Sangkuni: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Pembatalan |
k Mengembalikan suntingan oleh 36.90.159.11 (bicara) ke revisi terakhir oleh M. Adiputra Tag: Pengembalian |
||
(31 revisi perantara oleh 19 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{TMH Infobox|
| Nama = Sangkuni
| Devanagari = शकुनि
Baris 13 ⟶ 11:
| Ibu = Sudarma
| Anak = [[Uluka]]
| Nama_lain =
| Istri = Arasi
}}
'''Sangkuni''' {{Sanskerta|शकुनि|Śakuni}} atau '''Saubala'''
Dalam [[wayang|pewayangan]] [[Jawa]], Sangkuni sering dieja dengan nama '''Sengkuni'''. Ketika para Korawa berkuasa di [[Kerajaan Hastina]], ia diangkat sebagai [[patih]]. Dalam pewayangan [[Sunda]], ia juga dikenal dengan nama '''Sangkuning'''.
Baris 23 ⟶ 22:
== Peran di Hastinapura ==
[[Berkas:89-LepakshiShakuni.jpg|jmpl|300px|kiri|Relief Sangkuni (kiri) bermain dadu melawan [[Yudistira]] dan empat [[Pandawa]] lainnya. Relief di kuil Veerabhadra, Lepakshi, [[India]].]]
Baik dalam versi ''[[Mahabharata]]'' maupun versi [[wayang|
Dalam ''[[Mahabharata]]'' bagian pertama atau ''[[Adiparwa]]'', Sangkuni memerintahkan [[Purocana]] untuk menciptakan kebakaran di Gedung Jatugreha ([[Laksagraha]]), tempat para Pandawa bermalam di dekat hutan Waranawata. Namun para Pandawa dan ibu mereka, yaitu [[Kunti]] berhasil meloloskan diri dari kematian. Dalam pewayangan, peristiwa ini terkenal dengan nama ''Bale Sigala-Gala''.
Baris 37 ⟶ 36:
[[Perang di Kurukshetra|Pertempuran besar di Kurukshetra]] antara pihak Pandawa melawan Korawa dengan sekutu masing-masing akhirnya meletus. Perang yang juga terkenal dengan sebutan [[Baratayuda]] ini berlangsung selama 18 hari, di mana Sengkuni tewas pada hari terakhir. Menurut versi ''[[Mahabharata]]'' bagian kedelapan atau ''[[Salyaparwa]]'', Sangkuni tewas di tangan [[Sadewa]], yang bungsu di antara lima Pandawa. Pertempuran mereka terjadi pada hari ke-18.
Kisah versi India sedikit berbeda dengan ''[[Kakawin Bharatayuddha]]'' yang ditulis pada zaman [[Kerajaan Kadiri]] tahun [[1157]]. Menurut naskah berbahasa [[bahasa Jawa Kuno|Jawa Kuno]] ini, Sangkuni bukan mati di tangan
== Pewayangan ==
Baris 48 ⟶ 47:
Versi [[wayang|pewayangan]] selanjutnya mengisahkan, setelah [[Pandu]] meninggal dunia, pusakanya yang bernama Minyak Tala dititipkan kepada [[Drestarastra]] supaya kelak diserahkan kepada para [[Pandawa]] jika kelak mereka dewasa. Minyak Tala sendiri merupakan pusaka pemberian dewata sebagai hadiah karena Pandu pernah menumpas musuh kahyangan bernama Nagapaya. Beberapa tahun kemudian, terjadi perebutan antara para Pandawa melawan para [[Korawa]] yang ternyata juga menginginkan Minyak Tala. Dretarastra memutuskan untuk melemparkan minyak tersebut beserta wadahnya yang berupa [[wikt:cupu|cupu]] sejauh-jauhnya. Pandawa dan Korawa segera berpencar untuk bersiap menangkapnya. Namun, Sengkuni terlebih dahulu menyenggol tangan Dretarastra ketika hendak melemparkan benda tersebut. Akibatnya, sebagian minyak tala tumpah. Sengkuni segera membuka semua pakaiannya dan bergulingan di lantai untuk membasahi seluruh kulitnya dengan minyak tersebut.
Sementara itu, cupu beserta sisa minyak tala jatuh tercebur ke dalam sebuah sumur tua. Para Pandawa dan Korawa tidak mampu mengambilnya. Tiba-tiba muncul seorang pendeta dekil bernama [[Durna]] yang berhasil mengambil cupu tersebut dengan mudah. Tertarik melihat kesaktiannya, para Korawa dan Pandawa pun berguru kepada pendeta tersebut. Sengkuni yang telah bermandikan Minyak Tala sejak saat itu mendapati seluruh kulitnya kebal terhadap segala jenis senjata. Meskipun ilmu bela dirinya rendah,
=== Kematian ===
Baris 54 ⟶ 53:
Pada sore hari itu, Bima berhasil mengalahkan [[Duryodana]], pemimpin seratus Korawa. Dalam keadaan sekarat, Duryodana menyatakan bahwa dirinya bersedia mati jika ditemani pasangan hidupnya, yaitu istrinya yang bernama Dewi Banowati. Atas nasihat Kresna, Bima pun mengambil Sangkuni yang masih sekarat untuk diserahkan kepada Duryodana. Duryodana yang sudah kehilangan penglihatannya akibat luka parah segera menggigit leher Sangkuni yang dikiranya Banowati. Akibat gigitan itu, Sengkuni pun tewas seketika, begitu pula dengan Duryodana.
Dari Dewi Sukesti, Sengkuni mempunyai seorang putra bernama Kertiwindu. Setelah perang Baratayuda, Kertiwindu dan dua orang keturunan Kurawa yang masih hidup (Danyang Suwela, anak [[Aswatama]], dan Dursabala, anak [[Dursasana]]) masih aktif menghasut keturunan Pandawa untuk menggagalkan upacara penobatan [[Parikesit]] sebagai raja Hastina menggantikan Prabu [[Yudistira|Darmakusuma]]. Namun, akhirnya rencana Kertiwindu untuk menggagalkan penobatan [[Parikesit]] gagal karena keburu kepergok dan tewas di tangan Prabu [[Baladewa]] dengan pusaka Nanggala.
== Lihat pula ==
|