Gunung Penanggungan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k nampak --> tampak, nampaknya --> tampaknya |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
(55 revisi perantara oleh 22 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox mountain
| name = Gunung Penanggungan
| photo =
| photo_caption =
| elevation = 1 653 m (5 423 kaki)
| location = [[Kabupaten Pasuruan]] dan [[Kabupaten Mojokerto]], [[Jawa Timur]], [[Indonesia]]
Baris 15:
| easiest route = Jalatunda, Trawas
}}
'''Gunung Penanggungan'''
Gunung Penanggungan merupakan gunung kecil yang berada pada satu kluster dengan [[Gunung Arjuno]] dan [[Gunung Welirang]] yang jauh lebih besar. Meskipun kecil, gunung ini memiliki keunikan dari sisi
▲'''Gunung Penanggungan''' (nama kuna: '''Gunung Pawitra''') (1.653 [[meter|m]] [[elevasi|dpl]]) adalah [[gunung berapi kerucut]] dalam kondisi istirahat yang berada di [[Jawa Timur]], [[Indonesia]]. Posisinya berada di perbatasan dua kabupaten, yaitu [[Kabupaten Mojokerto]] (sisi barat) dan [[Kabupaten Pasuruan]] (sisi timur) dan berjarak kurang lebih 55 km sebelah selatan kota [[Surabaya]].
Gunung Penanggungan dipandang sebagai gunung keramat, suci, dan merupakan jelmaan [[Mahameru]], gunungnya para dewa. Hal tersebut juga terkait dengan tata letak Gunung Penanggungan yang unik. Dalam kitab ''[[Tantu Panggelaran]]'' Saka 1557 atau 1635 M, konon dinyatakan bahwa para dewa sepakat untuk menyetujui bahwa manusia dapat berkembang di [[Jawa|Pulau Jawa]], namun pulau itu tidak stabil, selalu berguncang diterpa ombak lautan. Lalu untuk menstabilkan kondisi Pulau Jawa, para dewa memindahkan Gunung Mahameru dari [[Jambhudwipa]] ke [[Jawadwipa]]. Dalam perjalanan kepindahan tersebut, sebagian Mahameru ada yang rontok berjatuhan, maka menjelmalah gunung-gemunung yang ada di Pulau Jawa dari barat ke timur. Bagian terbesarnya jatuh menjelma menjadi [[Gunung Semeru]], sedang puncak Mahameru dihempaskan oleh para dewa menjadi Pawitra yang sekarang disebut Gunung Penanggungan. Oleh karena itu, Pawitra menjadi gunung yang keramat dalam pemikiran Jawa masa Hindu-Buddha, karena puncak Mahameru yang dipindahkan ke Jawa.<ref>Dewan Kesenian Jawa Timur, ''Penanggungan: Warisan Leluhur yang Tersimpan,'' Surabaya: DKJT, 2018, 6.</ref>
▲Gunung Penanggungan merupakan gunung kecil yang berada pada satu kluster dengan [[Gunung Arjuno]] dan [[Gunung Welirang]] yang jauh lebih besar. Meskipun kecil, gunung ini memiliki keunikan dari sisi kesejarahan, oleh karena di sekujur permukaannya, mulai dari kaki sampai mendekati puncak, dipenuhi banyak situs kepurbakalaan yang dibangun pada periode Hindu-Buddha dalam sejarah Indonesia.
== Nama kuno ==
Sebelum dikenal sebagai Gunung Penanggungan, gunung tersebut dikenal sebagai Gunung Pawitra.<ref>{{Cite journal|last=Agustie|first=Teo|last2=Winarno|year=2020|title=Mitos Gunung Pawitra Sebagai Sumber Ide Penciptaan Karya Seni Lukis|url=https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/va/article/view/31489|dead-url=yes|journal=Jurnal Seni Rupa|language=id|volume=8|issue=1|pages=2|archive-url=https://web.archive.org/web/20220924084230/https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/va/article/view/31489|archive-date=24 September 2022|access-date=24 September 2022}}</ref> Nama “Pawitra” sudah dikenal sejak [[abad ke-10]] [[Masehi]].{{Sfn|Sofansyah|2021|p=129}} Arti kata “''pawitra''” dalam [[Bahasa Jawa Kuno|bahasa Jawa kuno]] adalah keramat, suci, kesucian, atau sari.{{Sfn|Sofansyah|2021|p=132}} Nama itu tertulis pada [[Prasasti Cunggrang]] yang ditemukan di [[Desa]] Sukci, [[Gempol, Pasuruan]], di kaki gunung sebelah timur Penanggungan. Prasasti Cunggrang dikeluarkan oleh raja [[Mataram Kuno]], [[Mpu Sindok]], pada sekitar tahun 929 Masehi. Prasasti itu menyebut keberadaan sebuah pertapaan dan sumber air di Pawitra. Sumber air yang dimaksud mungkin adalah [[Petirtaan Belahan|petirtaan (pemandian) Belahan]] saat ini, sekitar 4 kilometer dari Desa Sukci.{{Sfn|Sofansyah|2021|p=129}}
Nama “Pawitra” juga disebutkan dalam ''[[Kakawin Nagarakretagama|Nagarakretagama]]'' karya [[Mpu Prapanca]] yang selesai ditulis pada 1365 Masehi. Kitab tersebut menyebutkan bahwa di Gunung Pawitra terdapat pemandian dan pertapaan air. Lebih lanjut, diceritakan bahwa penduduk desa setempat menyambut kedatangan raja [[Majapahit]], [[Hayam Wuruk]], ketika ia mengunjungi pertapaan tersebut.{{Sfn|Sofansyah|2021|p=129}}
Sebuah naskah yang ditulis pada abad ke-15 dari masa kerajaan Sunda menyebutkan pula soal Gunung Pawitra. Naskah kuno tersebut mengisahkan seorang pangeran dari [[Kerajaan Sunda|kerajaan Pakuan]] bernama [[Bujangga Manik]]. Ia meninggalkan keluarganya untuk menuntut ilmu di Jawa. Dalam perjalanannya ke arah timur, ia melewati kota Majapahit, mendaki Gunung Pawitra, dan berkunjung ke Gunung Gajahmungkur yang suci. Nama Gajahmungkur ini diduga merujuk pada salah satu dari delapan bukit yang mengelilingi Gunung Penanggungan, yaitu Bukit Gajahmungkur.{{Sfn|Sofansyah|2021|p=129}}
== Geologi dan morfologi ==
Gunung Penanggungan sering dianggap sebagai
Puncak Penanggungan (
'''''- Puncak Gajahmungkur (1.087 mdpl)'''''
Ditilik dari usia pembentukan, Gunung Penanggungan terbentuk dari aktivitas generasi ketiga di kompleks Arjuno-Welirang-[[Gunung Anjasmoro|Anjasmoro]], satu periode pembentukan dengan Gunung Arjuno muda, Gunung Welirang, dan [[Gunung Kelud]], diperkirakan terbentuk pada kala [[Holosen]]<ref>Carstenz. A. [https://klinikgeografi.wordpress.com/2015/02/01/geomorfologi-kompleks-vulkan-arjuno-welirang-jawa-timur/ GEOMORFOLOGI KOMPLEKS VULKAN ARJUNO-WELIRANG JAWA TIMUR]. Artikel pada blog Klinik Geografi Fisik. Diakses 2 Januari 2019.</ref><ref>Bahar. H. 2017. [https://www.researchgate.net/publication/324776229_INTERPRETASI_KONDISI_GEOLOGI_WILAYAH_VULKANIK_MENGGUNAKAN_ANALISA_CITRA_SATELIT_LANDSAT_8_Daerah_Studi_Gunung_Penanggungan_Jawa_Timur INTERPRETASI KONDISI GEOLOGI WILAYAH VULKANIKMENGGUNAKAN ANALISA CITRASATELIT LANDSAT 8(Daerah Studi: Gunung Penanggungan, Jawa Timur]. Jurnal IPTEK Vol.21 No.2 : 43-50.</ref>. Aliran [[lava]] (tua) dari kawah tepi mengalir ke seluruh sisi dan tumpukan sisa [[awan panas]] (aliran piroklastik) membentuk punggungan di sekitarnya. Kajian oleh tim van Bemmelen (1937) mendapati gunung api ini telah tidak aktif paling tidak 1000 tahun, dan erupsi terakhir diperkirakan terjadi sekitar 200 M<ref name="GVP">Global Volcanism Program. [https://volcano.si.edu/volcano.cfm?vn=263291 Penanggungan].</ref>. Dalam radius 5 km dari puncak dihuni oleh hampir 20 000 jiwa, namun dalam jarak 10 km dihuni lebih daripada 400 ribu jiwa<ref name="GVP"/>▼
'''''- Puncak Bekel (1.238 mdpl)'''''
== Arkeologi ==▼
'''''- Puncak Kemuncup (1.227 mdpl)'''''
'''''- Puncak Sarahklopo (1.275 mdpl).'''''
Sementara sisanya, adalah empat puncak yang lebih rendah lagi dari bukit-bukit, yaitu :
'''''- Puncak Semodo (719 mdpl)'''''
'''''- Puncak Wangi (987 mdpl)'''''
'''''- Puncak Bende (927 mdpl)'''''
'''''- Puncak Jambe (747 mdpl)'''''.<ref>{{Cite web|title=Menepis kabut Pawitra|url=https://repositori.kemdikbud.go.id/11865/|publisher=[[Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia|Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi]]|access-date=24 September 2022|archive-date=2022-09-24|archive-url=https://web.archive.org/web/20220924085708/https://repositori.kemdikbud.go.id/11865/|dead-url=no}}</ref>
▲Ditilik dari usia pembentukan, Gunung Penanggungan terbentuk dari aktivitas generasi ketiga di kompleks Arjuno-Welirang-[[Gunung Anjasmoro|Anjasmoro]], satu periode pembentukan dengan Gunung Arjuno muda, Gunung Welirang, dan [[Gunung Kelud]], diperkirakan
Kawasan sekitaran Gunung Penanggungan merupakan hunian yang tergolong padat, juga merupakan pusat industri manufaktur yang berkembang pesat. Dalam radius 5 km dari puncak, hampir 20 000 jiwa menghuni kawasan sekeliling gunung; tetapi dalam jarak 10 km terdapat lebih daripada 400 ribu jiwa yang menghuni kawasan sekeliling gunung.<ref name="GVP" />
▲== Arkeologi dan nilai budaya ==
[[Berkas:2017-02-19_Hike_around_gunung_Bekel_19.jpg|300px|jmpl|Candi Kendalisodo.]]
:''Lihat pula: [[
Dilihat dari sisi sejarah, gunung ini memiliki nilai yang penting karena di sekujur lerengnya dipenuhi oleh ratusan situs-situs arkeologi dan spiritual Indonesia dari era Hindu-
Menurut mitos Jawa, sebagaimana tertulis dalam Kitab [[Tantu Panggelaran]], Gunung Penanggungan (Pawitra) merupakan bagian puncak [[Gunung Mahameru]] yang tercecer ketika dipindahkan ke Jawadwipa (Pulau Jawa). Penanggungan merupakan salah satu dari sembilan gunung yang dianggap suci di Jawa. Kakawin [[Negarakertagama]] menyebutkan bahwa Gunung Pawitra merupakan satu dari tujuh gunung tempat para ''resi'' bertapa (gunung lainnya adalah Pucangan, Sampud, Rupit,
Berdasarkan studi selama dua tahun (2012-2014) ditemukan 116 situs percandian atau objek kepurbakalaan, mulai dari kaki sampai mendekati puncak gunung.<ref>Utomo, YW. [http://sains.kompas.com/read/2014/01/16/1126232/Ditemukan.116.Situs.di.Gunung.Penanggungan Ditemukan 116 Situs di Gunung Penanggungan.] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20221202095952/https://sains.kompas.com/read/2014/01/16/1126232/Ditemukan.116.Situs.di.Gunung.Penanggungan |date=2022-12-02 }}. Kompas Daring. Edisi Kamis, 16 Januari 2014. Diakses 16 Oktober 2014.</ref>
Karena kekayaan peninggalan budaya ini, kawasan Gunung Penanggungan telah ditetapkan
== Vegetasi ==
Vegetasi yang menutupnya merupakan kawasan [[hutan Dipterokarp Bukit]], [[hutan Dipterokarp Atas]], [[hutan Montane]], dan [[hutan Ericaceous|Hutan Ericaceous atau hutan gunung]]. Pada bagian kerucut teratas menuju puncak terdapat padang rerumputan (stepa pegunungan) yang didominasi [[gelagah]] dan [[alang-alang]] serta di sana-sini terdapat pohon [[Kaliandra merah|kaliandra]] yang tampaknya sengaja ditanam sebagai tanaman [[penghijauan]].
== Rute
Selain sebagai kawasan sejarah dan ziarah, gunung berapi ini juga merupakan sasaran pendakian. Karena puncaknya yang relatif lebih rendah daripada gunung lain di sekitarnya, gunung ini cocok untuk dijadikan sarana "pemanasan" atau sekadar berlibur. Ada sejumlah jalur pendakian yang umum digunakan.
Jalur Betro diawali dari Desa Wonosunyo, Kecamatan [[Gempol, Pasuruan|Gempol]], Kabupaten Pasuruan. Ini adalah jalur yang dimulai dari sisi timur laut Gunung Penanggungan. Dari jalur ini pendaki akan melewati [[Petirtaan Belahan]] (Candi Sumber Tetek).
Awal jalur ini adalah Petirtaan
Dari
Awal pendakian dimulai dari Desa [[Kedungudi, Trawas, Mojokerto|Kedungudi, Kecamatan Trawas]]. Beberapa candi yang dilewati/berdekatan dengan jalur ini adalah [[Candi Guru]] dan [[Candi Siwa]]. Jalur ini juga berhubungan dengan jalur Jalatunda dan akan melewati [[Candi Sinta]], [[Candi Lurah]], [[Candi Carik]], dan [[Candi Naga II]]
Jalur ini adalah jalur paling populer bagi pendaki, dimulai dari Desa [[Tamiajeng, Trawas, Mojokerto|Tamiajeng, Trawas]], Kabupaten Mojokerto, yang merupakan sisi barat daya gunung. Jalur ini paling singkat, tetapi cukup terjal. Terdapat empat pos perhentian sebelum sampai lapangan puncak. Dari jalur ini akan melewati pelataran yang dikenal sebagai "Bukit Bayangan".
Jalur ini dimulai dari Kecamatan [[Ngoro, Mojokerto|Ngoro]], Mojokerto,<ref>Ishomuddin. [http://www.tempo.co/read/news/2014/10/21/206616046/Jalur-Pendakian-Gunung-Penanggungan-Ditutup Jalur Pendakian Gunung Penanggungan Ditutup] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20141111125359/http://www.tempo.co/read/news/2014/10/21/206616046/Jalur-Pendakian-Gunung-Penanggungan-Ditutup |date=2014-11-11 }}. Tempo Daring. Edisi Selasa, 21 Oktober 2014. Diakses 11 November 2014.</ref>
== Galeri ==
▲<!--# Desa Balekambang -->
▲Jalur ini dimulai dari Kecamatan [[Ngoro, Mojokerto|Ngoro]], Mojokerto<ref>Ishomuddin. [http://www.tempo.co/read/news/2014/10/21/206616046/Jalur-Pendakian-Gunung-Penanggungan-Ditutup Jalur Pendakian Gunung Penanggungan Ditutup]. Tempo Daring. Edisi Selasa, 21 Oktober 2014. Diakses 11 November 2014.</ref>, tepatnya Dusun Genting, Desa [[Watonmas Jedong, Ngoro, Mojokerto|Watonmas Jedong]]. Jalur ini adalah jalur terberat.
<gallery>
▲File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Een brug met buiswaterleiding over de rivier Porong in de buurt van Soerabaja Java met rechts de vulkaan Penanggoengan en links het massief van de vulkaan Ardjoeno TMnr 10007558.jpg|Dari arah Kali Porong (sebelum 1925)
▲File:Penanggungan 2014b.jpg|Dari arah Jembatan Kali Porong
</gallery>
== Rujukan ==
{{references}}
== Daftar pustaka ==
{{refbegin|40em}}
* {{cite book|last=Sofansyah|first=Dio Yulian|year=2021|url=https://www.google.co.id/books/edition/Benantara/X3BMEAAAQBAJ?hl=en&gbpv=0|title=Benantara|publisher=[[Kepustakaan Populer Gramedia]]|isbn=978-602-481-654-4|editor-last=Masruri|editor-first=Bukhori|language=Indonesia|chapter=Gunung Pawitra: Arkeologi Alam Nusantara|ref=harv|authorlink=|url-status=live|access-date=24 September 2022|archive-date=10 Agustus 2023|archive-url=https://web.archive.org/web/20230810181145/https://www.google.co.id/books/edition/Benantara/X3BMEAAAQBAJ?hl=en&gbpv=0|dead-url=no}}
{{refend}}
== Lihat pula ==
Baris 88 ⟶ 117:
{{Gunung di Indonesia}}
{{Tempat Wisata Jawa Timur Timur}}{{Candi Hindu Indonesia}}
{{DEFAULTSORT:Penanggungan, Gunung}}
[[Kategori:Gunung di Jawa Timur]]
[[Kategori:Gunung berapi di Jawa Timur]]
[[Kategori:Kabupaten Pasuruan]]
[[Kategori:Kabupaten Mojokerto]]
[[Kategori:DAS Brantas]]
|