Salat dua gerhana: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Pitnat (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(19 revisi perantara oleh 17 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Ensiklopedia Islam|Muhammad}}
'''Salat dua gerhana''' atau '''''salat kusufain''''' berarti salat dua gerhana atau salat yang dilakukan saat terjadi [[gerhana]] [[bulan]] maupun [[matahari]]. Salat yang dilakukan saat [[gerhana bulan]] disebut dengan ''salat khusuf''; sedangkan saat [[gerhana matahari]] disebut dengan ''salat kusuf''.
 
<br />
 
== Latar belakang ==
Baris 22 ⟶ 21:
== Niat salat ==
[[Niat]] salat ini, sebagaimana juga salat-salat yang lain cukup diucapkan di dalam hati, yang terpenting adalah niat hanya semata karena [[Allah]] semata dengan hati yang ikhlas dan mengharapkan rida-Nya.
 
Adapun niat Shalat Gerhana dengan ucapannya adalah sebagai berikut.
 
''Niat gerhana matahari:''
 
'''Imam:'''
 
أُصَلِّيْ سُنَّةً لِكُسُوْفِ الشَّمْسِ اِمَامًا لِلّهِ تَعَالَى
 
Latin: ''“Ushalli sunnatan-likhusuufi-syamsi imaaman lillali ta’ala”''
 
Artinya: ''“Aku berniat shalat sunnah gerhana matahari sebagai Imam karena Allah ta’ala.”''
 
'''Makmum:'''
 
أُصَلِّيْ سُنَّةً لِكُسُوْفِ الشَّمْسِ مَأْمُوْمًا لِلّهِ تَعَالَى
 
Latin: ''“Ushalli sunnatan-likhusuufi-syamsi makmuman lillali ta’ala.”''<center><ins data-adsbygoogle-status="done" data-ad-slot="8142717661" data-ad-client="ca-pub-8968117043707551" class="adsbygoogle"><ins id="aswift_2_expand"><ins id="aswift_2_anchor"></ins></ins></ins></center>Artinya: ''“Aku berniat shalat sunnah gerhana matahari sebagai Makmum karena Allah ta’ala.”''
 
''Niat gerhana bulan:''
 
'''Imam:'''
 
أُصَلِّي سُنَّةَ الكسُوفِ رَكْعَتَيْنِ إِمَامً لله تَعَالَى
 
''Ushallî sunnatal kusûfi rak‘ataini imâman lillâhi ta‘âlâ''.
 
Artinya::“''Saya niat (melaksanakan) shalat sunnah Gerhana dua rakaat karena Allah ta’ala imaman.”''
 
'''Makmum:'''
 
أُصَلِّي سُنَّةَ الكسُوفِ رَكْعَتَيْنِ مَأمُومًا لله تَعَالَى
 
''Ushallî sunnatal kusûfi rak‘ataini makmûman lillâhi ta‘âlâ''.
 
Artinya::“''Saya niat (melaksanakan) shalat sunnah Gerhana dua rakaat karena Allah ta’ala makmuman.”''<ref name="aitarus.com">{{cite web |url=https://aitarus.com/cara-sholat-gerhana-beserta-niatnya |title=Niat Shalat Gerhana Matahari dan Bulan |trans-title= |author= |date= |work=aitarus.com |publisher= |accessdate={{date|January 30, 2020}} |language= |quote= |archivedate=2020-01-30 |archiveurl=https://web.archive.org/web/20200130180353/https://aitarus.com/cara-sholat-gerhana-beserta-niatnya/ |dead-url=yes }}</ref>
 
== Tata cara pelaksanaan ==
SalatShalat gerhana dilakukan dua rakaat dengan 4 kali [[rukuk]] yaitu pada rakaat pertama, setelah rukuk dan Iktidal membaca [[Al Fatihah]] lagi kemudian rukuk dan [[iktidal]] kembali setelah itu sujud sebagaimana biasa. Begitu pula pada rakaat kedua.
 
Bacaan Al-Fatihah pada salat gerhana bulan dinyaringkan sedangkan pada gerhana Matahari tidak. Dalam membaca surat yang sunnat pada tiap rakaat, disunnatkan membaca yang panjang.
Baris 38 ⟶ 73:
# Setiap rakaat terdiri dari dua kali ruku dan dua kali sujud
# Setelah rukuk pertama dari setiap rakaat membaca [[Surah Al-Fatihah]] kembali
# Pada rakaat pertama, bacaan surat pertama lebih panjang daripada surah kedua. Demikian pula pada rakaat kedua, bacaan surat pertama lebih panjang daripada surat kedua.<br />Misalnya rakaat pertama membaca [[Surah Yasin]] dan [[Surah Ar-Rahman]], lalu rakaat kedua membaca [[Surah Al-WaqiahWaqi'ah]] dan [[Surah Al-Mulk]]
# Setelah salat disunahkan untuk berkhutbah
 
Menurut Habib Munzir bin Fuad Al Musawwa, panduan singkat mengenai salat gerhana caranya adalah ada tiga cara :
# yang termudah adalah dengan dua rakaat sebagaimana salat subuh;
# dua rakaat, dan setiap rakaat adalah dengan dua rukuk dan dua kali berdiri, urutannya adalah:<br />Takbiratul ihram, lalu Qiyam, fatihah, surah, rukuk, lalu berdiri lagi, membaca [[Surah Al-Fatihah]], rukuk, lalu iktidal, lalu sujud, duduk sujud, lalu bangkit ke rakaat kedua dengan hal yang sama;
Baris 51 ⟶ 86:
عَنِ الْمُغِيرَةِ بنِ شُعْبَةَ قال انْكَسَفَتْ الشَّمْسُ يوم مَاتَ إِبْرَاهِيمُ فقال الناس انْكَسَفَتْ لِمَوْتِ إبراهيم فقال رسول اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ من آيَاتِ اللَّهِ لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ ولا لِحَيَاتِهِ فإذا رَأَيْتُمُوهُمَا فَادْعُوا اللَّهَ وَصَلُّوا حتى يَنْجَلِيَ (رواه البخاري
{{Quote|Dari al-Mughirah Ibn Syu‘bah r.a. (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Terjadi gerhana matahari pada hari meninggalnya Ibrahim. Lalu ada orang yang mengatakan terjadinya gerhana itu karena meninggalnya Ibrahim. Maka Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua dari tanda-tanda kebesaran Allah. Keduanya tidak gerhana karena mati atau hidupnya seseorang. Apabila kamu melihat hal itu, maka berdoalah kepada Allah dan kerjakan shalat sampai matahari itu terang (selesai gerhana).|HR al-Bukhari}}
Dalam hadis ini digunakan kata idzaa (إذا) yang merupakan zharf zaman (keterangan waktu), sehingga arti pernyataan hadis itu adalah: Bersegeralah mengerjakan shalat pada waktu kamu melihat gerhana yang merupakan tanda kebesaran Allah itu. Yang dimaksud dengan gerhana di sini adalah gerhana total (al-kus¬fkusuf al-kulli), gerhana sebagian (al-kusuf al-juz‘i) dan gerhana cincin (al-kusuf al-halqi) berdasarkan keumuman kata gerhana (kusuf).<ref>{{Cite web|url=https://www.darularqom.com/tata-cara-shalat-gerhana-matahari-bulan/|title=Cara Shalat Gerhana sesuai sunnah • Darul Arqom|date=2016-03-01|website=Darul Arqom|language=id-ID|access-date=2019-01-23|archive-date=2019-01-23|archive-url=https://web.archive.org/web/20190123225053/https://www.darularqom.com/tata-cara-shalat-gerhana-matahari-bulan/|dead-url=yes}}</ref>
 
[[Ibnu Qudamah]] menegaskan:
 
{{Quote|Waktu shalat gerhana itu adalah sejak mulai kusuf hingga berakhirnya. Jika waktu itu terlewatkan, maka tidak ada kada (qadha) karena diriwayatkan dari Nabi saw bahwa beliau bersabda, Apabila kamu melihat hal itu, maka berdoalah kepada Allah dan kerjakan shalat sampai matahari itu terang (selesai gerhana). Jadi Nabi saw menjadikan berakhirnya gerhana sebagai akhir waktu shalat gerhana … … … Apabila gerhana berakhir ketika shalat masih berlangsung, maka shalatnya diselesaikan dengan dipersingkat … … … Jika matahari terbenam dalam keadaan gerhana, maka berakhirlah waktu shalat gerhana dengan terbenamnya matahari, demikian pula apabila matahari terbit saat gerhana bulan (dipada waktu pagi) (.|Al-Mughni, II: 145).}}
 
[[Imam Ar-Rafi'i|Imam ar-Rafi‘i]] menegaskan:
 
Sabda Nabi saw Apabila kamu melihat gerhana, maka shalatlah sampai matahari terang (selesai gerhana) menunjukkan arti bahwa shalat tidak dilakukan sesudah selesainya gerhana. Yang dimaksud dengan selesainya gerhana adalah berakhirnya gerhana secara keseluruhan. Apabila matahari terang sebagian (baru sebagian piringan matahari yang keluar dari gerhana), maka hal itu tidak ada pengaruhnya dalam syarak (maksudnya waktu shalat gerhana belum berakhir) dan seseorang (yang belum melaksanakan shalat gerhana) dapat melakukannya, sama halnya dengan gerhana hanya sebagian saja (V: 340).
 
[[Imam An-Nawawi]] (w. 676/1277) menyatakan:
 
“Waktu shalat gerhana berakhir dengan lepasnya seluruh piringan matahari dari gerhana. Jika baru sebagian yang lepas dari gerhana, maka (orang yang belum melakukan shalat gerhana) dapat mengerjakan shalat untuk gerhana yang tersisa seperti kalau gerhana hanya sebagian saja (Raudlat at-Thalibin, II: 86).<ref>{{Cite web|url=https://www.darularqom.com/tata-cara-shalat-gerhana-matahari-bulan/|title=Cara Shalat Gerhana sesuai sunnah • Darul Arqom|date=2016-03-01|website=Darul Arqom|language=id-ID|access-date=2019-01-23}}</ref>
 
== Tradisi di berbagai wilayah ==
Baris 69 ⟶ 104:
 
Tradisi lainnya di beberapa di Jawa Timur, sebagian masyarakat menyambutnya (selain salat gerhana) adalah dengan memukul-mukul tanaman dengan sapu lidi. Alasannya agar tanaman tumbuh subur. Anak-anak yang masih kecil juga dipukul-pukul ringan dengan sapu lidi, alasannya agar pandai. Tidak diketahui siapa yang memulai tradisi ini, namun tradisi semacam ini sudah mulai tidak dilakukan.
 
== Hikmah ==
Gerhana merupakan salah satu bentuk ketetapan dan kebesaran dari Allah. Hikmah dari pelaksanaan salat dua gerhana adalah sebagai pengingat akan kebesaran Allah terhadap segala kehidupan manusia. Salat gerhana tidak dikaitkan sama sekali dengan [[kelahiran]] ataupun [[kematian]] seseorang. [[Al-Mughirah bin Syu'bah]] meriwayatkan salah satu hadits yang berkaitan dengan salat dua gerhana. Dalam hadits ini disebutkan bahwa [[gerhana matahari]] dan [[gerhana bulan]] merupakan dua tanda kekuasaan Allah dan bukan pertanda kelahiran dan kematian seseorang. Hadits ini juga berisi perintah pelaksanaan salat dua gerhana hingga gerhana berakhir.<ref>{{Cite book|last=Hambali|first=Muhammad|date=2017|url=|title=Panduan Muslim Kaffah Sehari-Hari: Dari Kandungan hingga Kematian|location=Yogyakarta|publisher=Laksana|isbn=978-602-407-185-1|editor-last=Rusdianto|pages=204-205|url-status=live}}</ref>
 
== Referensi ==
Baris 75 ⟶ 113:
== Pranala luar ==
* Kumpulan Salat-Salat Sunnat, Drs. Moh. Rifa'i, CV Toha Putra, Semarang, 1993
* {{id}} [http://www.dzikir.org/b_salat14.htm Tuntunan salat sunnat, Dzikir.org] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140808073309/http://www.dzikir.org/b_salat14.htm |date=2014-08-08 }}
 
{{Salat}}