Suku Mongondow: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kota Kediri
HsfBot (bicara | kontrib)
k v2.05b - Perbaikan untuk PW:CW (Pranala sama dengan teksnya)
 
(84 revisi perantara oleh 50 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Hiperbolis}}{{ethnic group|
|group = Suku Mongondow <br> سوكو موڠوندو
|image =
| population = 304.292<ref>{{cite book|publisher =Badan Pusat Statistik|title = Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia Hasil Sensus Penduduk 2010|year=2011|isbn = 9789790644175|url = http://sp2010.bps.go.id/files/ebook/kewarganegaraan%20penduduk%20indonesia/index.html}}</ref>
|poptime = 900.000 (1989) <ref>[http://archive.ethnologue.com/16/show_language.asp?code=mog Ethnologue]</ref>
|popplace = [[Sulawesi Utara]], [[Gorontalo]], dan [[Filipina]]
|langs = [[Bahasa Mongondow|Mongondow]], [[Bahasa Melayu Manado|Melayu Manado]], [[Bahasa Indonesia|Indonesia]], [[Bahasa Sangir|Sangir]], [[Bahasa Kaidipang|Kaidipang]], [[Bahasa Lolak|Lolak]], [[Bahasa Ponosakan|Ponosakan]], [[Bahasa Bolango|Bolango]], [[Bahasa Bintauna|Bintauna]]
|rels = [[Islam]] <small>80%</small> ;, [[KristenProtestan]] <small>15%</small> ;, [[Katolik]] <small>5%</small> ;dan [[Hindu]] <ref>[http://www.sabda.org/sejarah/artikel/pekabaran_injil_dan_gereja_di_sulawesi_utara.htm Pekabaran Injil di Sulawesi Utara]</ref>
|related =
}}
'''Suku Mongondow''' ([[Aksara Jawi|Jawi]]: سوكو موڠوندو) adalah sebuah [[Kelompok etnik|etnis]] di [[Indonesia]]. Dahulu suku ini memiliki kerajaan yang bernama [[Kerajaan Bolaang Mongondow|Bolaang Mongondow]], yang kemudian pada tahun 1958 secara resmi bergabung ke dalam Indonesia serta menjadi [[Kabupaten Bolaang Mongondow]]. Suku ini mayoritas bermukim di [[Sulawesi Utara]] dan [[Gorontalo]].
 
'''Suku Mongondow''' adalah sebuah [[Kelompok etnik|etnis]] di [[Indonesia]]. Dahulu suku ini memiliki kerajaan yang bernama [[Kerajaan Bolaang Mongondow|Bolaang Mongondow]], yang kemudian pada tahun 1958 secara resmi bergabung ke dalam Indonesia serta menjadi [[Kabupaten Bolaang Mongondow]]. Suku ini mayoritas bermukim di [[Sulawesi Utara]] dan [[Gorontalo]].
 
== Etimologi ==
Nama '''Bolaang''' berasal dari kata "Bolango" atau "Balangon" yang berarti ''Laut''. "Bolaang" atau "Golaang" dapat pula berarti menjadi ''Terang'' atau ''Terbuka'' dan ''Tidak gelap'', namun secara istilah kata bolaang atau bolang adalah berarti perkampungan yang ada di laut sedangkan '''Mongondow''' adalah perkampungan yang ada di hutan atau gunung.<ref name="web">[http://bolmongkab.go.id/index/profil-bolmong/sejarah/ Sejarah Bolaang Mongondow] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140108112024/http://bolmongkab.go.id/index/profil-bolmong/sejarah/ |date=2014-01-08 }}.</ref>
 
== Sejarah ==
=== Awal hingga Abad 8-9 ===
Orang-orang Suku Mongondow mempercayai bahwa nenek moyang mereka berasal dari pasangan Gumalangit dan Tendeduata serta pasangan Tumotoiboko dan Tumotoibokat, yang tinggal di [[Gunung Komasan]], yang sekarang masuk ke dalam [[Bintauna, Bolaang Mongondow Utara|Bintauna]]. Masing-masing dari pasangan ini menurunkan keturunan yang kemudian menjadi suku Mongondow. Jumlah masyarakat Suku Mongondow yang semakin lama semakin bertambah banyak membuat penyebaran populasi mereka kian meluas, hingga ke daerah-daerah bukan tempat asal mereka, yaitu: Tudu in(desa) di Lombagin, Buntalo, Pondoli’, Ginolantungan, Tudu indi Passi, Tudu indi Lolayan, Tudu indi Sia’, Tudu indi Bumbungon, Mahag, Siniow, dan tudu-tudu lain sebagainya. Mata pencaharian suku Mongondow pada masa itu adalah berburu hewan, menangkap ikan, mengolah sagu dan mencari umbi di hutan. Pada umumnya mereka belum mengenal cara bercocok tanam.<ref name="tribun">[http://manado.tribunnews.com/2013/06/25/kerajaan-bolaang-mongondow Bolaang Mongondow].</ref> Merupakan kepercayaan dulu agama seperti islam
 
=== Perkembangan ===
Pada abad 13 para Bogani (pemimpin kelompok masyarakat Mongondow yang menduduki wilayah tertentu) bersatu membentuk satu pemerintahan kerajaan bagi suku mongondow yang bernama Bolaang. Bolaang sendiri bermakna lautan (balangon) yang menandakan Kerajaan ini sebagai kerajaan maritim. hasil musyawarah (bakid) dari para Bogani di sepakati mengangkat Mokodoludut sebagai raja (Punu')Pertama kerajaan Bolaang. dipada zaman Raja Salmon Manoppo (1735-1764) terjadi pertentangan yang sengit dengan pihak belanda dan berakhir raja salmon di tawan dan di buang ke Tanjung harapan (afrika selatan). kejadian ini memicu protes dan huru hara besar yang di lakukan oleh suku mongondow yang adalah empunya kerajaan Bolaang. akhirya belanda pun mengembalikan Raja Bolaang ini. dan sejak itulah nama Kerajaan Bolaang di tambahkan dengan nama suku empunya kerajaan Bolaang ini hingga menjadi Bolaang Mongondow sampai sekarang. Kerajaan Bolaang Mongondow resmi berakhir pada tanggal 1 juli 1950 saat Paduka Raja Tuang Henny Yusuf Cornelius Manoppo mengundurkan diri dan menyatakan bergabung dengan Negara Kesatuan RepoblikRepublik Indonesia. sekarang ini mongondow di maknai sebagai daerah pegunungan dan Bolaang sebagai daerah Pesisir. Saat O.N Mokoagow menjadi bupati Bolaang Mongondow (thn 1970-an)di buat Desa baru dengan nama Mongondow di Kotamobagu hasil pemekaran dari Desa Motoboi
 
=== Masa kerajaan ===
Pada abad ke 13 para bogani (pemimpin kelompok masyarakat Mongondow yang menduduki wilayah tertentu) bersatu dan mengangkat MamontoMokodoludut seorang Bogani Molantud sebagai Raja yang pada waktu itu raja dalam bahasa lokal adalah PUNU'.Pada abad 16 setelah kepergian Raja Mokodompit dan mamonto ke Siau dalam beberapa tahun Kerajaan Bolaang Mongondow Kosong Kekuasaan apalagi pangeran Dodi Mokoagow dan mamonto kandidat terkuat untuk calon Raja pengganti Mokodompit dan mamonto tewas terbunuh dalam suatu insiden dengan suku alifuru di daerah pedalaman manado. Dimasa ini Pemerintahan di ambil alih oleh seorang Bogani Mulantud yang bernama Dou', setelah Putra raja Mokodompit yang tinggal di Siau telah dewasa, Dia dilantik sebagai raja ke 7 Kerajaan Bolaang Mongondow, Abo'(pangeran)ini bernama Tadohe /sadohe, ibunya adalah Putri dari kerajaan Siau. di Zamannya lah sistem Pemerintahan Kerajaan Bolaang Mongondow di tata Kembali.
Pada tahun [[1901]], secara administrasi daerah ini termasuk Onderafdeling [[Bolaang Mongondow]] yang didalamnya termasuk landschap [[BongkudaiBintauna]], [[Bolaang Uki]], [[Kaidipang Besar]] dari [[Afdeling Manado]].
 
=== Masuknya Agama dan Pendidikan ===
Baris 31 ⟶ 30:
Raja Jakobus Manoppo ialah [[raja]] [[Bolaang Mongondow]] yang pertama mendapatkan pendidikan di Hoofden School [[Ternate]], karena ia telah dibawa oleh pedagang V.O.C. sesudah melalui persetujuan ayahnya raja Loloda Mokoagow (datu Binangkang). Jakobus Manoppo adalah raja ke-10 yang memerintah pada tahun 1691-1720, yang diangkat oleh V.O.C., walaupun pengangkatannya sebagai raja tidak direstui oleh ayahnya. Jakobus Manoppo pada saat dilantik menjadi raja beragama Roma [[Katolik]].
 
Pada zaman pemerintahan raja Cornelius Manoppo, raja ke-16 ([[1832]]), agama [[Islam]] masuk daerah [[Bolaang Mongondow]] melalui [[Palu]] dan [[Gorontalo]] yang dibawa oleh [[Syarif]] ([[Ejaan Republik|Aloewi]]) atau [[Syarif]] Alwi Al-gaus,<ref>{{Cite yangjournal|date=2021-06-30|url=http://dx.doi.org/10.22515/isnad.v2i1|journal=Al-Isnad: kawinJournal denganof putriIslamic rajaCivilization ituHistory tahunand [[1866]]Humanities|volume=2|issue=1|doi=10.22515/isnad.v2i1|issn=2798-3110}}</ref> menurut dari kalam Karenapara keluarga kerajaanketurunan sebelumsyarif rajaAlwi Corneliusalgaus Manoppobahwa memelukKakek agamaDatuk' [[Islam]]mereka (Syarif Alwi algaus) tidak memiliki pusar, makawallahu agamaa'lam. itudan dianggapdepercaya sebagaibanyak [[agama]]karamat [[raja]],nya. sehinggadan sebagiandi besardalam pendudukJournal [[BolaangAriel Mongondow]]C. memelukLopez, agamapada “Conversion and Colonialism: [[Islam]] jugaand telahChristianity turutin memengaruhiNorth perkembanganSulawesi, kebudayaanc. dalam1700-1900”.<ref>{{Cite beberapaweb|title=Islam segiand kehidupanChristianity masyarakatin South-East Asia 1600-1700|url=http://dx.doi.org/10.1163/2451-9537_cmrii_com_30306|website=Christian-Muslim Relations 1500 - 1900|access-date=2024-01-10}}</ref>
 
Marga Al-gaus banyak tersebar di [[Makkah|Mekah]] dan [[Ta'if|Thaif]] Pengucapan atau penulisan marga ini bervariasi meskipun memiliki makna dan berakar sama yaitu Al-Ghaits, Al-Ghauts, Al-ghout, Al-Ghayth, Al-ghawht. dari Al Hasani (bersambung ke sayyidina Hasan) itu dibuktikan dengan adanya [[Naskah beriluminasi|manuscript]] silsilah keluarga yang menggunakan penulisan Arab Pegon<ref>{{Cite journal|last=Wijaya|first=Lukman Hakim|last2=Zulkarnain|first2=Ismail Abdurrazzaq|last3=Nurfitri|first3=Khoiru|date=2021-04-07|title=PEGON-GLIPH GAME PENGENALAN DAN PEMBELAJARAN ARAB PEGON BERBASIS ANDROID|url=http://dx.doi.org/10.24269/jkt.v5i1.685|journal=KOMPUTEK|volume=5|issue=1|pages=77|doi=10.24269/jkt.v5i1.685|issn=2614-0977}}</ref> yang bersambung kepada Sayyidina Hasan r.a dan memang tidak semua orang di perlihatkan manuscript tersebut. hanya saja keturunan [[Syarif]] ini banyak dari mereka menyembunyikan diri serta berbaur dan menikah dengan masyarakat lokal lainnya, serta mereka tidak ingin di ketahui atau di hormati apalagi untuk membanggakan leluhurnya, datuk-datuk mereka menyampaikan dan mengajarkan pada mereka (anak cucu nya) bahwa mereka masih [[Syarif]] dan tidak boleh sembarangan berucap apalagi sampai bersumpah serapah, dalam pesan kakek mereka semua manusia sama di mata Allah swt, yang membedakan hanyalah ketaqwaan, dan wasiat itu turun temurun dari orang tua mereka sampaikan kepada anak cucunya, sampai dengan sekarang. Syarif Alwi yang menikah dengan putri raja bernama Bua' Sarah itu tahun ([[1866]]) dan melahirkan anak bernama [[Syarif]] Hasan bin Alwi Algaus Kotabagon, masyarakat kotabangon mengenal nya dengan nama Tuan Syarif<ref>{{Cite book|last=Kohnstamm|first=Rita|date=2011|url=http://dx.doi.org/10.1007/978-90-313-8157-9_1|title=Ieder mensenkind wordt te vroeg geboren|location=Houten|publisher=Bohn Stafleu van Loghum|isbn=978-90-313-8156-2|pages=8–11}}</ref> yang dimakamkan di desa Langgagon.
 
Tuan Syarif Hasan bin Alwi Algaus memkliki 4 orang anak yang melanjutkan dengan marga istri nya yaitu Bua' Zaenab Makalalag.
 
Berikut beberapa faktor dan alasan pergantian marga:
* Ahlul bait<ref>{{Cite journal|last=Suib|first=Muhammad|date=2023-12-05|title=Makna Ahlul Bait dalam Al-Qur’an Menurut Ulama Tafsir Nusantara|url=http://dx.doi.org/10.58578/anwarul.v4i1.2215|journal=ANWARUL|volume=4|issue=1|pages=81–100|doi=10.58578/anwarul.v4i1.2215|issn=2808-7895}}</ref> Nabi ini terjadi sejak zaman Bani Umayyah dan Bani Abbas, diburu dan dibunuh oleh penguasa terutama para ulamanya, ini berlangsung kurang lebih sekitar 750 tahun.
* Mahal nya pajak untuk para Syarif, dan pedagang arab pada masa kerajaan/dan beberapa alasan yang tidak di sebutkan.Disamping itu masyarakat suku bolango yang bermukim di Bolaang Oeki pada zaman kolonial menyebut/memanggil dengan [[Syarif]] Algaus. tanpa menyebut kan nama (alwi), mereka menjaga adab dengan tidak menyebutkan nama Alwi, Dan Karena keluarga kerajaan sebelum raja Cornelius Manoppo memeluk agama [[Islam]], maka agama itu dianggap sebagai [[agama]] [[raja]], sehingga sebagian besar penduduk [[Bolaang Mongondow]] memeluk agama [[Islam]] juga telah turut memengaruhi perkembangan kebudayaan dalam beberapa segi kehidupan masyarakat.
 
* Ariel C. Lopez, “Conversion and Colonialism: Islam and Christianity in North Sulawesi, c. 1700-1900”,Dissertation (Leiden: Universiteit Leiden, 2018), 88. ⁷⁰
* Over de Vorsten van [[Bolaang Mongondow]] [[1949]]
*
* Een Mongondowsh verhaaal met vertaling en aanteekeningen 1911
* De voornaamwoorden in het Bolaang Mongondows
Baris 41 ⟶ 51:
* Bolaang Mongondowsch Woordenboek 1951;dsb.
 
Pada tahun [[1906]] melalui kerja sama dan kesepakatan dengan raja [[Bolaang Mongondow]], W. Dunnebier telah mengusahakan pembukaan beberapa sekolah rakyat yang dikelola oleh zending di beberapa desa di [[Bolaang Mongondow]] dengan tiga kelas. Guru-gurunya didatangkan dari Minahasa, antara lain :
* Di Nanasi, guru jeseyaJ. rondonuwuRondonuwu dan S. Sondakh
* Di Nonapan, guru H. Werung dan A. Rembet
* Di maririMariri lamaLama, guru P. Assa dan Mandagi
* Di Kotobangon, guru J. Pandegirot dan tumbelakaTumbelaka
* Di Moyag, guru F. Tampemawa dan K. Palapa
* Di pontodonPontodon, guru J. Ngongoloi, M. Tombokan dan W. Tandayu
* Di pasiPasi, guru Th. Kawuwung dan W. Wuisan
* Di Popo Mongondow, guru S. Saroinsong dan J. Mandagi
* Di Otam, guru J. Kodong dan S. supit
Baris 61 ⟶ 71:
Pada Tahun 1911 didirikan sebuah sekolah berbahasa Belanda di Kotamobagu, Yaitu Holland Inlandshe School (H.I.S) dengan Kepala sekolah Adrian van der Endt.
 
Disamping sekolah-sekolah yang dikelola oleh Zending, maka pada sekitar tahun 1926 diusahakan pembukaan sekolah-sekolah rakyat yang dikelola oleh Balai Pendidikan dan Pengajaran Islam (BPPI) yang berpusat di desa Moliow. Guru-gurunya didatangkan dari Yogyakarta seperti antara lain : Mohammad Safii Wirakusumah, Sarwoko, R. Ahmad Hardjodiwirdjo, Sukirman, Sumarjo, Surjopranoto, Muhammad Djazuli Kartawinata dan alin-lain. Juga ditambah dengan Ali Bakhmid dari Manado Usman Hadju dari Gorontalo dan Mohammad Tahir dari Sangir Talaud (Sejarah Pendidikan Daerah Sulawesi Utara oleh Drs.L.Th.Manus dkk. 1980).
 
Perkembangan pendidikan yang dikelola oleh BPPI demikian pesatnya sehingga pada tahun 1931 dibuka sebuah H.I.S berbahasa Belanda di Molinow. Untuk medidik guru-guru yang akan mengajar di sekolah-sekolah yang dikelola oleh BPPI, maka pada tahun 1937 dibuka lagi sebuah sekolah guru, yaitu Kweekschool di Molinow.
 
Disamping sekolah-sekolah yang dikelola oleh zending dan BPPI, maka usaha pihak swasta untuk membuka sekolah terlihat antara lain : Particuliere Schakel School yang dibuka oleh A.C. Manoppo. Kemudian sekolah seperti itu dibuka oleh A.E. Lewu, yaitu Neutrale Particuliere School yang berlangsung sampai tahun 1941 sebelum bahas Jepang masuk Indonesia karena perang dunia ke-2. Sebuah sekolah swasta seperti itu juga pernah dibuka oleh Sumual pada tahun 1925, namun tidak berlanjut.
Pada tahun 1937 dibuka di Kotamobagu sebuah sekolah Gubernemen, yaitu Vervolg School (sekolah sambungan) kelas 4 dan 5 yang menampung lepasan sekolah rakyat 3 tahun, dengan kepala sekolahnya N. Ares.
 
Kotamobagu sebagai ibukotaibu kota kabupaten Bolaang Mongondow, sebelumnya terletak disalah satu tempat di kaki gunung Sia’ dekat Popo Mongondow dengan nama Kotabaru. Karena tempat itu dianggap kurang strategis sebagai tempat kedudukan controleur, maka diusahakan pemindahan ibukotaibu kota ke tempat yang sekarang ini, yaitu Kotamobagu, yang peresmiannya diadakan pada bulan April 1911 oleh Controleur F. Junius yang bertugas di Bolaang Mongondow tahun 1910-1915.
 
Kedudukan istana raja di desa Kotobangon, yang sebelumnya pada masa pemerintahan raja Riedel Manoppo berkedudukan di desa Bolaang. Karena raja Riedel Manuel Manoppo tidak mau menerima campur tangan pemerintah oleh Belanda, maka Belanda melantik Datu Cornelis Manoppo menjadi raja, lalu bersama-sama denga Controleur Anthon Cornelis Veenhuizen dikawal oleh sepasukan prajurit melalui Minahasa selatan masuk Bolaang Mongondow dan mendirikan komalig (isatana raja) di Kotobangon pada tahun 1901.
 
Pada tahun 1911 didirikan seuah rumah sakit di ibukotaibu kota yang baru Kotamobagu. Rakyat mulai mengenal pengobatan modern, namun ada juga yang masih mempertahankan dan melestarikan pengobatan tradisional melalui tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat obat.
 
Dengan masuknya agama dan pendidikan, maka sistem kehidupan sosial budaya masyarakat turut mengalami perubahan, antara lain : tentang cara pengelolaan tanah pertanian (mulai mengenal penanaman padi di sawah), adat kebiasaan, pernikahan, kematian, pembangunan rumah, pengaturan saran perhubungan, dan media komunikasi dan lain-lain sebgainya.
 
Sebagai informasi perlu disampaikan bahwa : rumah adat Bolaang Mongondow yang diwujudkan dalam bentuk pavilyun Bolaang Mongondow di Taman Mini Indonesia Indah jakarta (samping bangunan rumah adat Sulawesi Utara), yang miniaturnya diminta oleh almarhum Alex Wetik dan dibawa ke Manado tahun 1972 dan kemudian menjadi contoh pembangunan rumah adat Bolaang Mongondow di TMII Jakarta.
 
Umumnya rumah tempat tinggal di Bolaang Mongondow berbentuk rumah panggung dengan sebuah tangga di depan dan sebuah di belakang. Dengan adanya pengaruh luar, maka bentuk rumahpun sudah berubah. Kehidupan sosial budaya masyarakat yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan pembangunan sekarang ini, banyak yang telah berubah. Namun budaya daerah yang masih mengandung nilai-nilai luhur yang dapat menunjang pembangunan fisik material dan mental spiritual, masih tetap dipelihara dan dilestarikan.
 
Pada saat masyarakat mulai mengenal mengenal mata uang seperti real dan doit sebagai alat penukar bahan keperluan hidup, maka penduduk mulai menjual hasil pertanian tersebut seperti : sayur, buah-buahan dan lain-lain. Hasil pertanian tersebut diletakkan di depan rumah dekat jalan raya dan diatur setumpuk-setumpuk dengan harga satu doit per-tumpuk. Pemilik tidak perlu menjaga bahan dagangannya. Sore hari, pemilik akan mengambil uang harga jualannya. Bila habis terjual, maka di tempat penjualan itu terletak uang harag bahan yang dijual dalam keadaan utuh, tidak berkurang. Contoh seperti ini menunjukkan keluhuran budi pekerti setiap anggota masyarakat yang masih jujur, serta menyadari bahwa setiap perbuatan jahat itu tidak dikehendaki oleh Ompu Duata (Yang Maha Kuasa). Pada saat itu mereka belum mengenal dusta, tipu muslihat dan lain-lain sifat jahat yang dapat mengganggu ketertiban masyarakat. Kerukunan hidup antar keluarga dan antar tetangga dimasa itu belum tercemar oleh pengaruh luar.
 
== Sub Suku ==
Suku Mongondow terdiri dari beberapa anak suku yang berdiam di wilayah [[Sulawesi Utara]] dan [[Gorontalo]], yaitu [[Bolaang Mongondow]], [[Bolaang Uki]], [[Kaidipang Besar]], [[Bintauna]], [[Buhang]],[[Korompot]] dan [[Mokodompis]]
 
== Bahasa ==
Suku Mongondow dalam kehidupan keseharian menggunakan [[Bahasabahasa Mongondow]], Bahasabahasa Bolango dan Bahasabahasa Bintauna. Secara linguistik, bahasa-bahasa ini masuk kedalam [[Rumpun bahasa Filipina]], bersama dengan [[Bahasa Gorontalo]], [[Bahasa Minahasa]] dan [[Bahasa Sangir]]. Suku Mongondow juga menggunakan [[Bahasa Melayu Manado]] dan juga [[Bahasa Indonesia]] dalam komunikasi mereka dengan masyarakat Sulawesi Utara lainnya.
 
== Marga ==
Seperti suku lain di Indonesia, Suku Mongondow juga memiliki marga yang diwariskan kepada setiap keturunan, diantaranya: Paputungan, Makalalag, Mokoginta, Mokodongan, Manoppo, Makalunsenge, Mokoagow, Raule, Makasenda, Loloda, Loloada, Datungsolang, Ponto, [[Mokodompit]], Mamonto, Damopolii, Podomi, Pasambuna, Potabuga.
 
== Pemekaran Daerah ==
Karena wilayah [[Bolaang Mongondow]] memiliki luas 5054,3% dari luas wilayah [[Sulawesi Utara]] sehingga Pemerintah [[Kabupaten Bolaang Mongondow]] bersama tokoh masyarakat, tokoh adat dan agama sepakat melakukan pemekaran wilayah dengan Dukungan Penuh Bupati Bolaang Mongondow saat itu Ny. HJ Marlina Moha Siahaan,
 
Dengan dukungan penuh dari seluruh lapisan masyarakat serta Pemkab [[Bolaang Mongondow]] panitia pemekaran yang diketuai [[Djainudin Damopolii]] berhasil meyakinkan pemerintah pusat dan DPR RI sehingga wilayah [[Bolaang Mongondow]] secara resmi mekar menjadi 5 dearahdaerah tingkat II yaitu :
* [[Kabupaten Bolaang Mongondow]]
* [[Kota Kotamobagu]]
Baris 97 ⟶ 107:
* [[Kabupaten Bolaang Mongondow Timur]]
* [[Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan]]
 
== SubLihat SukuPula ==
[[Tokoh Mongondow]]
 
== Referensi ==
Baris 103 ⟶ 116:
 
[[Kategori:Suku bangsa di Gorontalo]]
[[Kategori:Suku bangsa di BolaangSulawesi Utara|Mongondow]]
[[Kategori:Suku Mongondow]]