pura yaitu Nista Mandala (di depan candi bentar), Madya Mandala (di depan candi kurung), dan Utama Mandala (setelah memasuki candi kurung).
 
Selain arca yang terdapat di puncak, di penataran agung juga terdapat beberapa arca yang masih terkait yaitu arca-arca Gedong Pesaren, Arca Budha, Siwa, Lingga Yoni, arca gedong Doho. Arca Gedong Doho ini kemungkinan berkaitan dengan leluhur Raja Sejoli.
 
=== [[Stadion Kapten I Wayan Dipta]] ===
{{utama|Stadion Kapten I Wayan Dipta}}
Stadion kapten I Wayan Dipta adalah sebuah stadion multifungsi, yang utamanya dipakai untuk pertandingan sepak bola, terletak di Gianyar, Bali, Indonesia. Kapasitasnya berjumlah 20.000 kursi. Awalnya, stadion ini merupakan markas kesebelasan asal Gianyar, yakni [[Bali Persegi FC|Persegi Gianyar]], namun menyusul klub tersebut sudah tidak aktif atau sudah tidak ada, maka Stadion ini hampir tidak difungsikan lagi untuk waktu yang lama.
 
Baris 83 ⟶ 88:
 
== Demografi ==
Penduduk desa Buruan sampai dengan tahun 2015 berjumlah 6.714 jiwa terdiri dari 3.417 laki-laki dan 3.297 perempuan dengan [[Sex ratio manusia|sex rasio]] 103.<ref name="BPS Blahbatuh 2016">[{{cite web|url= https://gianyarkab.bps.go.id/publication/2016/07/29/b17e53fb4f3ad3041d7b1ecb/kecamatan-blahbatuh-dalam-angka-2016.html |title= Kecamatan Blahbatuh dalam Angka 2016], hal.19|publisher=Badan Pusat Statistik Indonesia |year=2018 |language=id |access-date= 4 Oktober 2019}}</ref>
 
== Referensi ==
Baris 90 ⟶ 95:
== Pranala luar ==
* {{id}} [https://gianyarkab.bps.go.id/publication.html BPS Kabupaten Gianyar]
* {{id}} [http://www.prodeskel.binapemdes.kemendagri.go.id/mpublik/ Prodeskel Binapemdes Kemendagri] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20220401173302/http://www.prodeskel.binapemdes.kemendagri.go.id/mpublik/ |date=2022-04-01 }}
* {{id}} [http://desamandara.baliprov.go.id/desa-buruan-2/ Situs Desa Buruan]{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
{{Blahbatuh, Gianyar}}
{{KabupatenAuthority Gianyarcontrol}}
{{Bali}}
{{desa-stub}}
 
[[Kategori:Desa]]
[[Kategori:Blahbatuh]]