Suku Mongondow: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Kota Kediri |
k v2.05b - Perbaikan untuk PW:CW (Pranala sama dengan teksnya) |
||
(84 revisi perantara oleh 50 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Hiperbolis}}{{ethnic group|
|group = Suku Mongondow <br> سوكو موڠوندو
|image =
| population = 304.292<ref>{{cite book|publisher =Badan Pusat Statistik|title = Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia Hasil Sensus Penduduk 2010|year=2011|isbn = 9789790644175|url = http://sp2010.bps.go.id/files/ebook/kewarganegaraan%20penduduk%20indonesia/index.html}}</ref>
|popplace = [[Sulawesi Utara]], [[Gorontalo]], dan [[Filipina]]
|langs = [[Bahasa Mongondow|Mongondow]], [[Bahasa Melayu Manado|Melayu Manado]], [[Bahasa Indonesia|Indonesia]], [[Bahasa Sangir|Sangir]], [[Bahasa Kaidipang|Kaidipang]], [[Bahasa Lolak|Lolak]], [[Bahasa Ponosakan|Ponosakan]], [[Bahasa Bolango|Bolango]], [[Bahasa Bintauna|Bintauna]]
|rels = [[Islam]]
|related =
}}
'''Suku Mongondow''' ([[Aksara Jawi|Jawi]]: سوكو موڠوندو) adalah sebuah [[Kelompok etnik|etnis]] di [[Indonesia]]. Dahulu suku ini memiliki kerajaan yang bernama [[Kerajaan Bolaang Mongondow|Bolaang Mongondow]], yang kemudian pada tahun 1958 secara resmi bergabung ke dalam Indonesia serta menjadi [[Kabupaten Bolaang Mongondow]]. Suku ini mayoritas bermukim di [[Sulawesi Utara]] dan [[Gorontalo]].▼
▲'''Suku Mongondow''' adalah sebuah [[Kelompok etnik|etnis]] di [[Indonesia]]. Dahulu suku ini memiliki kerajaan yang bernama [[Kerajaan Bolaang Mongondow|Bolaang Mongondow]], yang kemudian pada tahun 1958 secara resmi bergabung ke dalam Indonesia serta menjadi [[Kabupaten Bolaang Mongondow]]. Suku ini mayoritas bermukim di [[Sulawesi Utara]] dan [[Gorontalo]].
== Etimologi ==
Nama '''Bolaang''' berasal dari kata "Bolango" atau "Balangon" yang berarti ''Laut''. "Bolaang" atau "Golaang" dapat pula berarti menjadi ''Terang'' atau ''Terbuka'' dan ''Tidak gelap'', namun secara istilah kata bolaang atau bolang adalah berarti perkampungan yang ada di laut sedangkan '''Mongondow''' adalah perkampungan yang ada di hutan atau gunung.<ref name="web">[http://bolmongkab.go.id/index/profil-bolmong/sejarah/ Sejarah Bolaang Mongondow] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140108112024/http://bolmongkab.go.id/index/profil-bolmong/sejarah/ |date=2014-01-08 }}.</ref>
== Sejarah ==
=== Awal hingga Abad 8-9 ===
Orang-orang Suku Mongondow mempercayai bahwa nenek moyang mereka berasal dari pasangan Gumalangit dan Tendeduata serta pasangan Tumotoiboko dan Tumotoibokat, yang tinggal di [[Gunung Komasan]], yang sekarang masuk ke dalam [[Bintauna, Bolaang Mongondow Utara|Bintauna]]. Masing-masing dari pasangan ini menurunkan keturunan yang kemudian menjadi suku Mongondow. Jumlah masyarakat Suku Mongondow yang semakin lama semakin bertambah banyak membuat penyebaran populasi mereka kian meluas, hingga ke daerah-daerah bukan tempat asal mereka, yaitu: Tudu
=== Perkembangan ===
Pada abad 13 para Bogani (pemimpin kelompok masyarakat Mongondow yang menduduki wilayah tertentu) bersatu membentuk satu pemerintahan kerajaan bagi suku mongondow yang bernama Bolaang. Bolaang sendiri bermakna lautan (balangon) yang menandakan Kerajaan ini sebagai kerajaan maritim. hasil musyawarah (bakid) dari para Bogani di sepakati mengangkat Mokodoludut sebagai raja (Punu')Pertama kerajaan Bolaang.
=== Masa kerajaan ===
Pada abad ke 13 para bogani (pemimpin kelompok masyarakat Mongondow yang menduduki wilayah tertentu) bersatu dan mengangkat
Pada tahun [[1901]], secara administrasi daerah ini termasuk Onderafdeling [[Bolaang Mongondow]] yang didalamnya termasuk landschap [[
=== Masuknya Agama dan Pendidikan ===
Baris 31 ⟶ 30:
Raja Jakobus Manoppo ialah [[raja]] [[Bolaang Mongondow]] yang pertama mendapatkan pendidikan di Hoofden School [[Ternate]], karena ia telah dibawa oleh pedagang V.O.C. sesudah melalui persetujuan ayahnya raja Loloda Mokoagow (datu Binangkang). Jakobus Manoppo adalah raja ke-10 yang memerintah pada tahun 1691-1720, yang diangkat oleh V.O.C., walaupun pengangkatannya sebagai raja tidak direstui oleh ayahnya. Jakobus Manoppo pada saat dilantik menjadi raja beragama Roma [[Katolik]].
Pada zaman pemerintahan raja Cornelius Manoppo, raja ke-16 ([[1832]]), agama [[Islam]] masuk daerah [[Bolaang Mongondow]] melalui [[Palu]] dan [[Gorontalo]] yang dibawa oleh [[Syarif]] ([[Ejaan Republik|Aloewi]]) atau [[Syarif]] Alwi Al-gaus,<ref>{{Cite
Marga Al-gaus banyak tersebar di [[Makkah|Mekah]] dan [[Ta'if|Thaif]] Pengucapan atau penulisan marga ini bervariasi meskipun memiliki makna dan berakar sama yaitu Al-Ghaits, Al-Ghauts, Al-ghout, Al-Ghayth, Al-ghawht. dari Al Hasani (bersambung ke sayyidina Hasan) itu dibuktikan dengan adanya [[Naskah beriluminasi|manuscript]] silsilah keluarga yang menggunakan penulisan Arab Pegon<ref>{{Cite journal|last=Wijaya|first=Lukman Hakim|last2=Zulkarnain|first2=Ismail Abdurrazzaq|last3=Nurfitri|first3=Khoiru|date=2021-04-07|title=PEGON-GLIPH GAME PENGENALAN DAN PEMBELAJARAN ARAB PEGON BERBASIS ANDROID|url=http://dx.doi.org/10.24269/jkt.v5i1.685|journal=KOMPUTEK|volume=5|issue=1|pages=77|doi=10.24269/jkt.v5i1.685|issn=2614-0977}}</ref> yang bersambung kepada Sayyidina Hasan r.a dan memang tidak semua orang di perlihatkan manuscript tersebut. hanya saja keturunan [[Syarif]] ini banyak dari mereka menyembunyikan diri serta berbaur dan menikah dengan masyarakat lokal lainnya, serta mereka tidak ingin di ketahui atau di hormati apalagi untuk membanggakan leluhurnya, datuk-datuk mereka menyampaikan dan mengajarkan pada mereka (anak cucu nya) bahwa mereka masih [[Syarif]] dan tidak boleh sembarangan berucap apalagi sampai bersumpah serapah, dalam pesan kakek mereka semua manusia sama di mata Allah swt, yang membedakan hanyalah ketaqwaan, dan wasiat itu turun temurun dari orang tua mereka sampaikan kepada anak cucunya, sampai dengan sekarang. Syarif Alwi yang menikah dengan putri raja bernama Bua' Sarah itu tahun ([[1866]]) dan melahirkan anak bernama [[Syarif]] Hasan bin Alwi Algaus Kotabagon, masyarakat kotabangon mengenal nya dengan nama Tuan Syarif<ref>{{Cite book|last=Kohnstamm|first=Rita|date=2011|url=http://dx.doi.org/10.1007/978-90-313-8157-9_1|title=Ieder mensenkind wordt te vroeg geboren|location=Houten|publisher=Bohn Stafleu van Loghum|isbn=978-90-313-8156-2|pages=8–11}}</ref> yang dimakamkan di desa Langgagon.
Tuan Syarif Hasan bin Alwi Algaus memkliki 4 orang anak yang melanjutkan dengan marga istri nya yaitu Bua' Zaenab Makalalag.
Berikut beberapa faktor dan alasan pergantian marga:
* Ahlul bait<ref>{{Cite journal|last=Suib|first=Muhammad|date=2023-12-05|title=Makna Ahlul Bait dalam Al-Qur’an Menurut Ulama Tafsir Nusantara|url=http://dx.doi.org/10.58578/anwarul.v4i1.2215|journal=ANWARUL|volume=4|issue=1|pages=81–100|doi=10.58578/anwarul.v4i1.2215|issn=2808-7895}}</ref> Nabi ini terjadi sejak zaman Bani Umayyah dan Bani Abbas, diburu dan dibunuh oleh penguasa terutama para ulamanya, ini berlangsung kurang lebih sekitar 750 tahun.
* Mahal nya pajak untuk para Syarif, dan pedagang arab pada masa kerajaan/dan beberapa alasan yang tidak di sebutkan.Disamping itu masyarakat suku bolango yang bermukim di Bolaang Oeki pada zaman kolonial menyebut/memanggil dengan [[Syarif]] Algaus. tanpa menyebut kan nama (alwi), mereka menjaga adab dengan tidak menyebutkan nama Alwi, Dan Karena keluarga kerajaan sebelum raja Cornelius Manoppo memeluk agama [[Islam]], maka agama itu dianggap sebagai [[agama]] [[raja]], sehingga sebagian besar penduduk [[Bolaang Mongondow]] memeluk agama [[Islam]] juga telah turut memengaruhi perkembangan kebudayaan dalam beberapa segi kehidupan masyarakat.
* Ariel C. Lopez, “Conversion and Colonialism: Islam and Christianity in North Sulawesi, c. 1700-1900”,Dissertation (Leiden: Universiteit Leiden, 2018), 88. ⁷⁰
* Over de Vorsten van [[Bolaang Mongondow]] [[1949]]
*
* Een Mongondowsh verhaaal met vertaling en aanteekeningen 1911
* De voornaamwoorden in het Bolaang Mongondows
Baris 41 ⟶ 51:
* Bolaang Mongondowsch Woordenboek 1951;dsb.
Pada tahun [[1906]] melalui kerja sama dan kesepakatan dengan raja [[Bolaang Mongondow]], W. Dunnebier telah mengusahakan pembukaan beberapa sekolah rakyat yang dikelola oleh zending di beberapa desa di [[Bolaang Mongondow]] dengan tiga kelas. Guru-gurunya didatangkan dari Minahasa, antara lain
* Di Nanasi, guru
* Di Nonapan, guru H. Werung dan A. Rembet
* Di
* Di Kotobangon, guru J. Pandegirot dan
* Di Moyag, guru F. Tampemawa dan K. Palapa
* Di
* Di
* Di Popo Mongondow, guru S. Saroinsong dan J. Mandagi
* Di Otam, guru J. Kodong dan S. supit
Baris 61 ⟶ 71:
Pada Tahun 1911 didirikan sebuah sekolah berbahasa Belanda di Kotamobagu, Yaitu Holland Inlandshe School (H.I.S) dengan Kepala sekolah Adrian van der Endt.
Disamping sekolah-sekolah yang dikelola oleh Zending, maka pada sekitar tahun 1926 diusahakan pembukaan sekolah-sekolah rakyat yang dikelola oleh Balai Pendidikan dan Pengajaran Islam (BPPI) yang berpusat di desa Moliow. Guru-gurunya didatangkan dari Yogyakarta seperti antara lain
Perkembangan pendidikan yang dikelola oleh BPPI demikian pesatnya sehingga pada tahun 1931 dibuka sebuah H.I.S berbahasa Belanda di Molinow. Untuk medidik guru-guru yang akan mengajar di sekolah-sekolah yang dikelola oleh BPPI, maka pada tahun 1937 dibuka lagi sebuah sekolah guru, yaitu Kweekschool di Molinow.
Disamping sekolah-sekolah yang dikelola oleh zending dan BPPI, maka usaha pihak swasta untuk membuka sekolah terlihat antara lain
Pada tahun 1937 dibuka di Kotamobagu sebuah sekolah Gubernemen, yaitu Vervolg School (sekolah sambungan) kelas 4 dan 5 yang menampung lepasan sekolah rakyat 3 tahun, dengan kepala sekolahnya N. Ares.
Kotamobagu sebagai
Kedudukan istana raja di desa Kotobangon, yang sebelumnya pada masa pemerintahan raja Riedel Manoppo berkedudukan di desa Bolaang. Karena raja Riedel Manuel Manoppo tidak mau menerima campur tangan pemerintah oleh Belanda, maka Belanda melantik Datu Cornelis Manoppo menjadi raja, lalu bersama-sama denga Controleur Anthon Cornelis Veenhuizen dikawal oleh sepasukan prajurit melalui Minahasa selatan masuk Bolaang Mongondow dan mendirikan komalig (isatana raja) di Kotobangon pada tahun 1901.
Pada tahun 1911 didirikan seuah rumah sakit di
Dengan masuknya agama dan pendidikan, maka sistem kehidupan sosial budaya masyarakat turut mengalami perubahan, antara lain
Sebagai informasi perlu disampaikan bahwa
Umumnya rumah tempat tinggal di Bolaang Mongondow berbentuk rumah panggung dengan sebuah tangga di depan dan sebuah di belakang. Dengan adanya pengaruh luar, maka bentuk rumahpun sudah berubah. Kehidupan sosial budaya masyarakat yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan pembangunan sekarang ini, banyak yang telah berubah. Namun budaya daerah yang masih mengandung nilai-nilai luhur yang dapat menunjang pembangunan fisik material dan mental spiritual, masih tetap dipelihara dan dilestarikan.
Pada saat masyarakat mulai mengenal mengenal mata uang seperti real dan doit sebagai alat penukar bahan keperluan hidup, maka penduduk mulai menjual hasil pertanian tersebut seperti
== Sub Suku ==▼
== Bahasa ==
Suku Mongondow dalam kehidupan keseharian menggunakan [[
== Marga ==
Seperti suku lain di Indonesia, Suku Mongondow juga memiliki marga yang diwariskan kepada setiap keturunan, diantaranya: Paputungan, Makalalag, Mokoginta, Mokodongan, Manoppo, Makalunsenge, Mokoagow, Raule, Makasenda, Loloda, Loloada, Datungsolang, Ponto, [[Mokodompit]], Mamonto, Damopolii, Podomi, Pasambuna, Potabuga.
== Pemekaran Daerah ==
Karena wilayah [[Bolaang Mongondow]] memiliki luas
Dengan dukungan penuh dari seluruh lapisan masyarakat serta Pemkab [[Bolaang Mongondow]] panitia pemekaran
* [[Kabupaten Bolaang Mongondow]]
* [[Kota Kotamobagu]]
Baris 97 ⟶ 107:
* [[Kabupaten Bolaang Mongondow Timur]]
* [[Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan]]
[[Tokoh Mongondow]]
== Referensi ==
Baris 103 ⟶ 116:
[[Kategori:Suku bangsa di Gorontalo]]
[[Kategori:Suku bangsa di
[[Kategori:Suku Mongondow]]
|